Anda di halaman 1dari 3

MANFAAT EKONOMI TEMPAT WISATA ALAM GUNUNG TANGKUBAN PERAHU &

FLOATING MARKET BAGI MASYARAKAT

Wisata Gunung Tangkuban Perahu adalah salah satu objek ekowisata di Kota Bandung.
Pemahaman ekowisata yakni tempat pariwisata yang berwawasan lingkungan dan tetap
mengembangkan pariwisata tanpa merusak keseimbangan alam. Selain itu, Gunung Tangkuban
Perahu memiliki kawasan hutan dan termasuk taman wisata alam dan memiliki unsur muatan budaya
yang terkandung di dalamnya. Gunung ini bentuknya seperti perahu terbalik dengan puncak tertinggi
2.084 mdpl. Menurut Berliana (2017:6), pengembangan pariwisata yang berbasis alam seperti
ekowisata yang memiliki Kawasan hutan dan gunung adalah kombinasi antara usaha pemerintah
daerah untuk melakukan konservasi alam dan kegiatan ekonomi. Selain itu, ekowisata juga
merupakan upaya untuk menyediakan sarana edukasi, penelitian, rekreasi dan manfaat ekonomi dalam
satu konsep lokasi wisata.

Keindahan Gunung Tangkuban Perahu menurut Gregorius (2015:409) sudah diakui sejak
zaman kolonial pada tahun 1913 wisatawan asing telah berkunjung ke Gunung Tangkuban Perahu
dengan transportasi darat meskipun saat itu masih terbatas karena kendala fasilitas akses jalan menuju
lokasi. Tempat ini menjadi objek wisata yang menarik bagi wisatawan sejak dibuka untuk umum pada
1928. Kemudian pada 1928- 1932, Bandoeng Vooruit membangun infrastruktur jalan ke Gunung
Tangkuban Perahu. Selain itu, fasilitas penunjang seperti penginapan juga mulai didirikan pada era
itu. Hal ini menunjukan daya tarik taman wisata alam Gunung Tangkuban Perahu telah berhasil
menarik wisatawan pada zaman kolonial terdahulu. Lebih lanjut, Afrodita, dkk (2012:26) menjelaskan
bahwa lokasi pariwisata ini juga menjadi salah satu sektor ekonomi yang berkelanjutan untuk
penduduk sekitar. Bahkan jumlah penjual souvenir atau pedagang yang berjualan mencapai 90%
adalah penduduk lokal. Hal ini membuktikan bahwa Tangkuban Perahu telah menjadi sumber
pendapatan penduduk sekitar.

Taman Wisata Alam Tangkuban Perahu juga merupakan sebuah kawasan yang dikelola oleh
pihak swasta dengan IPPA dan dalam pengelolaannya diawasi oleh BBKSDA. Pengelolaan yang baik
telah dicerminkan oleh PT.GRPP, hal tersebut terbukti dengan banyaknya pengunjung yang datang
dan menguntungkankan berbagai pihak, dalam hal ini masyarakat sekitar sebagai karyawan dan
pedagang, pemerintah dengan pendapatan Negara bebas pajak ( PNBP ) dan tentunya pengelola.
Keuntungan dari segi ekonomi tersebut tidak terlalu mengeluarkan dampak negatif yang dapat
mengganggu kelestarian ekosistem kawasan konservasi Taman Wisata Alam Tangkuban Perahu, hal
tersebut dikarenakan telah diantisipasi oleh pengelola dengan adanyakegiatan evaluasi yang
diimplementasikan dengan pembangunan, persemaian dan penanaman pohon pada setiap lahan yang
membutuhkan. Pengelolaan yang baik pada kawasan telah dapat memberikan wawasan
danpengetahuan terhadap sistem pengelolaan 6 wisata alam yang selalu berpedoman pada regulasi
dan selalu dalam pengawasan BBKSDA. Kerjasama dan bantuan yang baik serta kooperatif pengelola
terhadap kegiatan praktek pengelolaan ekowisata dapat membuat pemahaman dan implementasi
bekerja secara lansung pada salah satu kajian bidang pengelolaan ekowisata berjalan dengan lancar.
Permasalahan yang ada berikut sebagai antisipasi yang dimiliki pengelola telah membantu
meningkatkan daya nalar dalam memenuhi permasalahan dan mencari solusi serta, sehingga
perancangan program perbaikan kegiatan pengelolaan ekowisata, serta inovasi paket dan program
wisata baru dapat dilakukan.

Kegiatan wisata yang ada di Floating Market Lembang mampu memberikan dampak yang
cukup besar bagi masyarakat sekitar kawasan wisata. Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan wisata
dapat berupa dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif yang ditimbulkan yaitu terciptanya
lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar, sedangkan dampak negatif yang dirasakan yaitu
terjadinya kemacetan dan kebisingan. Dampak yang muncul dari kegiatan ekonomi dapat berupa
dampak ekonomi. Menurut Vanhove (2005) dampak ekonomi kegiatan wisata dapat diklasifikasikan
menjadi 3 jenis, yaitu dampak langsung (direct impact), dampak tidak langsung (indirect impact), dan
dampak lanjutan (induced impact).

Dampak ekonomi langsung merupakan manfaat yang langsung dirasakan oleh masyarakat
berupa pendapatan yang diterima oleh penerima awal pengeluaran wisatawan. Salah satu contoh
dampak positif langsung yang muncul dari kegiatan wisata yaitu munculnya lapangan pekerjaan baru
bagi masyarakat. Hal ini membuat masyarakat dapat meningkatkan pendapatannya dan taraf
hidupnya. Selain dampak positif yang dirasakan, terdapat juga dampak negatif yang ditimbulkan dari
kegiatan wisata. Dampak tidak langsung adalah aktivitas ekonomi lokal dari pembelanjaan unit usaha
penerima dampak langsung dan dampak lanjutan (induced impact). Dampak lanjutan merupakan
aktivitas ekonomi lanjutan dari tambahan pendapatan masyarakat lokal. Dampak ekonomi yang
ditimbulkan dapat dilihat berdasarkan pengeluaran wisatawan untuk konsumsi, transportasi, biaya
perjalanan, dan pengeluaran lainnya. Pengeluaran pengunjung selama mengikuti kegiatan wisata
memiliki proporsi tertentu. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti daerah asal, jumlah
tanggungan, dan lain-lain. Berdasarkan sebaran responden di Floating Market Lembang, pengeluaran
wisatawan selama berwisata antara lain digunakan untuk biaya transportasi, konsumsi, parkir,
souvenir, dan kebutuhan lainnya.

Dampak ekonomi langsung dari suatu pariwisata merupakan pendapatan yang diperoleh unit
usaha lokal yang berasal dari pengeluaran wisatawan. Adanya unit usaha di Floating Market Lembang
tentu akan memenuhi kebutuhan wisatawan selama di lokasi wisata. Pengeluaran yang dikeluarkan
wisatawan selama di lokasi wisata antara lain digunakan untuk konsumsi di lokasi, parkir, souvenir,
dan lainnya. Unit usaha di Floating Market Lembang rata-rata buka setiap hari dan ramai dikunjungi
pada akhir pekan dan hari libur. Unit usaha yang terdapat di kawasan wisata Floating Market
Lembang diantaranya perahu makanan, restauran, dan souvenir. Nilai dampak ekonomi langsung
yang paling besar dirasakan oleh unit usaha makanan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya populasi
perahu makanan dan restaurant. Selain itu pengunjung yang datang baik dari dalam kota maupun luar
kota tertarik untuk mencoba aneka jajanan yang ditawarkan Floating Market Lembang.

Keberadaan kawasan Floating Market Lembang memberikan peluang bagi masyarakat untuk
mendirikan unit usaha. Keberadaan unit usaha akan membuka kesempatan kerja bagi masyarakat
lokal. Unit usaha yang berada di Floating Market Lembang sebagian besar memiliki tenaga kerja dan
cukup banyak menyerap tenaga kerja lokal atau tenaga kerja di sekitar kawasan wisata. Unit usaha
yang berada di Floating Market Lembang memiliki tenaga kerja, terutama unit usaha makanan sangat
membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak. Dampak ekonomi tidak langsung berasal dari hasil
pengeluaran unit usaha berupa biaya operasional unit usaha yang berada di Floating Market Lembang.
Keberadaan Floating Market Lembang juga menyerap tenaga kerja lokal yang ada di sekitar sehingga
menimbulkan dampak ekonomi secara tidak langsung berupa upah atau pendapatan yang diterima
oleh tenaga kerja yang bekerja di unit usaha yang terdapat di Floating Market Lembang.

Floating Market Lembang juga dapat menggerakkan perekonomian secara makro. Dilihat dari
uang yang dikeluarkan oleh unit usaha dapat berdampak terhadap siapa saja yang terlibat didalam
kegiatan ekonomi seperti tenaga kerja, pengelola Floating Market Lembang, penjual bahan baku, dan
lainnya.

Anda mungkin juga menyukai