Anda di halaman 1dari 13

BAB II

2.1 KONSEP PENGETAHUAN


2.1.1 Pengertian
Pengetahuan Menurut Notoadmodjo (2012) Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu
dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa
alam, dan sebagainya. Dengan kata lain pengetahuan itu dapat menjadi ilmu dengan criteria
sebagai berikut : (1) mempunyai objek kajian, (2) metode pendekatan, (3) disusun secara
sistematis (4) bersifat universal (mendapat pengakuan secara umum). Sedangkan menurut
(Priyoto 2014) pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni
indra penglihatan, indra pendengaran, indra penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan seseorang diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan
dominan yang sangat penting untuk tindakan seseorang.

2.2.2 Tingkatan Pengetahuan

Menurut Priyoto (2014) pengetahuan yang tercangkup dalam domain kognitif ada 6
tingkatan yakni:
1. Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya
termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik
dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
2. Memahami (Comprehension) diartikan sebagai sesuatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang telah diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut
secara benar.
3. Aplikasi (application) diartikan sebagi kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada kondisi atau situasi real (sebenarnya).
4. Analisis (Analysis) diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan atau suatu subjek
kedalam komponen-komponen, tapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada
kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (Synthesis) diartikan sebagai kemampuan untuk merangkum atau meletakkan dalam
suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.
6. Evaluasi (Evaluation) diartikan sebagai kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

2.2 KONSEP SIKAP


2.2.1 Pengertian Sikap
Menurut Azwar (2015) Sikap (attiude) adalah mekanisme mental yang mengevaluasi,
membentuk pandangan, mewarnai perasaan, dan akan ikut menentukan kecenderungan perilaku
kita terhadap manusia atau sesuatu yang sedang kita hadapi, bahkan terhadap diri kita sendiri.
Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sedangkan menurut Priyoto (2014)
sikap merujuk pada evaluasi individu terhadap berbagai aspek dunia sosial serta bagaimana
evaluasi tersebut memunculkan rasa suka atau tidak suka individu terhada isu, ide, orang lain,
kelompok sosial dan objek. Sikap pada awalnya diartikan sebagai suatu syarat untuk
memunculkan suatu tindakan. Pandangan dan perasaan kita terpengaruh oleh ingatan akan masa
lalu, oleh apa yang kita ketahui dan kesan kita terhadap apa yang sedang kita hadapi saat ini.

2.2.2 Struktur Sikap

Menurut Azwar (2015) struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang
yaitu:

(a) Komponen Kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap.

(b) Komponen Afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional, sedangkan.

(c) Komponen Konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap
yang dimiliki seseorang.

Menurut Azwar (2015) sikap dan perilaku manusia adalah masalah pengungkapan
(assessment) atau pengukuran (measurement) sikap. Adapun dimensi pengukuran sikap:

(1) sikap mempunyai arah


(2) sikap memiliki intensitas
(3) sikap memiliki keluasan
(4) sikap memiliki konsistensi
(5) sikap memiliki spontanitasnya.
Sifat sikap terdiri dari (a) Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati,
menyenangi, mengharapkan objek tertentu. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk
menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu (Wawan dan Dewi).

Ciri-ciri sikap: (a) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari
sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan objeknya. (b) Sikap dapat berubah-ubah.
(c) Sikap tidak berdiri sendiri tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu
objek. (d) Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan
dari hal-hal tersebut. (e) Sikap mempunyai segisegi perasaan, sifat alamiah yang membedakan
sikap dan kecakapankecakapan atau pengetahuan yang dimilliki orang (Wawan dan Dewi).

2.2.3 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP

Menurut Priyoto (2012) faktor yang mempengaruhi sikap yakni:

(a) Sosial merupakan proses penentuan persepsi seseorang terhadap kebutuhan dan kualitas
hidupnya dan aspirasi untuk lebih baik lagi, dengan penerapan berbagai informasi yang didesain
sebelumnya.

(b) Epidemiologi merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup seseorang baik
langsung maupun tidak langsung.

(c) Perilaku dan lingkungan yaitu memisahkan penyebab perilaku dan non perilaku dari masalah
kesehatan, mengembangkan penyebab perilaku, melihat important perilaku, melihat changebility
perilaku, memilih target perilaku.

(d) pendidikan dan organisasi adalah mengidentifikasi kondisi-kondisi perilaku dan lingkungan
yang status kesehatan dan kualitas hidup dengan memperhatikan faktor-faktor penyebabnya.

(e) administrasi dan kebijakan yaitu merupakan sumber daya dan kejadian-kejadian dalam
organisasi yang mendukung atau menghambat perkembangan promosi kesehatan.

2.3 KONSEP SIKLUS KEHIDUPAN WANITA


Siklus kehidupan wanita serta perubahan yang terjadi pada setiap tahapnya. Dalam
kehidupannya, wanita mempunyai tahapan masa yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, pubertas,
reproduksi, klimakterium, menopause dan senium.

2.3.1 Bayi
Perubahan pada bayi lahir cukup bulan : (a) Pembentukan genitalia interna telah sempurna.
(b) Folikel pada kedua ovarium telah lengkap. (c) Genitalia eksterna telah terbentuk. (d) Minggu
pertama dan kedua setelah lahir, bayi masih membawa pengaruh estrogen yang didapat saat dlm
kandungan.

Pengaruh ini seperti : Epitel vagina relative tebal dan pH vagina 5. (e) 1/3 bayi perempuan
endoserviksnya tidak terhenti pada ostium uteri eksternum tetapi menutupi juga sebagian dari
portio servisis uteri (pseudoerosio kongenitalis).

2.3.2 Kanak-kanak
Yang khas pada kanak-kanak adalah perangsangan oleh hormon kelamin sangat kecil. Pada
masa ini alat-alat genitalnya tidak menunjukkan pertumbuhan yang berarti hingga pada
permulaan pubertas tetapi pengaruh hipofisis sangat terlihat pada pertumbuhan badannya. Pada
masa ini sudah nampak perbedaan antara perempuan dan laki-laki terutama pada tingkah lakunya
yang juga ditentukan oleh lingkungan dan pendidikan.

2.3.3 Pubertas/Remaja
Pubertas merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak ke masa dewasa. Antara
kedua masa ini tidak ada batasan yang terlihat, hanya saja pada masa pubertas diawali dengan
berfungsinya ovarium dan berakhir pada saat ovarium berfungsi dengan mantap dan teratur. Pada
masa ini terjadi perubahan organ-organ fisik secara cepat dan perubahan tersebut tidak seimbang
dengan perubahan kejiwaannya dan terjadi kematangan seksual atau alat-alat reproduksi.

2.3.4 Reproduksi
Masa ini terpenting bagi wanita dan kira-kira berlangsung 33 tahun. Haid pada masa ini
paling teratur dan memungkinkan untuk kehamilan. Tetapi setelah usia 40 tahun keatas akan
mulai terjadi penurunan kesuburan atau fertilitas.
2.3.5 Klimakterium
Klimakterium bukan suatu keadaan patologik melainkan suatu masa peralihan yang normal
yang berlangsung beberapa tahun sebelum dan sesudah menopause.

2.4 KONSEP MENOPAUSE


2.1.1. Definisi menopause

Menopause merupakan sebuah kata yang memiliki banyak arti atau makna yang terdiri
dari kata men dan pauseis yang berasal dari bahasa yunani untuk menjelaskan gambaran
berhentinya haid atau menstruasi.Hal ini menjadi akhir dari perubahan hormon yaitu penurunan
hormon estrogen yang dihasilkan oleh ovarium (Mulyani, 2012).

Menopause menurut WHO berarti berhentinya siklus menstruasi untuk selamanya bagi
wanita sebelumnya mengalami menstruasi setiap bulan yang disebabkan oleh folikel yang
mengalami atresia terus meningkat sampai tidak tersedia lagi folikel serta dalam 12 bulan
terakhir mengalami amenorea dan bukan disebabkan oleh keadaan patologis (Prawirohardjo,
2008).

Menopause adalah berhentinya secara fisiologis siklus menstruasi yang berkaitan dengan
tingkat lanjut usia perempuan. Seorang wanita yang mengalami menopause alamiah sama sekali
tidak dapat mengetahui apakah saat menstruasi tertentu benar-benar merupakan menstruasinya
yang terakhir sampai satu tahun berlalu (Wijayanti, 2009).

2.1.2. Batasan Usia Menopause

Menurut Ratna (2014) menemukan bahwa usia wanita menopause terbanyak adalah
umur 45-54 tahun (73,1%) dengan usia rata-rata yaitu 50 tahun. Menurut Prawirohardjo (2008),
usia menopause yang relatif sama antara di Indonesia maupun negara-negara Barat dan Asia
adalah umur 50-51 tahun atau sekitar 50 tahun. Perempuan biasanya mengalami menopause pada
usia 40-58 tahun, dengan usia rata-rata menjadi 51 tahun (Kasdu, 2002). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa usia rata-rata menopause adalah 50 tahun.

2.1.3. Periode menopause


Menurut Nugroho (2016), penurunan kadar hormon estrogen, menyebabkan periode
menstruasi menjadi tidak teratur dan menjadi petunjuk terjadinya menopause. Ada 3 periode
menopause yaitu: (1) Klimakterium, merupakan masa peralihan antara masa reproduksi dan
masa senium. Biasanya masa ini disebut juga pramenopause, antara usia 40 tahun, ditandai
dengan siklus haid yang tidak teratur, dengan perdarahan haid yang memanjang dan relatif
banyak. (2) Menopause, merupakan haid terakhir atau berhentinya menstruasi. Umumnya terjadi
pada usia 50 tahun. (3) Senium, merupakan periode sesudah pascamenopause dan individu sudah
mampu menyesuaikan dengan kondisinya sehingga tidak mengalami gangguan fisik antara usia
65 tahun.

2.1.4. Tahap-tahap dalam menopause

The Journalist‟s Menopause Handbook (2006) yang dikeluarkan oleh The Society of
Obstetricians and Gynaecologists of Canada (SOGC) dalam prasetya (2012) mendefinisikan
menopause sebagai masa ketika seorang perempuan tidak lagi mengalami menstruasi. Meski
nama menopause itu spesifik, tapi transisi menopause membutuhkan periode yang cukup lama.

Oleh karena ini, menopause terbagi-bagi dari 4 tahap, (Zulkarnaen, 2003; Stewart, 2005; The
Society of Obstetricians and Gynaecologists of Canada, 2006):

1) Premenopause adalah masa antara 40 tahun dan dimulainya siklus haid mulai tidak teratur.

2) Perimenopause adalah masa diantara premenopause dan menopause, ditandai dengan tubuh
mulai berkurang dalam memproduksi hormon perempuan (estrogen dan progresteron). Rata-
rata usia masa perimenopause adalah 45,1 tahun namun bisa berlangsung pada rentang usia
39 sampai 51 tahun. Masa menopause adalah 2-8 tahun (rata-rata 5 tahun).
3) Menopause adalah masa dimana fungsi ovarium berhenti dan seorang perempuan tidak lagi
mendapatkan haid.
4) Pascamenopause adalah waktu ketika perempuan telah mencapai menopause, tepatnya 12
bulan setelah menopause. Ini ditandai dengan kadar
LH dan FSH yang tinggi serta kadar estrogen dan progesteron yang rendah. Saat mengalami
masa pascamenopause, perempuan akan mengalami isu kesehatan jangka panjang, misalnya
osteoporosis dan gangguan kardiovaskular. Oleh karena itu, ketika mencapai menopause, tepat
bagi perempuan untuk memeriksa kesehatan secara keseluruhan dan pilihan hidup yang bisa
mengatasi masalah kesehatan jangka panjang.

Pengalaman menopause bersifat individual, artinya tidak semua perempuan mengalami


gejala dan perubahan fisik yang sama. Kombinasi antara kesehatan (gaya hidup, genetik, pola
makan, dan olahraga) dan faktor sosial (dukungan keluarga, peran ibu, pandangan masyarakat
tentang menopause, terpaan media, dan faktor sosial lain) memberi kontribusi signifikan
terhadap pengalaman menopause seorang perempuan.

2.1.5. Fisiologi Menopause

Pada usia 40-50 tahun, siklus seksual biasanya menjadi tidak teratur, dan ovulasi sering
tidak terjadi. Sesudah beberapa bulan sampai beberapa tahun, siklus terhenti sama sekali. Periode
ketika siklus terhenti dan hormonhormon kelamin wanita menghilang dengan cepat sampai
hampir tidak ada disebut sebagai menopause.
Penyebab menopause adalah “matinya” (burning out) ovarium. Sepanjang kehidupan
seksual seorang wanita, kira-kira 400 folikel primordial tumbuh menjadi folikel matang dan
berovulasi, dan beratus-ratus dari ribuan ovum berdegenerasi. Pada usia sekitar 45 tahun, hanya
tinggal beberapa folikel-folikel primordial yang akan dirangsang oleh FSH dan LH, dan produksi
estrogen dari ovarium berkurang sewaktu jumlah folikel primordial mencapai nol. Ketika
produksi estrogen turun di bawah nilai kritis, estrogen tidak lagi menghambat produksi
gonadotropin FSH dan LH. Sebaliknya, gonadotropin FSH dan LH (terutama FSH) diproduksi
sesudah menopause dalam jumlah besar dan kontinu, tetapi ketika folikel primordial yang tersisa
menjadi atretik, produksi estrogen oleh ovarium turun secara nyata menjadi nol (Guyton, 2006).

Bertolak belakang dengan keyakinan umum, kadar estrogen perempuan sering


relatif stabil atau bahkan meningkat di masa pramenopause. Kadar itu tidak berkurang selama
kurang dari satu tahun sebelum periode menstruasi terakhir. Sebelum menopause, estrogen
utama yang dihasilkan tubuh seorang wanita adalah estradiol. Namun selama masa
pramenopause, tubuh wanita mulai menghasilkan lebih banyak estrogen dari jenis yang berbeda,
yang dinamakan estron, yang dihasilkan di dalam indung telur maupun dalam lemak tubuh.
Kadar testosteron biasanya tidak turun secara nyata selama pramenopause. Kenyataannya,
indung telur pascamenopause dari kebanyakan wanita mengeluarkan testosteron lebih banyak
daripada indung telur pramenopause (Wijayanti, 2009).

Menurut Fritz (2010), kadar estradiol serum pada wanita pasca menopause sekitar 10-
20pg/mL dan sebagian besar merupakan hasil konversi estron, yang diperoleh dari konversi
perifer androstenedion. Kadar estrogen pada wanita menopause sangat bergantung dari konversi
androstenedion dan testosteron menjadi estrogen. Sebuah penelitian di Australia menemukan
bahwa kadar testosteron dalam sirkulasi tidak berubah sejak 5 tahun sebelum menopause hingga
7 tahun setelah menopause.

Androstenedion adalah androgen utama yang dikeluarkan oleh folikel yang sedang
berkembang. Dengan terhentinya perkembangan folikuler pada wanita pascamenopause, kadar
androstenedion turun 50%. Setelah menopause, hanya 20% androstenedion yang disekres oleh
ovarium.

Dehidroepiandrosteron (DHEA) dan dehidroepiandrosteron sulfat (DHEAS) terutama dihasilkan


oleh kelenjar adrenal (<25% oleh ovarium). Dengan penuaan, produksi DHEA turun 60% dan
DHEAS turun 80%. Berat badan memiliki korelasi yang positif dengan kadar estron dan
estradiol di sirkulasi dengan adanya konversi androstenedion menjadi estrogen, namun dengan
penuaan, kontribusi adrenal sebagai prekursor produksi estrogen menjadi tidak adekuat.
2.1.6. Tanda dan Gejala Menopause

Menopause mulai secara bertahap dan biasanya dikenali melalui perubahan dalam
menstruasi. Perubahan yang terjadi biasanya diketahui dengan berhentinya siklus menstruasi.
Selain itu menopause juga sering disertai gejala yang bervariasi, mulai dari gejala fisik, jiwa
hingga perasaan yang berubah-ubah serta gangguan lainnya (Lestari, 2010).

Saat memasuki masa menopause terjadi penurunan kapasitas reproduksi dari seorang
wanita, yaitu ovarium yang menjadi tidak responsif lagi terhadap gonadotropin, sehingga
menyebabkan perubahan pada sistem hormonal. Sejumlah perubahan hormonal memberikan
dampak pada perubahan fisik dan perubahan psikis pada wanita. Perubahan fisik yang terjadi
disebabkan penurunan fungsi dari ovarium, sebagian lagi disebabkan karena proses penuaan.
Beberapa perubahan fisik yang dialami masa menopause adalah menstruasi yang tidak lancar dan
tidak teratur, keringat yang berlebihan, darah haid yang keluar lebih banyak atau sangat sedikit
dan perubahan bentuk tubuh. Perubahan bentuk tubuh bisa dilihat pada payudara yang kian
mengecil akibat atrofi pada kelenjar payudara. Puting susu juga mengecil dan pigmentasi
semakin berkurang. Gejolak panas atau hot flushes biasanya timbul ketika darah haid mulai
berkurang dan itu berlangsung sampai haid berhenti. Munculnya hot flusesh biasanya diawali
pada daerah dada, leher atau wajah dan menjalar ke beberapa daerah tubuh yang lain (Gilly,
2009; Proverawati, 2010; Smeltzer, 2008).

Menurut Purwoastuti (2008), gejala psikis ditandai dengan ingatan menurun yang erat
kaitannya dengan penurunan fungsi pada usia menopause.

Setelah itu kecemasan juga muncul diakibatkan oleh adanya kekhawatiran dalam menghadapi
situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan. Mudah tersinggung dan marah hal ini juga
berhubungan dengan pengaruh berubahnya hormon dalam tubuh. Depresi, ini bisa diakibatkan
karena wanita merasa kehilangan kemampuan bereproduksi atau memiliki anak dan kehilangan
daya tarik. Wanita juga tertekan karena kehilangan seluruh perannya sebagai wanita serta ia
harus menghadapi masa tuanya.

2.1.7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Menopause

Menurut Mulyani (2013), terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi menopause yaitu: Pertama, faktor psikis yaitu keadaan psikis seorang wanita
akan mempengruhi terjadinya menopause. Keadaan seseorang wanita yang tidak menikah dan
bekerja akan mempengaruhi perkembangan psikis seorang wanita. Menurut beberapa penelitian,
mereka akan mengalami waktu menopause yang lebih muda atau cepat dibandingkan yang
menikah dan tidak bekerja atau bekerja dan tidak menikah.

Kedua, cemas yaitu sangat menentukan waktu kecepatan atau bahkan keterlambatan
masa-masa menopause. Ketika seorang perempuan lebih sering merasa cemas dalam
kehidupannya, maka bisa diperkirakan bahwa dirinya akan mengalami menopause lebih dini.
Sebaliknya juga, jika seorang wanita yang lebih santai dan rileks dalam menjalani hidup
biasanya masa-masa menopausenya akan lebih lambat.
Beberapa hal yang bisa menimbulkan kecemasan antara lain: keluarga, misalnya
hubungan dengan suami apakah suami menerima keadaan istri dengan baik, hal ini akan
berdampak pada kondisi psikologis. Selain itu juga berkurangnya anggota keluarga juga bisa
menjadi penyebab menopause.

Ketiga, usia menarcheyaitu semakin dini seorang wanita mengalami menarche, maka
akan semakin lama mengalami menopause. Keempat, usia melahirkan yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Beth Israel Deaconess Medical Center in Boston mengungkapkan bahwa wanita
yang masih melahirkan diatas usia 40 tahun akan mengalami usia menopause yang lebih tua atau
lama. Hal ini disebabkan karena kehamilan dan persalinan akan memperlambat sistem kerja
organ reproduksi. Bahkan akan memperlambat sistem penuaan tubuh.

Kelima, merokok yaitu seorang wanita yang merokok akan lebih cepat mengalami masa
menopause. Pada wanita perokok diperoleh usia menopause lebih awal, sekitar 1,5 tahun.
Merokok mempengaruhi cara tubuh memproduksi atau membuang hormon estrogen. Di samping
itu juga, beberapa peneliti meyakini bahwa komponen tertentu dari rokok juga berpotensi
membunuh sel telur. Menurut hampir semua studi yang pernah dilakukan, wanita perokok akan
mengalami masa menopause pada usia yang lebih muda yaitu 43 hingga 50 tahun. Selama
menopause, ovarium wanita akan berhenti memproduksi sel telur sehingga wanita tersebut tidak
bisa hamil lagi.

Keenam, pemakaian kontrasepsi yaitu kontrasepsi dalam hal ini adalah kontrasepsi
hormonal. Hal ini dikarenakan cara kerja kontrasepsi yang menekan kerja ovarium atau indung
telur. Pada wanita yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal akan lebih lama atau tua
memasuki masa menopause.

Ketujuh, sosial ekonomi yaitu keadaan sosial ekonomi seseorang akan mempengaruhi
faktor fisik, kesehatan, dan pendidikan. Bila faktor tersebut cukup baik, akan mempengaruhi
beban fisiologis. Kesehatan akan faktor klimakterium sebagai faktor fisiologis.

Kedelapan, budaya dan lingkungan yaitu sangat mempengaruhi wanita untuk dapat atau
tidak dapat menyesuaikan diri dengan klimakterium dini. Kesembilan, diabetes yaitu penyakit
autoimun yang menyebabkan terjadinya menopause dini. Pada penyakit autoimun, antibodi yang
terbentuk akan menyerang FSH. Kesepuluh, status gizi yaitu mengkonsumsi makanan yang baik
misalnya sejak masih muda rajin mengkonsumsi makanan sehat seperti kedelai, kacang merah,
bengkoang, atau pepaya. Kesebelas, stres seperti halnya cemas mempengaruhi menopause, stres
juga merupakan salah satu faktor yang bisa menentukan kapan wanita akan mengalami
menopause. Jika seorang sering merasa stres maka sama halnya dengan cemas, wanita tersebut
akan lebih cepat mengalami menopause.
DAFTAR PUSTAKA

Fritz, M, A, & Speroff, L. (2010). Clinical gynecologi and infertility. Lippincott Williams &
Wilkins

Guyton AC, Hall JE. (2006). Buku ajar fisiologi kedokteran.Edisi 11. Penterjemah: Irawati, R.
D, & Indriyani, F. Jakarta: EGC
Gilly, A. (2009). Buku ajar kesehatan reproduksi wanita.Edisi 2. Jakarta: EGC

Kasdu, D. (2002). Kiat sehat dan bahagia diusia menopause. Jakarta: Puspa Swara
Lestari, D. (2010). Seluk beluk menopause. Jakarta: Gara Ilmu
Mulyani, N.S. (2015). Menopause akhir siklus menstruasi pada wanita diusia pertengahan.
Yogyakarta: Nuha Medika

Purwoastuti, E. (2008). Menopause, siapa takut?. Yogyakarta: Kasinius

Riduwan.(2010). Metode & teknik menyusun tesis. Bandung: Alfabeta

Rahayu, T. (2015). Kesiapan ibu pramenopause dalam menghadapi menopause di


Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan
Tuntungan.http://repository.usu.ac.id. Diunduh 20 februari 2018

Safitri, A. (2009). Beberapa faktor yang mempengaruhi menopause pada


wanita.http://repository.usu.ac.id. Diunduh 20 oktober 2017

Setiadi.(2007). Konsep dan penulisan riset keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Sastroasmoro, S., Ismael, S. (2011). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta: Bina
Rupa Aksara. Swara

Smeltzer, S. C. & Bare, B. G. (2008). Keperawatan medical bedah.Edisi 8. Jakarta: EGC

Spencer, F. R., & Brown, P. (2006). Menopause. Jakarta: Erlangga


Siregar, S. (2014). Metode penelitian kuantitatif: dilengkapi perbandingan perhitungan manual
& SPSS. Jakarta: Kencana

Suryani, E& Widyasih, H. (2010).Psikologi ibu dan anak. Yogyakarta: Fitramaya

Tamher, S., Noorkasiani. (2009). Kesehatan usia lanjut dengan pendekatan asuhan
keperawatan. Jakarta:Salemba Medika.

Wijayanti.(2009). Fakta penting seputar kesehatan reproduksi


wanita. Yogyakarta: Bookmarks

Waluyo, S. & Putra. B. M. (2010). 100 question & answer menopause atau mati haid. Jakarta:
PT. Elex Media Komputindo

Wahyunita, V. D. Fitrah. (2010). Memahami kesehatan pada lansia. Jakarta:


Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai