Anda di halaman 1dari 1

FENOMENOLOGI ARSITEKTUR

Fenomenologi berasal dari gabungan kata ‘phenomenon’ yang artinya ‘apa yang tampak’ dan kata
‘logos’ yang berarti ‘studi / ilmu’.

Fenomenologi adalah suatu pemikiran secara sadar mengenai suatu penampakan. Fenomenologi juga
dapat diterapkan dalam arsitektur sehingga dapat membantu kita untuk memahami arsitektur melalui
panca indra manusia. Arsitektur seringkali dinikmati melalui gambar tercetak yang diambil oleh kamera,
tetapi hal tersebut justru membatasi kita dalam memahami dan merasakan arsitektur itu sendiri. Setiap
pengalaman arsitektur yang dialami panca indera mata, telinga, hidung, kulit, lidah, kerangka, dan otot
dapat memberikan kita informasi mengenai; kualitas material, ruang dan skala.

Indera telinga, dapat membantu kita memberi informasi mengenai volume meskipun dalam kekosongan
dan kegelapan. Contohnya adalah suara air menetes di dalamm gua, suara pantulan di dinding, dll. Dari
indera pendengaran tersebut, memberikan rasa terhubung pada arsitektur itu sendiri.

Selain indera pendengaran, indera penciuman juga sangat membantu kita untuk mengingat dan
memahami arsitektur. Ciri bau yang khas dapat membuat kita mengingat kembali ruang yang kita sudah
lupa penampilannya. Seperti bau rumah yang sudah ama ditinggalkan akan memiliki aroma hampa yang
sama.

Indera kulit dapat membantu kita memahami tekstur, kepadatan, suhu, dan berat suatu materi. Seperti
kepadatan tanah yang bisa kita rasakan ketika kita berdiri di atasnya. Sentuhan dapat dikatakan sebagai
pengganti indera penglihatan. Mata dapat menentukan jarak antar materi sedangkan sentuhan
merupakan rasa kedekatan, keintiman, dengan suatu materi.

Jaman dulu, manusia primitif menggunakan tubuhnya sebagai sistem pengukur dan proporsi
konstruksinya. Mereka membangun bangunan dengan tubuhnya sendiri seperti burung yang
membangun sarangnya. Perngalaman arsitektur tidak hanya dijumpai melalui panca indera, tetapi juga
berhubungan dengan tuubuh seseorang, pergerakan, dan fungsinya.

Sebuah bangunan pasti memiliki tujuannya baik itu untuk memberi makna, menghubungkan,
memfasilitasi, bahkan melarang. Sehingga arsitektur lebih memiliki bentuk sebagai kata kerja jika
dibandingkan dengan kata benda.

Pengalaman arsitektur tersebut dialami melalui panca indera kita dengan melihat, menyentuh,
mendengarkan, dan membandingkan. Hal tersebut dapat membantu kita untuk memberi informasi dan
membantu kita mengingat bagaimana pengalaman arsitektur tersebut yang akan membentuk identitas
kita.

Anda mungkin juga menyukai