Anda di halaman 1dari 7

Anatomi Meningen dan Patomekanisme Salah Satu

Kelainannya (Pendarahan Subarachnoid)

Atikah Qotrul Himma


22101101076

dr.Reza Hakim, M.Biomed


2022
Kata Pengantar

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik
dan karuniaNya, akhirnya saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan baik dan
lancer sesuai dengan rencana. Tujuan saya membuat makalah ini adalah memenuhi tugas akhir
blok neurosensory system 1
Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen dan teman-teman yang telah membantu saya
dalam penyusunan makalah “Anatomi Meningen dan Patomekanisme Salah Satu Kelainannya
(Pendarahan Subarachnoid)” Saya menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna.
Dengan segala kerendahan hati menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan
apabila ada makalah berikutnya. Saya berharap makalah yang saya susun ini dapat berguna bagi
saya dalam belajar dan seluruh pembaca.
Daftar Isi
1. BAB I.………………………………………………………………………………………
Pendahuluan…………………………………………………………………………………...
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………………..
1.2 Tujuan……………………………………………………………………………………...
1.3 Rumusan Masalah………………………………………………………………………….
2. BAB II………………………………………………………………………………………
2.1 Literature Riview…………………………………………………………………………..
3. BAB III……………………………………………………………………………………...
Pembahasan………………………………………………………………………………........
4. BAB IV……………………………………………………………………………………..
4.1 Kesimpulan dan Saran……………………………………………………………………...
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
 Cedera kepala adalah salah satu dari penyebab utama kematian, terutama pada usia dewasa
dan biasanya menyebabkan cacat seumur hidup. Diantara jenis perdarahan dari cedera kepala,
perdarahan subarachnoid merupakan masalah kesehatan dengan tingkat kematian dan tingkat
kecatatan permanen yang cukup tinggi. World Federation of Neurosurgical Societies (WFNS)
grading scales menggunakan nilai GCS untuk menghitung tingkat kesadaran dan dikombinasikan
dengan ada atau tidaknya defisit motorik sebagai alat untuk memprediksi dalam menentukan
prognosis.
Pendarahan subarachnoid adalah kondisi perdarahan yang terjadi di ruang antara otak dan
membran di sekitarnya (ruang subarachnoid). Suatu perdarahan intracranial extra axial yang
ditandai dengan akumulasi cairan pada subarachnoid space, tepatnya di lapisan pelingdung otak
atau meninges. Otak dan sumsum tulang belakang dikelilingi oleh sistem jaringan ikat, yang
disebut meninges (selaput otak Medulla spinalis). Secara umum meninges terdiri dari 3 lapis,
yaitu duramater, arachnoid, dan piamater.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui anatomi dari meningen


2. Mengetahui patomekanisme pendarahan subarachnoid
3. Mengetahui kesimpulan dari patomekanisme pendarahan subarachnoid
4. Mengetahui saran untuk penyakit pendarahan subarachnoid

1.3 Rumusan Masalah

1. Apa saja anatomi dari meningen?


2. Bagaimana mekanisme terjadinya pendarahan subarachnoid?
3. Apa yang harus dilakukan pada penderita pendarahan subarachnoid?
BAB II

2.1 Literature Riview

Sistem saraf manusia memiliki 30-40 miliar sel saraf yang saling berkaitan satu sama lain
dengan perantara sinapsis. Secara topografi sistem saraf dibagi menjadi 2 bagian, sistem saraf
pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri atas encephalon dan medulla spinalis. Dari
cranial menuju caudal otak (encephalon) dibagi menjadi 5 sub bagian, otak depan atau cerebrum
(telencephalon), diencephalon, otak tengah (mesencephalon), pons, medulla oblongata, dan
cerebellum.

(a) (b)

(a) Gambar diatas merupakan otak dengan pandangan superior. Cerebrum membentuk
bagian terbesar otak, kemudian terbagi atas dua hemisphere, hemisphere cerebri sinistra dan
hemisphere cerebri dextra. Pada permukaan terdapat sulcus dan gyrus. Sulcus adalah permukaan
otak yang menjorok kedalam atau menghasilkan pembentukan alur, sedang kan gyrus adalah
bagian yang menonjol. Antara hemisphere cerebri sinistra dan dextra dibatasi oleh fissura
longitudinalis cerebri. Sulcus centralis merupakan bagian yang membatasi lobus frontal dan
lobus parietal. Sulcus parietooccipitalis membatasi bagian lobus parietal dan occipital.
(b)
Sistem saraf pusat mempunyai lapisan pelindung untuk menjalankan fungsinya, antara
lain skin atau kulit, connective tissue (jaringan lemak-avaskuler & jaringan membranous),
apponeurosis (jaringan ikat fibrous) jaringan yang sensitif nyeri, loose aponeurotic tissue
(jaringan yang mudah sobek), periosteum/pericranium.
Otak dan sumsum tulang belakang diselimuti oleh lapisan membrane yang dikenal
sebagai meninges. Dimana meninges cranial secara khusus mengacu pada bagian yang
melindungi otak. Lapisan tersebut terdiri dari 3 bagian, dari superfisial ke bagian dalam, yaitu
dura mater, arachnoid, dan pia mater. Dura mater terdiri dari jaringan ikat padat melekat pada
permukaan tengkorak dan sumsum tulang belakang. Arachnoid merupakan jaringan ikat kolagen
dan elastis yang terletak dibawah dura mater. Pia mater merupakan bagian meninges paling
dalam, transparan, erat atau melekat pada otak, dan memiliki banyak vascular.

Meninges tersusun dari bagian yang keras (pachymeninx) dan bagian yang lunak
(leptomeninx). Pada sisi yang luar terdapat meninges keras, yaitu dura mater, jaringan ikat kuat
yang bergabung dengan periosteum cranium bagian dalam. Dura mater terdiri atas dua lapisan,
periosteal duramater dan meningeal duramater. Periosteal terletak paling dekat dengan
calvarium, sedangkan meningeal terletak paling dekat dengan jaringan otak.
Bagian yang lunak (leptomeninx) terdiri atas sistem komplek sel minengeal dan serabut
kolagen tipis. Dalam perkembangan terbentuk ruang berupa celah di antara leptomeninx, yang
tampak membagi leptomeninx manjadi dua lamina, lamina bagian luar yang berhubungan
langsung dengan dura mater dan lamina bagian dalam (pia mater) yang berhubungan langsung
dengan jaringan otak. Dari lapisan-lapisan ini terbentuk 3 ruang atau rongga, yaitu epidural,
subdural, dan subarachnoid.

Anda mungkin juga menyukai