Oleh
Pendahuluan
“Akan tetapi yang kita temui saat ini adalah banyak orang Kristen yang tidak
lagi menggunakan etika dalam menjalani kehidupan sehari-hari dan bahkan
masih lengket dengan dosa: pesta miras, irih hati, penyembahan berhala, sex
bebas, kepentingan diri sendiri, roh pemecah dan lain sebagainya. Ketika
Etika Kristen sudah tidak diterapkan maka dunia juga akan semakin hari
semakin jahat.”1
Secara etimologi etika berasal dari bahasa Yunani, Ethos dan ethikos.
Ethos yang berarti sifat, watak, kebiasaan, dan tempat tinggal. Sedangkan
ethikos berarti susila, kelakuan, dan perbuatan baik.2 Franz Magnis-Suseno
1
https://www.kompasiana.com/mamahani/5d1237d9097f3651ff639102/etika-kristen-dalam-kehidupan-sehari-
hari
2
Lorens bagus, kamus filsafat,(Jakarta: PT Gramedia pustaka, 2000), h.217
menjelaskan etika adalah usaha manusia untuk memakai akal budi, daya
pikir untuk memecahkan masalah bagaimana manusia harus hidup kalau
akan jadi baik.3 Sehingga, etika merupakan usaha manusia untuk melakukan
perbuatan baik.
Oleh sebab itu, penulis akan menjelaskan etika menurut Injil synoptik
yang berdasarkan khotbah Yesus di bukit yang tercatat dalam Matius 5:3-12.
Dalam khotbah di bukit, Yesus mempermasalahkan etika orang farisi yang
sangat berpegang teguh kepada pelaksanaan hukum taurat tetapi tidak
mengarah kepada kegenapan hukum taurat (Matius 5:20). Berdasarkan
kajian terhadap teks ini penulis berharap agar orang Kristen semakin
memahami etika yang seharusnya orang Kristen lakukan dan kerjakan.
3
Franz Magnis-Suseno, Etika Dasar masalah-masalah Pokok Filsafat Moral, cet. Ke-3 (Yogyakarta: Kanisius, 1989),
17
4
Ladd, Teologi Perjanjian Bari jilid 1, 169-170.
5
Jonathan Kristen Mickelson, Mickelson’s Enhanced Strong’s Greek and Hebrew Dictionaries (The Word, 2008), s.v
ptōchoi tō pneumatic
6
J.L. Ch. Abineno, Khotbah di Bukit (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1990), 14
utama untuk masuk dalam kerajaan Allah. Sehingga dapat dipahami bahwa
karakter yang harus dimiliki oleh setiap orang percaya adalah memiliki
persekutuan atau hubungan dengan Allah sebagai wujud merendahkan hati
dihadapan Allah dan untuk memahami kehendak Allah dalam setiap
kehidupan manusia dan bertindak secara benar dalam mengambil setiap
keputusan.
b. Berbahagialah orang yang berdukacita (Ayat 4)
Kata Praus dalam bahasa Yunani yang berarti lemah lembut, rendah
hati, baik budi, sopan dan di dalamnya mengandung arti penguasaan diri
karena jika tanpa itu hal-hal yang lain itu tidak ada artinya.9 Menurut
7
James Strong, Strong’s Greek and Hebrew Dictionaries (Franklin, TN: e-Sword, 2008), s.v pentheō
8
Sinclair B. Ferguson, Khotbah di Bukit. Cet. Ke-4 (Surabaya: Momentum,2009), 21.
9
John Stott, Khotbah di Bukit, 56.
Guthrie, kata lemah lembut merupakan kunci utama bagi pekerjaan Allah
dalam kehidupan manusia, akan tetapi yang menjadi permasalahannya
adalah manusia jarang menyadarinya.10
Sedangkan Glen. H. Stassen dan David. P. Gushee, berkata
“berbahagialah orang menundukkan diri kepada Allah, yang adalah Allah
damai sejahtera”.11 Sehingga dapat diartikan bahwa orang Kristen yang
lemah lembut memiliki sikap penundukan diri kepada Allah dan dengan
rendah hati menerima didikan dan teguran terhadap sesama manusia yang
ditunjukkan dengan kesabaran dan mengalah untuk mewujudkan
kedamaian.
Makna dari kata orang yang suci hatinya, adalah orang yang suci secara
batiniah,yaitu kualitas orang yang telah disucikan hatinya dari kotoran-
kotoran moral, selaku kebalikan dari kesucian secara ritual. Menurut Stott,
orang yang suci hatinya adalah orang yang “amat sungguh-sungguh”.
Artinya, seluruh hidup mereka, baik yang pribadi maupun yang terbuka bagi
orang lain, adalah transparan di hadapan Allah dan sesame manusia. Hati
mereka termasuk pikiran dan motivasi mereka adalah murni, tidak
tercampur dengan sesuatu yang cemar jelek, atau tersembunyi.
Kemunafikan dan tipu daya adalah hal yang tabu bagi mereka, tidak ada
akal bulus pada mereka.15 Dalam ucapan bahagia ini Yesus kembali
menekankan bahwa hasrat batiniah lebih penting dari pada perbuatan
lahiriah. Sehingga, dapat diartikan bahwa kesucian hati mencakup kesucian
pikiran, dan hal ini menandakan suatu perubahan mutlak dalam pikiran
seseorang. Namun, bukan berarti orang yang suci hatinya adalah orang yang
sempurna tanpa dosa melainkan orang yang pikiran serta keinginannya
dikuasi kesucian bukan kekejian.16
Oleh sebab itu, etika yang harus dimiliki oleh setiap orang percaya adalah
hati yang suci, bukan hati yang menginginkan hawa nafsu dunia.
Kesimpulan
Khotbah Yesus di bukit ini melukiskan potret kehidupan dari murid Yesus
seutuhnya. Yang dimana ucapan bahagia Yesus dalam Injil Matius 5:3-12
mengajarkan setiap orang percaya tentang kebenaran dalam batin dan
bukan yang tampak secara lahiriah. Dan hal inilah yang membedakan etika
Kristen sebagai etika kerajaan Allah dengan etika yang ada di dunia. Ucapan
bahagia ini juga merupakan ajaran dari Yesus tentang etika kerajaan Allah
dan bagaimana setiap murid Kristus untuk hidup berkenan dihadapan-Nya.
Ucapan bahagia merupakan perenungan bagi gereja Kristus maupun
orang percaya. Pertama, apakah setiap kita memiliki kerendahan hati untuk
datang di hadapan Allah mengakui kemiskinan, ketidakberdayaan melalui
persekutuan Roh kudus-Nya ataukah kita hanya menjalankan rutinitas
agama semata?. Kedua, apakah kita memiliki keterbukaan hati untuk di didik
dalam ajaran Tuhan dan memiliki karakter Kristus sebagai bukti bahwa kita
adalah pewaris kerajaan-Nya?.
17
Stott, Khotbah di Bukit, 71-72.
Daftar Pustaka
https://www.kompasiana.com/mamahani/5d1237d9097f3651ff639102/etika-
kristen-dalam-kehidupan-sehari-hari
J.L. Ch. Abineno, Khotbah di Bukit (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1990), 14
Stassen, Glen H. dan David P. Gushee, Etika Kerajaan Mengikut Yesus dalam