Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH TAHSINUL QUR’AN

“JAWAZUL WAJHAINI”

KELOMPOK 9
Dosen Pengampu : Sumiyati, M.Pd.I

Nama Kelompok :

1. Ana Fatwa P. K. (2111050170)


2. Arief Wildan K. (2111050120)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami semua, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini
dengan judul “Jawazul Wajhaini” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dan maksud dari penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas dari Ibu Sumiyati, M.Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah
Tahsinul Qur’an. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Pengertian Qalqalah, macam-macam qalqalah, cara membaca
qalqalah, serta hukum bacaan Ra bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah yang kami tulis masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ni.

Bandar Lampung, 5 April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. RA' JAWAZUL WAJHAIN...................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2
A. Qalqalah.................................................................................................................2
B. Hukum Bacaan Ra..................................................................................................4
BAB III PENUTUP...........................................................................................................7
A. Kesimpulan............................................................................................................7
B. Kritik dan Saran.....................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. RA' JAWAZUL WAJHAIN

Hukum ra’ adalah hukum bagaimana membunyikan huruf ra’ dalam


bacaan, sama ada tebal (tafkhim), tipis (tarqiq), atau harus dua wajah (boleh
ditebalkan atau ditipiskan).

Bacaan ra’ yang boleh ditebalkan atau ditipiskan :


 Ra’ sukun yang huruf sebelumnya berbaris kasrah dan bertemu dengan
huruf isti’la yang berbaris kasrah juga. Lebih utama dibaca tipis.

 Ra’ yang disukunkan di ujung kalimah (waqaf yang mendatan),


sebelumnya terdapat huruf isti’la yang bertanda sukun dan sebelum
huruf huruf isti’la ini, ada huruf yang berbaris kasrah. Lebih utama
dibaca tebal jika ra’ berbaris fatha. Lebih utama dibaca tipis jika ra’
berbaris kasrah.

1
BAB II

PEMBAHASAN

Jawazul wajhain ( ‫ ) جــواز الـوجـهـيـن‬secara bahasa artinya boleh wajah dua,


sedangkan menurut istilah jawazul wajhain adalah ra yang boleh dibaca tafkhim
(tebal) atau tarqiq (tipis). Jika ada ra sukun didahului oleh huruf berharakat kasrah
sesudahnya ada huruf isti'la berharakat kasrah.

A. Qalqalah

a. Pengertian Qalqalah
Qalqalah secara bahasa berarti gerak, getaran suara,
memantul, mengeper. Sedangkan secara istilah adalah
membunyikan dengan suara yang berlebih dari makhraj hurufnya.
Qalqalah berlaku bila huruf qalqalah itu mati, atau mati karena
waqaf (dihentikan). Qalqalah Jika kita baca, bunyinya tidak terus
menghilang, melainkan masih terdengar perlahan-lahan. Huruf
ْ َ‫ق‬.
Qalqalah ada 5 : ‫ ق ط ب ج د‬apabila dikumpulkan menjadi ‫طبُ َج ٍد‬

b. Macam-macam Qalqalah
Qalqalah ada 2 macam, yaitu :
 Qalqalah Kubra (‫)قلقله كبر ى‬
Kubra artinya besar. Qalqalah kubra, terjadi apabila
huruf qalqalah yang mati bukan pada asalnya. Huruf itu
mati karena dihentikan atau diwaqafkan dan berada pada
akhir kata. Cara membacanya harus lebih mantap dengan
memantulkan suara dengan pantulan yang kuat.
Contoh :

 Qalqalah Sughra (‫)قلقله صغر ى‬


Sugra artinya kecil. Qalqalah sugra terjadi apabila huruf
qalqalah itu mati (sukun) pada kata asalnya (pada umumnya
terletak ditengah-tengah kata). Cara membaca Qalqalah
tersebut yaitu dengan pantulan tidak terlalu kuat.
Contohnya :

2
c. Cara Membaca Qalqalah
Membaca qalqalah dibedakan menjadi 2 cara, yaitu :
 Qalqalah yang tetap miring “a” yaitu huruf ‫ ط‬dan ‫ق‬
Contoh :

Apabila huruf qalqalah terletak ditengah suatu kalimat atau


kata, maka cara membacanya dapat berubah-ubah, menurut harakat
yang sebelum dan sesudahnya. Dalam hal ini terdapat pada huruf ‫ب‬
‫ ج‬,, dan ‫ د‬dengan perubahan sebagai berikut :
1) Miring kepada huruf “a” yaitu jika huruf sebelum dan
sesudahnya berharakat fathah ( َ )
Contoh :

Dan jika huruf sebelumna berharakat damah ( ُ)serta


sesudahnya berharakat kasrah ( ِ) , begitu pula sebaliknya.
Contoh :

2) Miring kepada “i” yaitu jika huruf sebelum dan sesudahnya


berharakat kasrah.
Contoh :

3) Mering kepada huruf “u” yaitu jika huruf sebelumnya dan


sesudahnya berharakat dhamah.
Contoh :

3
4) Miring kepada huruf “o” yaitu jika huruf sebelumnya
berharakat fathah dan huruf sesudahnya dhamah.
Contoh :
َ‫يَ ْد ُخلُوْ ن‬

5) Miring kepada “e” yaitu jika huruf sebelumnya berharakat


kasrah dan huruf sesudahnya berharakat fathah.
Contoh :
‫ِرجْ سًا‬
‫ِم ْد َرا ًر‬

B. Hukum Bacaan Ra

a. Pengertian Hukum Bacaan Ra’


Huruf Ra’ (‫)ر‬adalah satu huruf hijaiyah yang
pengucapannya berbeda-beda. Satu waktu dibaca tebal sementara
yang lain dibaca tipis.

b. Macam-macam Bacaan Ra’


Hukum membaca ra ada tig macam, yaitu tafkhim, tarqiq dan
jawazul wajhain.
a) Tafkhim (‫) تَ ْف ِخ ْي َم‬
Ra tafkhim yakni huruf ra’ yang dibaca tebal. Ada 4 perkara yang
menyebabkan ra’ dibaca tebal. Yakni :
 Apabila ra’ berharakat dhammah, fathah, fathatain atau
dammatain.
Contoh : ‫ َغفُوْ ر‬-‫ُز ْقنَا – َربِّ ِه ْم – تِ َجارًا‬
ِ ‫ر‬

 Apabila ra’ berharakat sukun dan huruf sebelumnya


berharakat fathah atau dhamamah.
Contoh : َ‫ان – تُرْ َجعُوْ نَ – يَرْ قُ ُدوْ ن‬
ٌ ْ‫ق – قُر‬
ٌ ْ‫بَر‬

 Apabila ra berharakat sukun, dan huruf sebelumnya


berharakat kasrah, tetapi kasrahnya tidak asli dari kalimat

4
itu (karena hamzahnya adalah hamzah tambahan atau
hamzah wasal).
Contoh : ‫ِإرْ فَعُوْ ا – ِإرْ كَبْ –ِإرْ ِجعُوْ ا – ِإرْ َكعُوْ ا‬

 Apabila ra’ berharakat sukun dan huruf sebelumnya


berharakat kasrah asli, dan sesudahnya terdapat salah satu
huruf isti’la yang tidak berharakat kasrah. Huruf isti’la
yaitu huruf yang dibaca berat atau tebal. Huruf isti’la terdiri
dari ‫خ ص ض غ ط ق‬
َ ْ‫س – لَبِ ْال ِمر‬
Contoh : ٌ‫ فِرْ قَة‬-‫صا ِد‬ ٍ ‫قِرْ طَا‬
b) Tarqiq (‫)تَرْ قِيْق‬
Ra’ tarqiq yakni huruf ra’ yang dibaca tipis. Ada 3 perkara
yang menyebabkan ra’ dibaca tipis, yakni :

 Apabila ra’ berharakat kasrah atau kasratain (‫ ِر‬-‫)ر‬ ٍ


Contoh : ‫ْر‬
ٍ ‫س‬‫خ‬ُ ‫ي‬
ْ ِ ‫ف‬َ ‫ل‬ – ‫ر‬
ٍّ ‫ض‬
ُ ِ ‫ب‬ – ‫م‬
ٌ ْ
‫ي‬ ‫ر‬
ِ َ
‫ك‬ – ‫ا‬ً ‫ق‬‫ز‬ْ ‫ر‬
ِ

 Apabila ra’ berharakat damah atau damatain dan huruf


sebelumnya berupa ya mati ( ْ‫)ي‬dan ra tersebut diwaqafkan
atau berhenti.
Contoh : ‫ص ْي ٌر – َس ِع ْي ٌر – َج ِر ْي ٌر – ِم ْن َخ ْي ٌر‬
ِ َ‫ب‬

 Apabila ra sukun didahului oleh huruf yang berharakat


kasrah dan sesudahnya tidak ada huruf istila.
Contoh : ٌ‫فِرْ عَوْ نَ – ِمرْ يَة‬

c) Jawazul wajhain ‫ َج َوا ُز ْال َوجْ هَ ْي ِن‬Maksudnya ra’ boleh dibaca


tafkhim dan boleh dibaca tarqiq, yaitu :

 Apabila ra sukun didahului oleh huruf berharakat dan


sesudahnya berupa huruf isti’la kasrah atau sukun.
ْ ِ‫ق – َع ْينَ ْالق‬
Contoh : ‫ط ِر‬ ٍ ْ‫ِم ْن فِر‬

 Apabila sesudah huur ra terdapat ‫ ي‬yang dihilagkan.


Contoh :
) ْ‫ْر ي‬ ِ ‫َوا للَّي ِل ِإ َذايَس‬
ِ ‫ْر(اصله يَس‬

 Apabila ra sukun didahului oleh huruf yang berharkaat


kasrah dan sesudah ra terdapat huruf isti’la yang tidak
berharakat kasrah.

5
‫صا ٌد – فِرْ قَةٌ ‪Contoh :‬‬
‫ِمرْ َ‬

‫‪6‬‬
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat kami simpulkan bahwa dalam


makalah yang kami presentasikan ini perlu mengetahui pembacaan
qolqolah, dan supaya dapat membedakan mana makalah yang qubro dan
sugro, dan dimana kalimat Allah dibaca dengan tafhih dan dimana ia harus
dibaca dengan tarqiq.

B. Kritik dan Saran

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang


menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahan karena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan dan referensi, penulis berharap kepada para pembaca
yang budiman memberikan kritik dan saran yang membangun guna
kesempatan makalah ini.

7
DAFTAR PUSTAKA

Pedoman Daurah Al-Qur’an, Abd.Aziz Abdur R, Al-Hafizh, LC.


http://ms.wikipedia.org/wiki/Sifat_huruf
http://beibah.files.wordpress.com/2011/06/pwerpoint-bibah-ict-
newwwwwwww.pptx

Anda mungkin juga menyukai