Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN SEMENTARA

HAMA PENYAKIT PENTING TANAMAN

Dosen Pengampu :
Noni Rahmadhini, SP., M.Sc.

Disusun Oleh :
Septina Indi R. 20025010073
Gol. B2

FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI PERTANIAN
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
2021
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Hama Penyakit Penting Tanaman ini dilaksanakan pada tanggal 5
Oktober 2021 pada pukul 09.30 – selesai di Jojoran 4/9 C Surabaya.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1) Kamera HP
2) Alat Tulis
3.2.2 Bahan
1) Tanaman Hortikultur yang terserang penyakit
3.3 Cara Kerja
1) Mencari tanaman pangan, tanaman obat, dan tanaman rempah yang terkena
penyakit penting di lapangan.
2) Mengamati gejala dan tanda yang terdapat pada tanaman.
3) Mengidentifikasi dan mencatat penyakit penting yang menyerang tanaman serta
patogen yang menyebabkan terjadinya penyakit.
4) Mengambil gambar tanaman yang sudah diidentifikasikan penyakit dan patogen
yang menyerang tanaman menggunakan kamera HP (open camera).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Tabel 4.1.1 Penyakit Busuk Daun pada Tanaman Labu

Nama Penyakit Penyakit Jamur Upas

Gejala : terlihat dari


permukaan atas daun
yaitu bercak-bercak
kuning, sering agak
Gambar dan Gejala
bersudut karena dibatasi
Penyakit
oleh tulang-tulang daun.
Gambar 1.1 Penyakit Tanda : adanya cendawan
Busuk Daun Tanaman Pseudoperonospora
Labu cubenis.
Gambar dan Penyebab Penyebab penyakit ini
Penyakit adalah
Pseudoperonospora
cubensis yang saat ini
masih banyak disebut
Gambar 1.2
dengan nama
Pseudoperonospora
Peronospora cubensis
cubensis.
merupakan parasit
Sumber : Savory, E. A.,
obligat.
Granke, L. L.,
QUESADA‐OCAMPO,
L. M., Varbanova, M.,
Hausbeck, M. K., & Day,
B. (2011). The cucurbit
downy mildew pathogen
Pseudoperonospora
cubensis. Molecular plant
pathology, 12(3), 217-
226.
Varietas dan Umur Labu kuning umur 1-2
Semolowaru, surabaya
Tanaman bulan
Sumber : Yasa, I. N. D.,
Sudiarta, I. P., Wirya, I.
G. N. A. S., Sumiartha,
Faktor Abiotik :
K. E. T. U. T., Utama, I.
lingkungan lembab dan
M. S., Luther, G. C., &
akan berkembang hebat
Faktor yang Mariyono, J. O. K. O.
jika terdapat benyak
Mempengaruhi (2012). Kajian ketahanan
kabut dan embun.
Penyakit terhadap penyakit busuk
Faktor Biotik : cendawan
daun (Phytophthora
Pseudoperonospora
infestans) pada beberapa
cubenis.
galur tomat. E-Jurnal
Agroekoteknologi
Tropika, 1(2), 154-161.
Analisis Penting Cendawan memiliki Sumber : Salati, M.
miselium tidak bersekat, (2011). Pathotypes of
interseluler, dengan alat Pseudoperonospora
penghisap (haustorium) Cubensis (Berk. Et Curt.)
kecil, jorong, kadang- Rostow, Causal Agent of
kadang mempunyai Downy Mildew and
cabang seperti jari. Induced Defense
Sporangiofor keluar Responses in the
melalui mulut kulit, dapat Host (Doctoral
berkelompok sampai dissertation, Universiti
lima. Putra Malaysia).
Busuk daun dapat
dikendalikan dengan
penyemprotan fungisida
Sumber : Yasa, I. N. D.,
nabam, zineb, atau
Sudiarta, I. P., Wirya, I.
maneb. Namun pada
G. N. A. S., Sumiartha,
umumnya usaha ini
K. E. T. U. T., Utama, I.
dianggap kurang
M. S., Luther, G. C., &
menguntungkan,
Mariyono, J. O. K. O.
mengingat rendahnya
Cara Pengelolaan (2012). Kajian ketahanan
nilai hasil tanaman.
terhadap penyakit busuk
Tanaman labu-labuan
daun (Phytophthora
kurang tahan terhadap
infestans) pada beberapa
tembaga dan blerang,
galur tomat. E-Jurnal
oleh karena itu fungisida
Agroekoteknologi
tembaga dan blerang
Tropika, 1(2), 154-161.
tidak dianjurkan untuk
pengendalian penyakit
ini.

Tabel 4.1.2 Penyakit Mosaik pada Tanaman Pepaya

Nama Penyakit Penyakit Virus Mosaik


Gejala : helaian daun
belang hijau, helai daun
belang berwarna kuning
cerah yang berkembang
menjadi warna kuning
Gambar dan Gejala yang sangat jelas disertai
Penyakit dengan perubahan bentuk
daun menjadi lengkung
Gambar 1.2 Penyakit
dan mengeriting/
Virus Mosaik pada
malformas.
Tanaman Pepaya
Tanda : adanya hama kutu
putih

Kutu putih merupakan


hama polifag, hama ini
Gambar 1.2 Hama Kutu memiliki tanaman inang
Putih lebih dari 100 genus dari
Gambar dan Penyebab Sumber : Oktarina, H., & 62 famili tanaman.  Hama
Penyakit Pramayudi, N. (2012). ini pernah menimbulkan
Biologi Hama Kutu Putih masalah serius di beberapa
Pepaya (Paracoccus negara di Asia Tenggara
marginatus) Pada seperti Malaysia, Filipina
Tanaman Pepaya. Jurnal dan Thailand.
Floratek, 7(1), 32-44.

Varietas dan Umur


Pepaya umur 7 bulan Semolowaru, surabaya
Tanaman

Faktor yang Faktor Abiotik : cuaca dan Sumber : Thamrin, N. T.


(2020). Deteksi Virus
Mosaik pada Tanaman
suhu tinggi
Pepaya (Carica papaya L.)
Mempengaruhi Faktor Biotik : kutu putih
Berdasarkan Kisaran
pembawa vector
Inang. Biofarm: Jurnal
Ilmiah Pertanian, 16(1).

P. marginatus termasuk
jenis kutu-kutuan yang
Sumber : Oktarina, H., &
seluruh tubuhnya
Pramayudi, N. (2012).
diselimuti oleh lapisan
Biologi Hama Kutu Putih
lilin berwarna putih.
Analisis Penting Pepaya (Paracoccus
Tubuh berbentuk oval
marginatus) Pada Tanaman
dengan embelan seperti
Pepaya. Jurnal
rambut-rambut berwarna
Floratek, 7(1), 32-44.
putih dengan ukuran yang
pendek.

Cara Pengelolaan Pengendalian penyakit Sumber : Firnando, F.,


mosaik pada tanaman Suharjo, R., Prasetyo, J.,
papaya dapat dilakukan Nurdin, M., Swibawa, I.
dengan cara memisahkan G., & Susilo, F. X. (2020).
tanaman yang sudah Pengaruh beberapa teknik
terserang penyakit dengan pengendalian terhadap
tanaman yang sehat, keragaman dan intensitas
mensterilkan alat kerja berbagai jenis penyakit
dengan cara dipanaskan yang muncul pada
dalam oven pada suhu pertanaman pepaya di
150°C selama 1 jam, serta Pekon Way Nipah
menyiram disinfektan atau Kecamatan Pematang
Sawa. Jurnal Proteksi
fungsida pada tanaman. Tanaman Tropis, 1(2), 33-
43.

Tabel 4.1.3 Penyakit Antraknosa pada Tanaman Lidah Mertua

Nama Penyakit Penyakit Antraknosa

Gejala : ditandai adanya


lesio kebasahan, lekukan
berbentuk bulat, infeksi
menyatu dan menyebar
Gambar dan Gejala
ke seluruh bagian daun
Penyakit
Gambar 1.1 tanaman, mengakibatkan
Penyakit Antraknosa pada hawar daun.
Tanaman Lidah Mertua Tanda : adanya patogen
jamur.
Gambar dan Penyebab Jamur Colletotrichum
Penyakit sansevieriae merupakan
jamur parasit fakultatif
dari Ordo Melanconiales
dengan ciri-ciri konidia
Gambar 1.2
(spora) tersusun dalam
Colletotrichum sansevieriae
aservulus (struktur
Sumber: Aldaoud, R. 2011.
aseksual pada jamur
First record of
parasit).
Colletotrichum sansevieriae
on Sansevieria sp. (mother-
in-law’s tongue) in
Australia. Biology:
Australasian Plant Disease.
Varietas dan Umur Lidah mertua hahnii umur 5 Gayungsari Barat,
Tanaman bulan. surabaya

Sumber : Firmansyah, M.
Y., Sastrahidayat, I. R., &
Djauhari, S. (2018). Studi
identifikasi dan cara
Faktor Abiotik : lingkunga
inokulasi penyakit
Faktor yang lembab
antraknosa pada tanaman
Mempengaruhi Faktor Biotik : jamur
Sansevieria
Colletotrichum sansevieriae
trifasciata. Jurnal Hama
dan Penyakit
Tumbuhan, 4(3), 125-
133.

Sumber : Sudirga, S. K.
(2016). Isolasi dan
Jamur Colletotrichum identifikasi jamur
sansevieriae mempunyai Colletotrichum spp. isolat
bentuk spora silindris, ujung PCS penyebab penyakit
Analisis Penting spora tumpul, ukuran spora antraknosa pada buah
16,1 x 5,6 m dengan cabai besar (Capsicum
kecepatan tumbuh 12,5 mm annuum L.) di
per hari. Bali. Journal of
Biological Sciences, 3(1),
23-30.

Cara Pengelolaan - Pemisahan tanaman yang Sumber : Sari, A. R. K.,


sakit, dan mengatur sirkulasi & Li’aini, A. S.
Efektivitas Antifungi
Ekstrak Curcuma
aeruginosa terhadap
Patogenisitas
udara dan sinar matahari
Colletotrichum capsici
dapat mengeringkan
pada Tanaman Cabai
permukaan daun lebih cepat
Merah (Antifungi
sehingga pertumbuhan
Effectivity of Curcuma
jamur akan tertekan.
aeruginosa Extract to
- Penggunaan Fungisida.
Colletotrichum capsici
Pathogenicity on Red
Chilli Pepper). Jurnal
Hortikultura, 30(2).

4.2 Pembahasan
4.2.1 Penyakit Busuk Daun pada Tanaman Labu

Labu kuning merupakan tanaman lokal yang keberadaannya melimpah


di Indonesia. Labu kuning merupakan bahan makanan yang kaya akan
vitamin A yang merupakan antioksidan yang bermanfaat untuk kesehatan
tubuh antara lain untuk anti penuaan dan mencegah penyakit degeneratif.
Secara umum dapat dikatakan bahwa penyakit busuk daun merupakan
penyakit yang terpenting pada labu-labuan dan dapat timbul pada macam-
macam anggota dari suku ini. Busuk daun tersebar di seluruh dunia.
Penyakit ini sudah dikenal di Jawa sejak tahun 1902. Di daratan rendah
penyakit busuk daun umum terdapat pada labu dengan intensitas penyakit 5-
20%, sedang pada gambas 2-40%.Penyakit ini juga dianggap sebagai
penyakit penting di Filipina, Malaysia, Thailand, Papua Nugini, Negara-
negara Pasific, dan India.
Gejala penyakit ini terlihat dari permukaan atas daun yaitu bercak-
bercak kuning, sering agak bersudut karena dibatasi oleh tulang-tulang daun.
Pada cuaca lembap pada sisi bawah bercak terdapat parang (cendawan)
seperti bulu yang warnanya keunguan. Pada labu daun yang sakit dapat mati.
Pada tanaman lain bercak pada daun yang berwarna kuning tadi dapat
menjadi coklat, meskipun tidak mati, tanaman sakit sangat menderita,
menjadi lemah sehingga hasilnya kurang dan mutunya tidak baik.
Penyebab penyakit ini adalah Pseudoperonospora cubensis, yang saat
ini masih banyak disebut dengan nama Peronospora cubensis. Merupakan
parasit obligat. Cendawan memiliki miselium tidak bersekat, interseluler,
dengan alat penghisap (haustorium) kecil, jorong, kadang-kadang
mempunyai cabang seperti jari. Sporangium berukuran 21-39 x 14-23 µm,
berkecambah dengan membentuk zoospore, flagel 2, yang setelah berhenti
dan membulat bergaris tengh 10-13 µm.
Upaya pengelolaan untuk mengurangi sumber infeksi dianjurkan agar
tanaman yang terserang bert dibongkar kemudian dibakar atau dipendam.
Sisa-sisa tanaman lama dibersihkan dan jangan menanam di dekat tanaman
tua. Mengurangi kelembapan dalam pertanaman, misalnya dengan mengatur
jarak tanam dan drainasi yang baik. Busuk daun dapat dikendalikan dengan
penyemprotan fungisida nabam, zineb, atau maneb. Namun pada umumnya
usaha ini dianggap kurang menguntungkan, mengingat rendahnya nilai hasil
tanaman. Tanaman labu-labuan kurang tahan terhadap tembaga dan blerang,
oleh karena itu fungisida tembaga dan blerang tidak dianjurkan untuk
pengendalian penyakit ini
4.2.2 Penyakit Virus Mosaik pada Tanaman Pepaya
Pepaya (Carica papaya L.) merupakan salah satu jenis tanaman buah-
buahan yang berasal dari Meksiko bagian selatan dan Kostarika di Amerika
Tengah dan saat ini telah menyebar luas pertanamannya di seluruh dunia.
Salah satu penyakit mosaik yang disebabkan oleh virus mosaik yang dibawa
oleh hama kutu putih pada pepaya merupakan penyakit yang berpotensi
menimbulkan masalah besar pada tanaman papaya. Kutu putih merupakan
hama polifag, hama ini memiliki tanaman inang lebih dari 100 genus dari 62
famili tanaman.  Hama ini pernah menimbulkan masalah serius di beberapa
negara di Asia Tenggara seperti Malaysia, Filipina dan Thailand. P.
marginatus termasuk jenis kutu-kutuan yang seluruh tubuhnya diselimuti
oleh lapisan lilin berwarna putih. Tubuh berbentuk oval dengan embelan
seperti rambut-rambut berwarna putih dengan ukuran yang pendek.
Gejala yang ditimbulkan pada tanaman pepaya yang terinfeksi virus
mosaik helaian daun belang hijau, helai daun belang berwarna kuning cerah
yang berkembang menjadi warna kuning yang sangat jelas disertai dengan
perubahan bentuk daun menjadi lengkung dan mengeriting/ malformas.
Pengendalian penyakit mosaik pada tanaman papaya dapat dilakukan
dengan cara memisahkan tanaman yang sudah terserang penyakit dengan
tanaman yang sehat, mensterilkan alat kerja dengan cara dipanaskan dalam
oven pada suhu 150°C selama 1 jam, serta menyiram disinfektan atau
fungsida pada tanaman. (Thamrin, N.T. 2020).
4.2.3 Penyakit Antraknosa pada Tanaman Lidah Mertua
Lidah mertua yang biasa disebut Sansevieria. Selain sebagai tanaman
hias, sansevieria mampu menyerap 107 jenis polutan di daerah padat lalu
lintas dan ruangan yang penuh asap rokok, mampu mereduksi radiasi
gelombang elektromaknetik yang ditimbulkan oleh komputer dan televisi,
Sebagai obat dalam beberapa penyakit tertentu serta mampu menghilangkan
bau tak sedap (Haerani, 2016).
Pada hasil pengamatan di atas tanaman Lidah Mertua terkena penyakit
Antraknosa disebabkan oleh jamur Colletotrichum sansevieriae. Lingkungan
lembab merupakan faktor utama yang mempengaruhi berkembangnya jamur
Colletotrichum sansevieriae. Jamur Colletotrichum sansevieriae merupakan
jamur parasit fakultatif dari Ordo Melanconiales dengan ciri-ciri konidia
(spora) tersusun dalam aservulus (struktur aseksual pada jamur parasit).
Jamur Colletotrichum sansevieriae mempunyai bentuk spora silindris, ujung
spora tumpul, ukuran spora 16,1 x 5,6 m dengan kecepatan tumbuh 12,5
mm per hari.
Penyakit tersebut jika menyerang lidah mertua dapat menurunkan daya
jualnya karena ketika tanaman tersebut terserang antraknosa, pada daun akan
terbentuk lingkaran hitam kemudian berlanjut dengan penyebaranya
keseluruh bagian daun yang akhirnya daun mengering dan mati. Cara
pengendalian penyakit tersebut yaitu: pemisahan tanaman yang sakit,
mengatur sirkulasi udara dan sinar matahari dapat mengeringkan permukaan
daun lebih cepat sehingga pertumbuhan jamur akan tertekan, dan
penggunaan fungisida.
V. KESIMPULAN

Dari praktikum diatas dapat disimpulkan bahwa :


1. Penyakit busuk daun merupakan penyakit yang terpenting pada labu-labuan
dan dapat timbul pada macam-macam anggota dari suku ini. Busuk daun
tersebar di seluruh dunia.
2. Penyebab penyakit busuk daun adalah Pseudoperonospora cubensis, yang
saat ini masih banyak disebut dengan nama Peronospora cubensis.
Merupakan parasit obligat.
3. Penyakit mosaik yang disebabkan oleh virus mosaik yang dibawa oleh hama
kutu putih pada pepaya merupakan penyakit yang berpotensi menimbulkan
masalah besar pada tanaman papaya.
4. Penyakit Antraknosa pada tanaman lidah mertua disebabkan oleh jamur
Colletotrichum sansevieriae.
DAFTAR PUSTAKA

Aldaoud, R. 2011. First record of Colletotrichum sansevieriae on Sansevieria sp. (mother-


in-law’s tongue) in Australia. Biology: Australasian Plant Disease.
Firmansyah, M. Y., Sastrahidayat, I. R., & Djauhari, S. (2018). Studi identifikasi dan cara
inokulasi penyakit antraknosa pada tanaman Sansevieria trifasciata. Jurnal Hama
dan Penyakit Tumbuhan, 4(3), 125-133.
Firnando, F., Suharjo, R., Prasetyo, J., Nurdin, M., Swibawa, I. G., & Susilo, F. X. (2020).
Pengaruh beberapa teknik pengendalian terhadap keragaman dan intensitas berbagai
jenis penyakit yang muncul pada pertanaman pepaya di Pekon Way Nipah
Kecamatan Pematang Sawa. Jurnal Proteksi Tanaman Tropis, 1(2), 33-43.
Oktarina, H., & Pramayudi, N. (2012). Biologi Hama Kutu Putih Pepaya (Paracoccus
marginatus) Pada Tanaman Pepaya. Jurnal Floratek, 7(1), 32-44.
Salati, M. (2011). Pathotypes of Pseudoperonospora Cubensis (Berk. Et Curt.) Rostow,
Causal Agent of Downy Mildew and Induced Defense Responses in the
Host (Doctoral dissertation, Universiti Putra Malaysia).
Sari, A. R. K., & Li’aini, A. S. Efektivitas Antifungi Ekstrak Curcuma aeruginosa terhadap
Patogenisitas Colletotrichum capsici pada Tanaman Cabai Merah (Antifungi
Effectivity of Curcuma aeruginosa Extract to Colletotrichum capsici Pathogenicity
on Red Chilli Pepper). Jurnal Hortikultura, 30(2).
Savory, E. A., Granke, L. L., QUESADA‐OCAMPO, L. M., Varbanova, M., Hausbeck, M.
K., & Day, B. (2011). The cucurbit downy mildew pathogen Pseudoperonospora
cubensis. Molecular plant pathology, 12(3), 217-226.
Sudirga, S. K. (2016). Isolasi dan identifikasi jamur Colletotrichum spp. isolat PCS
penyebab penyakit antraknosa pada buah cabai besar (Capsicum annuum L.) di
Bali. Journal of Biological Sciences, 3(1), 23-30.
Thamrin, N. T. (2020). Deteksi Virus Mosaik pada Tanaman Pepaya (Carica papaya L.)
Berdasarkan Kisaran Inang. Biofarm: Jurnal Ilmiah Pertanian, 16(1).
Yasa, I. N. D., Sudiarta, I. P., Wirya, I. G. N. A. S., Sumiartha, K. E. T. U. T., Utama, I. M.
S., Luther, G. C., & Mariyono, J. O. K. O. (2012). Kajian ketahanan terhadap
penyakit busuk daun (Phytophthora infestans) pada beberapa galur tomat. E-Jurnal
Agroekoteknologi Tropika, 1(2), 154-161.

Anda mungkin juga menyukai