D
DENGAN DIABETES MELITUS
DI RUAGAN ICU
A. KONSEP MEDIK
1. Definisi
Diabetes Melitus adalah merupakan penyakit metabolik kronik yang terjadi akibat kurangnya
produksi insulin dengan adanya kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.
(Medical Surgical Nursing, Brunner and Suddarth, 1998).
Diabetes Melitus adalah sekumpulan penyakit genetik dan gangguan heterogen yang secara
klinis ditandai dengan ketidaknormalan dalam keseimbangan kadar glukosa yaitu
hiperglikemia (Lewis, 2000, hal. 1367).
2. Klasifikasi
Berdasarkan tipe, Diabetes Melitus terbagi atas :
a. DM Tipe I : Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)
- Disebut juga Juvenile Diabetes, berkembang pada masa kanak-kanak dan sebelum usia 30
tahun.
- Memerlukan therapi insulin karena pankreas tidak dapat memproduksi insulin atau
produksinya sangat sedikit.
b. DM Tipe II : Non Insulin Independent Diabetes Melitus (NIDDM)
- Biasanya terjadi di atas usia 35 tahun ke atas.
- Terjadi resistensi terhadap kerja insulin normal karena interaksi insulin dengan reseptor.
Insulin pada sel kurang efektif sehingga glukosa tidak dapat masuk sel dan berkurangnya
produksi insulin relatif.
4. Etiologi
DM Tipe I :
a. Faktor genetik
Terjadi pada individu yang memiliki HLA (Human Leukosit Antigen) yang merupakan
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas transplantasi dan proses imun.
b. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan destruksi sel
beta. (Masih dalam proses penelitian).
c. Faktor imunologi
Terdapat respon autoimun yang merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan yang dianggap seolah-olah
sebagai jaringan asing.
DM Tipe II :
a. Faktor genetik: memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
b. Faktor usia: resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun.
c. Obesitas: berkaitan dengan resistensi insulin, maka kemungkinan besar terjadi gangguan
toleransi glukosa.
5. Patofisiologi
Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh sel beta di pulau langerhans. Insulin
diproduksi terus menerus sesuai tingkat kadar glukosa dalam darah. Pada penderita DM
produksi insulin terganggu atau tidak diproduksi. Defisiensi insulin mengakibatkan glukosa
tidak dapat masuk sel melalui siklus krebs dan akan mengakibatkan sel mengakomodasi
protein dan lemak dari jaringan adipose untuk dipakai sebagai sumber energi. Pemecahan ini
akan menghasilkan zat sisa berupa urea dan keton sehingga menimbulkan ketoasidosis.
Pada DM Tipe I (IDDM) adalah penyakit autoimun yang ditentukan secara genetik dan
gejala yang pada akhirnya menuju pada proses tahap kerusakan imunologik sel-sel yang
memproduksi insulin, yaitu kerusakan pada sel langerhans sehingga terjadi penurunan sekresi
atau defisiensi insulin sehingga metabolisme insulin menjadi terganggu. Bila sekresi insulin
berkurang atau tidak ada, maka konsentrasi glukosa dalam darah akan meningkat
(hiperglikemia), keadaan hiperglikemia menyebabkan tekanan extra sel meningkat, karena
peningkatan tekanan ini sehingga cairan dari ekstrasel ditarik ke dalam darah sehingga terjadi
gangguan reabsorbsi pada ginjal sehingga kemampuan reabsorbsi melebihi batas ambang
ginjal dan akan tampak glukosuria akibat dari ginjal tidak dapat menyaring semua glukosa
yang keluar, ketika glukosa yang berlebihan diekskresikan ke dalam urin. Ekskresi ini akan
disertai dengan pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan (diuresis osmotik) sebagai
akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam
berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia). Pasien mengalami penurunan berat badan
akibat defisiensi insulin menyebabkan gangguan metabolisme protein dan lemak. Oleh
karena menurunnya simpanan kalori pasien mengalami banyak makan (polifagia). Dalam
keadaan normal insulin mengendalikan glukogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan)
dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru) yang dapat menyebabkan hiperglikemia.
Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang akan mengakibatkan peningkatan
produksi keton dengan tanda dan gejala : nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas
bau aseton, bila tidak ditangani dapat mengakibatkan penurunan kesadaran bahkan kematian.
Pemecahan lemak yang tidak sempurna akan menyebabkan peningkatan asam lemak bebas
dan menimbulkan aterosklerosis yang memvasokonstriksi pembuluh darah yang membuat
tahanan perifer meningkat akhirnya terjadi peningkatan tekanan darah. Aterosklerosis
menyebabkan aliran darah ke seluruh tubuh terganggu, pada organ ginjal akan terlihat adanya
proteinuria, hipertensi mencetuskan hilangnya fungsi ginjal dan terjadi insufisiensi ginjal.
Pada organ mata terjadi pandangan kabur. Sirkulasi ekstremitas bawah yang buruk
mengakibatkan neuropati perifer dengan gejala antara lain : kesemutan, parastesia, baal,
penurunan sensitivitas terhadap panas dan dingin. Akibat lain dari gangguan sirkulasi
ekstremitas bawah yaitu lamanya penyembuhan luka karena kurangnya O2 dan
ketidakmampuan fagositosis dari leukosit yang mengakibatkan gangren. DM Tipe II
(NIDDM) terjadi resistensi insulin dan gangguan sirkulasi insulin yang secara normal akan
terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan
reseptor tersebut, terjadi suatu reaksi dalam metabolisme glukosa dalam sel. Resistensi
insulin pada tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel, dengan demikian insulin
menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
DM Tipe II :
Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lama dan progresif maka DM Tipe II dapat
berjalan tanpa terdeteksi dengan gejala ringan seperti :
a. Kelelahan
b. Iritabilitas
c. Poliuria
d. Polidipsia
e. Luka pada kulit yang lama sembuh
f. Luka pada kulit yang lama sembuh
g. Infeksi vagina
h. Pandangan kabur (jika kadar glukosanya sangat tinggi sekali).
7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan kadar gula darah :
- Gula darah puasa di atas 140 mg/dl.
- Gula darah sewaktu di atas 200 mg/dl
- Gula darah 2 jam PP lebih dari 200 mg/dl
- Tes toleransi glukosa lebih dari 200 mg/dl
- HBAIC (Glucosated Haemoglobin AIC) meningkat yaitu terikatnya glukosa dengan Hb.
(Normal : 3,8-8,4 mg/dl).
- Urinalisa : glukosuria dan keton uria.
8. Komplikasi
DM Tipe I
- DKA (Diabetik Ketoasidosis) : gangguan metabolik yang berat, ditandai dengan adanya
hiperglikemia, hiperosmolaritas dan asidosis metabolik terjadi akibat lipolisis yang hasil
metabolisme akhirnya adalah badan keton.
DM Tipe II :
- HHNK (Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketotik)
Terjadi jika asupan cairan kurang dan dehidrasi, memungkinkan resiko terjadinya koma.
Dehidrasi terjadi akibat hiperglikemia, sehingga cairan intrasel berpindah dan ke ekstrasel.
Juga karena diuresis osmotik (konsentrasi glukosa darah melebihi ambang ginjal) dapat
terjadi kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah yang besar.
a. Perubahan makrovaskuler
Penderita diabetes dapat mengakibatkan perubahan aterosklerosis pada arteri-arteri besar.
Penderita NIDDM mengalami perubahan makrovaskuler lebih sering daripada penderita
IDDM. Insulin memainkan peranan utama dalam metabolisme lemak dan lipid. Selain itu,
diabetes dianggap memberikan peranan sebagai faktor dalam timbulnya hipertensi yang dapat
mempercepat aterosklerosis. Pengecilan lumen pembuluh darah besar membahayakan
pengiriman oksigen ke jaringan-jaringan dan dapat menyebabkan ischemia jaringan, dengan
akibatnya timbul berupa penyakit cerebro vascular, penyakit arteri koroner, stenosis arteri
renalis dan penyakit-penyakit vascular perifer.
b. Perubahan mikrovaskuler
Ditandai dengan penebalan dan kerusakan membran basal pembuluh kapiler, sering terjadi
pada penderita IDDM dan bertanggung jawab dalam terjadinya neuropati, retinopati diabetik.
1) Nefropati
Salah satu akibat dari perubahan mikrovaskuler adalah perubahan struktur dan fungsi ginjal.
Empat jenis lesi yang sering timbul adalah pyelonefritis, lesi-lesi glomerulus, arterisclerosis,
lesi-lesi tubular yang ditandai dengan adanya proteinuria yang meningkat secara bertahap
sesuai dengan beratnya penyakit.
2) Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf-saraf perifer, sistem syaraf otonom, medula spinalis atau
sistim saraf pusat.
Neuropati sensorik/neuropati perifer.
Lebih sering mengenai ekstremitas bawah dengan gejala parastesia (rasa tertusuk-tusuk,
kesemutan atau baal) dan rasa terbakar terutama pada malam hari, penurunan fungsi
proprioseptif (kesadaran terhadap postur serta gerakan tubuh dan terhadap posisi serta berat
benda yang berhubungan dengan tubuh) dan penurunan sensibilitas terhadap sentuhan ringan
dapat menimbulkan gaya berjalan yang terhuyung-huyung, penurunan sensibilitas nyeri dan
suhu membuat penderita neuropati beresiko untuk mengalami cedera dan infeksi pada kaki
tanpa diketahui.
3) Retinopati diabetik
Disebabkan karena perubahan dalam pembuluh darah kecil pada retina selain retinopati,
penderita diabetes juga dapat mengalami pembentukan katarak yang diakibatkan
hiperglikemi yang berkepanjangan sehingga menyebabkan pembengkakan lensa dan
kerusakan lensa.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipoglikemi dan hiperglikemi berhubungan dengan tidak adekuatnya faktor insulin dan
insulin yang resisten.
b. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan aliran daerah arterial.
c. Ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik tentang proses penyakit, pencegahan,
pengobatan berhubungan dengan kurang informasi.
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan vaskularisasi/gangguan sirkulasi.
e. Nyeri berhubungan dengan adanya luka operasi post amputasi.
f. Kurang volume cairan tubuh berhubungan dengan osmotik diuresis.
g. Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan tingginya kadar gula dalam darah dan
adanya luka post operasi.
h. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan aliran
darah serebral yang disebabkan adanya aterosklerosis.
i. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan sistemik berhubungan dengan peningkatan tahanan
perifer, aterosklerosis.
3. Perencanaan Keperawatan
a. Hipoglikemi dan hiperglikemi berhubungan dengan tidak adekuatnya faktor insulin dan
insulin yang resisten.
Hasil Yang Diharapkan :
- Tidak terjadi hipo/hiperglikemi.
- Kadar gula darah dalam batas normal : GDS < 140 mg/dl, Gula darah 2 jam PP < 200
mg/dl.
Intervensi :
1. Kaji intake makanan pasien.
Rasional : Untuk melihat atau indikasi terjadinya hipoglikemi bila makanan yang
dihidangkan tidak habis.
2. Beri makan sesuai diet.
Rasional : Mencegah terjadinya hipoglikemi/hiperglikemi.
3. Amati dan kaji tanda dan gejala hipo/hiperglikemi : pucat, keringat dingin, sakit kepala,
gemetaran, cenderung tidur,
Rasional : Reaksi insulin dapat terjadi secara tiba-tiba yaitu hipo/ hiperglikemi yang dapat
berakibat fatal.
4. Monitor dan catat kadar gula darah perifer, glukosuria.
Rasional : Menentukan diagnosa dan perencanaan keperawatan selanjutnya.
5. Beri dan pertahankan pemberian cairan melalui IV (NaCl 0,9%).
Rasional : Hiperglikemi menyebabkan dehidrasi yang berhubungan dengan efek
hiperosmolar.
6. Beri insulin atau therapi peroral.
Rasional : Insulin meningkatkan pemasukan glukosa ke dalam sel dan menurunkan
glukoneogenesis.
b. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan aliran darah arterial.
Hasil Yang Diharapkan :
Klien menunjukkan kesadaran tentang faktor-faktor keamanan/perawatan kaki yang tepat,
permukaan kulit utuh.
Intervensi :
1. Tinggikan kaki saat duduk di kursi, hindari periode penekanan yang lama pada kaki yang
cedera.
Rasional : Meminimalkan gangguan aliran darah.
2. Anjurkan pasien untuk menghindari baju atau kaos kaki yang ketat dan sepatu yang sempit.
Rasional : Gangguan sirkulasi dan penurunan sensasi nyeri dapat menyebabkan kerusakan
jaringan.
3. Kaji tanda dehidrasi, pantau intake dan output cairan, anjurkan cairan peroral.
Rasional : Glukosuria dapat mengakibatkan dehidrasi yang menurunkan volume sirkulasi dan
selanjutnya mengakibatkan perubahan perfusi perifer.
4. Jaga luka jahitan tetap bersih dan kering.
Rasional : Daerah insisi yang bersih dan kering mengurangi resiko infeksi sehingga
mempercepat proses penyembuhan luka.
g. Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan tingginya kadar gula darah dengan adanya
luka post operasi.
Hasil Yang Diharapkan :
Mencegah atau mengurangi infeksi.
Intervensi :
1. Observasi tanda-tanda infeksi seperti : demam, nyeri, merah.
Rasional : Infeksi akan memperlambat proses penyembuhan.
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan.
Rasional : untuk mencegah resiko kontaminasi silang.
3. Berikan perawatan kulit dan teratur, jaga kulit tetap kering.
Rasional : sirkulasi perifer bisa terjadi yang menempatkan klien pada resiko terjadinya
kerusakan pada kulit dan infeksi.
4. Kolaborasi dengan medik untuk pemberian antibiotik.
Rasional : mencegah infeksi lebih lanjut.
4. Discharge Planning
a. Memotivasi pasien untuk mematuhi diet yang sudah ditetapkan yakni rendah lemak, rendah
glukosa, tinggi serat sebagai cara efektif untuk mengendalikan lemak darah, gula darah dan
kolesterol.
b. Menjelaskan tanda-tanda hipoglikemia (kadar gula darah turun) seperti mengantuk, bingung,
lemas, keringat dingin, mual, muntah.
c. Menjelaskan pentingnya merawat kaki dan mencegah luka seperti tidak memakai sepatu yang
sempit, harus memakai alas kaki, hindari kulit yang lembab.
d. Jaga luka tetap bersih dan kering.
e. Hindari penekanan yang lama pada kaki yang luka.
f. Menganjurkan untuk tetap kontrol gula darah secara rutin.
g. Menganjurkan untuk tetap kontrol gula darah secara rutin.
h. Menjelaskan jangan menghentikan terapi obat tanpa konsultasi dengan dokter.
i. Minum obat secara teratur.
j. Informasikan kepada klien tentang perawatan kaki :
- Anjurkan/jelaskan pada k lien dan keluarga untuk membersihkan kaki dengan sabun terutama
di sela-sela setiap jari.
- Potong kuku jari kaki mengikuti lekungan jari kaki, jangan memotong kuku berbentuk lurus
pada tepinya karena dapat menyebabkan tekanan pada jari-jari yang berdekatan.
- Hati-hati saat mengikir tepi kuku yang kasar untuk mencegah kerusakan kuku.
- Hindari merendam kaki berlama-lama, hindari merendam dengan air panas.
- Gunakan pelembab untuk kulit yang kering.
- Pakai kaos kaki yang terawat dari bahan yang berkualitas baik.
- Hindari menyilangkan kaki saat duduk.
- Anjurkan klien untuk melakukan latihan kaki untuk mempertahankan sirkulasi.
l. Informasikan kepada klien mengenai alas kaki.
- Hindari berjalan tanpa alas kaki.
- Anjurkan klien untuk memakai sepatu yang pas, tidak sempit.
- Periksa sepatu setiap hari dari benda asing, bagian yang kasar.
- Hindari memakai kaos kaki yang sempit.
- Ganti sepatu bila sudah rusak.
- Gunakan sepatu yang terbuat dari bahan yang menyerap.
PENGAMATAN KASUS
1. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas klien
Klien bernama Tn. Donny fansyah 67 tahun. Sudah menikah, beragama budha, suku bangsa
tionghoa. Pendidikan terakhir SLTP, bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa
indonesia, pekerjaan ibu di rumah tangga, Alamat jalan pasar hulu no 18 singkawang tengah
sumber biaya dirumah sakit adalah UMUM.
2. Resume
Klien tiba di ruang ICU Bed 5 dari Intalasi Gawat Darurat pada tanggal 21 februari 2021
pukul 16.30 WIB dengan diagnosa Diabetes Militus. Keadaan umum lemah kesadaran
compos mentis, klien mengeluh lemas, mual,dan muntah serta ada luka di kaki sebelah
kanan. Dilakukan pemeriksasan tanda – tanda vital, hasil TD 150/60 mmhg, ND 100x/ menit.
Rr: 20 x/ menit, S 39 C, pemeriksaan labolatorium
Hb :11,8 Gr/ dl (12-14 gr/dl), laekusit 18.600/ul (5000- 10 000./ ul), hematokrit : 21 % (37-43
%), Trombosit : 397.000 (150.000- 450.000/ul), ureum : 56 mg/dl (10-50 mg/dl ), creatinin :
1,5 mg/dl ( 0,5- 1,5 mg/dl ), GDS : 524 mg/dl (<200 mg/dl) terapi yang di berikan
adalah IV asering 16 tetes/ menis sesuai intruksi dari dokter . inj Ceftriakson 2x1 gr. PCT
3x500 mg, inj rantin 2x1 amp, antasid sirup 3x1 , cek GDS, diet DM :1700 kal. Masalah
keperawatan yang timbul adalah gangguan keseimbangan cairan dan gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Tindakan keperawatan yang yang telah di
lakukan adalah Obs. Tanda- tanda vital, mengkaji intake dan Output, kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian obat dan pemberian cairan pariental. Evaluasi keperawatan, tujuan
belum tercapai, tindakan keperawatan di lanjutkan.
3. Riwayat keperawatan :
4. Pengkajian fisik
e. Sistem kadiovaskular.
Tekanan darah : 180/110 mmhg, iram Teratur, nadi : 88 x/ menit. Tempratur kulit hangat,
pengisian kapiler 3 detik. Klien mengalami edema di area wajah. Tangan dan kaki tidak ada
kelainan. pada sirkulasi jantung. Kecepatan denyut apikal 80 x / menit.irama teratur. Tidak
ada kelainan bunyi jantung, klien tidak mengeluh sakit pada dada.
f. Sistem hematologi.
Klien tidak pucat dan tidak mengalami perdarahan. Hasil labolatorium : Hb 11,0 g/dl.
Leukosit 11.500 /ul (5000- 10000/ul) hematokrit 35 % (37 -43%) trombosit 370.000
(150.000- 450.000 /ul).
g. Sistem syaraf pusat
Kesadaran klien kompos mentis ( GCS =15) E : 4. M : 6 V: 5
Reflek fisiologis tidak normal. Kaki klien sering merasa kesemutan.
h. Sistem pencernaan
Pada sistem pencernaan klien di dapat bahwa gigi klien tampak bersih, tidak ada karies gigi.
Tida manggunakan gigi palsu.saliva normal. Klien tidak mengalami muntah dan tidak nyeri
pada daerah perut.bising usus 12 x/ menit.tidak mengalami diare, warna feses kuning
konsistensi lembek.hepar tidak teraba.
i. Sisitem endokrin.
Napas tidak berbau keton tidak terjadi poliuri, polidipsi dan poliphagi, terdapat luka ulkus di
kaki kanan.warna kulit sekitar luka terlihat kehitaman.
j. Sistem Urogenital.
BAK berwarna kuning jernih. Balance cairan intake 2855 ml output 2495 ml. Terjadi
perubahan pola berkemih.klien sedang buang air kecil. Tidak ada keluhan sakit pinggang.
k. Sisitem integument
Sistem integument, turgor kulit buruk, temperature hangat, warna kulit kehitaman,
keadaan adanya ulkus di kaki sebelah kanan kondisi cukup baik, kondisi kulit di daerah
pemasangan infuse baik dan tidak ada tanda – tanda infeksi (kalor, dolor, rubor, tumor,
fungsiolesa), infuse dipasang datangan sebelah kanan RL 20 tetes/menit sejak dua hari yang
lalu, tekstur rambut baik, kebersihan rambut kurang.
l. Sistem musculoskeletal
Tidak ada kelainan pergerakkan, tidak ada fraktur, keadadan tonus otot normal, kekuatan
otot
5. Pemeriksaan penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium darah, Hb : 11,0 g/dl (N 12 – 14 g/dl), leukosit : 11.500 / µl (
N 5000 – 1000 /µl ), Hematokrit : 35 % ( 37 – 43 % ) Trombosit : 370.000
( 150.000 -450.000). dalakukan pemeriksaan GDS hasilnya GDS : 289 (<200mg/dl)
6. Penatalaksanaan
Terapi yang didapatkan IV RL 20 tetes/menit dilengan sebelah kanan, Paracetamol 3x500
mg, Antacid syrup 3x1, Captropil 3x12,5 mg, OMZ 2x1Capsul, Clindamycin 2x300 mg, diit
DM makan biasa 1700 kalori
7. Data fokus
Data subyektif Data Obyektif
klien mengatakan bengkak pada wajah kesadaran composmetis
serta kedua tangan dan kaki observasi TTV : TD : 180/110 mmHg, ND
klien mengatakan mual : 88X/menit, SH : 37,5◦C, Rr : 20x/menit
tampak mukosa bibir kering
tampak ada luka dikaki sebelah kanan
kondisi luka basa
luka terdapat pus
warna merah dan putih pada jaringan
diameter luka 3 cm
kedalaman luka 1 cm
terdapat oedema pada wajah
tangan dan kaki
waenakulit sekitar luka kehitaman
temperature kulit hangat
suara nafas vesikuler
diet DM makan biasa 1700 kalori
makan habis ⅟₂ porsi
berat badan sebelum sakit 53 kg
lingkar perut 114 cm
therapy yang diberikan IVFD RL 16
tets/menit
paracetamol 3x500 mg
Antacid syrup 3x1
Captropil 3x12,5 mg
OMZ 2X1 Caps
Clindamycin 2x300 mg
Hasil pemeriksaan laboratorium
darah : Hb 11.0 g/dl,(N 12-14 g/dl),
Leukosit : 11.50 /µl ( N 5000-10000/µl),
Hematokrit : 35% (37-43 %),
Trombosit : 370.000 (150.000-450.000).
dilakukan pemeriksaan GSD hasilnya GSD
: 289 (<200 mg/dl).
Analisa Data
No. Data Masalah Etiologi
1 DS.: Kelebihan Penurunan
DO : - Terdapat oedem volume plasma protein
Intake : 2855 ml cairan
Output 2495 ml
Balance : 360 ml
Lingkar perut : 114 cm
Hasil lab:
289 mg/ dl (<200 mg/dl)
Hasil Lab Albumin : 2,5 (3,5 -5,2 g/dl)
Hasil Lab 03 Juni
2010 Haemoglobin : 11,0 g/dl(N 12-
14 ) Leukosit : 11.500 /µl (N 5000 – 10000
/µl ), Hematokrit : 35% (37 -
43 % ) Trombosit : 370.000 (150.000 –
450.000) Obs.
TTV TD : 180/110
mmHg ND :
88X/menit SH :
37,5◦C RR : 20 x/menit
2 DS : Penurunan Kontraktilitas
DO : - Obs.TTV Curah Tekanan darah
-TD : 180/110 mmHg Jantung Meningkat
-ND : 88 x/menit
-SH : 37,5◦C
- RR : 20 x/menit
Bardasarkan data di atas maka dapat di rumuskan diagnosa keperawatan sebagai berikut :
C. Perencanaan, Pelaksanaan
Data subyektif : -
Data obyektif : terdapat oedem, intake 2885 ml, output 2495ml, balance 360 ml,
lingkar perut 114 cm . hasil lab gds 289 mg/dl (<200 mg/dl),hasil lab albumin 2,5 g/dl (3,5-
5,2 g/dl) hasil lab Hb 11,0 g/dl (N 12- 14 g/dl ) leukosit 11.500/ul (N 5000-10.000/ul ) Ht 35
% (37-43 %) Tr 370.000 (150.000-450.000)
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan 3x 24jam di harapkan
volume cairan seimbang.
Kreteria hasil : intak output seimbang,Gds normal tidak ada oedem lingkar perut
normal, albumin dalam batas normal.
Intervensi :
a. Observasi tanda-tanda vital
b. Monitor intake output
c. Kaji turgor kulit
d. Ukur lingkar perut setiap hari
e. Monitor hasil labolatorium.
f. Kolaborasi dalam pemberian cairan intravena.
Pelaksanaan Keperawatan
Tanggal 21 Februari 2021
Pukul 09.00 Melakukan observasi tanda-tanda vital.
Hasil : TD : 180/110 mmhg , Nadi : 88x/menit , Suhu : 37,5◦C , Rr : 24x/menit.
Pukul 10.30 Mengkaji intake dan output.
Hasil : Intake 2855 ml , output 2495 ml, balance 360 ml.
Pukul 11.00 Mengukur lingkar perut.
Hasil : 114 cm.
Pukul 11.40 Mengkaji turgor kulit.
Hasil : turgor kulit buruk
Tanggal 22 Februari 2021
Pukul 07.40 Melakukan observasi tanda – tanda vital .
Hasil : TD : 150/180 mmhg , Nadi : 80x/menit , Suhu : 38◦C, Rr : 22x/ Menit .
Pukul 08.20 Memonitor hasil Lab.
Hasil : GDS : 197 mg/dl
Pukul 09.00 Mengkaji intake dan output.
Hasil : Intake : 2855 , Output : 2295, balance 560ml.
Pukul 10.00 Mengambil darah vena sebanyak 5 cc untuk pemeriksaan protein, globulin,
albumin.
Hasil : Darah terambil sebanyak 5 cc.
Tanggal 23 Februari 2021
Pukul 09.00 Melakukan observasi tanda – tanda vital .
Hasil : TD : 130/80 mmhg , Nadi : 80x/ menit, Suhu : 37◦C , Rr : 20x/ menit.
Pukul 10.00 Memonitor hasil Lab.
Hasil : Protein 5,7 (6,0-8,7 g/dl), Albumin 2,5 (3,5-5,2 g/dl), Globulin 3,2 (2,5-3,1 mg/dl),
GDS : 197 (<200 mg/dl).
Pukul 11.00 Mengukur Lingkar perut .
Hasil : Lingkar perut 103 cm.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kontraktilitas tekanan darah
meningkat
Data Subyektif :
Data Obyektif : Obs. TTV TD 180/110 mmhg, Nadi 88x/menit, Suhu 37,5◦C,
Rr 20x/menit
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
Penurunan curah jantung tidak terjadi.
Kriteria Hasil : TTV Normal
Intervensi : a. Observasi TTV
b. Ciptakan lingkungan nyaman
c. Motivasi dan dukung klien untuk menghilangkan stress
d.Berikan captopryl 3x12,5 mg
Pelaksanaan Keperawatan
Tanggal 21 Februari 2021
Pukul 09.00 Melakukan observasi tanda-tanda vital
Hasil : TD 180/110 mmhg, Suhu 37,5◦C, Rr 24x/menit
Pukul 11.30 Menganjurkan klien untuk banyak istrahat
Hasil : Klien mengikuti anjuran perawat
Pukul 12.10 Memberikan obat Catopril 12,5 mg
Hasil : Obat diminum sesuai pengobatan
Tanggal 22 Februari 2021
Pukul 07.40 Melakukan observasi tanda-tanda vital
Hasil : TD 150/180 mmhg , Nadi 80x/menit, Suhu 38◦C ,Rr 22x/menit
Pukul 11.30 Menganjurkan klien untuk banyak istrahat
Hasil : Klien mengikuti anjuran perawat
Pukul 12.20 Memberikan obat Catopril 12,5 mg
Hasil : Obat diminum sesuai pengobatan
Tanggal 23 Februari 2021
Pukul 09.00 Melakukan observasi tanda-tanda vital
Hasil : TD 130/80mmhg, Nadi 80x/menit, Suhu 37◦C, Rr 20x/menit
Pukul 11.30 Menganjurkan klien untuk banyak istrahat
Hasil : Klien mengikuti anjuran perawat
Pukul 12.10 Memberikan obat Catopril 12,5 mg
Hasil : Obat diminum sesuai pengobatan
4. Resiko tinggi perluasan luka infeksi berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa
Data Subyektif : Klien mengatakan ada luka pada kaki kanan yang belum sembuh
Data Obyektif : Ada Ulkus pada kaki kanan, Diameter luka : 3 cm, Kedalaman
luka : 1 cm,Keadaan luka : basah,Terdapat pus,Warna merah dan putih pada jaringan, Hasil
pemeriksaan laboratorium darah pada tanggal 3 februari 2012 , Hb : 11,0 g/dl, leukosit :
11.500/ul, Hematokrit : 35%, Trombosit : 370.000. Pada tanggal 15 februari 2012 dilakukan
pemeriksaan gula darah sewaktu, hasilnya : GDS : 289(<200 mg/dl).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam diharapkan infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil : Infeksi tidak terjadi, luka sembuh .
Intervensi :
a. Observasi tanda-tanda vital
b. Kaji tanda perluasan infeksi
c. Lakukan perawatan luka 2x/hari
d. Pertahankan tehnik Aseptic dan antiseptic pada perawatan luka
e. Berikan terapi sesuai program Clindamycin 2x300mg
Pelaksanaan Keperawatan
Tanggal 21 Februari 2021
Pukul 09.00 Melakukan observasi tanda-tanda vital.
Hasil : TD : 180/110 mmhg , Nadi: 88x/menit, Suhu : 37,5◦C, Rr : 20x/menit
Pukul 10.00 Melakukan perawatan luka.
Hasil : Luka bersih tertutup perban.
Pukul 12.10 Memberikan obat Clindamycin 300 mg.
Hasil : Obat diminum sesuai program pengobatan
4. Resiko tinggi perluasan luka infeksi berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa
Tanggal 23 Februari 2021 Pukul 14.00 WIB
Subyektif : Klien mengatakan ada luka pada kaki kanan yang belum sembuh
Data Obyektif : Ada Ulkus pada kaki kanan, Diameter luka : 3 cm, Kedalaman luka :
1 cm,Keadaan luka : basah,Terdapat pus,Warna merah dan putih pada jaringan.
Analisa : Tujuan keperawatan belum tercapai
Perencanaan : Tindakan keperawatan dilanjutkan
- Observasi tanda-tanda vital
- Kaji tanda perluasan infeksi
- Lakukan perawatan luka 2x/hari
- Pertahankan tehnik Aseptic dan antiseptic pada perawatan luka
- Berikan terapi sesuai program
( Clindamycin 2x300 mg )
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang di dapat di peroleh dari asuhan keperawatan pada tn. DF dengan
diabetes militus adalah.
1. Pengkajian keperawatan
Dalam tahap pengkajian klien dengan diabetes militus tipe Iipada manisfestasi klinis di dapat
poli uria, poliphagia, polidisi, penurunan berat badan, kesemutan sedangkan pada kasus hal
ini tidak terjadi, klien tidak memperlihat kan danya polidipsi karena pada saat pengkajian
klien hanya minum 800 cc, klien juga tidak memperlihatkan adanya poliphagiakarena pada
saat dilakukan pengkajian klien mengatakan mual, makan klien hanya habis ½ porsi
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ada pada kasusu sesuai teori diagnosa yaitu, perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan masa oral, ketidak adekuatan
insulin atau setatus hipermetabolik,resiko tinggi perluasan luka infeksi barhubungan dengan
kadar glukosa tinggi. Sedangkan ada diagnosa yang ada pada kasus tapi tidak terdapat pada
teori.kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan protein plasma. Penurunan
curah jantung berhubungan kontraktilitas tekanan darah tinggi.
3. Perencanaan Keperawatan
Prioritas masalah keperawatan pada kasus tn. DF. Sesuai dengan prioritas pada masalah yang
ada pada teori dan sesuai dengan kondisi klien saat dilakukan pengkajian.
4. Pelaksanaan Peperawatan
Tidakan keperawatan dilakukan berdasrkan rencana tindakan yang telah dibuat antara lain
mengobsevasi tanda- tanda vital. Menciptakan lingkungan yang nyaman.melakukan
perawatan luka,menghidangkan makanan dalam keadaan yang hangat. Karena tebatas oleh
waktu.dalam melakukan asuhan keperawatan yang belum terlaksanan maka penulis
mempalidasi dengan senior ruangan
.
5. Evaluasi
kami memuliskan hasil evaluasi dalam asuhan ini didasarkan oleh waktu selama 3 hari dan di
mengevaluasi pada hari ke 4. Berdasarkan hasil dari intervensi yang telah di laksanakan
B. Saran
1. Untuk Perawat
Saran yang perlu di sampaikan kepada perawat, yaitu harus mendokumentasikan setiap
tindakan yang telah di lakukan. Serta menambah ilmu pengetahuan.tentang berbagai macam
penyakit, dalam khusus nya Diabetes militus agar perawat dapat melakukan implementasi
sesuai dengankebutuhan klien
2. Untuk Penulis
Kami memahami segala kekurangan yang ada pada karya tulis kami sehingga kami
sangat meng harapkan kritik dan masukan yang memebangun guna dalam penulisan karya
tulis selanjutnya kami dapat membuat kaya tulis dengan lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Black, Joyce M. M.S.N (1997). Medical Surgical Nursing : Clinical Management for Continuity of
Care, (Fifth Edition). Philadelphia : W.B. Saunders Company.
Brunner & Suddarth (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. (Edisi kedelapan). Jakarta :
EGC.
Carpenito, Lynda Juall (2000). Diagnosa Keperawatan, (Edisi keenam). Jakarta : Penerbit EGC.
Ignatavicius, Donna D. (1991). Medical Surgical Nursing, A Nursing Process Approach W.B
Saunders Company.
Luckman and Sorensens (1997). Medical Surgical Nursing, A Psychophysiology Approach. Fourth
Edition. W.B. Saunders.
Lewis, Sharon Mantik, R.N. FAAN (2000). Medical Surgical Nursing, (Fifth Edition), St. Louis,
Missouri : Mosby Inc.
Price, Sylvia Anderson, Ph.D, R.N (1995). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,
(Edisi keempat), Jakarta : EGC.