Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI

AKUNTAN DAN AUDITOR

Di susun Oleh
Nabila Stefany Faleri
222010006

Prodi Akuntansi
Fakultas Ekonomi & Bisnis
Universitas Pelita Bangsa
Tahun 2020/2021

Jl. Inspeksi Kalimalang Jl. Tegal Danas No. 9, Cibantu,


Kec. Cikarang Pusat, Bekasi, Jawa Barat 1753
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu penulis mengundang para pembaca untuk memberikan saran atau kritik yang
dapat membangun makalah kami.
Akhir kata penulis memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat
banyak kesalahan, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa memberkati segala usaha kita.

Cikarang , 18 Maret 2022

Nabila Stefany F
BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Kemajuan ekonomi suatu negara memacu perkembangan bisnis dan mendorong


munculnya pelaku bisnis baru sehingga menimbulkan persaingan yang cukup tajam di dalam
dunia bisnis. Hampir semua usaha bisnis betujuan untuk memperoleh keuntungan yang
sebesar-besarnya (profit-making) agar dapat meningkatkan kesejahteraan pelaku bisnis dan
memperluas jaringan usahanya. Namun terkadang untuk mencapai tujuan itu segala upaya
dan tindakan dilakukan. Walaupun pelaku bisnis harus melakukan tindakan-tindakan yang
mengabaikan berbagai dimensi moral dan etika dari bisnis itu sendiri.

Bisnis dapat menjadi sebuah profesi etis apabila ditunjang dengan menerapkan prinsip-
prinsip etis untuk berbisnis. Prinsip-prinsip etis dalam berbisnis adalah merupakan suatu
hukum yang mengatur kegiatan bisnis semua pihak secara fair dan baik disertai dengan
sebuah sistem pemerintahan yang adil dan efektif dalam menegakkan aturan bisnis tersebut.
Dalam prinsip ini terdapat tata cara ideal dalam pengaturan dan pengelolaan bisnis yang
memperhatikan norma dan moralitas ini dapat menunjang maksud dan tujuan kegiatan bisnis.
Berdasarkan pernyataan di atas, maka kode etik profesi perlu diterapkan dalam setiap jenis
profesi. Kode etik ini menetapkan prinsip dasar dan aturan etika profesi yang harus
diterapkan oleh setiap individu. Dalam prinsip akuntansi, etika akuntan harus lebih dijaga
daripada kepentingan perusahaan. Tanpa etika, profesi akuntansi tidak akan ada karena fungsi
akuntansi adalah penyedia informasi untuk proses pembuatan keputusan bisnis oleh para
pelaku bisnis, dengan berdasarkan kepentingan banyak pihak yang terlibat dengan
perusahaan. Dan bukan didasarkan pada beberapa pihak tertentu saja. Karena itu, bagi
akuntan, prinsip akuntansi adalah aturan tertinggi yang harus diikuti. Kode etik dalam
akuntansi pun menjadi barang wajib yang harus mengikat profesi akuntan.

II. RUMUSAN MASALAH

Untuk memberikan arahan dalam makalah ini, maka perumusan yang akan dibahas
dirumuskam sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari Etika profesi, terutama etika profesi akuntansi ?
2. Bagaimana contoh kasus dari pelanggaran etika profesi akuntansi ?
3. Siapa pelaku dan sanksi dari kasus tersebut ?

III. TUJUAN PENULISAN

Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk :


1. Mengetahui apa yang dimaksud dari Etika profesi, terutama etika profesi akuntansi.
2. Mengetahui contoh kasus dari pelanggaran etika profesi akuntansi.
3. Mengatahui pelaku dan sanksi dari kasus tersebut

IV. KEGUNAAN PENULISAN

Makalah ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam pembelajaran mata kuliah Etika
Profesi Akuntansi dalam menyelesaikan tugas. Dan mahasiswa dapat mengerti tentang
penetapan harga, methode dan strategi penetapan harga.
BAB II

PEMBAHASAN

I. PENGERTIAN ETIKA

Menurut bahasa Yunani Kuno, etika berasal dari kata ethikos yang berarti “timbul dari
kebiasaan”. Etika adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang
menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan
konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Karena itulah etika merupakan
suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia.
Menurut Martin [1993], etika didefinisikan sebagai “the discipline which can act as the
performance index or reference for our control system“. Etika disebut juga filsafat moral.
Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan mempersoalkan bagaimana manusia
harus bertindak.

II. KODE ETIK PROFESI AKUNTANSI

Garis besar kode etik dan perilaku profesional adalah :

a. Kontribusi untuk masyarakat dan kesejahteraan manusia.


b. Prinsip mengenai kualitas hidup semua orang menegaskan kewajiban untuk melindungi
hak asasi manusia termasuk ancaman terhadap kesehatan dan keselamatan.
c. Hindari menyakiti orang lain.“Harm” berarti konsekuensi cedera, seperti hilangnya
informasi yang tidakdiinginkan, kehilangan harta benda, kerusakan harta benda, atau dampak
lingkungan yang tidak diinginkan.
d. Bersikap jujur dan dapat dipercaya. Kejujuran merupakan komponen penting dari
kepercayaan. Tanpa kepercayaan suatu organisasi tidak dapat berfungsi secara efektif.
e. Bersikap adil dan tidak mendiskriminasi nilai-nilai kesetaraan, toleransi, menghormati
orang lain, dan prinsip-prinsip keadilan yang sama dalam mengatur perintah.
f. Hak milik yang temasuk hak cipta dan hak paten.Pelanggaran hak cipta, hak paten, rahasia
dagang dan syarat-syarat perjanjian lisensi dilarang oleh hukum di setiap keadaan.
g. Memberikan kredit yang pantas untuk properti intelektual.Komputasi profesional
diwajibkan untuk melindungi integritas dari kekayaan intelektual.
h. Menghormati privasi orang lain. Komputasi dan teknologi komunikasi memungkinkan
pengumpulan dan pertukaran informasi pribadi pada skala yang belum pernah terjadi
sebelumnya dalam sejarah peradaban.
i. Kepercayaan. Prinsip kejujuran meluas ke masalah kerahasiaan informasi setiap kali salah
satu telah membuat janji eksplisit untuk menghormati kerahasiaan atau, secara implisit, saat
informasi pribadi tidak secara langsung berkaitan dengan pelaksanaan tugas seseorang.
III. PRINSIP ETIKA PROFESI MENURUT IAI ( Ikatan Akuntan Indonesia )

a. Tanggung Jawab Profesi

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional setiap anggota harus senantiasa
menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.

b. Kepentingan Publik

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada
publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.

c. Integritas
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi
tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.

d. Obyektivitas

Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam
pemenuhan kewajiban profesionalnya.

e. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati-hatian, kompetensi


dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan
keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau
pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan
perkembangan praktik, legislasi dan teknik yang paling mutakhir.

f. Kerahasiaan

Setiap anggota harus, menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan
jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa
persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk
mengungkapkannya.

g. Perilaku Profesional

Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan
menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.

h. Standar Teknis

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan
standar proesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota
mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan
tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.
IV. ETIKA DALAM AUDITING

Etika dalam auditing adalah suatu proses yang sistematis untuk memperoleh serta
mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan ekonomi, dengan tujuan
menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut, serta penyampaian hasilnya
kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

V. PERANAN ETIKA DALAM PROFESI AUDIT

a. Audit membutuhkan pengabdian yang besar pada masyarakat dan komitmen moral
yang tinggi.

b. Masyarakat menuntut untuk memperoleh jasa para auditor publik dengan standar
kualitas yang tinggi, dan menuntut mereka untuk bersedia mengorbankan diri.

c. Itulah sebabnya profesi auditor menetapkan standar teknis dan standar etika yang
harus dijadikan panduan oleh para auditor dalam melaksanakan audit

d. Standar etika diperlukan bagi profesi audit karena auditor memiliki posisi sebagai
orang kepercayaan dan menghadapi kemungkinan benturan-benturan kepentingan.

e. Kode etik atau aturan etika profesi audit menyediakan panduan bagi para auditor
profesional dalam mempertahankan diri dari godaan dan dalam mengambil keputusan-
keputusan sulit.

VI. PENTINGNYA NILAI-NILAI ETIKA DALAM

a. Audit membutuhkan pengabdian yang besar pada masyarakat dan komitmen moral
yang tinggi.

b. Masyarakat menuntut untuk memperoleh jasa para auditor publik dengan standar
kualitas yang tinggi, dan menuntut mereka untuk bersedia mengorbankan diri.

c. Itulah sebabnya profesi auditor menetapkan standar teknis dan standar etika yang
harus dijadikan panduan oleh para auditor dalam melaksanakan audit

d. Standar etika diperlukan bagi profesi audit karena auditor memiliki posisi sebagai
orang kepercayaan dan menghadapi kemungkinan benturan-benturan kepentingan.

VII. ETIKA DALAM KANTOR AKUNTAN PUBLIK

Dalam menjalankan profesinya seorang akuntan di Indonesia diatur oleh suatu kode etik
profesi dengan nama kode etik Ikatan Akuntan Indonesia yang merupakan tatanan etika dan
prinsip moral yang memberikan pedoman kepada akuntan untuk berhubungan dengan klien,
sesama anggota profesi dan juga dengan masyarakat. Selain itu dengan kode etik akuntan
juga merupakan alat atau sarana untuk klien, pemakai laporan keuangan atau masyarakat
pada umumnya, tentang kualitas atau mutu jasa yang diberikannya karena melalui
serangkaian pertimbangan etika sebagaimana yang diatur dalam kode etik profesi.
Ada lima aturan etika yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia-Kompartemen
Akuntan Publik (IAI-KAP). Lima aturan etika itu adalah:

A. Independensi, Integritas, dan Obyektivitas

1. Independensi
Dalam menjalankan tugasnya anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental
independen di dalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam Standar
Profesional Akuntan Publik yang ditetapkan oleh IAI. Sikap mental independen tersebut
harus meliputi independen dalam fakta (in facts) maupun dalam penampilan (in appearance).

2. Integritas dan Objektivitas


Dalam menjalankan tugasnya anggota KAP harus mempertahankan integritas dan
objektivitas, harus bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan tidak boleh
membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) yang diketahuinya atau
mengalihkan (mensubordinasikan) pertimbangannya kepada pihak lain.

B. Standar Umum dan Prinsip Akuntansi

1. Standar Umum
Anggota KAP harus mematuhi standar berikut ini beserta interpretasi yang terkait yang
dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan IAI:

a.Kompetensi Profesional

Anggota KAP hanya boleh melakukan pemberian jasa profesional yang secara layak
(reasonable) diharapkan dapat diselesaikan dengan kompetensi profesional.

b.Kecermatan dan Keseksamaan Profesional

Anggota KAP wajib melakukan pemberian jasa profesional dengan kecermatan dan
keseksamaan profesional.

c.Perencanaan dan Supervisi

Anggota KAP wajib merencanakan dan mensupervisi secara memadai setiap pelaksanaan
pemberian jasa profesional.

d.Data Relevan yang Memadai


Anggota KAP wajib memperoleh data relevan yang memadai untuk menjadi dasar yang layak
bagi kesimpulan atau rekomendasi sehubungan dengan pelaksanaan jasa profesionalnya.

e.Kepatuhan terhadap Standar

Anggota KAP yang melaksanakan penugasan jasa auditing, atestasi, review, kompilasi,
konsultansi manajemen, perpajakan atau jasa profesional lainnya, wajib mematuhi standar
yang dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan oleh IAI.
C. Prinsip – Prinsip Akuntansi

Anggota KAP tidak diperkenankan:

a. Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa laporan keuangan atau data
keuangan lain suatu entitas disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum

b. Menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi material yang harus


dilakukan terhadap laporan atau data tersebut agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku, apabila laporan tersebut memuat penyimpangan yang berdampak material terhadap
laporan atau data secara keseluruhan dari prinsip-prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh
badan pengatur standar yang ditetapkan IAI.

D. Tanggung Jawab Kepada Klien

a. Informasi Klien yang Rahasia

Anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang rahasia, tanpa
persetujuan dari klien. Ketentuan ini tidak dimaksudkan untuk:
• Membebaskan anggota KAP dari kewajiban profesionalnya sesuai dengan aturan
etika kepatuhan terhadap standar dan prinsip-prinsip akuntansi
• Mempengaruhi kewajiban anggota KAP dengan cara apapun untuk mematuhi
peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti panggilan resmi penyidikan pejabat
pengusut atau melarang kepatuhan anggota KAP terhadap ketentuan peraturan yang berlaku.
• Melarang review praktik profesional (review mutu) seorang Anggota sesuai dengan
kewenangan IAI.
• Menghalangi Anggota dari pengajuan pengaduan keluhan atau pemberian komentar
atas penyidikan yang dilakukan oleh badan yang dibentuk IAI-KAP dalam rangka penegakan
disiplin Anggota.

b. Fee Profesional & besaran fee

Besarnya fee Anggota dapat bervariasi tergantung antara lain : risiko penugasan,
kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa
tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan dan pertimbangan profesional lainnya.
Anggota KAP tidak diperkenankan mendapatkan klien dengan cara menawarkan fee yang
dapat merusak citra profesi.

c. Fee Kontinjen

Fee kontinjen adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa profesional tanpa
adanya fee yang akan dibebankan, kecuali ada temuan atau hasil tertentu dimana jumlah fee
tergantung pada temuan atau hasil tertentu tersebut. Fee dianggap tidak kontinjen jika
ditetapkan oleh pengadilan atau badan pengatur atau dalam hal perpajakan, jika dasar
penetapan adalah hasil penyelesaian hukum atau temuan badan pengatur. Anggota KAP tidak
diperkenankan untuk menetapkan fee kontinjen apabila penetapan tersebut dapat mengurangi
indepedensi.
E. Tanggung jawab kepada rekan seprofesi

a. Tanggung jawab kepada rekan seprofesi.


Anggota wajib memelihara citra profesi, dengan tidak melakukan perkataan dan perbuatan
yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi.

b. Komunikasi antar akuntan publik.


Anggota wajib berkomunikasi tertulis dengan akuntan publik pendahulu bila menerima
penugasan audit menggantikan akuntan publik pendahulu atau untuk tahun buku yang sama
ditunjuk akuntan publik lain dengan jenis dan periode serta tujuan yang berlainan.

c. Akuntan publik tidak diperkenankan menerima penugasan atestasi yang jenis atestasi
dan periodenya sama dengan penugasan akuntan yang lebih dahulu ditunjuk klien, kecuali
apabila penugasan tersebut dilaksanakan untuk memenuhi ketentuan perundang-undangan
atau peraturan yang dibuat oleh badan yang berwenang.

F. Tanggung jawab dan praktik lain

a. Perbuatan dan perkataan yang mendiskreditkan.


Anggota tidak diperkenankan melakukan tindakan dan/atau mengucapkan perkataan yang
mencemarkan profesi.
b. Iklan, promosi dan kegiatan pemasaran lainnya.
Anggota dalam menjalankan praktik akuntan publik diperkenankan mencari klien melalui
pemasangan iklan, melakukan promosi pemasaran dan kegiatan pemasaran lainnya sepanjang
tidak merendahkan citra profesi.
c. Komisi dan Fee Referal Komisi
Anggota KAP tidak diperkenankan untuk memberikan/menerima komisi apabila
pemberian/penerimaan komisi tersebut dapat mengurangi independensi.
d. Fee Referal (Rujukan)
Fee referal (rujukan) adalah imbalan yang dibayarkan/diterima kepada/dari sesama penyedia
jasa profesional akuntan publik. Fee referal (rujukan) hanya diperkenankan bagi sesama
profesi.
BAB III

KASUS PELANGGARAN ETIKA PROFESI AUDITOR

PT Asuransi Jiwasraya (Persero) yang saat ini tengah menjadi sorotan publik.
DimanaJiwasraya tengah mengalami tekanan likuiditas sehingga ekuitas perseroan
tercatatnegatif Rp23,92 triliun pada September 2019. Selain itu, Jiwasraya membutuhkan
uangsebesar Rp32,89 triliun untuk kembali sehat. Permasalahan yang dialami
Jiwasrayaternyata telah terjadi sejak tahun 2000-an, berikut kronologi kasus Jiwasraya:

a. Pada tahun 2006 Kementerian BUMN dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)menyatakan
ekuitas Jiwasraya tercatat negatif Rp3,29 triliun.
b. Pada tahun 2008 Badan Pemeriksa Keuangan memberikan opini disclaimer (tidak
menyatakan pendapat) untuk laporan keuangan 2006-2007 lantaran
penyajianinformasi cadangan tidak dapat diyakini kebenarannya. Defisit perseroan
semakinlebar, yakni Rp5,7 triliun pada 2008 dan Rp6,3 triliun pada 2009.
c. Pada tahun 2010-2012 Jiwasraya melanjutkan skema reasuransi dan
mencatatkansurplus sebesar Rp1,3 triliun pada akhir 2011. Namun, Kepala Biro
Perasuransian IsaRachmatawarta menyatakan penyelesaian sementara terhadap
seluruh masalah.Sebab, keuntungan operasi dari reasuransi cuma mencerminkan
keuntungan semu dantidak memiliki keuntungan ekonomis.
Pada Mei 2012 Isa menolak permohonan perpanjangan reasuransi. Laporan
keuanganJiwasraya 2011 disebut tidak mencerminkan angka yang wajar. Pada tahun
2012Bapepam Lk memberikan izin produk JS Proteksi Plan pada 18 Desember 2012.
JSProteksi Plan dipasarkan melalui kerja sama dengan bank (bancassurance).
Produk ini ikut menambah sakit perseroan lantaran menawarkan bunga tinggi, yakni 9
hingga13 persen.
d. Pada tahun 2014 di tengah permasalahan keuangan, Jiwasraya
menggelontorkansponsor untuk klub sepakbola asal Inggris, Manchester City.
e. Pada tahun 2017 kondisi keuangan Jiwasraya tampak membaik. Laporan
keuanganJiwasraya pada tahun 2017 positif dengan raihan pendapatan premi dari
produk JSSaving Plan mencapai Rp21 triliun. Selain itu juga, perseroan meraup laba
Rp2,4triliun naik 37,64 persen dari tahun 2016. Sepanjang tahun 2013-2017
pendapatan premi Jiwasraya meningkat karena penjualan produk JS Saving plan
dengan periode pencairan setiap tahun.
f. Pada tahun 2018 Direktur Pengawasan Asuransi OJK, Ahmad Nasrullah menerbitkan
surat pengesahan cadangan premi 2016 sebesar Rp10,9 triliun.Pada bulan yang sama,
Direktur Utama Jiwasraya Hary Prasetyo dicopot. Nasabah mulai mencairkan JS
Saving Plan karena mencium kobobrokan direksi lama. Pada bulan Mei 2018,
pemegang saham menunjuk Asmawi Syam sebagai Direktur UtamaJiwasraya. Pada
saat menjabat, direksi baru melaporkan terdapat kejanggalan laporankeuangan kepada
Kementerian BUMN. Indikasi kejanggalan itu benar, karena hasilaudit Kantor
Akuntan Publik (KAP) PricewaterhouseCoopers (PwC) atas laporankeuangan 2017
mengoreksi laporan keuangan interm dari laba sebesar Rp2,4 triliunmenjadi hanya
Ro428 miliar.
Pada bulan Agustus 2018, Menteri BUMN Rini Soemarno mengumpulkan direksi
untuk mendalami potensi gagal bayar perseroan. Ia juga meminta BPK dan BPKP
untuk melakukan auit investigasi terhadap Jiwasraya. Pada bulan Oktober-November
2018, masalah tekanan likuiditas Jiwasraya mulai tercium publik.Perseroan
mengumumkan tidak dapat membayar kalim polis jatuh tempo nasabah JS SavingPlan
sebesar Rp802 miliar. Pada November pemegang saham menunjuk Hexana
TriSasongko sebagai Direktur Utama menggantikan Asmawi Syam

Kementerian Keuangan mengaku telah melakukan pemeriksaasn terhadap Kantor Akuntan


Publik (KAP) yang memeriksa laporan keuangan PT Asuransi Jiwasraya (Persero). Hal
tersebut diungkapkan oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan Hadiyanto. Namun
demikian, pihaknya enggan memberikan keterangan lebih lanjut mengenai hasil pemeriksaan
terhadap KAP yang terlibat dalam proses audit laporan keuangan Jiwasraya. "Untuk KAP
Jiwasraya kami sudah melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap itu," jelas dia

ketika memberi keterangan di Jakarta, Kamis (14/1/2020). Sebelumnya sempat diberitakan


Jiwasraya telah membukukan laba semu sejak tahun 2006. Untuk diketahui, sepanjang 2006
hingga 2012 Jiwasraya menunjuk KAP Soejatna, Mulyana, dan rekan untuk mengaudit
laporan keuagan mereka. Adapun sejak 2010 hingga 2013, KAP Hartanto, Sidik, dan Rekan
merupakan KAP yang bertanggung jawab atas proses audit Jiwasraya. Kemudian tahun 2016-
2017 laporan keuangan Jiwasraya diaudit oleh PricewaterhouseCoopers (PwC).

PwC memberikan opini wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan konsolidasian PT
Asuransi Jiwasyara (Persero) dan entitas anaknya pada tanggal 31 Desember 2016. Laba
bersih Jiwasraya yang dimuat dalam laporan keuangan yang telah diaudit dan ditandatangani
oleh auditor PwC tanggal 15 Maret 2017 itu menunjukkan laba bersih tahun 2016 adalah
sebesar Rp 1,7 triliun. Adapun untuk laporan keuangan tahun 2017, PwC memberikan opini
adverse atau dengan modifikasi.

Dalam laporan keuangan tersebut, Jiwasraya mencatatkan laba sebesar Rp 360 miliar dari
yang sebelunnta Rp 2,4 triliun. Hadiyanto pun memastikan Kemenkeu melalui Pusat
Pembinaan Profesi Keuangan (P2PK) akan memberikan sanksi terhadap Kantor Akuntan
Publik (KAP), yang melakukan audit dan memberikan opini tidak sesuai kode etik maupun
standar terhadap laporan keuangan.

Sanksi itu akan dikenakan sesuai dengan tingkat kesalahannya, baik berupa teguran hingga
penangguhan praktiknya. "Karena sektor keuangan ini sangat memerlukan kepercayaan
publik. Itu diperoleh apabila profesi memiliki kapasitas menumbuhkan kepercayaan publik
dengan memberikan kualitas opini dan audit yang bisa dipertanggungjawabkan," kata dia.
Analisa Kasus
Sejumlah fakta telah terungkap pada saat jelang putusan sidang kasus dugaan korupsi PT
Asuransi Jiwasraya (Persero) yang merugikan negara hingga mencapai Rp16,8triliun. Mantan
Direktur Keuangan, Hary Prasetyo, periode 2008-2018 mengakui bahwa untuk dapat
menjalankan perusahaan selama 10 tahun tahun ia bersamadengan mantan Direktur Utama
Jiwasraya Hendrisman Rahim telah melakukan sejumlah rencana atau contingency plan

Hary mengatakan bahwa sebagai dampak rencana cadangan bersama Hendrismanyang saat
ini berstatus sebagai terdakwa direksi pun melakukan manipulasi laporan keuangan
atauwindow dressing

Manipulasi laporan keuangan dilakukan dengan menampilkan laporan keuangan yangselalu


sehat kepada Bapepam Lk yang kini menjadi OJK dan Kementerian Badan Usaha Milik
Negara (BUMN).Pada saat di dalam persidangan, Hary Prasetyo dinilai terbukti bersalah
dalam melakukan tindak pidana korupsi dan secara bersama-sama dengan terdakwa lainnya
sehingga merugikan negara hinga Rp16,8 triliun. Hary diketahui menerima suap oleh
terdakwa lainnya pada saat Jiwasraya menempatkan portofolio investasi perusahaan yang
dananya diperoleh dari premi yang disetor pemegang polis.Dari adanya bukti yang
dikumpulkan, Hary terbutki menerima yang sebesar Rp2,4miliar, mobil Toyota Harrier
senilai Rp550 juta hingga mobil Marcedes Benz E Classsenilai Rp950 juta, serta tiket
perjalana bersama istri menonton konser Coldplay ke Melbourne (Australia).Selain itu, Hary
juga menerima fasilitas pembayaran biaya jasa konsultan pajak haryPrasetyo dari Joko
Hartono selaku pihak terafiliasi terdakwa Heru Hidayat sebesar Rp46 juta. Dari bukti
tersebut, Jaksa Penuntun Umum meminta majelis hakim menjatuhkan pidana seumur hidup
dengan denda Rp1 miliar.
SOLUSI
Solusi Berikut beberapa solusi yang dapat digunakan dalam pencegahan manipulasi lapoan
keuangan, yaitu :

1.Terus mendorong dan meningatkan kualitas pengawasan terhadap profesi


keuangan.Pengawasan yang dimaksud meliputi Kantor Akuntan Publik (KAP), profesi
penilai,hingga profesi akuntan publiknya.

2.Meningkatkan kualitas sumber daya manusia profesi keuangan. Karena pengawasansaja


tidak cukup maka perlu perbaikan kualitas sumber daya manusia agar akuntansidilaporkan
secara benar.

3.Memberikan sanksi. Sanksi dapat dinilai tetap diperlukan agar dapat memberikan efek jera
atau setidaknya mengingatkan para profesi keuangan agar tidak melakukan manipulasi
akuntansi.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Adanya kasus PT Asuransi Jiwasraya yaitu kasus yang melanda persero merupakan
kasus yang sudah lama terjadi dan kasus tersebut dapat disebut sebagai kongkalikong. Dalam
PT Asuransi Jiwasraya dapat dibilang bahwa persero tersebut dimana kurang adanya
pengawasan serta sumber daya manusia yangdidalamnya tidak memiliki cukup kualitas bagi
profesinya. Dengan adanya kasus seperti itu, maka persero diharapkan dalam lebih berhati-
hati mengenai pengelolaan laporan keuangan serta memperhatikan sumber daya manusia
yang ada di dalamnya. Kasus seperti ini dapat merugikan persero dimana nama baik persero
dapat tercemar. Sehingga dapat menimbulkan rasa ketidakpercayaan masyarakat terhadap
persero atas kasus yang menimpanya

Sebagai seorang akuntan public seharusnya mematuhi Standar Profesi Akuntansi


Publik (SPAP) yang berlaku. Ketika memang dia harus melakukan jasa audit, maka audit
yang dilakukan pun harus sesuai dengan Standar Auditing (SA) dalam SPAP.

Dari kasus diatas juga dapat disimpulkan bahwa terjadi pelanggaran terhadap
beberapa prinsip Etika Profesi yaitu : Integritas, tanggungjawab, dan standar teknis. Dimana
dalam standar teknis setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan
standar teknis dan standar professional yang relevan,sesuai dengan keahliannya dan dengan
berhati-hati.

Anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerimaan jasa


selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas. Standar teknis
dan standar profesional yang harus ditaati oleh anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), International Federation Of Accountants, badan pengatur,
dan peraturan perundang-undangan yang relevan.

TERIMAKASIH ☺

Anda mungkin juga menyukai