Anda di halaman 1dari 18

Logika Orde Pertama

Dr. Ahmad Sabri


Tinjauan: logika proposisi
• Sebuah pernyataan (proposisi) adalah sebuah kalimat yang bernilai benar atau
salah (namun tidak keduanya), Oleh karena itu, logika proposisi juga disebut
logika Boolean.
• Kalimat yang tidak dapat ditentukan nilai kebenarannya disebut kalimat terbuka.
• Sebuah pernyataan pada logika proposisi dipandang sebagai satu kesatuan utuh
(atomic), sehingga dapat dinotasikan dengan sebuah simbol.
Contoh:
𝑝: Semua mamalia bernafas dengan paru-paru. (pernyataan bernilai benar)
𝑞: Paus adalah mamalia. (pernyataan bernilai benar)
𝑟: Ubur-ubur adalah mamalia. (pernyataan bernilai salah)
Namun: “Penjumlahan x dan y menghasilkan 10” bukanlah pernyataan,
melainkan kalimat terbuka, selama tidak terdapat informasi tentang nilai variabel
x dan y
• Pada logika proposisi, sebuah pernyataan mungkin merupakan subset dari
pernyataan lainnya. Pada pernyataan di atas, 𝑞 adalah subset dari 𝑝, karena paus
termasuk mamalia.
• Sebuah pernyataan memiliki pernyataan negasi (NOT), yang nilai kebenarannya
berlawanan dengan pernyataan asal.
• Beberapa pernyataan dapat membentuk pernyataan majemuk, di mana antara
pernyataan dihubungkan oleh operator logika, antara lain konjungsi (AND),
disjungsi (OR), disjungsi ekslusif (XOR), implikasi (IF…THEN…), dan biimplikasi (…IF
AND ONLY IF…).
Beberapa simbol operator logika
Jenis operator Simbol Gerbang logika
Negasi ~ NOT
Konjungsi ∧ AND
Disjungsi ∨ OR
Disjungsi eksklusif ∨ XOR
Implikasi → IMPLY
Biimplikasi ↔ XNOR
Metode pengambilan keputusan (reasoning):
Metode Contoh
1. Modus ponens
premis 1: 𝑝 → 𝑞 Premis 1: Jika mamalia maka bernafas dengan paru-paru
premis 2: 𝑝 Premis 2: Paus adalah mamalia
kesimpulan: 𝑝 Kesimpulan: Paus bernafas dengan paru-paru
2. Modus tollens
premis 1: 𝑝 → 𝑞 Premis 1: Jika hari hujan, maka banyak awan di angkasa
premis 2: ~𝑞 Premis 2: Tidak banyak awan di angkasa
kesimpulan: ~𝑝 Kesimpulan: Hari tidak hujan
3. Silogisme
hipotesis 1: 𝑝 → 𝑞 Hipotesis 1: Jika ikut ujian SIM, maka harus punya KTP
hipotesis 2: 𝑞 → 𝑟 Hipotesis 2: Jika harus punya KTP maka usia minimal 17 tahun
kesimpulan: 𝑝 → 𝑟 Kesimpulan: Jika ikut ujian SIM, maka usia minimal 17 tahun.
Model kalimat pada logika orde pertama
Berbeda dengan logika proposisi, kalimat pada logika orde pertama dibangun
dari elemen-elemen:
1. objek, contoh: rumah, orang, warna, mobil
2. relasi antar objek
• relasi uner (property/sifat), contoh: merah, asli, prima, tinggi
• relasi 𝑛-er, contoh: adik dari, lebih besar dari, di dalam, terjadi setelah, kepunyaan, di
antara,…
3. fungsi (relasi yang lebih spesifik, di mana hanya terdapat satu nilai untuk
satu input), contoh: ayah dari, lebih tua satu tahun dari
Sintaks dan semantic pada LOP
• Objek berasal dari domain objek (tidak boleh kosong).
• Objek pada model dapat berelasi satu sama lain dengan berbagai jenis relasi (uner, biner,
dll.).
• Relasi dinotasikan sebagai tupel dari objek-objek yang berelasi.
• Contoh. Didefinisikan domain objek = Hayam Wuruk, Gajah Mada, alas kaki, mahkota.

Relasi biner:
• Gajah Mada berelasi dengan Hayam Wuruk dalam relasi “patuh kepada”, dan dinyatakan
sebagai tupel < Gajah Mada, Hayam Wuruk>
• Sebaliknya, relasi “memberi perintah kepada” dinyatakan sebagai tupel < Hayam Wuruk,
Gajah Mada>
• Objek “mahkota” berelasi dengan Hayam Wuruk dengan relasi “di atas kepala”,
dinyatakan sebagai tupel <mahkota, Hayam Wuruk>.
Relasi uner
• Relasi “orang”, “raja”, “mahapatih”, “berkilau” adalah relasi uner (disebut juga
sifat/properti).
• Karena Hayam Wuruk dan Gajah Mada adalah orang, maka relasi uner “orang”
dinyatakan dalam tupel <Hayam Wuruk>, <Gajah Mada> .
• Demikian pula relasi “raja” dinyatakan sebagai <Hayam Wuruk>, “mahapatih”
sebagai <Gajah Mada>, “berkilau” sebagai <mahkota>.
• Relasi “kaki kiri” adalah sebuah fungsi, karena merujuk kepada objek spesifik yang
berbeda untuk input yang berbeda.
• <Hayam Wuruk>: kaki kiri dari Hayam Wuruk
• <Gajah Mada>: kaki kiri dari Gajah Mada
• Kaki kiri Hayam Wuruk ≠ kaki kiri Gajah Mada
teks biru: relasi uner berkilau
teks merah: relasi biner

di atas
kepala

orang orang

maha patuh raja


patih kepada

memberi
perintah
kepada
kaki kiri kaki kiri
Gajah Mada Hayam Wuruk
Simbol-simbol
Simbol pada LOP dinyatakan dalam kata yang diawali huruf besar. Jika terdiri dari
beberapa kata, maka semua kata disambung dan setiap kata diawali huruf kapital.
• Simbol konstanta: untuk objek.
• Contoh: HayamWuruk, GajahMada, Mahkota.
• Simbol predikat: untuk relasi.
• Contoh: Perintah, Patuh, DiKepala
• Simbol fungsi: untuk fungsi.
• Contoh: KakiKiri
Interpretasi simbol
• Simbol-simbol tersebut merujuk kepada suatu objek, relasi, ataupun fungsi.
• Timbul pertanyaan: objek, relasi, ataupun fungsi manakah yang dirujuk oleh simbol-
simbol tersebut?
• Oleh karena itu, setiap simbol harus memiliki interpretasi.
• Interpretasi adalah bentuk spesifik dari objek, predikat, atau fungsi yang dirujuk oleh
simbol terkait. Contoh:
• Simbol “HayamWuruk” merujuk pada objek “Hayam Wuruk”,
• “GajahMada” merujuk pada objek “Gajah Mada”,
• “Mahkota” merujuk pada objek “mahkota”,
• “Perintah” merujuk pada relasi “memberi perintah kepada”,
• “Patuh” merujuk pada relasi “patuh kepada”.
• “DiKepala” merujuk pada relasi “di atas kepala”
• Seringkali nama konstanta lebih singkat dari objek yang dirujuk. Misalnya ”Newton”
untuk merujuk “Isaac Newton”, “Indonesia” untuk merujuk objek “Republik Indonesia”.
Term
• Term adalah ekspresi logikal yang merujuk kepada sebuah objek.
• Salah satu contoh term adalah simbol konstanta untuk objek orang (HayamWuruk,
GajahMada)
• Lain halnya dengan objek orang, objek “kaki kiri” tidak ada nama spesifik (tidak ada
orang memberi nama untuk kaki kirinya).
• Objek-objek yang lazimnya tidak memiliki nama spesifik tersebut tidak dinyatakan dalam
simbol objek, namun dinyatakan dalam simbol fungsi (contoh: simbol fungsi “KakiKiri”).
• Dalam hal ini, objek spesifik yang dirujuk dinyatakan dalam bentuk term majemuk.
• Term majemuk terdiri dari simbol fungsi diikuti argumen yang diapit tanda kurung.
Contoh: KakiKiri(HayamWuruk) adalah term yang merujuk kepada kaki kiri dari Hayam
Wuruk.
Hayam Wuruk
• Term sederhana: “HayamWuruk” merujuk ke

fungsi
argumen
• Term majemuk “KakiKiri(HayamWuruk)”

merujuk ke
Kalimat atomik
• Kalimat atomik terdiri dari simbol predikat diikuti satu atau beberapa term yang
diapit tanda kurung. Contoh:
• Patuh(GajahMada, HayamWuruk)
• Perintah(HayamWuruk, GajahMada)
• Raja(HayamWuruk)
• Mahapatih(GajahMada)
• Kalimat atomik bernilai benar jika relasi yang direpresentasikan pada simbol
predikat berlaku pada objek yang dirujuk oleh argumen.
• Nilai kebenaran bergantung kepada fakta yang mendasari model
Kalimat majemuk
• Kalimat majemuk dibentuk dari beberapa kalimat atomik yang dihubungkan
dengan penghubung logikal (logical connectives).
• Contoh:
• ~DiAtas(Mahkota, GajahMada) ∧ DiAtas(Mahkota,HayamWuruk)
• KakiKiri(HayamWuruk) → ~KakiKiri(GajahMada)
Pembilang (quantifier)
1. Pembilangan universal (simbol: ∀)

Pembilangan universal melibatkan seluruh objek dalam kalimatnya.

Contoh:
• Kalimat “Semua raja adalah orang”, ekivalen dengan “Untuk semua 𝑥, jika 𝑥
adalah raja, maka 𝑥 adalah orang”.
• Secara LOP ditulis sebagai:
∀𝑥 Raja(𝑥) → Orang(𝑥)
2. Pembilangan eksistensial (simbol: ∃)
Pembilangan eksistensial memungkinkan pembentukan kalimat yang melibatkan
beberapa objek tanpa harus menyebutkannya satu per satu.

Contoh:
• Terdapat sebuah mahkota di atas kepala Hayam Wuruk, yang ekivalen dengan
“Terdapat 𝑥 di mana 𝑥 adalah mahkota dan 𝑥 berada di atas kepala Hayam
Wuruk”.
• Secara LOP ditulis sebagai:
∃𝑥 Mahkota(𝑥) ∧ DiKepala(𝑥, HayamWuruk).
Hubungan antara ∀ dan ∃

Anda mungkin juga menyukai