Makalah Silikon
Makalah Silikon
MAKALAH
Oleh
Irfan Maulana Putra
NIM 131910101064
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
memberikan penjelasan dan pengertian secara lengkap dan terperinci mengenai
seluruh kajian yang terkait tentang Ekstraksi Metalurgi dan Silokon yang ada di
alam bebas.
Penulis
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Logam adalah salah satu kelompok unsur yang sudah sangat lazim
ditemui dalam kehidupan kita. Mulai dari alat tulis kantor, peralatan masak,
peralatan elektronik, kendaraan, sampai bahan bangunan, semuanya
menggunakan perangkat yang dibuat dengan bahan dasar logam. Sebut saja
tembaga yang menjadi komponen dalam berbagai chip peralatan elektronik,
ataupun besi yang menjadi bahan dasar baja. Saat ini, logam-logam yang ada
kebanyakan telah dipadukan dengan logam lainnya untuk menghasilkan sebuah
campuran logam yang disebut alloy. Logam-logam tersebut dicampur agar
didapatkan sifat logam campuran yang sesuai dengan kebutuhan manusia.
Teknik pembuatan silikon itu terbilang sederhana. Mineral silika yang telah
dimasukkan ke dalam larutan kalsium klorida (CaCl) dipanaskan hingga suhu
3000 Celsius. Atom oksigen yang ada di dalam silika akan berubah menjadi ion
oksida.
1.2 Tujuan
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Silikon
Silikon adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang Si dan nomor atom 14. Senyawa yang dibentuk bersifat paramagnetik.
Unsur kimia ini ditemukan oleh Jöns Jakob Berzelius. Silikon merupakan unsur
metaloid tetravalensi, bersifat lebih tidak reaktif daripada karbon (unsur
nonlogam yang tepat berada di atasnya pada tabel periodik, tapi lebih reaktif
daripada germanium, metaloid yang berada persis di bawahnya pada tabel
periodik. Kontroversi mengenai sifat-sifat silikon bermula sejak penemuannya:
silikon pertama kali dibuat dalam bentuk murninya pada tahun 1824 dengan
nama silisium (dari kata bahasa Latin: silicis), dengan akhiran -ium yang berarti
logam. Meski begitu, pada tahun 1831, namanya diganti menjadi silikon karena
sifat-sifat fisiknya lebih mirip dengan karbon dan boron.
Silikon adalah polimer nonorganik yang bervariasi, dari cairan, gel, karet,
hingga sejenis plastik keras. Beberapa karakteristik khusus silikon: tak berbau,
tak berwarna, kedap air, serta tak rusak akibat bahan kimia dan proses oksidasi,
tahan dalam suhu tinggi, serta tidak dapat menghantarkan listrik.
2.1.2.1 Fisika
Silikon berbentuk padat pada suhu ruangan, dengan titik lebur dan titik
didih masing-masing 1.400 dan 2.800 derajat celsius. Yang menarik, silikon
mempunyai massa jenis yang lebih besar ketika dalam bentuk cair dibanding
dalam bentuk padatannya. Tapi seperti kebanyakan substansi lainnya, silikon
tidak akan bercampur ketika dalam fase padatnya, tapi hanya meluas, sama
seperti es yang memiliki massa jenis lebih kecil daripada air. Karena mempunyai
konduktivitas thermal yang tinggi (149 W·m−1·K−1), silikon bersifat mengalirkan
panas sehingga tidak pernah dipakai untuk menginsulasi benda panas.
Fase Solid
Keelektronegatifan 1,8
2.1.2.2 Kimia
Bubuk Silikon
Silikon yang eksis di alam terdiri dari 3 isotop yang stabil, yaitu silikon-28,
silikon-29, dan silikon-30, dengan silikon-28 yang paling melimpah (92%
kelimpahan alami). Out of these, only silicon-29 is of use in NMR and EPR
spectroscopy. Dua puluh radioisotop telah diketahui, dengan silikon-32 sebagai
yang paling stabil dengan paruh waktu 170 tahun dan silikon-31 dengan waktu
paruh 157,3 menit. Sisa isotop radioaktif lainnya mempunyai paruh waktu
kurang dari 7 detik dan kebanyakan malah kurang dari 0,1 detik. Silikon tidak
mempunyai isomer nuklir.
Isotop dari silikon mempunyai nomor massa berkisar antara 22 sampai 44.
Bentuk peluruhan paling umum dari 6 isotop yang nomor massanya dibawah
isotop paling stabil (silikon-28) adalah β+, utamanya membentuk isotop
aluminium (13 proton) sebagai produk peluruhannya. Untuk 16 isotop yang
nomor massanya diatas 28, bentuk peluruhan paling umumnya adalah β−,
utamanya membentuk isotop fosfor (15 proton) sebagai produk peluruhan.
2.1.2.3 Keberadaan
Quartz crystal cluster dari Tibet. Mineral alami ini mempunyai rumus
kimia SiO2.
Mineral silikat- berbagai macam mineral yang terdiri dari silikon, oksigen,
dan berbagai logam reaktif—membentuk 90% massa kerak bumi. Hal ini
dikarenakan suhu panas pada proses pembentukan sistem tata surya, silikon dan
oksigen mempunyai afinitas yang besar satu sama lain, sehingga membentuk
senyawa kimia. Karena oksigen dan silikon adalah unsur non-gas dan non-logam
terbanyak pada puing supernova, mereka membentuk banyak silikat kompleks
yang kemudian bergabung ke batuan planetesimal yang membentuk planet
kebumian. Disini, mstriks mineral silikat yang tereduksi menangkap logam-logam
yang reaktif untuk teroksidasi (aluminium, kalsium, natrium, kalium, dan
magnesium). Setelah gas-gasnya lepas, campuran silikat ini kemudian
membentuk sebagian besar kerak bumi. Karena silikat-silikat ini bermassa jenis
rendah, baja, nikel, dan logam non-reaktif lainnya masuk ke dalam inti bumi,
sehingga menyisakan magnesium dan silikat besi di lapisan atas.
Beberapa contoh mineral silikat yang ada di kerak bumi antara lain
kelompok piroksena, amfibol, mika, dan feldspar. Mineral-mineral ini terdapat
pada tanah liat dan beberapa jenis batuan seperti granit dan batu kapur.
1. Perlakuan awal
2. Proses reduksi
3. Pemurnian (refining)
a. Jenis pelarut
b. Suhu
Jika rasio pelarut-bahan baku besar maka akan memperbesar pula jumlah
senyawa yang terlarut. Akibatnya laju ekstraksi akan semakin meningkat.
d. Ukuran partikel
Laju ekstraksi juga meningkat apabila ukuran partikel bahan baku semakin
kecil. Dalam arti lain, rendemen ekstrak akan semakin besar bila ukuran
partikel semakin kecil.
e. Pengadukan
f. Lama waktu
Lamanya waktu ekstraksi akan menghasilkan ekstrak yang lebih banyak,
karena kontak antara zat terlarut dengan pelarut lebih lama.( Ubay, 2011).
b. Proses Reduksi
Ada dua jenis reduksi senyawa logam, yaitu reduksi kimia dan reduksi
elektrolitik. Kita ketahui bahwa kereaktifan logam menentukan sekali di dalam
memilih metode yang akan digunakan. Senyawa-senyawa dari logam dengan
kereaktifan rendah kebanyakan mudah direduksi. Sebaliknya senyawa-senyawa
dari logam sangat reaktif sukar direduksi.
Reduksi kimia senyawa logam
Ketika sulfida-sulfida dari beberapa logam kurang reaktif dipanaskan,
terjadilah proses reduksi. Ion sulfida akan diubah menjadi belerang dioksida.
Misalnya Cu2S(s) + O2(g) 2 Cu(l) + SO2(g)
Ektraksi logam pada zaman dahulu dimulai dengan menggunakan bara
arang sebagai reduktornya. Karbon dan karbon monoksida (CO), mempunyai
kemampuan mereduksi beberapa oksida logam menjadi logam.
Misalnya 2CuO(s) + C(s) 2 Cu(l) + CO2(g)
CuO(s) + CO(g) 2 Cu(l) + CO2(g)
Gas netral seperti metana (CH4), dapat juga digunakan untuk mereduksi
tembaga (II) oksida panas menjadi logam tembaga. 4 CuO(s) + CH4(g) 4 Cu(l) +
2 H2O(g) + CO2(g) Namun perlu diingat tidak semua senyawa logam dapat
direduksi oleh C atau CH4.
Reaksi yang terjadi ini disebut pemanggangan (roasting) sekaligus
peleburan (smelting). Oksida-oksida logam yang memiliki posisi rendah sampai
menengah pada deret kereaktifan logam dapat direduksi dengan menggunakan
kokas pada tanur. Oksida Fe, Pb, dan Sn direduksi dengan cara ini. Ion seng,
tembaga, dan nikel direduksi secara elektrolitik pada katode dari larutan
garamnya. Peleburan (smelting) dimaksudkan adalah proses reduksi bijih pada
suhu tinggi hingga mendapatkan material lelehan. Produk reduksi selama proses
pelelehan disebut matte. Matte umumnya berupa campuran sulfida, atau logam
dan sulfida, dimana persentase logamnya meningkat sebagai hasil pelelehan.
c. Pemurnian Pemurnian (refining)
Adalah suatu proses untuk merubah logam kotor menjadi logam dengan
kemurnian tinggi. Ada beberapa cara yang digunaan untuk melakukan
pemurnian logam, yaitu : pelelehan (fusion), destilasi, kristalisasi, elektrolisis,
proses Parkes , proses Van Arkel (vapour phase refining), zone-refining, proses
Mond (purification via the volatile carbonyl compound), dan proses Bassemer
(open hearth process). Pemurnian dengan pelelehan (fusion) Proses ini biasanya
dipakai untuk memurnikan logam Sn, Pb dan Bi. Batang logam kotor ditempatkan
dalam tungku yang dipanaskan pada suhu di atas titik leleh logam. Lelehan
logam murni ada di bagian atas, sedangkan pengotor berada pada bagian
bawah. Untuk memisahkan lelehan logam murni dari pengotor dilakukan dengan
memiringkan tungku sehingga lelehan logam murni mengalir ke celah samping
tunggku.
Pemurnian dengan destilasi
Logam-logam mudah menguap dapat dimurnikan dengan destilasi.
Misalnya Hg, pemisahan Zn-Cd-Pb dengan destilasi praksional. terpisahkan dari
yang satu dengan yang lainnya.
Pemurnian dengan kristalisasi
Metode ini banyak dilakukan untuk memurnikan logam-logam lantanida
melalui garam rangkapnya dengan kalium dan natrium. Demikian juga untuk
pemisahan Pt dan Ir melalui amonium heksakloroplatinat dan iridiat.
Pemurnian dengan elektrolisis
Sel elektrolitik yang dipakai harus terbuat dari anode logam kotor (logam
yang akan dimurnikan), sedangkan katode terbuat dari logam murni yang dilapisi
lapisan tipis grafit agar logam murni yang dihasilkan mudah dilepas, sedangkan
elektrolit yang digunakan adalah larutan garam dari logam yang akan
dimurnikan. Selama elektrolisis berlangsung logam kotor sebagai anode akan
larut, sedangkan logam murni akan diendapkan pada katode. Pemurnian dengan
cara ini hanyalah dapat dilakukan untuk logam-logam yang keelektropositifannya
rendah seperti Cu, Sn, Pb, Au, Zn, Cr, dan Ni. Jadi metode ini digunakan untuk
logam yang tidak bereaksi dengan air, mudah dioksidasi pada anode, dan mudah
direduksi pada katode
2.4 Proses Ekstraksi Silikon dengan Metode Reduksi
Tahapan 1
Tahapan 2
Lelehan Silikon yang dihasilkan dikeluarkan dari bawah tungku dan akan
membentuk padatan. Si yang dihasilkan cukup murni dan dapat digunakan
antara lain untuk pembuatan paduan dengan logam lain (alloy) Jika ingin
memperoleh silikon dengan kemurnian lebih tinggi, maka dilanjutkan ke tahap3
berikut.
Tahapan 3
Tahapan 4
Tahapan 5
Tahapan 6
Tahapan 7
Silikon dimurnikan dengan alat zone refining. Dalam alat ini, batangan Si
dilewatkan secara perlahan melalui alat pemanas. Pada zona pemanasan,
batangan Si tersebut akan meleleh. Karena zat pengotor lebih mudah larut
dalam lelehan dibanding dalam padatan Si, maka padatan tersebut akan
terkumpul didalam lelehan Si. Daerah lelehan yang tidak murni tersebut akan
berpindah sepenjang batangan Si, selama proses berlangsung. Ketika daerah
lelehan yang tidak murni telah sampai ke ujung, maka ujung ini akan dibiarkan
membentuk padatan sebelum dipotong
Larutan pekat natrium silikat (Na2SiO3), suatu zat padat amorf yang tidak
berwarna, yang disebut water glass, digunakan untuk pengawetan telur dan
sebagai perekat, juga sebagai bahan pengisi (fillir) dalam detergent.
Silikon karbida (SiC), merupakan zat padat yang sangat keras digunakan
untuk ampelas (abrasive) dan pelindung untuk pesawat ulang alik terhadap suhu
yang tinggi sewaktu kembali kebumi. Silica gel, suatu zat padat amorf yang
sangat berfori, dibuat dengan melepas sebagian air dari asam silikat (H2SiO3)
atau (SiO2H2O). silica gel bersifat higroskopis (mengikat air) sehingga digunakan
sebagai pengering dalam berbagai macam produk.
Dispersi koloid silikon dalam air digunakan sebagai agen pelapis dan
sebagai bahan untuk pembuatan enamel tertentu.
Bahan-bahan yang mengandung silikon yang dikenal baik
a. Keramik.
b. Semen
c. Kaca
d. Silikon
e. Zeolit
Di masyarakat, kata silikon bukan lagi hal yang tabu terutama di bidang
kecantikan. Penggunaan silikon khususnya yang cair sudah di larang oleh
pemerintah sejak tahun 1970. Namun hingga kini masih saja terjadi
penyalahgunaan penyuntikan untuk tujuan mempercantik bagian tubuh tertentu
para wanita. Hal ini di lakukan karena kurangnya pengetahuan terhadap silikon
itu sendiri. Penyuntikan silikon cair tidak mengakibatkan kematian, tetapi dapat
mengakibatkan kerusakan jaringan yang bersifat permanen. Kerusakan tersebut
terjadi karena silikon cair yang disuntikkan langsung ke dalam tubuh seperti sifat
cairan umumnya akan mencari tempat yang rendah. Sebagian silikon mungkin
berkumpul di tempat- tempat tertentu sehingga membentuk benjolan.
Silikon bentuk cair dalam dunia medis, menurut dr. Donny V. Istiantoro dari
Jakarta Eye Center, digunakan dalam operasi retina. Retina dapat lepas dari
posisinya karena berbagai faktor, sehingga perlu dibantu perlekatannya dengan
silikon cair.
Silikon sering digunakan untuk membuat serat optik dan dalam operasi
plastik digunakan untuk mengisi bagian tubuh pasien dalam bentuk silikone.