MINYAK CENGKEH
DISUSUN OLEH
NISN : 0023866394
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Minyak atsiri yang dikenal dengan minyak eteris atau minyak terbang (essential oil,
volatile oil) dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut mudah menguap pada suhu kamar
tanpa mengalami dekomposisi, rasa getir (pungent taste), berbau wangi sesuai dengan bau
tanaman penghasilnya, umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air
(Ketaren, 1985). Indonesia memiliki cukup banyak jenis tanaman yang memiliki kandungan
minyak atsiri salah satunya adalah tanaman jerangau (Acorus calamus). Jerangau merupakan
salah satu jenis tumbuhan yang berpotensi menghasilkan minyak atsiri. Tanaman ini masih
kurang dikenal oleh masyarakat dan belum banyak orang tahu tentang jerangau akan tetapi
tanaman ini memiliki rimpang yang mengandung minyak atsiri dan berguna sebagai pengusir
serangga, menghilangkan rasa sakit, menambah nafsu makan, dan
tonik. Tanaman ini juga dijadikan sebagai obat-obatan tradisional yang dapat menyembuhkan
berbagai penyakit antara lain menghilangkan rasa sakit, demam, kudis, mimisan, limpa
bengkak pereda radang dan lainnya.
Jerangau (Acorus calamus) telah dikembangkan di luar negeri dan minyak yang
dihasilkan tanaman ini dikenal dengan calamus oil. Negara penghasil calamus oil adalah
Jepang, India, Sri Lanka, Rusia, Rumania, Nepal dimana tanaman ini telah dikembangkan
secara luas dan sudah menjadi produk ekspor bagi negara-negara tersebut. Kegunaan minyak
atsiri sangat luas dan spesifik, khususnya dalam berbagai bidang industri, antara lain dalam
industri kosmetik, dalam industri makanan sebagai bahan penyedap atau penambah cita rasa;
dalam industri parfum sebagai pewangi; dalam industri farmasi atau obat-obatan sebagai
antinyeri, antiinfeksi, pembunuh bakteri; dalam industri bahan pengawet; bahkan digunakan
pula sebagai insektisida.
Perkembangan industri minyak atsiri Indonesia belum menggembirakan.Menurut Ketua
Dewan Atsiri Indonesia (2015), produksi minyak atsiri Indonesia yang utama adalah
daun/gagang cengkeh (clove leaf/stem oil), minyak sereh wangi (citronella oil), minyak
nilam (patchouli oil), minyak kayu putih (cajuput oil), dan minyak terpentin (turpentine
oil).Nilai perdagangan minyak atsiri dunia diperkirakan USD 4.000.000.000, total ekspor
minyak atsiri Indonesia USD 120.000.000, sedang jika ditinjau dari jenisnya terdapat 300
jenis minyak atsiri di perdagangan dunia, sementara jenis minyak atsiri yang sedang dan
berpotensi dikembangkan di Indonesia ada 40 jenis.
1.2 Tujuan Percobaan
2.1 Minyak Atsiri
Banyak istilah yang digunakan untuk menyebut minyak atsiri misalnya dalam bahasa
Inggris disebut essetial oils, etherial oils dan volatile oil. Dalam bahasa Indonesia ada yang
menyebutnya minyak terbang atau minyak kabur karena minyak atsiri mudah menguap
apabila dibiarkan begitu saja dalam keadaan terbuka. Minyak atsiri sebagai bahan
wewangian, penyedap masakan, dan obat- obatan memiliki akar sejarah yang dalam. Tulisan-
tulisan kuno sejarah masa lampau, tidak lupa mencatat dupa, setanggi, serta minyak wangi.
Pusaka-pusaka sekarang yang tersimpan di museum, masih mengandung bekas-bekas
semerbak wewangian. Resep-resep jamu sebagian besar berupa ramuan sari bunga, akar,
daun, dan batang aneka tumbuh-tumbuhan (Harris, 1990).
Minyak atsiri dihasilkan dari bagian jaringan tanaman tertentu seperti akar, batang,
kulit, daun, buah, atau biji. Sifat minyak atsiri yang menonjol antara lain mudah menguap
pada suhu kamar, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai aroma tanaman yang
menghasilkannya dan umumnya larut dalam pelarut organik (Lutony dan Rahmayati,
2000). Minyak atsiri dapat dibagi menjadi menjadi dua kelompok. Pertama, minyak atsiri
yang dengan mudah dapat dipisahkan menjadi komponen-komponen atau penyusun
murninya, komponen-komponen ini dapat menjadi bahan dasar untuk diproses menjadi
produk-produk lain, contoh : minyak sereh, minyak daun cengkeh, minyak permai dan
minyak terpentin. Kedua, minyak atsiri yang sukar dipisahkan menjadi
komponen murninya, contoh : minyak akar wangi, minyak nilam, dan minyak kenanga.
Biasanya minyak atsiri tersebut langsung dapat digunakan tanpa diisolasi komponen-
komponennya sebagai pewangi berbagai produk (Sastrohamidjojo, 2004).
METODOLOGI PENELITIAN
Alat
Penyaring teh
Gelas kimia
Pipet tetes
Corong
Pisau cutter
Bahan
Bunga cengkeh
Ethanol 96 %
Aquades
3.2 Prosedur
Siapkan dua buah botol dan tuangkan ethanol pada masing – masing botol
ANGGARAN BIAYA
Peralatan Harga
Mesin penyuling minyak Rp. 15,000,000
Tungku Rp. 1,200,000
Wadah Rp. 650,000
Penyaring minyak Rp. 350,000
Penutup botol Rp. 150,000
Peralatan tambahan Rp. 450,000
Jumlah Investasi Rp. 17,800,000
Biaya Variabel
Cengkeh Rp. 300,000 x 30 = Rp. 9,000,000
Botol Rp. 150,000 x 30 = Rp. 4,500,000
Bahan bakar Rp. 150,000 x 30 = Rp. 4,500,000
Biaya listrik Rp. 100,000 x 1 = Rp. 100,000
Biaya air Rp. 65,000 x 1 = Rp. 65,000
Biaya tambahan lain Rp. 145,000 x 30 = Rp. 4,350,000
Total Biaya Variabel Rp. 22,515,000
Pendapatan per
Bulan
Penjualan rata – rata =
30 botol x Rp. 30,000 = Rp. 900,000
Rp
900,000 x 30 hr = Rp. 27,000,000
.
BAB V
PEMASARAN