Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN TINDAKAN

PENCEGAHAN LUKA TEKAN PADA PASIEN TIRAH BARING

DI SUSUN OLEH :

1. MUHAMMAD SAFEI
2. NAHDAH DYAH NADILLA
3. NOVRYANTI GLEDYS
4. RATNA FARIDA P
5. TRI WAHYUNI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA JAKARTA 2021


1.1 Latar belakang

Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada era global akan
terus berubah karena masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat juga berubah
(Nursalam, 2016). Untuk memenuhi tuntutan masyarakat pemerintah Indonesia telah
membuat pengaturan keselamatan pasien yang bertujuan untuk meningkatan mutu
pelayanan fasilitas pelayanan kesehatan melalui penerapan manajemen risiko dalam
seluruh aspek pelayanan yang disediakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan
(PERMENKES RI, 2017).

Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang mampu


mencapai standar atau indikator yang telah ditetapkan. Dalam Simamora 2012
indikator mutu kualitas pelayanan kesehatan mencakup 10 hal yaitu, angka infeksi
nosokimial, angka kejadian pasien jatuh/ kecelakaan, tingkat kepuasan pasien terhadap
pelayanan kesehatan, tingkat kepuasan pasien terhadap pengelolaan nyeri dan
kenyamanan, tingkat kepuasan pasien terhadap informasi/ pendidikan kesehatan,
tingkat kepuasan pasien terhadap asuhan keperawatan, upaya mempertahankan
integritas kulit, tingkat kepuasan perawat, kombinasi kerja antara perawat professional
dan non- professional dan total jam asuhan keperawatan per pasien per hari.
Mempertahankan integritas kulit klien agar senantiasa terjaga dan utuh merupakan
salah satu aspek dalam indikator kualitas layanan kesehatan. Maka semakin tinggi
angka kerusakan integritas kulit maka dapat mencerminkan rendahnya layanan
keperawatan. Kerusakan integritas kulit dapat berasal dari luka karena trauma dan
pembedahan, namun juga dapat disebabkan karena tertekannya kulit dalam waktu lama
yang menyebabkan iritasi dan akan berkembang menjadi luka tekan atau dekubitus
(Potter dan Perry, 2010).

Luka tekan dikenal juga sebagai ulkus dekubitus, ulkus tekan atau luka baring.
Luka tekan merupakan komplikasi yang serius dari imobilitas. The National Pressure
Ulcers Advisory Panel (NPUAP) pada tahun 2014 mendefinisikan luka tekan sebagai
kerusakan kulit setempat atau jaringan dibawahnya yang biasanya pada daerah tulang
yang menonjol, sebagai akibat adanya tekanan, atau adanya tekanan dengan
pergeseran. Angka prevalensi luka tekan berbeda- beda pada setiap Negara, prevalensi
luka tekan yang terjadi di unit perawataan intensif (ICU) dari beberapa Negara yaitu
49% di Eropa Barat, 22% di Amerika Utara, 50% di Australia dan 29% di Yordania
(Tayyib, et al.,2013).

Di Indonesia angka prevalensi juga tinggi yaitu mencapai 33,3%


(Suriadi,2007). Sementara menurut penelitian Rahasti pada tahun 2015 angka
prevalensi luka tekan di Rumah sakit umum pusat H. Adam Malik Medan pada tahun
2012- 2014 yaitu 0,11%, dan luka tekan terbanyak didapat ketika berada dirumah sakit
H. Adam Malik Medan yaitu 115 orang (61,5%) dan dari luar rumah sakit sejumlah 72
orang (38,5%). Berdasarkan data Rumah Sakit Umum Daerah dr. Djasamen Saragih
pada bulan Juli- Oktober tahun 2017 pasien yang mengalami luka tekan sebanyak 16
orang. Angka kejadian luka tekan merupakan salah satu indikator kualitas layanan
keperawatan di Rumah sakit, seharusnya angka kejadian luka tekan adalah 0 %. Luka
tekan menimbulkan sebuah ancaman dalam pelayanan kesehatan karena insidennya
semakin hari semakin meningkat. Secara finansial, penanganan luka tekan
meningkatkan biaya perawatan. Luka tekan meningkatkan lama perawatan dan biaya
perawatan rumah sakit (Potter dan Perry, 2010).

Agency for Healthcare Research & Quality mencatat biaya perawatan untuk
luka tekan tertinggi ketiga setelah biaya perawatan kanker dan penyakit kardiovaskuler.
Amerika Serikat mengeluarkan 9,1- 11,6 milyar USD setiap tahun untuk menangani
luka tekan. Besarnya biaya yang harus dikeluarkan akibat luka tekan dan komplikasi
yang ditimbulkan membuat semua pihak yang berkontribusi dalam perawatan pasien
senantiasa mengembangkan penelitian terkait pencegahan dan penanganan luka tekan.
Pencegahan terhadap luka tekan menjadi sangat penting daripada mengobati
komplikasi yang ditimbulkannya dengan biaya yang lebih tinggi selain itu luka tekan
merupakan salah satu indikator mutu pelayanan rumah sakit, semakin tinggi angka
kejadian pasien dengan luka tekan mencerminkan rendahnya mutu pelayanan
keperawatan, oleh karena itu perlu adanya upaya dalam pencegahan sejak dini yang
merupakan tanggung jawab utama perawat sebagai tenaga kesehatan yang pertama
mengenali tanda- tanda luka tekan selama pasien dirawat karena berhadapan langsung
dengan pasien selama 24 jam (Mohamed dan Weheida, 2015).

Upaya pencegahan luka tekan menurut NPUAP (National Pressure Ulcer


Advisory Panel) meliputi: pencegahan yang terdiri dari pengkajian faktor risiko,
pengkajian kulit dan jaringan, perawatan kulit, emerging therapies dan intervensi untuk
pencegahan terdiri dari nutrisi, reposisi dan mobilisasi dini, reposisi tumit, dukungan
permukaan, dan pemakaian alat medis. Terdapat beberapa cara untuk mencegah
kejadian luka tekan, akan tetapi langkah yang pertama dalam pencegahan luka tekan
adalah dengan mengidentifikasi pasien yang benar benar berisiko terjadi luka tekan,
kemudian menyusun rencana untuk mengurangi atau mengeliminasi faktor risiko yang
telah diidentifikasi (Potter dan Perry, 2010).

Penilaian risiko luka tekan pada saat pasien masuk harus dilakukan, karena
dengan menilai risiko luka tekan dengan tepat dapat memprediksi pembentukan luka
tekan pada kelompok pasien yang berisiko tinggi sehingga hal ini dapat menjadi dasar
untuk intervensi keperawatan untuk mencegah terjadinya luka tekan (Bates-Jensen
1995 dalam Potter dan Perry 2010).

Upaya pencegahan luka tekan perlu memperhatikan pengetahuan, sikap,


motivasi, dan perilaku yang dimiliki oleh perawat. Tingkat keberhasilan dalam upaya
pencegahan tergantung dari hal tersebut, akan tetapi berbagai studi mengindikasikan
bahwa perawat tidak memiliki informasi dan pengetahuan yang cukup dalam
memahami isi panduan penanganan dan kegiatan pencegahan luka tekan (Buss, 2009).

Perawat merupakan petugas kesehatan yang bersama dengan pasien selama 24


jam dan bertemu dengan pasien-pasien yang berisiko mengalami luka tekan sehingga
perawat memiliki peran penting dalam mencegah luka tekan.

Bagi tenaga keperawatan, adanya luka tekan berarti peningkatan beban kerja karena
luka tekan membutuhkan pendekatan perawatan yang berbeda, sehingga dibutuhkan
pencegahan berkesinambungan untuk mencegah terjadinya luka tekan (Kallman dan
Suserud, 2009). Perawat memainkan peran yang penting dalam pencegahan luka tekan
(Tweed dan Tweed, 2008 dalam Strand dan Lindgren, 2010).

1.2 Rumusan masalah

Bagaimana Hubungan Pengetahuan Perawat dengan Tindakan Pencegahan Luka


Tekan pada Pasien Tirah Baring ?

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan


perawat dengan tindakan pencegahan luka tekan pada pasien tirah baring

1.3.2 Tujuan kusus

Mengidentifikasi tingkat pengetahuan perawat terhadap tindakan pencegahan


luka tekan pada pasien tirah baring

Mengidentifikasi tindakan pencegahan luka tekan pada pasien tirah baring

Menganalisa hubungan pengetahuan perawat dengan tindakan pencegahan luka


tekan pada pasien tirah baring

1.4 Manfaat penelitian

Penulis mengharapkan setelah selesai pelaksanaan penelitian ini, secara langsung


atau tidak langsung akan dapat bermanfaat bagi penulis dan orang lain yang
berminat dalam menganalisa permasalahan kesehatan, khususnya yang
menyangkut pengetahuan Perawat pelaksana tenntang skala pengkajian risiko luka
tekan. Adapun manfaat penelitian ini adalah
1.4.1 Manfaat bagi rumah sakit
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi acuan penyusunan standar
operasional prosedur (SOP) rumah sakit atau sebagai acuan terbentukannya
kebijakan- kebijakan terkait pencegahan luka tekan termasuk penggunaan skala
pengkajian risiko luka tekan dan penggunaan bantal tambahan bagi pasien yang
berisiko. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan rumah sakit
untuk memberikan pelatihan kepada perawat terkait pencegahan luka tekan.
1.4.2 Manfaat bagi pelayanan keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian lebih lanjut dalam
memberikan pelayanan yang baik kepada pasien, bukan hanya perawatan saat terjadi
penyakit namun termasuk dalam hal pencegahan terjadinya luka tekan. Sehingga
perawat berpartisipasi aktif dalam peningkatan mutu pelayanan keperawatan dan
peningkatan layanan keperawatan diharapkan akan dapat meningkatkan keselamatan
pasien.
1.4.3 Manfaat bagi penelitian keperawatan
Hasil penelitian ini menjadi informasi bagi peneliti- peneliti keperawatan dan hasil
pengetahuan ilmiah yang didapatkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi bahan
masukan bagi penelitian selanjutnya terkait dengan pencegahan luka tekan dan
mampu mengembangkan penelitian selanjutnya yang lebih mendalam terkait upaya
yang telah dilakukan perawat dalam pencegahan luka tekan.

Anda mungkin juga menyukai