Anda di halaman 1dari 12

KONSEKUENSI YURIDIS PERKAWINAN SIRI BAGI

ANAK DIBAWAH UMUR


Rahmat Fatih Rosyidin1, Shandy Maulana Abdillah2, Dian Latifiani3
(1,2 Fakultas Hukum, Universitas Jember, Jl. Kalimantan Tegalboto No.37, Krajan Timur,
Sumbersari, Kec. Sumbersari, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Indonesia. 3Fakultas
Hukum, Universitas Negeri Semarang, Sekaran, Kec. Gn. Pati, Kota Semarang, Jawa
Tengah, Indonesia)
1
rahmatfatih64@gmail.com, 2shandymaulana248@gmail.com,
3
dianlatifiani@mail.unnes.ac.id

Abstraksi: Perkawinan siri merupakan salah satu fenomena yang semakin marak terjadi di tengah
masyarakat. Meskipun perkawinan siri ini dapat dikatakan sah dalam agama, namun dalam hukum
positif perkawinan itu dianggap tidak ada. Sehingga, meskipun kedua orang tersebut telah
mekawin secara siri selama belum mendaftarkan diri ke KUA maka status mereka dalam hukum
nasional tetaplah seorang lajang. Adapun menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dalam Pasal 7
Ayat (1) menyatakan bahwa perkawinan itu hanya dapat dilaksanakan apabila baik dari pihak pria
maupun wanita sudah menginjak umur 19 tahun. Sehingga kawin siri menjadi salah satu solusi
bagi mereka yang ingin mekawin tetapi belum cukup umur atau bagi mereka yang sudah berumur
ingin mekawini seseorang yang masih belum menginjak umur 19 tahun. Adapun konsekuensi dari
kawin siri ini paling beresiko bagi pihak istri dan anak. Dikarenakan perkawinan siri tidak terdaftar
oleh negara, maka sang istri dianggap bukanlah istri sah sehingga sang suami tidak memiliki
kewajiban untuk menafkahinya. Dan apabila sang suami tiba-tiba menghilang, pihak istri akan
kesulitan dalam menggugatnya karena tidak mempunyai bukti perkawinan yang kuat. Dan anak
yang dihasilkan dari perkawinan siri dianggap kedudukannya sama dengan anak di luar kawin,
sehingga ia tidak berhak menerima warisan dari sang Ayah. Tulisan ini berusaha untuk
menjelaskan apa saja konsekuensi yuridis dari perkawinan siri anak di bawah umur.
Kata Kunci: perkawinan; kawin siri; anak; dibawah umur; konsekuensi yuridis.
Abstract: Unregistered marriage is a phenomenon that is increasingly prevalent in society.
Although this unregistered marriage can be said to be legal in religion, in positive law it is
considered non-existent. Thus, even though the two people have been married in a serial manner
as long as they have not registered with the Office of Religious Affairs, their status under national
law is still single. Meanwhile, according to Law Number 16 of 2019 concerning Amendments to
Law Number 1 of 1974 concerning Marriage, Article 7 Paragraph (1) states that marriage can
only be carried out if both the male and female parties have reached the age of 19 years. So that
siri marriage is one solution for those who want to get married but are not old enough or for those
who are old enough to want to marry someone who is not yet 19 years old. The consequences of
this unregistered marriage are the most risky for the wife and children. Due to unregistered
marriages by the state, the wife is considered not a legal wife so that the husband has no
obligation to provide for her. And if the husband suddenly disappears, the wife will find it difficult
to sue him because he does not have strong proof of marriage. And the children resulting from
unregistered marriage is considered to have the same position as a child out of wedlock, hence he
is not entitled to receive an inheritance from his father. This paper attempts to explain what are
the legal consequences of the unregistered marriage of minors.
Keywords: marriage; unregistered marriage; children; minors; juridical consequences.

1
PENDAHULUAN sebelumnya negara indonesia adalah
negara dengan keragaman budaya,
Negara indonesia merupakan adat istiadat, kebahasaan bahkan
peringkat ke 2 sebagai penyumbang banyak sekali agama atau
angka perkawinan anak dibawah kepercayaan yang tidak diakui oleh
umur tertinggi di asia tenggara dan negara. Dimana terkadang orangtua
menjadi peringkat ke 37 tertinggi di menjadikan alasan budaya dan
dunia.1 Hal tersebut bukanlah suatu agama untuk mengawinkan anaknya
hal yang membanggakan. Negara dibawah batasan umur yang telah
indonesia merupakan negara hukum diatur dalam Pasal 7 ayat (1)
dimana segala suatu perbuatan Undang-Undang Nomor 16 Tahun
haruslah berdasarkan hukum dan 20192 diatur bahwa suatu perkawinan
tidak boleh mengambil keputusan hanya dapat dilakukan apabila pihak
secara sewenang-wenang. Namun, laki-laki sudah berusia 19 tahun dan
hal tersebut tidak diindahkan oleh pihak perempuan sudah berusia 19
masyarakat negara Indonesia. Salah tahun. Selain itu, masalah ekonomi
satu bidang yang sering dilanggar juga merupakan faktor perkawinan
peraturannya oleh masyarakat adalah dibawah umur. Orang tua atau wali
perkawinan anak dibawah umur dari anak perempuan seringkali
secara siri. Hal itu yang masih sering menyerahkan anaknya untuk
dijumpai di daerah pinggiran kota di dikawini oleh pria yang sudah mapan
negara Indonesia. Meskipun karena mereka sudah tidak mampu
perkawinan sendiri telah diatur untuk membiayai sekolah ataupun
dalam UU no 16 tahun 2019 tentang hidup dari anak mereka. Apabila
perkawinan masih banyak sekali anak perempuan tersebut sudah
pasangan dibawah umur yang dikawini maka otomatis tanggungan
melakukan perkawinan tanpa dari anak perempuan tersebut beralih
menghiraukan batasan umur dalam kepada suaminya. Para orang tua
peraturan tersebut. Bukan hanya atau wali yang tidak bisa
pasangan yang umurnya masih tidak mekawinkan anaknya karena belum
terpaut terlalu jauh bahkan terkadang cukup umur seringkali mengambil
terdapat orang dewasa yang jalan pintas dengan cara melakukan
mengawini anak dibawah umur entah kawin siri. namun, terdapat ketentuan
karena alasan harta, adat, maupun lanjutan dimana suatu pernikahan
alasan yang lainnya. Hal tersebut yang sah haruslah dicatat menurut
dibuktikan dengan maraknya undang-undang yang berlaku3. Oleh
perkawinan dibawah umur. karena pernikahan siri dilakukan
Ketidakpatuhan masyarakat dengan sembunyi-sembunyi dan
indonesia bukan berarti tidak tidak dicatat kepada pihak yang
berdasar. Seperti yang kita ketahui
2
Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 16
1
Ana Latifatul Muntamah, Dian Latifiani, Tahun 2019  tentang Perubahan atas
dan Ridwan Arifin, “Pernikahan dini di Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974
Indonesia: Faktor dan peran pemerintah tentang Perkawinan Pasal 7 Ayat (1)
(Perspektif penegakan dan perlindungan 3
Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 1
hukum bagi anak),” Widya Yuridika: Jurnal Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 2
Hukum 2, no. 1 (2019): hlm. 2. Ayat (2)

2
berwenang maka meskipun secara kebahasaan, nikah berasal dari
agama perkawinan itu dianggap sah bahasa arab dengan lafaz ‫نَ َك َح‬ 
namun menurut hukum pernikahan (nakaḥa) yang mana menurut
itu dianggap tidak ada. para ulama Mazhab Syafi’i
mereka memberi pengerian
Dari sana telah jelas dampak terhadap lafaz trsebut dengan
hukum dari kawin siri sangat besar “akad yang mengandung
apalagi untuk anak perempuan dari kebolehan melakukan
hasil kawin siri tersebut. Pada tulisan hubungan suami istri dengan
ini akan mencoba membahas lafal nikah/kawin atau yang
definisi, pengertian, dan dampak semakna dengan itu”.
hukum dari kawin siri terhadap anak Sedangkan para ulama Mazhab
di bawah umur. Hanafi memberi definisi
METODE PENELITIAN terhadap nikah dengan “akad
yang menghalalkan melakukan
Dalam penelitian yang membahas hubungan suami istri antara
mengenai Konsekuensi yuridis seorang lelaki dan seorang
perkawinan siri bagi anak dibawah wanita selama tidak ada
umur ini dilakukan menggunakan halangan syara’.4
metode penelitian yuridis normatif Dalam peraturan
yang mana penelitian ini berfokus perundang-undangan pun
dengan menganalisis data-data mengatur tentang definisi dari
pustaka yang meliputi asas-asas dan suatu pernikahan yang dapat
peraturan perundang-undangan kita lihat dari Pasal.1
terhadap isu yang dibahas, doktrin Undang-Undang.Nomor 1
dalam ilmu hukum, dan penelitian Tahun 1974.tentang
terdahulu yang mengacu pada Perkawinan.yang
perkawinan siri dan perkawinan anak mendefinisikan pernikahan
di bawah umur. sebagai suatu ikatan lahir
PEMBAHASAN batin antara seorang pria
dengan seorang wanita
1. Definisi Perkawinan, kawin siri sebagai suami isteri dengan
dan anak dibawah umur tujuan membentuk keluarga
Sebelum memasuki pembahasan (rumah tangga) yang bahagia
yang lebih mendalam, hendaknya dan kekal berdasarkan
kita mengetahui terlebih dahulu Ketuhanan Yang Maha esa.
definisi baik dari perkawinan, Adapun setiap perkawinan
kawin siri, dan anak di bawah hendaknya dicatat dalam hal
umur agar dapat mudah ini kepada Kantor Urusan
memahami permasalahan yang Agama (KUA) sesuai degan
diangkat dalam tulisan ini. Pasal 2 Ayat 2 UU No. 1
A. Perkawinan Tahun 1974.
Perkawinan merupakan B. Kawin Siri
suatu ikatan yang timbul antara
dua orang untuk membentuk 4
Agustina Nurhayati, “Pernikahan dalam
suatu keluarga. Secara perspektif Alquran,” Asas 3, no. 1 (2011):
hlm. 100.

3
Pengertian dari berbagai alasan seperti
kawin/nikah siri tidak tertulis faktor biaya, faktor umur,
secara eksplisit baik dalam dan lain sebagainya.
peraturan perundang- 3. Pernikahan yang
undangan maupun dalam dilaksanakan secara
hukum islam. Istilah kawin rahasia karena adanya
siri apabila dilihat dari sisi pertimbangan-
etimologi kata siri ternyata pertimbangan dari para
berasal dari bahasa Arab pihak disebabkan rasa
sirrun atau jamaknya asrar takut mendapatkan
yang memiliki makna rahasia stigma negatif atau
atau sembunyi-sembunyi.5 penolakan baik dari
Secara umum kawin siri pihak keluarga maupun
sering diartikan sebagai masyarakat.6
pernikahan yang sesuai C. Anak Dibawah Umur
dengan peraturan agama Seseorang dianggap
namun dilakukan tanpa masih dibawah umur
dicatat oleh KUA. adalah ketika ia masih
Dalam masyarakat belum dewasa atau belum
Indonesia sendiri memaknai kawin. Namun seringkali
nikah siri sebagai berikut: kriteria usia dewasa selalu
1. Perkawinan yang mendapat perdebatan
dilaksanakan tanpa akibat
adanya wali dari pihak ketidakseragamannya
perempuan dikarenakan dalam peraturan
adanya ketidaksetujuan perundang-undangan. Ada
atas pernikahan tersebut yang mengatakan 18
dari pihak wali tahun, 19 tahun, 21 tahun
perempuan. sehingga menyebabkan
2. Perkawinan yang dapat kebingungan. Kriteria
dikatakan sah menurut dewasa pun dalam hukum
agama Islam namun para islam lebih menekankan
pihak yang menikah pada kedewasaan dalam
tidak mencatatkan segi fisik yaitu mengalami
pernikahan tersebut mimpi.basah.bagi laki-laki
kepada lembaga dan menstruasi.bagi
pencatatan sipil negara perempuan dengan istilah
atau dalam hal ini yang baligh yang mana
berwenang yaitu KUA. terjadinya antara satu
Perkawinan ini biasanya orang dengan yang lain
dilakukan karena tidak sama.7

5
Rihlatul Khoiriyah, “ASPEK HUKUM 6
M Thahir Maloko, “NIKAH SIRRI
PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK PERSPEKTIF HUKUM ISLAM,” Sipakalebbi 1
DALAM NIKAH SIRI,” Sawwa: Jurnal Studi (2) (2014): hlm. 219.
Gender 12, no. 3 (31 Oktober 2017): hlm. 7
Nurkholis, “Penetapan Usia Dewasa Cakap
403. Hukum Berdasarkan Undang-undang Dan

4
Adapun karena dalam
permasalahan dalam tulisan 2. Dasar Hukum Perkawinan
ini dalam lingkup pernikahan, Dan Kawin Siri Dalam
maka sumber hukum yang Peraturan Perundang
kita gunakan adalah dari Undangan NRI
Undang-Undang.Nomor.1
Tahun.1974.tentang.Perkawin Dalam hukum negara
-an. Dalam Pasal 7 diatur Indonesia perkawinan sendiri
bahwasannya perkawinan telah dirumuskan dalam
hanya dapat dilaksanakan dan perundang-undangan dengan
diberi izin apabila dari pihak tujuan mengatur segala hal
laki-laki sudah mencapai yang berkaitan tentang
umur 19 dan wanita berumur kekeluargaan seperti halnya
16. Namun ketentuan ini rujuk, talak, kawin, dan juga
digantikan dengan peraturan memberikan kepastian hukum
Undang-Undang.Nomor..16 bagi mereka yang telah
Tahun.2019.menjadi masing- melaksanakan perkawinan
masing pihak harus berumur sehingga jelas keberadaanya.
19 tahun. Perubahan ini Hal tersebut sangat di
semata-mata untuk butuhkan dikarenakan adanya
melindungi hak dan hak asasi manusia yang
kesejahteraan baik dari pihak berperan dalam hal ini.
perempuan maupun laki-laki. Perkawinan menjadi salah
Selain itu dikutip dari satu bentuk dari hak asasi
penjelasan UU.No..16.Tahun manusia, baik yang diatur
2019, dengan dinaikkannya dalam hukum islam maupun
batas umur minimal untuk dalam Undang-Undang Dasar
perkawinan diharapkan dapat NRI Tahun 1945 sebagai
mengurangi resiko-resiko dari konstitusi Indonesia.9 Hak
kematian seorang ibu dan asasi manusia sendiri adalah
anaknya serta diharapkan sebuah hak yang di butuhkan
juga dapat terpenuhinya hak- dan harus dilindungi oleh
hak anak sehingga dapat negara. Perkawinan termasuk
memberikan hasilyang kepada kebebasan
maksimal dari tumbuh berkehendak menikah dan
kembang anak tersebut mempunyai keturunan.
termasuk pendampingan namun, pengakuan hukum
orang tua serta memberikan tidak berlaku kepada kawin
akses pendidikan hingga siri. Kawin siri tetap
perguruan tinggi bagi anak dianggap sah oleh hukum
tersebut.8 agama namun tidak diakui

Hukum Islam,” Jurnal Pemikiran Hukum dan Tahun 1974 Tentang Perkawinan
Hukum Islam 8 (1) (2017): hlm. 76 9
Enik Isnaini. "Perkawinan Siri dalam
8
Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Perspektif Hukum Islam, Hukum Positif dan
Indonesia Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Hak Asasi Manusia." Jurnal Independent 2.1
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 (2014) : hlm. 52.

5
oleh negara dan tidak tercatat Dalam undang undang
di pencatatan sipil sehingga tersebut mengatur
keberadaannya tidak jelas dan tentang dispensasi kawin
tidak terlindungi oleh hukum. bagi anak dibawah umur.
Di bawah akan dijelaskan Namu dengan syarat
mengenai peraturan yang alasan dan ketentuan
bersinggungan dengan kawin yang berlaku sesuai
siri terhadap anak yang masih dengan perma tersebut.
belum cukup umur menurut
perundang-undangan dan B. Dalam Hukum Islam
hukum Islam. Dalam hukum islam sendiri
A. Dalam Hukum perundang terdapat dua hadist yang
undangan menjelaskan tentang kawin
Dalam hukum siri itu sendiri yaitu dalam
perundang undangan 1. HR. Ahmad no. 16113
negara indonesia
perkawinan diberi
peraturan khusus melalui
undang undang nomor 1 Artinya:
tahun 1974 tentang Telah.menceritakan.kepada.k
perkawinan dan diubah ami [Abu Al Fadl Al
atau direvisi pada tahun Marwazi] berkata; telah
2019 dengan Undang- menceritakan kepadaku [Ibnu
Undang.Nomor.20.tahun Abu Uwais] berkata; dan
2019.tentang.perubahan telah menceritakan.kepadaku
atas.undang-undang [Husain bin Abdullah bin
nomor.1.tahun .1974 Dlumairah] dari ['Amr bin
tentang.perkawinan. Yahya Al Mazini] dari
Yang diubah dalam [kakeknya Abu Hasan]
undang undang tersebut sesungguhnya.Nabi
terdapt pada batasan usia Shallallahu'alaihiwasallam
pada perkawinan. membenci.perkawinan yang
Namun, untuk kawin siri diselenggarakan secara
sendiri tidak diatur sembunyi-sembunyi sehingga
namun terdapat kendang dipukul, dan
keterkaitan dengan pasal dilantunkan bait-bait.lagu,
1 ayat (2) yang mengatur "Kami mendatangi kalian,
bahwasannya setiap kami mendatangi kalian,
perkawinan harus dicatat sambutlah kami dan kami
sesuai dengan peraturan akan menyambut kalian."
perundang-undangan 2. HR. Malik no. 982
yang berlaku.
Selain itu terdapat
pula perma nomor 5
Artinya :
tahun 2019 tentang
dispensasi perkawinan.

6
Telah menceritakan kepadaku akan berkuranglah tanggungjawab
dari Malik dari Abu Az mereka dalam menafkahi anak
Zubair Al Makiberkata, tersebut, kedua adalah rendahnya
"Pernah dihadapkan kepada pendidikan baik dari orang tua
Umar Ibnul Khattab suatu maupun anaknya sendiri yang
perkawinan yang hanya menyebabkan mereka tidak
disaksikan oleh seorang laki- mengetahui dampak dari menikah
laki dan seorang wanita, dengan usia dini, kemudian yang
maka Umar berkata, "Ini ketiga adalah faktor keinginan
adalah kawin sirri, saya tidak sendiri dimana ketika baik dari laki-
membolehkannya. Sekiranya laki maupun perempuan memang
saya menemukannya, niscaya saling mencintai satu sama lain.
saya akan merajamnya." Namun yang menjadi persoalan
adalah ketika mereka sama-sama
Terdapat dua hadis masih dalam usia muda dan belum
yang menjelaskan tentang bekerja, selanjutnya faktor yang
kawin siri sendiri dalam islam keempat adalah faktor pergaulan
sehingga dapat diambil bebas. Ketika orang tua kurang
kesimpulan bahwa memberi perhatian dan bimbingan
sebenarnya kawin siri sendiri kepada anaknya, maka anak
dalam islam adalah tidak tersebut akan condong untuk
dianjurkan karena akan mencari jalan sendiri untuk
membawa mudharat baik membuatnya bahagia, salah satunya
kepada pasangan tersebut dengan bergaul dengan orang-orang
maupun kepada keluarganya. yang tanpa dilihat dulu perangai
3. Konsekuensi Hukum Bagi dan sifatnya. Sehingga terkadang
Pasangan Nikah Siri di Bawah mengakibatkan hamil di luar nikah
Umur dalam Peraturan yang memaksa orang tua untuk
Perundang-Undangan NRI mengajukan dispensasi nikah ke
Meskipun sudah ada peraturan pengadilan untuk anaknya.10 Dan
yang menyatakan secara tegas yang keenam adalah faktor adat
mengenai batas umur minimal baik istiadat, yang menurut
bagi seorang laki-laki maupun Wigyodipuro (dalam Muntamah et
perempuan adalah 19 tahun, namun al, 2019:7) bertujuan untuk
pada kenyataan di lapangan masih merealisir ikatan hubungan
banyak terjadi perkawinan terhadap kekeluargaan antara kerabat
anak di bawah umur. Ada banyak mempelai laki-laki dan kerabat
faktor yang memengaruhi para mempelai perempuan yang
orang tua untuk menikahkan anak memang telah lama mereka
mereka. Menurut Muntamah et al, 10
Ana Latifatul Muntamah, Dian Latifiani,
setidaknya ada 5 faktor penyebab dan Ridwan Arifin, “PERNIKAHAN DINI DI
terjadinya perkawinan di bawah INDONESIA: FAKTOR DAN PERAN
umur. Yang pertama adalah faktor PEMERINTAH (PERSPEKTIF PENEGAKAN
ekonomi. Ada orang tua yang DAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI ANAK),”
beranggapan bahwa dengan Widya Yuridika 2, no. 1 (21 April 2019):
hlm.7,
menikahkan anak gadisnya maka
https://doi.org/10.31328/wy.v2i1.823.

7
inginkan bersama, semuanya yang masih di bawah umur adalah
supaya hubungan kekeluargaan sebagai berikut:
mereka tidak putus.11 a. Istri Dari Kawin Siri
Sehingga, jalan untuk Tidak dianggap sebagai
melaksanakan suatu perkawinan istri sah
yang melibatkan anak bawah umur Karena pernikahan yang
adalah baik dengan yang telah dilakukan tidak terdaftar
diatur dalam Pasal 7.Ayat. oleh Negara maka
(2).Undang- pasangan dari pernikahan
Undang.Nomor.1974.Tentang.perk- siri tidak mempunyai
awinan yaitu dengan mengajukan bukti konkret berupa
dispensasi perkawinan kepada surat-surat nikah yang
Pengadilan atau dengan melakukan menyatakan bahwa
kawin/nikah siri. mereka telah menikah.
Meskipun nikah siri dalam Sehingga apabila si
agama dapat dikatakan sah, namun suami mengabaikan
sebagai salah satu ciri khas dari kewajibannya, sang istri
nikah siri adalah pelaku nikah siri tidak dapat menuntut ke
tidak memerlukan dokumen- Pengadilan karena tidak
dokumen kelengkapan administratif ada bukti tertulis yang
dari kelurahan, kecamatan atau dapat dipergunakan
Kantor Urusan Agama (KUA) sebagai suatu barang
setempat. Oleh karena itu, tidak bukti yang menegaskan
terjadi pencatatan nikah oleh bahwa mereka telah
Pegawai Pencatat Nikah (PPN) menikah dan telah diakui
yang menyebabkan para pihak yang oleh negara.13
menikah ini tidak memiliki bukti b. Tidak Berhak Atas
administratif yang autentik telah Nafkah dan Warisan
terjadinya perbuatan hukum berupa Suami
perkawinan.12 Dengan kata lain Imbas dari tidak adanya
meskipun kedua pihak telah dokumen resmi atas
menikah dan sah secara agama pernikahan adalah istri
namun dari segi administratif dari nikah siri tidak dapat
negara mereka masih tetap menuntut pemenuhan
dianggap lajang dan belum nafkah untuk dirinya
berkeluarga. Dampak yang apabila sang suami
dihasilkan dari pernikahan siri ini menghilang dan tidak
baru akan terasa seiring berjalannya bertanggung jawab atas
waktu. Dan mereka yang paling pernikahannya. Selain
terdampak adalah istri dan anak
dari hasil perkawinan siri tersebut. 13
Dian.Latifiani, “The.Consequences.of.An
Adapun dampak negatif yang dapat Unregistered.Marriage.For.The.Wife.and
dialami oleh pihak istri terutama Born.Children.According.to.The.Legal
System.in.Indonesia,” dalam.Jurnal.South
East.Asia. Journal.of.Contemporary
11
Ibid, hlm. 7 Business, Economics and Law 4, no. 3
12
Khoiriyah, Op.Cit, Hlm. 404. (2014): hlm. 97.

8
itu, karena sang istri menikah secara siri
menurut hukum positif sebagai bentuk upaya
bukan lah istri yang sah, dari pasangan tersebut
maka ia tidak berhak untuk menutupi aib
mendapatkan harta akibat si perempuan telah
warisan dari suaminya. hamil di luar nikah,
c. Tidak Berhak Atas Harta meskipun belum tentu
Gono-Gini Apabila keadaanya demikian.15
Terjadi Perceraian e. Rentan Terjadinya
Kemudian akibat dari Perceraian
tidak adanya Apabila pernikahan
perlindungan dan dilakukan dengan umur
pengakuan hukum atas yang masih muda atau
hak-hak istri dari nikah bahkan di bawah umur
siri adalah ketika bercerai minimal yang menurut
ia tidak dapat menuntut Undang-Undang.Nomor
harta gono-gini kepada 16.Tahun.2019
suaminya.14 yaitu 19 tahun,di mana
d. Adanya Sanksi Sosial dalam rentan umur itu
Dari Masyarakat mereka masih belum
Selain dampak tidak matang baik secara
adanya pengakuan biologis maupun secara
hukum, sang istri juga mental dalam
rentan terkena dampak membangun suatu rumah
psikologis apabila terjadi tangga. Oleh karena
masalah atau perceraian. masih ada mentalitas
Karena pernikahan siri kekanak-kanakan maka
kerapkali mendapatkan mereka akan sering
stigma negatif dari berkelahi akibat
masyarakat karena perbedaan pendapat atau
prosesnya yang karena hal sepele. Hal ini
dilakukan secara lah yang dapat memicu
sembunyi-sembunyi dan perceraian.
alasan mengapa para f. Resiko Medis Bagi Istri
pihak lebih memilih yang Masih di Bawah
nikah/kawin siri. Oleh Umur
karena itu, sering kali Oleh karena organ-organ
para warga mencemooh reproduksi yang masih
bahwa pasangan tersebut belum sempurna
berkembang, maka akan
14
Rudy Catur Rohman Kusmayadi dan
Muhammad Madarik, “Akibat.Hukum.dan 15
Siti.Ummu.Adillah, “Analisis.Hukum
Dampak.Psikologis.Perkawinan.Siri.bagi Terhadap.Faktor-Faktor.Yang
Perempuan.dan.Anak-Anaknya:(Kajian Melatarbelakangi.Terjadinya.Nikah.Sirri.Dan
Teoretis.Menurut.Undang-Undang.dan Dampaknya.Terhadap.Perempuan.(Istri)
KHI),” Jurnal.Pusaka 9, no. 2 (2020): hlm. Dan.Anak-Anak,” Jurnal.Dinamika.Hukum
12. 11.(2011): hlm. 109.

9
sangat beresiko bagi istri sah.17 Adapun perkawinan
yang masih di bawah yang sah apabila
umur untuk memiliki dilaksanakan dan sesuai
anak. Beberapa dengan ketentuan agama dan
permasalahan kesehatan kemudian melakukan
yang dapat terjadi akibat pencatatan kepada pihak
sebuah pernikahan yang yang berwenang menurut
para pihaknya terlalu perundang-undangan yang
muda adalah, resiko berlaku. Sehingga dalam
perdarahan saat perkawinan siri yang mana
persalinan, anemia, serta tidak tercatat oleh Negara
pada saat persalinan dapat dikatakan sebagai
dapat terjadi komplikasi. pernikahan yang tidak sah
Apabila seorang menurut hukum. Oleh karena
perempuan sudah itu, status anaknya disamakan
mengalami kehamilan dengan anak yang dilahirkan
pada usia muda maka dari sebuah hubungan di luar
mereka berpotensi besar perkawinan menurut Pasal 43
untuk melahiran seorang UU No. 1 Tahun 1974.18
anak dengan kekurangan b. Seorang anak Tidak Memiliki
gizi dan anemia.16 Hak Atas Nafkah dan
Bukan hanya sang istri dari Warisan
perkawinan siri saja yang Senada dengan resiko kepada
mendapatkan dampak negatif istri, apabila sang suami tidak
anak yang lahirdari mau bertanggungjawab untuk
perkawinan siri itu pun turut menafkahi anak tersebut,
terkena imbasnya. Adapun maka anak maupun ibunya
dampak negatif bagi anak tidak dapat menuntutnya. Hak
adalah: atas nafkah dan warisan itu
a. Seorang anak dari hilang karena tidak ada bukti
pernikahan/perkawinan siri yang menegaskan bahwa
Hanya Memiliki Hubungan anak tersebut merupakan
Perdata dengan Ibu dan hasil dari pernikahan yang
Keluarga Ibunya sah dari ayah dan ibunya.
Apabila diselidiki melalui Sang anak hanya
Pasal 42 Undang-Undang mendapatkan hak pemenuhan
Nomor 1 Tahun 1974 nafkah dan warisan hanya
Tentang Perkawinan kriteria dari ibunya saja.
seorang anak yang sah adalah Pernikahan siri sangatlah
ketika ia dilahirkan dari merugikan dan menyulitkan
sebuah perkawinan yang anak-anak untuk bersekolah,
karena untuk masuk sekolah
16
Muhammad Julijanto, “Dampak 17
Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 1
Pernikahan Dini dan Problematika Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 42
Hukumnya,” Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial 18
Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 1
25, no. 1 (2015): hlm. 65-66. Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 43

10
harus ada akta kelahiran. Akibat hukum yang diterima
Padahal untuk membuat akta oleh pasangan kawin siri yang
kelahiran harus dilengkapi termasuk pasangan dibawah umur
dengan surat nikah ayah dan sangatlah besar. Tidak tercatatnya
ibu anak tersebut.19 hubungan mereka di KUA
menjadi hal yang sangat
berpengaruh bagi kehidupan
KESIMPULAN pasangan. Dengan tidak adanya
Suatu perkawinan apabila kepastian hukum mengenai
ditinjau dari sudut pandang keberadaan status kedua subyek
hukum positif di indonesia telah hukum tersebut memudahkan
diatur dalam UU no 1 tahun 1974 pelanggaran hak oleh kedua
tentang perkawinan. Namun pasangan tersebut. Terutama bagi
dalam kasus nikah siri tidak mempelai wanita. Kerugian
dijelaskan. Hanya terdapat satu tersebut diantaranya adalah tidak
pasal terkait yang termaktub diakuinya mempelai wanita
dalam pasal 2 ayat (1) yang sebagai istri yang sah, suami tidak
menyatakan bahwa sebuah berhak untuk menafkahi, tidak
perkawinan yang sah adalah mendapatkan warisan, anak dari
apabila.dilakukan.sesuai dengan pasangan nikah siri hanya
.hukum.agama dan kepercayan dianggap sebagai hasil hubungan
dari kedua belah pihak yang haram antar pasangan. Hanya
hendak menikah. Kemudian dapat mencantumkan nama ibu
dilanjutkan dengan ayat 2 yang didalam KK dan banyak lagi.
pada intinya mengatur suatu Kerugian kerugian tersebut tidak
perkawinan haruslah dicatat dapat diangkat keranah hukum
kepada pihak yang berwajib dikarenakan nikah siri sendiri
menurut peraturan perundang- adalah sebuah hubungan tanpa
undangan yang berlaku sehingga adanya kekuatan hukum yang
dapat ditarik garis besar sebuah mengikat antara 2 pasangan
kesimpulan bahwa nikah siri tersebut. Sehingga rentan dengan
hukumnya adalah sah menurut perceraian dan tindakan tindakan
agama namun tidak tercatat dalam sewenang-wenang.
Pencatatan KUA. Begitu pula
dengan nikah siri yang dialami DAFTAR PUSTAKA
oleh pasangan dibawah umur. Hak Jurnal dan Artikel
hak mereka sebagai pasangan
tidak terjamin dan tidak - Muntamah, Ana Latifatul.
mendapatkan perlindungan Dian, Latifiani. Arifin, Ridwan.
hukum serta dianggap sebagai “Pernikahan dini di Indonesia:
hubungan gelap yang tidak Faktor dan peran pemerintah
tercatat oleh pencatatan di KUA (Perspektif penegakan dan
sehingga membahayakan bagi perlindungan hukum bagi
masa depan pasangan tersebut. anak),” Widya Yuridika: Jurnal
Hukum 2, no. 1 (2019)
19
Adillah, Op.Cit, hlm 110

11
- Nurhayati, Agustina, Madarik, “Akibat.Hukum.dan
“Pernikahan dalam perspektif Dampak.Psikologis.Perkawinan
Alquran,” Asas 3, no. 1 (2011) Siri.bagi.Perempuan.dan.Anak-
- Khoiriyah, Rihlatul, “Aspek Anaknya:(Kajian.Teoretis
Hukum Menurut.Undang-Undang.dan
Perlindungan.Perempuan.Dan. KHI),” Jurnal.Pusaka 9, no. 2
Anak.Dalam Nikah.Siri,” (2020)
Sawwa: Jurnal Studi.Gender - Adillah, Siti.Ummu, “Analisis
12, no. 3 (31 Oktober 2017). Hukum.Terhadap.Faktor-Faktor
- Maloko, M Thahir, “NIKAH Yang.Melatarbelakangi
SIRRI PERSPEKTIF HUKUM Terjadinya.Nikah Sirri.Dan
ISLAM,” Sipakalebbi 1 (2) Dampaknya.Terhadap
(2014) Perempuan.(Istri).Dan.Anak-
- Nurkholis, “Penetapan Usia Anak,” Jurnal Dinamika
Dewasa Cakap Hukum Hukum 11 (2011)
Berdasarkan Undang-undang - Julijanto, Muhammad,
Dan Hukum Islam,” Jurnal “Dampak.Pernikahan.Dini.dan
Pemikiran Hukum dan Hukum Problematika.Hukumnya,”
Islam 8 (1) (2017) Jurnal.Pendidikan.Ilmu.Sosial
- Isnaini, Enik. "Perkawinan Siri 25, no. 1 (2015)
dalam Perspektif Hukum Islam,
Hukum Positif dan Hak Asasi Perundang-Undangan
Manusia." Jurnal Independent - Undang-Undang.Nomor.16
2.1 (2014) Tahun.2019..tentang.Perubahan
atas.Undang-undang.Nomor.1
- Muntamah, Ana Latifatul, Dian Tahun.1974.
Latifiani, dan Ridwan Arifin, - Undang-Undang.Nomor.1
“Pernikahan Dini Di Indonesia: Tahun.1974.Tentang
Faktor Dan Peran Pemerintah Perkawinan.
(Perspektif Penegakan Dan
Peraturan Pengadilan
Perlindungan Hukum Bagi
Anak),” Widya Yuridika 2, no. - Peraturan Mahkamah Agung.
1 (21 April 2019) Republik Indonesia. Nomor 5
Tahun 2019. Tentang. Pedoman
- Latifiani,.Dian, “The Mengadili Permohonan
Consequences.of.An Dispensasi Kawin
Unregistered.Marriage.For.The
Wife.and.Born.Children
According.to.The.Legal.System
in.Indonesia,” dalam.Jurnal
South.East Asia.Journal.of
Contemporary.Business,
Economics.and.Law 4, no. 3
(2014): hlm. 97.
- Kusmayadi, Rudy Catur
Rohman dan Muhammad

12

Anda mungkin juga menyukai