mendapat perhatian diberbagai negara belakangan ini. Keperawatan komplementer menjadi terapi
pelengkap dan alternatif sebagai bagian yang penting dalam pelayanan kesehatan berbagai negara sejak
tahun 1990-an termasuk Eropa dn Amerika. Hal ini dapat dilihat dari berbagai perkembangan dan tulisan
yang ada pada masa tersebut. Kondisi ini juga terjadi di Indonesia sebagai salah satu negara di Asia yang
memiliki budaya tradisional dalam pengobatan. Salah satu yang terkenal adalah jamu. Jamu tersebut
digunakan dalam pengobatan sebagai salah satu cara mengatasi berbagai masalah kesehatan
masyarakat. Saat ini jamu dikombinasi dengan pengobatan konvesional (dikenal dengan pengobatan
barat atau modern). Seseorang yang menggunakan kombinasi ini saling melengkapi dikenal dengan
istilah terapi atau pengobatan komplementer.
4. Apa saja teknik terapi komplementer yang digunakan dalam keperawatan komunitas?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini yaitu: 1. Untuk mengetahui dan memahami berbagai fokus
terapi komplementer dalam keperawatan. 2. Untuk mengetahui dan memahami peran perawat dalam
keperawatan yang etis. 3. Untuk mengetahui dan memahami peran perawat dalam pendidikan, riset dan
praktik terapi komplementer. 4. Untuk mengetahui dan memahami teknik terapi komplementer yang
digunakan dalam keperawatan komunitas. 5. Untuk mengetahui dan memahami terapi komplementer
yang umum digunakan di Indonesia D. Manfaat Penulisan Adapun manfaat penulisan yaitu: 1.
Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami berbagai fokus terapi komplementer dalam
keperawatan. 2. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami
peran
perawat dalam keperawatan yang etis. 3. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami
peran perawat dalam pendidikan, riset dan praktik terapi komplementer. 4. Mahasiswa diharapkan
mampu mengetahui dan memahami teknik terapi komplementer yang digunakan dalam keperawatan
komunitas. 5. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami terapi komplmenter yang
umum digunakan di Indonesia
BAB II PEMBAHASAN
B. Peran Perawat
1. Peran Perawat dalam Keperawatan yang Etis Perawat berperan penting dalam memaksimalkan
penggunaan terapi komplementer yang mendukung perawatan secara holistic. Perawat memiliki peran
secara utuh dalam memberikan terapi komplementer (Lindquist, Synder, dan Tracy, 2014). Salah satu
dari 17 upaya kesehatan yang komprehensif di Indonesia menurut Undang-Undang no. 36 tahun 2009
adalah pelayanan kesehatan tradisional. Pelayanan kesehatan ini mendapat perhatian dari pemerintah
karena prestasi penggunaannya oleh masyarakat cukup tinggi. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013
proporsi rumah tangga yang memanfaatkan pelayanan kesehatan ini sebesar 30,4 %. Bentuk perhatian
pemerintah khususnya Kementerian kesehatan RI melalui pembentukan Direktorat Bina Pelayanan
kesehatan tradisional, alternative dan komplementer melalui permenkes 1144 tahu 2010. Pembinaan
yang dilakukan oleh direktorat ini tentunya terhadap semua pelayanan dan tenaga kesehatan yang ada
di masyarakat yang menggunakan terapi ini. Pelayanan kesehatan tradisional yang digunakan oleh
masyarakat 77,8% berupa ketrampilan tanpa alat, sedangkan ramuan sebesar 49% (Riskesdas, 2013).
Hasil observasi penulis sejak tahun 2005 sampai saat ini, masyarakat umumnya menggunakan obat
tradisional tersebut digabungkan dengan pengobatan modern yang didapat dari pelayanan kesehatan
ataupun membeli di toko obat. Hal ini dibuktikan dari survey tahun 2014 bahwa 61,05% masyarakat
mengobati sendiri (BPS, 2016). Menggabungkan obat tadisional dan mengobati sendiri tentunya perlu
mendapat perhatian khusus dari tenaga kesehatan termasuk perawat untuk menghindari hal yang tidak
diinginkan. Perawat berperan penting dalam mengoptimalkan pengguunaan terapi tradisional dan
komplementer yang mendkung perawatan secara holistic. Perawat memiliki peran secara utuh dalam
melakukan terapi komplementer (Lindquist, Snyder, dan Tracy, 2014). Peran yang di lakukan perawat
diharapkan dapat membantu masyarakat memilih pengobatan tradisional dan komplementer yang
masuk akal dan menghindar dampak yang tidak diinginkan. Menurut College of nurse of Ontario (CN),
2014), beberapa terapi komplementer yang tidak memiliki dasar ilmiahnya dan tidak jelas prosesnya,
sering menimbulkan pertanyaan. Beberapa terapi dapat menyebabkan dilema etik untuk perawat,
terutama jika terjadi konflik antara nilaiyang dimiliki perawat dengan klien. Perawat harus menghargai
nilai etik dari pilihan klien. Perawat merupakan partner (Mitra) dalam proses pengambilan keputusan
dan bertanggung jawab dalam mengkaji kelayakan semua komplementer.tindakan Intervensi sebelum
yang dilakukan dilakukan selama harus didasari terapi oleh akuntabilitas professional. Akuntabilitas
didemontrasikan melalui proses pengambilan keputusan, tercermin dalam kompetensi, dan integritas.
Perawat juga harus memahami tanggung jawab dalam memutuskan terapi yang sesuai dengan status
kesehatan klien dan secara kompeten melakukan terapi. Perawat melaksanakan praktik sesuai standar
praktik yang diakui dan public dapat melihat perawat dalam memberikan perawatan yang aman dan
sesuai etik. Peran perawat dalam terapi komplementer dai salah satu jurnal mengatakan bahwa peran
perawat yaitu memberikan asuhan keperawatan komprehensif yang tidak hanya mengkaji fisik aatau
biologic, namun juga psikologik, social, dan spiritual, sehingga kecemasan yang mempengaruhi
psikososial klien dapat diantisipasi (Shari, Suryani dan Emaliyawati, 2014). Terapi untuk mengatasi
kecemasan dalam ranah keperawatan klinis selain farmakologi adalah nin farmakologi menggunakan
terapi komplementer. Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan, memberikan terapi
komplementer sebagai salah satu intervensi yang dapat diberikan selain memberi obat konvesional
sebagai
namun
efeknya
membutuhkan
waktu,
tetap
dapat
menggunakan
proses
keperawatan
dengan
dengan Nursing
perkembagan Internasional
internasional Clasification
keperawatan (NIC),
terapi
komplementer merupakan tindakan yang membutuhkan keahlian khusus dikelompokkan dalam level
edukusi perawatan lanjut (Bulechek, Butcher, Dochterman, & Cherryl, 2013), sehingga perawat yang
memberikan terapi komplementer membutuhkan pendidikan khusus atau lanjutan.
12
Kebutuhan praktik keperawatan lanjut dalam memberikan terapi komplementer yang terintegrasi
antara intervensi konvensional dengan tradisional dapat memunculkan dilemma terhadap penghargaan
imbalan jasaa (Gaydos, 2001). Kondisi dapat menimbulkan keengganan perawat dalam melakukan
intervensi terapi komplementer dalam praktik seharihari, yang disebabkan kurang pengakuan terhadap
kemampuan dalam membentu kesembuhan klien. Namun sejauh ini perkembagan terapi komplementer
semakin terlihat di Indonesia karena adanya keburuhan dan tuntutan dari masyarakat. Hal ini disambut
oleh perawat dan tenaga kesehatan lainnya dengan munculnya berbagai kajian, seminar, pelatihan,
organisasi, pembukaan sekolah atau pendidikan lanjut yang dapat diikuti oleh individu yang tertarik
untuk pembangunan diri. Dukungan pemerintah dan oraganisasi profesi semakin kuat untuk
mengembangkan berbagai jenis terapi komplementer yang sesuai dengan nilai budaya dan didukung
oleh hasil-hasil penelitian sangat diharapkan. C. Tehnik Terapi Komplementer Perkembangan terapi
komplementer di Indonesia ramai di bahas melalui seminar, workshop ataupun platihan sebagai salah
satu cara menjawab kebutuhan pengembangan sesuai amanah undang-undang yang meniadikan terapi
komplementer sebagai salah satu intervensi yang dapat digunakan dalam keperawatan. Adapun
Florence Nightingale sebagai perintis keperawatan
juga
mengakui
kekuatan
penyembuhan
melalui
terapi
komplementer diantaranya melalui terapi musik (Snyder & Lindquist, 2010). Hal ini menunjukkan
berbagai teknik terapi perlu diketahu oleh perawat. Terapi komplementer setiap jenisnya memiliki
teknik tertentu. Berikut ini dijelaskan beberapa teknik Lima tipe berikut sesuai klasifikasi NCCAM tahun
2012 yaitu: pikiran dan tubuh (mind body therapies); manipulasi dan sistem tubuh; dan terapi energi
(Lindquist, Snyder, & Tracy, 2014). Klasifkasi terapi pikiran dan tubuh (mind body therapies), contohnya
seni, imagery, journaling (menulis jurnal/ sebuah dari yang berbentuk formal),
13
biofeedback, humor, dan tai-chi. Alternatif sistem pemeliharaan kesehatan contohnya pengobatan
tradisional cina, ayuvedia (pengobatan india), dan curanderismo (pengobatan asli Amerika). Terapi
biologis yaitu natural dan praktik biologikal dan hasil-hasilnya misalnya herbal, terapi diet, pengobatan
orthomolekular (suplemen nutrisi dan makanan). Terapi energi misalnya reiki, healing touch dan
magnet. Di bawah ini akan dibahas beberapa teknik sesuai klasifikasi tersebut. Perawat yang akan
melakukan tindakan dari semua teknik hendaknya menggunakan tahapan komunikasi yang telah
dipelajari mencakup Tahap pertama pra interaksi, tahap kedua orientasi, tahap ketiga kerja dan tahap
keempat terminasi. Selain itu, tahap tindakan septik dan aseptik selalu dilakukan untuk keamanan klien
dan dirinya. Adapun setiap tindakan dilakukan melalui persiapan diri, alat, klien dan lingkungan.
Persiapan yang sesuai akan mendapatkan hasil yang optimal, demikian pula setiap tindakan hendaknya
dievaluasi sampai diyakini bahwa tidak ada keluhan dari efek terapi. Berikut ini beberapa teknik terapi
yang banyak digunakan, antara lain: 1. Meditasi Meditasi adalah suatu teknik yang memungkinkan
seseorang mampu menggunakan kesadaran dan pengalamannya sehingga membuat seseorang lebih
sadar akan dirinya (Snyder & Lindquist). Meditasi dapat menjadikan seseorang santai, menurun
konsumsi oksigen, mengurangi frekuensi pernapasan
merasa rileks, pikiran lebih tenang, meningkatkan kesejahteraan fisik dan emosional dengan kondisi
lingkungan tenang, posisi yang nyaman dan kadangkala menggunakan sebuah alat pengukuran mental
seperti mantra (Fontaine, 2005; Mantle & Tiran, 2009). Meditasi merupakan sarana seseorang untuk
fokus terhadap suatu objek. Terapi ini menggunakan sikap tubuh yang spesifik. Memfokuskan perhatian
atau sikap terbuka terhadap gangguan. Indikasi meditasi dilakukan pada saat stress, Cemas, denyut
jantung dan tekanan darah meningkat. Kontra indikasi melakukan meditasi adalah klien yang kurang
14
mampu menyimpan emosi dan kurang mampu menganalisis sebab akibat yang kompleks. Cara
melakukan meditasi ada berbagai macam teknik, proses sederhana yang dapat dilakukan misalnya
melatih napas klien. Tahap pertama diawali dengan persiapan: ruangan yakni tempat yang tenang dan
waktu yang diaggap paling sesuai oleh klien; gunakan pakaian yang longgar dan nyaman; serta dapat
menggunakan musik (misalnva musik klasik). Tahap kedua menyiapkan posisi yang nyaman, misalnya
dengan mengambil posisi duduk atau berbaring asalkan tulang belakang tetap terjaga dalam posisi lurus.
Tahap ketiga memulai meditasi dengan mata ditutup atau dibuka, fokus pada keluar masuknya napas
terutama gunakan pernapasan perut, rasakan sensasinya, tahap ini dilakukan dengan hati ikhlas
sehingga tercapai tujuan untuk mengatasi masalah. Langkah ini dapat dilakukan bertahap sesuai proses
yang dilalui dan kemampuan yang didasari dari evaluasi setiap kali tindakan. Meditasi yang sukses
biasanya membutuhkan latihan setidaknya satu kali perhari selama 10-20 menit (Snyder & Lindquis,
2010). Tahap keempat yakni melakukan evaluasi sesuai dengan masalah yang dirasakan misalnya
kemampuan merubah diri, fisik lebih segar dan bugar, perasaan lebih menerima keadaan. 2. Akupresur
Jenis terapi ini termasuk dalam salah satu pengobatan tradisional cina yang dikenal dengan traditional
chinese medicine disingkat dengan TCM (Mantle & Tiran,2009). Tindakannya melibatkan stimulasi dari
titik-titik spesifik pada tubuh. Akupresur menggunakan jari atau alat (kayu,magnet) yang ditekan pada
titik-titik spesifik pada tubuh. Akupresur menggunakan jari atau alat (kayu,magnet) yang ditekan pada
titik
di
permukaan
kulit
tersebut
sedangkan
pada
akupunktur
menggunakan jarum yang kemudian dimanipulasi dengan tangan atau stimulasi elektrik. Titik saraf
tubuh merupakan titik berat dari pengobatan akupunktur dan akupresur. Pada titik tertentu seperti
kedua telapak tangan merupakan titik bagi jantung,paru,mata,kelenjar tiroid, hati,pancreas dan
15
sinus (fengge,2012). Fungsi dari terapi akupunktur dan akupresur adalah untuk meregenerasi sel-sel
tubuh yang mengalami penurunan kualitas serta membentuk system pertahanan kualitas serta
membentuk system pertahanan dalam tubuh sehingga dapat bermanfaat pada proses
pencegahan,penyembuhan,pemulihan dari penyakit serta meningkatkan daya tahan tubuh (fengge).
Akupresur dan akupunktur memiliki komponen dasar yang dikenal dengan Ci Sie (energy vital), system
meridian dan titik akupresur. Ci diartikan sebagai sari makanan, sedangkan Sie diartikan sebagai darah
sehingga jika merujuk pada arti tersebut, Ci Sie sering diartikan sebagai energi vital (Snyder &
lindquis,2010). Komponen selanjutnya adalah system meridian yang menjadi saluran energy vital yang
beredar keseluruh
bagian
tubuh.
System
meridian
berfungsi
untuk
menghubungkan bagian tubuh satu dengan yang lainnya, hubungan yang terbentuk adalah hubungan
dua arah antar organ tersebut. Selain itu system meridien juga berfungsi sebagai penghubung titik
akupresur dengan organ dan menghubungkan jaringan tubuh dengan panca indera. Saluran yang
terhubung tersebut dapat berfungsi sebagai penyampaian infomasi ketika terjadi gangguan fungsi
organ. Pada system meridien yang terhubung pada seluruh tubuh, terdapat titik-titik akupresur
disepanjang saluran tersebut. Titik akupresur dibagi menjadi tiga yaitu titik akupresur umum yang
dijumpai di sepanjang saluran meridien, titik akupresur istimewa yaitu, titik yang tidak menenti
disepanjang ataupun diluar jalur meridien yang terakhir adalah titik nyeri yaitu titik yang berada pada
daerah keluhan (fengge,2012). Akupresur dan akupunktur merupakan terapi yang memiliki efek samping
minimal, namun terapi ini tidak dapat dilakukan pada bagian tubuh yang mengalami bengkak, patah
atau retak tulang serta kulit terbakar (sukanta,2008). Pemijatan pada titik akupresur dilakukan setelah
menemukan titik meridien yang tepat yang ditandai timbulnya rasa nyeri. Durasi dan kuantitas tekanan
ditentukan berdasarkan jenis pijatan. Pijatan
16
yang ditujukan untuk penguatkan (yang) dilakukan sebanyak 30 kali tekanan pada masing-masing titik
dan dilakukan pemutaran pijatan searah jarum jam. Sedangkan pemijatan yang berfungsi untuk
melemahkan (Yin) dapat dilakukan sebanyak 30-50 kali tekanan dan cara pemijatan dilakukan
berlawanan arah jarum jam (sukanta,2008; Fengge, 2012). Artinya pemberian pijatan tergantung
kebutuhan, misalnya kondisi tubuh demam; maka pijatan yang diberikan adalah pelemahan (yin) karena
kondisi demam adalah situasi yang (kuat) bertujuan untuk diturunkan. Proses
terapi
akupunktur
atau
akupresur
membutuhkan
pemeriksaan, sehingga penting tersedia ruangan yang nyaman dan memenuhi privacy klien.
Pemeriksaan dilakukan melalui pengamatan pada bagian tubuh klien, misalnya mengalami
pembengkakan, luka ataupun perubahan warna kulit. Setelah pengamatan kasat mata dilakukan terapis
juga harus memperhatikan adanya bau, cek kondisi lidah, palpasi abdomen, titik tubuh yang akan
dilakukan tindakan, dan palpasi nadi di area radial pergelangan tangan (Snyder & Lindquis, 2010).
Konfirmasi perlu dilakukan untuk memastikan hasil pengamatan,maka dari itu terapis perlu dilakukan
wawancara mengenai sebab penyakit, riwayat penyakit, keluhan, riwayat pengobatan, pola makan,
kebiasaan buang air besar dan kecil serta kebiasaan tidur. Setelah pemeriksaan dilakukan menentukan
titik-titik yang akan dipijat atau ditusuk sesuai dengan masalah dan kebutuhan klien, selama tindakan
observasi respon klien untuk mengantisipasi tindakan yang diperlukan misalnya tanda-tanda shock
(keluar keringat dingin, pucat, lemas, mual, dan pusing), kejang otot (kram,kaku,otot), dan bengkak
apabila ada tanda-tanda tersebut maka hentikan pijitan, tenangkan dan istirahatkan. Evaluasi hasil
tindakan yang telah diberikan. Terapi akupresur dapat dilakukan secara mandiri dengan memijat bagian
tubuh sendiri. Hal ini berguna untuk mengatasi keluahan gangguan kesehatan akibat aktivitas kerja,
seperti sakit kepala, sakit leher atau tengkuk, mata lelah, nyeri bahu, nyeri peregangan tangan, nyeri
pinggang,
17
nyeri lutut dan keluhan psikis yang ditimbulkan dari stress kerja. Bagian tubuh yang dapat digunakan
untuk memijat titik akupresur adalah jari-jari tangan. Jika menggunakan alat makan alat tersebut harus
dipilih yang memiliki ujung tumpul. Sebelum memulai pijatan pada titik tertentu sebaiknya dilakukan
relaksasi dengan cara memijat secara lembut area seperti tengkuk, bahu, lengan, tangan, pinggang
menggunakan jari-jari telapak tangan, selanjutnya pijatan pada titik tertentu dapat dilakukan . 3. Terapi
Masase Teknik ini dengan cara menekan, mengusap, dan memanipulasi otot dan jaringan lunak lainnya
pada tubuh. Pengertian massase telah mengalami proses penyempurnaan berdasarkan ilmu-ilmu
mengenai tubuh manusia serta gerakan-gerakan tangan yang bersifat mekanis terhadap tubuh manusia
yang dilakukan dengan berbagai teknik (Synder & Lindquist, 2010). Massase dapat berfungsi sebagai
salah satu terapi untuk meredakan berbagai keluhan fisik seperti rasa kembung, menghilangkannyeri
dan meredakan stres serta kelelahan fisik. Massase membantu mengurangi ketegangan otot dengan
menstimulasi sirkulasi darah dalam tubuh, relaksasi, mengurangi nyeri, sedangkan pada bayi
melancarkan sirkulasi sehingga efektif meningkatkan berat badan (Synder & Lindquist; Mantle & Tiran,
2009). Tindakan massase untuk dewasa dan anak-anak caranya berbeda-beda. Teknik massase ada
berbagai macam cara gerakan. Misalnya menggunakan cara mengusap, friction (gerakan melingkar kecil-
kecil menggunakan jari dengan penekanan), meremas, mencincang, memukul, dan menggetar (vibrasi)
merupakan gerakan dasar (Mantle & Tiran, 2009, Kementerian Kesehatan RI, 2014). Setiap cara gerakan
memiliki ritme dan teknik sesuai dengan tujuan dan area tubuh tertentu. Hal yang perlu diperhatikan
adalah
hindari
tindakan
pada
daerah
yang
ada
pembengkakan, infeksi kulit, mengalami penyakit pembuluh darah (seperti arterisklerosis, hemophilia,
thrombosis), hamil muda, sambungan
18
pada patah tulang yang baru sembuh dan penyakit lain yang sekitarnya berdampak apabila
mendapatkan pijatan (Snyder & Lindquist, 2010). Bahan yang digunakan sebagai pelumas dapat
digunakan apabila diperlukan, penting pengkajian awal untuk menghindari masalah baru. 4. Yoga Yoga
merupakan suatu sarana untuk mencapai suatu tingkat aktivitas untuk pikiran dan jiwa agar berfungsi
bersama secara harmonis (Shindu, 2013). Yoga merupakan salah satu terapi yang memiliki dasar
pengetahuan mengenai seni pernapasan, anatomi tubuh manusia, pengetahuan tentang cara mengatur
napas disertai gerakan anggota badan, cara melatih konsentrasi dan kedamaian pikiran. Teknik ini
mengkombinasikan postur fisik, teknik napas dalam dan meditasi atau relaksasi. Yoga bermacam-macam
tergantung aliran yang ada (Synder & Lindquist, 2010, Kinasih, 2010). Yoga mengkombinasikan postur,
pernapasan dan meditasi ataupun relaksasi, maka untuk mampu melakukan dengan benar dengan
menggunakan buku-buku panduan yang ada, mengikuti kelas yoga, ataupun video. Latihan yoga harus
memperhatikan kemampuan dan keterbatasan individu seperti factor usia, jenis kelamin, kondisi
kesehatan, kondisi fisik dan emosional. Jenis yoga yang direkomendasikan adalah mild yoga. Mild yoga
adalah jenis yoga yang dikhususkan untuk wanita yang sedang berada pada tahap kehamilan.,
menstruasi,lansia, dan manepouse yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan kondisi mental dan
fisil yang sehat (Synder & Linquist, 2010). 5. Bekam Bekam dikenal dari masa kuno, cina dan timur
tengah sebagai salah satu teknik pengobatan tertua didunia. Pengertian bekam adalah melakukan
suction pada bagian tertentu (local) dengan menggunakan cups pada area yang telah dipilih pada tubuh.
Setelah beberapa menit, cup akan dipindahkan dan dilakukan penyayatan kecil dengan menggunakan
scalpel. Suction kedua menggunakan cup pada bagian tersebut akan
19
mengeluarkan darah dari dalam tubuh dengan kuantitas kecil yang berfungsi untuk mengeluarkan racun
dari tubuh (El Syaded, Mahmoud, & Nabo, 2013) Tujuan utama dari terapi ini adalah untuk
mempercepat aliran darah dan membantu mengeluarkan darah yang sudah tidak memiliki manfaat bagi
tubuh. Bekam juga berguna untuk mengeluarkan racun dari sirkulasi kulit dan kompartemen interstisial
(Kim et al, 2012). Pada klien terapi bekam terdapat hubungan dari kulit dengan organ internal lainnya
seperti system peredaran limpa dan system imun. Terdapat dua tipe utama dari bekam yaitu kering (dry
cupping) yaitu dengan melakukan suction pada kulit secara langsung dilakukan penyedotan oleh vakum
pada cup. Area pemasangan vakum diletakkan cup di atas area kongesti atau titik akupuntur (Mantle &
Tiran, 2009). Bekam basah (wet cupping) pada area tersebut di insisi pada bagian superfisial kulit, lebih
aman apabila menggunakan lancet, sehingga darah dapat keluar pada bagian kulit yang dilakukan
penyedotan oleh vakum. Kedua tipe tersebut sangat dianjurkan meningkatkan intake air terlebih dahulu
sebelum tindakan. Bekam kering selalu digunakan sebelum bekam basah. Pengamatan penulis yang
harus diperhatikan dalam tindakan saat melakukan tarikan vakum secukupnya saja karean beresiko
terjadinya bulae akibat tarikan yang terlalu kuat. Hal lain yang harus di perhatikan adalah tindakan
septik dan antiseptic selama interval bekam basah. 6. Terapi Benson Terapi ini dikenal dengan respons
relaksasi, yaitu kondisi fisiologis dan psikologis yang melawan stress (Dusek & Benson, 2009). Benson
dan Proctor
mendefinisikan
pengembangan
metode
teknik relaksasi
relaksasi
benson
pernapasan
adalah
dengan
upaya
melibatkan
keyakinan klien mengenai kondisi kesehatannya sehingga dapat membantu menciptakan lingkungan
internal dan membantu klien mencapai kondisi kesehatan dan kesejahteraan yang lebih tinggi
(Purwanto, 2006). Respons relaksasi adalah salah satu teknik meditasi
20
sederhana untuk mengatasi tekanan dan meraih ketenangan hidup. Teknik relaksasi benson merupakan
teknik latihan napas yang bertujuan untuk mengurangi stress. Teknik relaksasi Benson menggabungkan
antara meditasi dengan relaksasi napas dalam. Tujuan kombinasi tersebut adalah untuk meningkatkan
vertilisasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, meningkatkan efisiensi batuk,
mengurangi stress fisik maupun emosional serta membantu keluhan sulit tidur. Hal yang perlu di
perhatikan selama intervensi kondisi lingkungan yang terang agar tercapai efek optimal, kemampuan
fisik, memungkinkan tindakan. Evaluasi tindakan paska latihan adalah tercapainya tujuan, klien mampu
mengikuti tindakan sesuai arahan pemandu. 7. Hipnoterapi Teknik terapi ini digunakan untuk membantu
orang lain dalam menciptakan
kemungkinan
hidupnya
lebih
berarti
melalui
cara
mengekspresikan diri dalam berbagai hal (Stanley, 2014). Hypnosis secara tradisional dianggap sebagai
kesadaran yang berubah, mirip dengan keadaan yang dialami saat mendengarkan music, menonton tv,
melamun atau berkonsentrasi pada tugas (Mantle & Tiran, 2009). Kamus besar bahasa Indonesia
hypnosis adalah keadaan seperti tidur karena sugesti, pada saraf permulaan orang tersebut berada
dibawah pengaruh orang yang mensugestinya, tetapi pada saraf berikutnya menjadi tidak sadar sama
sekali. Keadaan hipnosisi dikaitkan dengan adanya peningkatan sugesti, memfasilitasi interaksi antara
terapis dan subjek yang memungkinkan praktisi membuat sugesti untuk memfasilitasi seseorang agar
mengubah cara berfikir, perasaan atau raksi terhadap peristiwa atau situasi tertentu (Mantle & Tiran,
2009). Contohnya klien lansia yang diberi sugesti tidur sehat dapat membantu meningkatkan kualitas
tidurnya (Haryanto, 2016). McCann (2008) menjelaskan hypnosis sebagai suatu bentuk komunikasi
dengan klien untuk terlibat dalam menyerap proses terapi dan
21
perubahan. Kondisi hypnosis adalah sala satu dari “penyerapan terfokus”, agar klien lebih mudah dalam
mempertibangkan dan memodifikasi pandangan subjektif dirinya. Syarat dalam melakukan hipnosisi di
antaranya membuat mata lelah dan memejamkan mata, munculnya relaksasi, terbentuknya
kepercayaan dan hubung emosional yang baik dengan terapis di ikuti dengan sugesti yang diformat baik
melalui katakata ataupun ekologis (gerakan), dilakukan berulang dan melibatkan emosionalnya serta
membawa hati klien kepada sugesti (Elias, 2009). Proses pemberian pesan merubah diri dalam keadaan
relaksasi, namun pada klien psikosis akut tindakan ini merupakan kontraindikasi (Mantle & Tiran).
Perawat dapat membantu klien melakukan terapi ini misalnya klien yang ingin menghentikan kebiasaan
buruk seperti adiktif pada nikotin, makanan, obat-obatan, alcohol dan kebiasaan lainnya (Elias). Hipnosis
dapat dilakukan dengan bantuan maupun secara mandiri. Setelah teridentifikasi permasalahan dasar
dan keinginan untuk mengatasi masalah melalui pengkajian yang mendalam. Menurut elias (2009),
secara ringkas teknik hypnosis dilakukan melalui syarat : melelahkan mata dan memejamkan mata,
relaksasi, kepercayaan dan hubungan emosional yang baik, sugestu linguistic dan ekologis yang diformat
dengan baik, pengulangan dan membawa hati kepada sugesti. Komplikasi hypnosis umumnya bersifat
sementara misalnya terjadi lelah, gelisah, bingung, pusing dan mual. Kontra indikasi hypnosis adalah
gangguan psikiatri, trauma psikologis yang mendalam, dan epilepsy. Hal yang harus di perhatikan secara
tindakan adalah kondisi lingkungan yang tenang, memperhatikan klien. Evaluasi tindakan klien terhadap
proses pra induksi, kategori klien tergantung mudah atau tidak dilakukan sugesti, ketepatan dan
ketepatan waktu memasukkan induksi akan mempengaruhi hasil tindakan dalam mencapai tujuan. 8.
Food Combining Food Combining adalah pola makan yang diselaraskan dengan mekanisme alamiah
tubuh manusia. Artinya cara ini menggunakan pola
22
makan yang benar sesuai dengan siklus pencernaan sehingga mengatur waktu makan dan kombinasi
makanan yang serasi (Gunawan, 1999). Tujuan dilaksanakannya food combining adalah untuk
mempermudah pekerjaan system pencernaan sehingga pemakaian energy tubuh lebih efisien dan tubuh
menjadi sehat serta membentuk berat badan dan tinggi badan yang ideal. Prinsip food combining
sebenarnya tidak berbeda dengan pola makan gizi seimbang, hanya saja menyesuaikan dengan siklus
pencernaan tubuh manusia. Siklus tersebut terbagi dalam tiga periode yaitu siklus pencernaanm siklus
penyerapan dan siklus pembuangan (gunawan). Penjelasan gunawan lebih lanjut bahwa siklus
pencernaan berlangsung pada pukul 12.00 – 20.00 waktu ini merupakan saat yang tepat untuk
mengkonsumsi makanan padat karena periode ini tubuh mencerna makanan secara aktif. Siklus
penyerapan dimulai pada pukul 20.00 – 04.00 WIB. Sebagian besar zat makanan yang telah dicerna
dibagikan ke seluruh tubuh. Pada saat ini sebaiknya jangan banyak melakukan aktifitas dan tidak makan
lagi, karena sel-sel tubuh yang rusak diganti pada periode ini. Siklus pembuangan merupakan siklus
terakhir yang terjadi pada pukul 04.00 – 12.00 WIB. Energy sangat banyak dikeluarkan pada periode ini.
Sebaiknya menghindari makan makanan padat pada periode ini dan cukup dengan meminum segelas
jus. Ketiga periode tersebut bukan hanya memperhatikan jam waktu makan, tetapi juga keseimbangan
asam dan basa (nilai pH makanan) yang dimakan. Berdasarkan periode makan yang ada dan prinsip
keseimbangan asam basa, maka dalam melakukan food combining harus dipersiapkan pengelompokan
makanan yaitu makanan pembentuk asam, makanan ini berbentuk protein hewani seperti daging,
lemak, minyak, produk susu, biji-bijian, kacang tanah dan makanan mengandung ragi serta alcohol.
Berikut adalah makanan pembentuk basa bisa dikonsumsi melalui buah-buahan, sayuran, kentang yang
direbus dengan kulitnya, susu mentah, kedelai, taoge, kacangkacangan (kecuali kacang tanah).
23
Penyusunan menu dengan metode food combining adalah menyusun menu dengan serasi, mengatur
makanan yang cocok (lebang, 2014). Sebaiknya makanan pembentuk asam basa dimakan sekaligus
sehingga akan tercapai makanan yang sifatnya netral. Semua kelompok makanan yang ada pada
tahapan persiapan dapat dimakan secara bersamaan, kecuali kelompok pati dan protein tidak boleh
dimakan secara bersamaan melakukan kombinasi unsur protein dan lemak, unsur lemak berguna
melambatkan laju pencernaan sehingga protein cukup waktu untuk berinteraksi dengan asam lambung.
Protein mengandung lemak sehingga jika dikombinasi dengan lemak maka makanan akan lebih lama
berada dalam lambung asam dapat melarutkan lemak dan enzim pengurai lemak membutuhkan pH
asam. Menambahkan asam pada makanan berkadar lemak tinggi menyebabkan pH sangat asam dan
menghambat protein pencernaan. Contoh manfaat dari penggunaan metode ini membantu
menurunkan massa lemak, insulin, kolestrol total (Golay, et all, 2000; Weickert, 2012). D. Penggunaan
Terapi Komplementer dalam Keperawatan di Indonesia Perkembangan
terapi
komplementer
di
Indonesia
mengalami
kemajuan pesat. Hal ini ditunjukkan dengan adanya institusi pendidikan tinggi yang ikut
mengembangkan berbagai jenis terapi. Misalnya telah dibukanya paska sarjana akupuntur dan herbal.
Perkembangan lain adapula yang menjadikan salah satu kompetensi profesi tertentu sehingga
dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan misalnya di kedokteran, keperawatan, kefarmasian dan
fisioterapi. Perkembanga keilmuan ini sejalan dengan pemanfaatan berbagai jenis terapi yang ada di
masyarakat. Perkembangan ilmu yang ada juga didukung mulai munculnya organisasi yang mewadahi
peminat keilmuan komplementervyang bertujuan memberikan intervensi yang holistik. Penggunaan
terapi
komplementer
di
Indonesia
berbeda-beda
24
produk alami yang dikenal dengan jamu. Istilah ini berasal dari bahasa Jawa dipakai di seluruh Indonesia
(WHO,2010). Jenis terapi komplementer tradisional lainnya adalah pijat, yang berkembang saat ini
dipraktekkan dalam pelayanan SPA adalah pijat Jawa dan Bali sedangkan shiatsu, tuina, lomilomi,
Swedish, akupresur, refleksi termasuk yang berasal dari negara lain (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Hal ini menunjukkan jamu dan pijat termasuk pengobatan atau pelayanan tradisional khas Indonesia. 1.
Jamu Tahun 1988 merupakan awal dimulainya program pengembangan potensi obat tradisonal sebagai
alternatif pelayanan kesehatan (Chaudhury &Rafei, 2001). Obat tradisional Indonesia dikenal dengan
istilah jamu (WHO, 2010). Perkembangan jamu saat ini dikelola secara tradisional dan modern, beberapa
pabrik jamu di Indonesia dimancanegara. Jamu tradisional yang dikelola
bahkan sudah sampai secara manual dapat
ditemukan di masyarakat Indonesia dengan membuat sendiri dan masih banyak ditemukan yang dijual
keliling kampung misalnya jamu gendong (Wulandari dan Azrianingsih, 2014). Perkembangan jamu
dikelola secara modern sudah semakin maju dengan adanya pabrik yang diproduksi secara masal da
nada yang telah menggunakan resep dokter. 2. Pijat Tindakan pijat memiliki prinsip yang hampir sama
dengan masase, penekanan pada bagian ini adalah, banyaknya jenis pijat yang ada di Indonesia
tergantung wilayah tempat tinggal masyarakat. Istilah yang banyak beredar dimasyarakat pijat
bermacam-macam, misalnya pijat dan urut. Pijat memiliki tujuan
25
komplementer
merupakan
pelengkap
dalam
intervensi
keperawatan. Setiap individu akan berusaha untuk mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai keinginan
dan kemampuan dirinya. Perawat sebagai professional kesehatan yang kompeten akan berusaha
mengembangkan kemampuan terhadapi keilmuan yang menunjang dalam praktik keperawatan,
melakukan atau menggunakan sebagai hasil penelitian yang membahas terapi komplementer. Jenis
terapi komplementer begitu banyak, penggunaannya dipilih sesuai dan tidak bertentangan dengan
pengobatan konfensional yang telah digunakan klien. Perawat perlu mengetahui tehnik yang ada, untuk
dapat mempersiapkan klien yang akan mendapatkan tindakan komplementer dan membantu
memberikan intervensi yang sesuai kebutuhannya. Prinsip perlindungan dan keamanan serta
kenyamanan tindakan untuk perawat dan klien harus diperhatikan, misalnya tindakan antiseptik,
komunikasikan terapi, tempat yang tenang dan nyaman sesuai kebutuhan serta mengikuti langkah yang
tepat sesuai tahapan intervensi dan dilakukan untuk melengkapi tindakan keperawatan dalam asuhan
keperawatan. B. Saran Perawat dalam memenuhi kebutuhan tersebut membutuhkan pengetahuan dan
ketrampilan untuk dapat memberikan intervensi pada klien. Tindakan yang dilakukan perawat harus
menjadi bagian dari asuhan keperawatan serta memperhatikan prinsip holistik, komprehensif, dan
kontinum. Apabila perawat mampu memahami dan melaksanakan konsep tersebut, diharapkan
pelayanan kesehatan terbaik untuk klien dapat diberikan karena masyarakat Indonesia saat ini banyak
yang sangat mempercayai kombinasi terapi tradisional dan konvensional dalam pemenuhan
kesehatannya.
26
DAFTAR PUSTAKA Setiawan Agus. 2019. Keperawatan Kesehatan Komunitas dan Keluarga 1st Indonesia
edition. Singapore : Elsevier
27