MANAJEMEN PERSEDIAAN
Oleh
Assalamualaikum Wr.Wb.
Syukur alhamdulilah kita haturkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat,
taufik dan hidayahnya, kita selalu di beri kesehatan sampai pada saat ini. Shalawat dan salam
kita haturkan selalu kepada junjungan Nabi kita yaitu Rosululloh SAW, beliaulah Guru dari
segala Guru yang mengajarkan kita tentang Ilmu yang bermanfaat Dunia dan Akhirat. Dan
dengan adanya izin dari Allah SWT kami selaku Pemakalah dapat menyelesaikan tugas kami
yang berjudul “ MANAJEMEN PERSEDIAAN“
Penulisan makalah ini disusun sebagai salah satu tujuan untuk menambah wawasan
kita tentang ilmu manajemen keuangan II, dan untuk memudahkan kita dalam ujian semester
nanti, amin Ya Rabbal Alamin.
Dalam penyusunan makalah ini, kami selaku penulis dapat menyadari masih banyak
terdapat kekurangan-kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak, dengan ini harapan kami semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak.
Wassalamualaikum Wr.Wb
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR..................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latarbelakang.............................................................. 1
1.2. Identifikasi Masalah..................................................... 2
ii
BAB V PENUTUP
DAFTAR GAMBAR
iii
Gambar i : Grafik Ilustrasi Pemesanan Ulang................. 17
Gambar ii : Kurva Analisis ABC........................................ 20
Gambar iii : Grafik EOQ .................................................. 25
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
diinginkan. Menurut prinsip-prinsip akuntansi persediaan merupakan barang dagang
yang disimpan kemudian dijual dalam operasi normal perusahaan.
. Seseorang manajer hendaklah mempelajari dan memahami secara keseluruhan
tentang manajemen persediaan. Sehingga seorang manajer dapat mengetahui keadaan
bahan persedian disebuah perusahaan secara langsung dilapangan, bukan sekedar
yang termuat di laporan atau dikertas semata. Dan yang paling penting, seorang
manajer tau persis metode perhitungan persediaan seperti apa yang akan digunakan
dalam perusahaannya. Dengan demikian apabila seorang manajer menghadapi situasi
yang berkenaan dengan persediaan, manajer tersebut dengan cepat dan mudah dalam
mengambil keputusan yang tepat.
Dengan demikan kita perlu mengetahui, mempelajari dan memahami apa itu
manajemen persediaan?. Dalam mempelajari manajemen persediaan, kita tidak akan
terlepas oleh teori-teori yang berkaitan dengan persediaan dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, dalam penulisan makalah ini kelompok kami berusaha untuk
memudahkan pembahasan, supaya lebih mudah dalam penyampaiannya. Maka, kami
hanya memaparkan masalah-masalah sebagai berikut :
2
BAB II
MANAJEMEN PERSEDIAAN
Sebelum kita membahas lebih jauh tentang Manajemen Persediaan. Terlebih dahulu
kita mengetahui apa itu manajemen pemasaran, baik itu meliputi bentuknya, seluk beluknya
dan juga manfaatnya bagi seorang manajer atau sebuah perusahaan. Dalam
perkembangannya, manajemen persediaan tidak semudah yang dipikirkan.
Manajemen Persediaan yaitu bagian utama dari modal kerja, merupakan aktiva
yang pada setiap saat mengalami perubahan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan persediaan adalah suatu aktiva yang harus tersedia dalam
perusahaan pada saat diperlukan untuk menjamin kelancaran dalam menjalankan
perusahaan.
Pada awal bab ini telah disinggung sedikit mengenai arti manajemen
persediaan. Memang benar persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam
operasi perusahaan dagang dan perusahaan industry serta perusahaan jasa. Tanpa
adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan pada keadaan bahwa
perusahaannya pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan para pelanggannya
sehingga kontinuitas perusahaan dapat teranggu karena sumber utama pendapatan
perusahaan berasal dari penjualan persediaan. Ini berarti perusahaan akan kehilangan
kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang seterusnya didapatkan.
Istilah persediaan memberikan pengertian yang berbeda-beda tetapi pada
dasarnya maksud dan tujuannya adalah sama. Berikut pendapat para ahli mengenai
manajemen persediaan:
3
1. C. Rolln Niwwonger, Philip E. Fess dan Carl S. Wareen
“istilah persediaan (inventories) merupakan barang dagangan yang
disimpan untuk dijual dalam operasi perusahaan dan merupakan
barang yang terdapat dalam proses produksi atau yang disimpan untuk
tujuan itu”.
2. Prawirosentono
Persediaan adalah aktiva lancar yang terdapat dalam perusahaan
dalam bentuk persediaan bahan mentah (bahan baku / raw material,
bahan setengah jadi / work in process dan barang jadi / finished goods).
Persediaan mempunyai arti dan peranan yang penting dalam suatu perusahaan.
Persediaan barang dagangan yang secara terus menerus dibeli dan dijual yang
merupakan salah satu unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan, baik itu
perusahaan dagang maupun perusahaan industry. Penjualan barang dagangan
merupakan sumber utama penghasilan bagi perusahaan, karena sebagian besar sumber
perusahaan tertanam dalam persediaan.
4
2.2.1 Jenis Persediaan Menurut Fungsinya
a. Bacth Stock/Lot Size Inventory
yaitu persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat
bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar yang
dibutuhkan pada saat itu. Jadi, dalam hal ini pembelian atas pembuatan yang
dilakukan dalam jumlah besar sedangkan penggunaan atau pengeluarannya
dalam jumlah kecil.
Terjadinya persediaan karena pengadaan barang atau bahan yang
dilakukan lebih banyak lagi yang dibutuhkan. Keuntungan yang akan
diperoleh dari adanya Bacth Stock/Lot Size Inventory ini adalah :
- Memperoleh potongan harga pada harga pembelian
- Memperoleh efisiensi produksi (manufacturing economic) karena
adanya operasi (production run) yang lebih lama.
- Adanya penghematan dalam biaya pengangkutan
b. Fluctuation Stock
yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi
permintaan konsumen yang dapat diramalkan. Dalam hal ini perusahaan
mengadakan persediaan untuk dapat memenuhi permintaan konsumen.
Apabila tingkat permintaan menunjukkan keadaan yang tidak beraturan atau
tidak tetap dan fluktuasi permintaan yang sangat besar, maka persediaan yang
dibutuhkan sangat besar pula untuk menjaga kemungkinan naik turunnya
permintaan tersebut.
c. Anticipation Stock
yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi
permintaan yang dapat diramalkan berdasarkan pola musiman yang terdapat
dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan/penjualan atau
permintaan yang meningkat. Disamping itu, menurut Rangkuti Freddy dalam
buku Manajemen Persediaan, “anticipation stock juga dimaksudkan untuk
menjaga kemungkinan sukarnya diperoleh bahan-bahan sehingga tidak
mengganggu jalannya produksi atau untuk menghindari kemacetan produksi”.
5
2.2.2 Jenis Persediaan Menurut Cara Pengolahannya Dan Posisi Barang
a. Persediaan bahan baku (Raw Material Stock)
yaitu persediaan dari barang-barang berwujud yang digunakan dalam
proses produksi.
6
2.3 Alasan Memiliki Persediaan
Laba yang maksimal dapat dicapai dengan meminimalkan biaya yang
berkaitan dengan persediaan. Namun meminimalkan biaya persiapan dapat dicapai
dengan memesan atau memproduksi dalam jumlah yang kecil, sedangkan untuk
meminimalkan biaya pemesanan dapat dicapai dengan melakukan pesanan yang besar
dan jarang.
Jadi, meminimalkan biaya penyimpanan mendorong jumlah persediaan yang
sedikit atau tidak ada, sedangkan meminimalkan biaya pemesanan harus dilakukan
dengan melakukan pemesanan ,persediaan dalam jumlah yang relatif besar, sehingga
mendorong jumlah persediaan yang besar.
Alasan yang kedua yang mendorong perusahaan menyimpan persediaan dalam
jumlah yang relative besar adalah masalah ketidakpastian permintaan. Jika permintaan
akan bahan atau produk lebih besar dari yang diperkirakan, maka persediaan dapat
berfungsi sebagai penyangga, yang memberikan perusahaan kemampuan untuk
memenuhi tanggal penyerahan sehingga pelanggan merasa puas.
Secara umum alasan untuk memiliki persediaan disebuah perusahaan adalah
sebagai berikut :
1. Untuk menyeimbangkan biaya pemesanan atau persiapan dan biaya
penyimpanan.
2. Untuk memenuhi permintaan pelanggan, misalnya menepati tanggal
pengiriman.
3. Untuk menghindari penutupan fasilitas manufaktur akibat :
a. Kerusakan mesin
b. Kerusakan komponen
c. Tidak tersedianya komponen
d. Pengiriman komponen yang terlambat
4. Untuk menyanggah proses produksi yang tidak dapat diandalkan.
5. Untuk memanfaatkan diskon
6. Untuk menghadapi kenaikan harga di masa yang akan datang
7
2.4 Fungsi dan Manfaat Manajemen Persediaan
Tujuan dari fungsi ini adalah pengumpulan persediaan agar perusahaan dapat
berproduksi serta menggunakan seluruh sumber daya yang ada dalam jumlah yang
cukup dengan tujuan agar dapat menguranginya biaya perunit produk.
c. Fungsi Antisipasi
Adapun manfaat dari persediaan adalah menjamin kebebasan atau kelancaran kegiatan
operasional internal dan eksternal sehingga permintaan pelanggan dapat terpenuhi tanpa
tergantung pemasok.
8
BAB III
PERTIMBANGAN MANAJEMEN PERSEDIAAN
c. Perkiraan yang tepat atas jadwal penjualan dan produksi merupakan hal yang
esensial bagi pembelian, penanganan, dan investasi bahan yang efisien.
9
f. Pencatatan persediaan saja tidak akan mencapai pengendalian atas persediaan.
10
2. Faktor yang mempengaruhi investasi dalam persediaan.
Faktor ini mencakup beberapa aspek yang berkaitan dengan proses
produksi dan daya tahan suatu persediaan. Beriut cakupapn dari faktor yang
mempengaruhi investasi dalam persediaan:
a. Tingkat Penjualan.
Semakin tinggi omzet penjualan maka makin besar investasi
persediaannya. Begitu juga sebaliknya. Jika omzet penjualannya rendah maka
persediaan akan sedikit.
11
Dalam perusahaan industri manufaktur, bahan baku diproses menjadi barang
jadi, kemudian dijual. Proses ini memerlukan waktu panjang sehingga modal yang
diinvestasikan dalam persediaan cukup besar dan perputarannya relatif lambat. Kondisi
yang demikian manajemen persediaan harus mendapatkan perhatian manajemen yang
sangat serius. Kelebihan persediaan akan mengakibatkan pemborosan penggunaan
modal, sedangkan kekurangan persediaan proses produksi bisa terganggu.
Mengelola persediaan dalam perusahaan industri manufaktur relatif lebih sulit
dibanding dengan mengelola persediaan dalam perusahaan dagang. Dalam perusahaan
dagang, persediaan barang dagangan dibeli untuk dijual; waktu yang dibutuhkan relatif
pendek, sehingga modal yang digunakan berputar relatif cepat.
Manajemen persediaan dalam perusahaan industri manufaktur dapat
dikategorikan menjadi dua, yaitu model Economic Order Quantity atau EOQ dan Tepat
Waktu atau Just in Time (JIT). Penggunaan model tersebut tergantung pada kebijakan
manajemen terhadap pemasok. Jika pemasok diperlukan sebagai pesaing, yaitu mencari
pemasok yang paling murah dapat menyediakan bahan baku, maka model EOQ lazim
digunakan. Tetapi jika pemasok diperlakukan sebagai partner bisnis yang setia dan
dinyatakan satu kesatuan dalam proses produksi, maka model JIT lazim digunakan.
12
manajer harus jeli dan teliti dalam memutuskan berapa persedeiaan yang harus
dibeli. Hal ini tidak bisa dilihat dari kasat mata saja tentunya.
Metode ini, Manajemen harus menghitung biaya yang paling
ekonomis pada setiap jumlah barang yang dibeli (dipesan). Biaya tersebut
adalah saling hubungan antara harga bahan baku, biaya penyimpanan yang
umumnya dihitung berdasar persentase tertentu dari nilai persediaan rata-rata,
jumlah bahan baku yang dibutuhkan dalam satu periode misalnya dalam satu
tahun, dan biaya pesanan. Untuk itu mari kita bahas satu persatu agar lebih jelas
dalam memahaminya.
Dimana :
- Total Biaya Penyimpanan
Q = Kuantitas Pesanan
TCC = C. P. A S = Penjualan Tahunan
N = Frekuensi Pemesanan
- Persediaan Rata-Rata C = Biaya Penyimpanan
A = Q/2 P = Harga Beli Per Unit
=(S/N)/2
13
Dimana :
- Total Biaya Pesanan
Q = Kuantitas Pesanan
S = Penjualan Tahunan
TOC = F. ( S / Q ) F = Biaya Tetap
Total Biaya Perseddiaan atau TIC ini didapat dari penjumlahan toatal
biaya persediaan dan total biaya pemesanan. Sehingga hasilnya diketahui total
biaya persediaan tersebut. Jadi rumusnya sebagai berikut:
Dimana :
- Total Biaya Persediaan
Q = Kuantitas Pesanan
TIC = TCC + TOC S = Penjualan Tahunan
N = Frekuensi Pemesanan
Atau C = Biaya Penyimpanan
P = Harga Beli Per Unit
TIC = C.P.( Q/2 ) + F. ( S/Q )
14
Rumus Model EOQ sebagai Beriku:
Dimana :
EOQ = √ 2. F . S
C .P F = Biaya Tetap
S = Penjualan Tahunan
C = Biaya Penyimpanan
P = Harga Beli Per Unit
Model EOQ tidak lepas dari beberapa asumsi agar perhitungannya akurat.
Berikut ini beberapa asumsi mengenai model EOQ:
- Jumlah kebutuhan bahan mentah sudah dapat ditentukan lebih dulu secara
pasti untuk penggunaan selama satu tahun atau satu periode.
- Penggunaan bahan selalu pada tingkat yang konstan secara kontinyu
- Pesanan persis diterima pada saat tingkat persediaan sama dengan nol atau
diatas safety stock
- Harga konstan selama periode tersebut.
15
Jika digambarkan dalam sebuah grafik akan berbentuk seperti dibawah
ini sebagai ilustrasi:
Persediaan Awal
EOQ + Safety Stock
Persediaan Rata-rata
( EOQ / 2 ) + Safety Stock
Penentuan besar kecilnya Safety Stock dipengaruhi oleh faktor pengalaman,
Faktor dugaan, Faktor Biaya dan Faktor keterlambatan. Jadi, setiap perusahaan
16
dalam menentukan besar kecilnya safety stock persediaan tidaklah sama.
Contohnya sebagai berikut:
Diketahui:
- Penggunaan perhari 15 Kg.
- Keterlambatan Pengiriman 10 hari
Ditanya:
- Berapa besarnya Safety stock yang harus disiapkan??
Jawab:
Safety stock = Penggunaan per hari X Kendala atau faktor-faktor
= 10 x 15 kg
= 150 Kg.
Jadi Safety stock yang harus disediakan sebesar 150 kg.
17
mereka, sehingga penggunaan model ini terjadi berganti-ganti pemasok, dan
hal ini dapat mengganggu proses produksi.
PenggunaanPOQ:
18
Analisis ABC adalah metode dalam manajemen persediaan (inventory
management) untuk mengendalikan sejumlah kecil barang, tetapi mempunyai
nilai investasi yang tinggi.
Analisis ABC didasarkan pada sebuah konsep yang dikenal dengan
nama Hukum Pareto (Ley de Pareto), dari nama ekonom dan sosiolog Italia,
Vilfredo Pareto (1848-1923). Hukum Pareto menyatakan bahwa sebuah grup
selalu memiliki persentase terkecil (20%) yang bernilai atau memiliki dampak
terbesar (80%). Pada tahun 1940-an, Ford Dickie dari General Electric
mengembangkan konsep Pareto ini untuk menciptakan konsep ABC dalam
klasifikasi barang persediaan.
Berdasarkan hukum Pareto, analisis ABC dapat menggolongkan barang
berdasarkan peringkat nilai dari nilai tertinggi hingga terendah, dan kemudian
dibagi menjadi kelas-kelas besar terprioritas; biasanya kelas dinamai A, B, C,
dan seterusnya secara berurutan dari peringkat nilai tertinggi hingga terendah,
oleh karena itu analisis ini dinamakan “Analisis ABC”. Umumnya kelas A
memiliki jumlah jenis barang yang sedikit, namun memiliki nilai yang sangat
tinggi.
Dalam hal ini, saya akan menggunakan tiga kelas, yaitu: A, B, dan C, di
mana besaran masing-masing kelas ditentukan sebagai berikut (Sutarman, 2003,
pp. 144–145):
1. Kelas A, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 15-20%
dari total seluruh barang, tetapi merepresentasikan 75-80% dari total
nilai uang.
2. Kelas B, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 20-25%
dari total seluruh barang, tetapi merepresentasikan 10-15% dari total
nilai uang.
3. Kelas C, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 60-65%
dari total seluruh barang, tetapi merepresentasikan 5-10% dari total nilai
uang.
Besaran masing-masing kelas di atas akan membentuk suatu kurva
sebagaimana terlihat pada Gambar 1 di bawah ini.
19
Gambar ii: Kurva Analisis ABC
Adapun langkah-langkah atau prosedur klasikasi barang dalam analisis
ABC adalah sebagai berikut:
1. Menentukan jumlah unit untuk setiap tipe barang.
2. Menentukan harga per unit untuk setiap tipe barang.
3. Mengalikan harga per unit dengan jumlah unit untuk menentukan total
nilai uang dari masing-masing tipe barang.
4. Menyusun urutan tipe barang menurut besarnya total nilai uang, dengan
urutan pertama tipe barang dengan total nilai uang paling besar.
5. Menghitung persentase kumulatif barang dari banyaknya tipe barang.
6. Menghitung persentase kumulatif nilai uang barang dari total nilai uang.
7. Membentuk kelas-kelas berdasarkan persentase barang dan persentase
nilai uang barang.
8. Menggambarkan kurva analisis ABC (bagan Pareto) atau menunjuk
tingkat kepentingan masalah.
Dengan analisis ABC, kita dapat melihat tingkat kepentingan masalah
dari suatu barang. Dengan begitu, kita dapat melihat barang mana saja yang
perlu diberikan perhatian terlebih dahulu.
Dimana :
I + F1 + X 2 . V 2
X1= X 1 = Unit produk yang
P−V 1
harus dijual untuk
mencapai laba tertentu
I = Laba Sebelum Pajak
F 1 = Total Biaya Tetap
20 X 2 = Jumlah kuantitas Non
Unit
V 2 = Biaya Variable Non Unit
V
3.4 Pengawasan Persediaan
Hakikat dari pengawasan persediaan barang adalah mulai bahan baku dipesan
sampai produk jadi digunakan oleh konsumen, yang terdiri dari pengawasan fisik, nilai,
dan biaya. Pengawasan barang meliputi pengawasan bahan baku, bahan pembantu,
barang dalam proses, dan pengawasan barang jadi. Pengawasan bahan baku dan bahan
pembantu dimulai dari bahan dipesan sampai dengan permintaan pemakaian bahan
dalam proses produksi; pengawasan itu meliputi fisik (jumlah unit, kerusakan,
keuangan, kehilangan, dan tingkat perputaran), biayanya, dan nilainya dala bentuk
satuan uang.
Pengawasan barang dalam proses meliputi produk cacat, produk rusak, produk
hilang dalam proses produksi. Sedangkan pengawasan barang jadi meliputi rencana
penjualan, jadwal pengiriman, dan pelayanan purna jual. Keempat jenis barang itu
(bahan baku, bahan pembantu, barang dalam proses, dan barang jadi) jumlah
persediaannya secara fisik harus dikendalikan, agar tidak terjadi kekurangan dan
kelebihan. Kekurangan persediaan bahan baku dan bahan pemabantu dapat
mengakibatkan proses produksi terganggu, dan kekurangan persediaan barang jadi akan
mengakibatkan kesulitan memenuhi permintaan konsumen. Sebaliknya jika terjadi
kelebihan persediaan, dapat mengakibatkan modal yang ditanamkan dalam persediaan
tersebut besar, dan biaya modalnya besar
21
BAB IV
STUDI KASUS
Pada studi kasus ini, kami hanya membahas satu metode saja dari manajemen
persedian. Hal ini dikarenakan mengingat banyaknya metode dalam menganalisis dan
memperhitung persedian dalam sebuah perusahaan. Metode yang kami gunakan
dalam study kasus ini menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) yang
biasa di gunakan di sebuah perusahaan.
22
Studi kasus ini kami ambil dari sebuah pabrik roti yang terkenal mereknya.
Sebut saja namanya Pabrik Roti S. Dari kegiatan aktifitasnya diketahui Pabrik Roti S
penjualannya mencapai 2.600.000 Kg tepung terigu. Kemudian biaya pemesannanya
mencapai $ 5.000. dari tepung yang dipesannya setelah sampai diperusahaan
dikenakan biaya penyimpanan sebesar 2% dari harga beli. Dan harga belinya sebesar
$5/Kg. Pabrik Roti S ini memprioritaskan persediaan pengaman 50.000 kg tepung
terigu. Waktu pengiriman memakan waktu 2 minggu dan setiap pemesanan terigu
harus dengan kelipatan 2000 Kg. Dalam perjalanan Aktifitasnya, Perusahaan tepung
terigu yang biasa dijadikan langganan memberikan penawaran yang langka.
Penawarannya, Jika perusahaan Pabrik Roti S membeli terigu sebanyak
650.000 Kg. Maka biaya pengiriman ditanggung oleh perusahaan tepung sebesar $
3.500. Dari aktifitas tersebut seorang manajer disuruh Direktur Pabrik Roti S untuk
membuat perencanaan besarnya persediaan yang harus disiapkan, pemesanan ulang,
pembagian waktu pemesanan dalam satu tahun, biaya penyimpanan, biaya
pemesanan, biaya safety stock dan total biaya persediaan serta analisis dari penawaran
perusahaan tepung tersebut.
EOQ =
√ 2. F . S
C .P
23
=
√ 2.5000 .2600000
0,02.5
= 509902 Kg
= 510.000 Kg
24
5. Biaya Pemesanan / TOC
- TOC = F. ( S / Q )
= $ 5000 . ( 2.600.000 / 510.000 )
= $ 5000 . 5,098
= $ 25.490,20
8. Grafik EOQ
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
26
meneru diperoleh, diproduksi dan dijual. Oleh karena itu, system akuntansi itu sendiri
harus dilaksanakan sebaik mungkin sehingga tidak mengalami hal-hal yang
mengganggu jalannya operasi perusahaan.
Pelaporan persediaan yang diteliti dan relevan dianggap vital untuk
memberikan informasi yang berguna bagi perusahaan. Apabila terjadi kesalahan
dalam pencatatan persediaan, maka akan mengakibatkan kesalahan dalam
menentukan besarnya laba perusahaan yang diperoleh.
5.2 Saran
Berdasarkan dari pembahasan diatas, maka penulis mengemukakan saran
bahwa penerapan Manajemen Persediaan yang baik harus dilaksanakan secara efektif,
karena akan menunjang keberhasilan perusahaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
27
- Riyanto, Bambang. 1993: Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi kedua
Cetakan kedelapan, Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada, Yogyakarta.
- Syamsuddin, M.A., Drs. Lukman. 2007: Manajemen Keuangan Perusahaan. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
- Brigham, Eugene F. Dan Joel F. Houston. 2001: Manajemen Keuangan. Erlangga.
Jakarta.
- http://habibiarifin.blogspot.com/2010/05/manajemen-persediaan-inventory.html, diakses
pada tanggal 29 Maret 2013, pukul 16.00 WIB
- http://eriskusnadi.wordpress.com/2009/10/03/analisis-abc/. diakses pada tanggal 29
Maret 2013, pukul 16.00 WIB
- www.wikipedia.com.
28