MAKALAH
Oleh:
Lisah 210131600816
FEBRUARI 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat,
taufiq serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Pengembangan Ilmu Pengetahuan” dengan baik. Dalam proses
penyusunan makalah ini tak lepas dari bantuan beberapa pihak, untuk itu kami
ucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Mustiningsih, M. Pd selaku dosen matakuliah
Filsafat Manajemen Pendidikan yang telah membimbing kami sampai terselesaikan
penyusunan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini tak lepas dari adanya kekurangan, untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran agar penyusunan makalah ini dapat lebih baik
lagi. Dan senantiasa kami berharap semoga dengan adanya makalah ini dapat
bermanfaat untuk kita semua.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Definisi dari imu pengetahuan yaitu seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan serta untuk meningkatkan suatu pemahaman manusia dari berbagai segi
kenyataan pada alam manusia. Pengetahuan adalah hasil dari sebuah keingintahuan
manusia pada suatu subjek yang ingin diketahui. Pada dasarnya pengetahuan muncul
karena diri manusia itu sendiri. Kadang ilmu mempunyai makna yaitu sebagai sesuatu
yang dimiliki seseorang yang telah mempelajarinya, sedangkan pada pengetahuan
yaitu apa yang diketahuinya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
3
b) Periode Islam
5
juga mengintegrasikannya menjadi suatu pola yang berarti. Tingkat teoritis ini
merupakan tahap yang paling maju dari ilmu, suatu tahap yang belum dicapai secara
penuh oleh satu pun dari disiplin disiplin ilmu yang ada sekarang, apalagi oleh ilmu-
ilmu sosial.
Permulaan dari titik tolak ilmu adalah pengalaman. Ilmu dimulai dengan
observasi, yaang kemudian ditambahkan observasi lain baik yang serupa maupun
tidak, sampai suatu kesamaan atau perbedaan dapat dicapai. Sehingga akan disusun
prinsip dasar yang menerangkan terjdinya atau tidak terjadinya pengalaman.
Sehingga tujuan dari ilmu adalah memperoleh dan mensistematisasikan pengetahuan
tentang gejala yang dialami. Dalam tahap-tahap permulaan, ilmu harus berurusan
dengan penambahan pengalaman dan kritik terhadap pengalaman. Pengumpulan
pengalaman individual, betapapun terang dan jelasnya, tidak cukup, karena selama
pengalaman itu tetap terpisah-pisah pengalaman itu menjadi tidaak memiliki arti
ditinjau dari keilmuan. Namun melalui proses kualifikasi dan sistematisasi pengalam
pengalaman tersebut dapat menjadi sebuah prinsip dasar yang bersifat umum
sehingga dapat dterapkan secara luas.
Tingkat yang paling akhir dari ilmu adalah ilmu teoritis, di mana hubungan dan
gejala yang ditemukan dalam ilmu empiris diterangkan dengan dasar suatu kerangka
pemikiran tentang sebab musabah sebagai langkah untuk meramalkan dan
menentukan cara untuk mengontrol kegiatan agar hasil yang diharapkan dapat
dicapai. Tahap yang maju ini kelihatannya akan lebih mampu dicapai dalam ilmu-
ilmu alam dibandingkan dengan ilmu-ilmu sosial.
Kelebihan tingkat ilmu teoritis ilmu empiris secara mudah dapat dilihat dengan
memperhatikan keterbatasan ilmu empiris tersebut. Ilmu empiris adalah canggung
dan tidak mudah dipergunakan karena dia berurusan dengan gejala yang terpisah
pisah, yang menyebabkan kita sukar untuk mengerti dan memahami tiap-tiap gejala
tersebut. Ilmu empiris sangat terbatas, terutama dalam peramalan dan kontrol, yang
merupakan tujuan terakhir dari ilmu. Pengetahuan empiris ternyata mempunyai
kegunaan yang terbatas, meskipun, agar lebih yakin sekarang dia mempunyai tujuan
yang dapat dicarinya. Mungkin kemudian secara tepat dapat menemukan alasan lewat
9
intuisi, atau berusaha dengan bersifat coba-coba (trial and error) untuk
menghilangkan faktor demi faktor satu per satu, sehingga akhirnya dia mampu
menyederhanakan proses untuk mencapai tujuanya (Suriasumantri, 1994).
Peralihan dari ilmu empiris ke ilmu teoritis, tentu saja, adalah suatu langkah
yang sukar. Kiranya adalah relatif mudah untuk menemukan apa yang terjadi, akan
tetapi tidak sedemikian mudahnya jika kita harus menerangkannya mengapa hal itu
terjadi. Hal ini tampak pada ilmu-ilmu sosial di mana kita, umpamanya, masih belum
mempunyai penjelasan secara keilmuan untuk sebagian besar masalah dari hal-hal
yang paling elementer apa yang terjadi bila seorang anak belajar. Di dalam beberapa
ilmu-ilmu alam yang telah lebih maju, kemajuan yang luas telah dicapai d dalam arah
ini, meskipun tak satu pun dari ilmu-ilmu ini mempunyai kesamaan pendapat dalam
keseluruhan aspek-aspeknya. Umpamanya, finika menerangkan gejala cahaya dengan
dua buah teori yang bertentangan satu sama lain yakni teori gelombang dan teori
partikel. Dalam ilmu-ilmu sosial, psikologi telah mengembangkan sejumlah teori
yang menerangkan sejumlah gejala psikologis, namun tak satu pun dari teori-teori ini
yang dapat diterima semua orang dan tak seorang pun yang mampu untuk
10
memberikan keterangan mengenai seluruh aspek kelakuan manusia. Kita masih harus
menerangkan, umpamanya. tentang dasar-dasar neuro-fisiologis belajar.
Ilmu tidak hanya memiliki fungsi sebagai sarana berfikir akan tetapi ilmu harus
dapat menjelaskan fakta dengan berbagai tahapan serta struktur ilmiah. Di dalam
dunia pendidikan pengetahuan disepadankan dengan ilmu, hal ini karena ilmu
memiliki beberapa sifat (Firman, 2018):
1. Penjelajah dunia empirik tanpa batas di samping dapat ditangkap oleh panca
indera
11
Ilmu pengetahuan juga memiliki beberapa ciri : 1.) terdapat batasan serta ruang
lingkup, 2.) terdapat metoda dengan tujuan membuktikan kebenaran, 3.) sistematis,
4.) terbuka (Firman, 2018).
Dalam ilmu pengetahuan terdapat suatu kebenaran yang didasarkan oleh sebuah
nilai etis dan hal tersebut tidak bisa terlepas dari etika penggunaannya. Dari hal
tersebut seorang ilmuan harus mempunyai sifat kejujuran, keterbukaan dan juga
memanfaatkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya untuk kebaikan umat (Firman,
2018).
Pengertian Pendidikan
Kedua, pendidikan dilihat dari teori umum, menurut John Dewey pendidikan
adalah The general theory of education and philoshophy is the general theory of
education. Selain itu, secara umum Dewey memaparkan bahawa pendidikn
merupakan upaya menanamkan suatu disiplin, akan tetapi bukan otoritas, selain hal
tersebut Dewey berpendapat bahwa tidak ada suatu tindakan pun yang bersifat baik
dan dan benar secara obyektif (Wasitohadi, 2014). Dewey tidak membedakan antara
filsafat dengan teori pendidikan, dari hal ini Dewey mengatakan bahwa pendidikan
merupakan teori umum pendidikan.
Dan yang terakhir adalah ilmu pendidikan, ilmu pendidikan terbentuk dari
sejumlah cabang ilmu yang terkait satu dengan yang lain dan membentuk satu
kesatuan. Masing-masing dari sebuah cabang ilmu tentunya dibentuk oleh sejumlah
teori.
Sesuai dengan yang telah dipaparkan di atas, antara ilmu pengetahuan serta
pendidikan memiliki kaitan yang erat seperti:
a) Objektif, ilmu wajib dan harus memiliki sebuah objek kajian yang terdiri dari
satu golongan permasalahan yang sama sifat serta hakikatnya, yang tampak
dari luar maupun dari dalam dari segi bentuknya. Objek dalam hal ini juga
bersifat ada serta kemungkinan harus diuji akan kebenarannya.
b) Metodis, dalam mencari sebuah kebenaran dalam ilmu pengetahuan
diperlukan sebuah upaya-upaya yang dilakukan guna meminimalisasi sebuah
kemungkinan terjadinya penyimpangan. Metodis berasal dari bahasa Yunani
yaitu Metodis yang memiliki arti cara, jalan dan apabia dilihat dari pandanga
umum berarti sebuah metode tertentu yang dapat digunakan dan umumnya
merujuk dalam metode ilmiah.
c) Sistematis, dalam hal ini ilmu pengetahuan harus jelas, teratur, dan logis
sehingga dapat membentuk suatu sistem yang utuh, menyeluruh, padu satu
sama lain, serta mampu memaparkan sebuah rangkaian sebab dan akibat.
13
3.1 Kesimpulan
Pada tahap animisme, seorang manusia telah menjelaskan suatu gejala yang
ditemuinya pada kehidupan sebagai perbuatan dari dewa-dewi, hantu serta berbagai
bentuk makhluk halus. Bangsa Yunani dalam sejarah adalah bangsa yang pertama
diakui oleh dunia sebagai perintis dari terbentuknya ilmu, hal ini karena bangsa ini
telah berhasil menyusun secara sistematis.Ilmu empiris menjabarkan bahwa gejala
alam dapat diterangkan sebab-musabab alam. Dengan perkiraan kasar dan tidak
sistematis, serta berlangsung sangat lambat. Didalam ilmu empiris terdapat aspek
pengalaman, kualifikasi, kuantifikasi dan aspek penemuan hubungan-hubungan.
Sedangkan ilmu teoritis merupakan hubungan dan gejala yang ditemukan dalam ilmu
empiris diterangkan dengan dasar suatu kerangka pemikiran tentang sebab-musabab
sebagai langkah untuk meramalkan dan menemukan cara untuk mengontrol kegiatan
agar hasil yang diharapkan dapat tercapai.
Antar ilmu empiris dan ilmu teoritis saling berkaitan karena ilmu teoritis
berawal dari ilmu empiris maupun sebaliknya. Jika dikaitkan dengan ilmu, hampir
dari keseluruhan pendidikan merupakan ilmu empiris. Ilmu merupakan kumpulan
dari pengetahuan yang memaparkan hubungan sebab akibat dari suatu objek secara
sistematis berdasarkan metode tertentu. Ilmu selalu dikaitkan dengan pendidikan,
pendidikan merupakan upaya mendewasakan manusia melalui pengajaran. Kaitan
antara ilmu dengan pendidikan dapat dilihat melalui berbagai aspek yaitu kaitan
secara objektif, metodis, sistematis, dan kaitan secara universal.
14
DAFTAR PUSTAKA
15