VENTILATOR
DOSEN PEMBIMBING : Ns. Hafidz Ma’aruf, S.Kep, M.Kep
Disusun Oleh:
TRI RAHAYU NINGSIH
19064
TAHUN AJARAN
2022/2023
VENTILATOR
A. Pengertian
Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh
proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi. (Carpenito, Lynda Juall 2009)
Ventilator adalah suatu sistem alat bantuan hidup yang dirancang untuk menggantikan
atau menunjang fungsi pernapasan yang normal. Tujuan utama pemberian dukungan
ventilator mekanik adalah untuk mengembalikan fungsi normal pertukaran udara dan
memperbaiki fungsi pernapasan kembali ke keadaan normal. (Bambang Setiyohadi, 2011)
Ventilator mekanik merupakan alat bantu pernapasan bertekanan positif atau negative
yang menghasilkan aliran udara terkontrol pada jalan napas pasien sehingga mampu
mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam jangka waktu lama. Tujuan
pemasangan ventilator mekanik adalah untuk mempertahankan ventilasi alveolar secara
optimal dalam rangka memenuhi kebutuhan metabolik pasien, memperbaiki hipoksemia,
dan memaksimalkan transport oksigen. ( Iwan Purnawan, 2010).
C. Efek Ventilasi
Akibat dari tekanan positif pada rongga thorax, darah yang kembali ke jantung
terhambat,venous return menurun, maka cardiac output juga menurun. Bila kondisi
penurunan responsimpatis (misalnya karena hipovolemia, obat dan usia lanjut), maka bisa
mengakibatkanhipotensi. Darah yang lewat paru juga berkurang karena ada kompresi
microvaskuler akibattekanan positif sehingga darah yang menuju atrium kiri berkurang,
akibatnya cardiacoutput juga berkurang. Bila tekanan terlalu tinggi bisa terjadi gangguan
oksigenasi. Selainitu bila volume tidal terlalu tinggi yaitu lebih dari 10‐12 ml/kg BB dan
tekanan lebih besardari 40 CmH2O, tidak hanya mempengaruhi cardiac output (curah
jantung) tetapi jugaresiko terjadinya pneumothorax.Efek pada organ lain:Akibat
cardiac output menurun; perfusi ke organ‐organ lainpun menurun seperti hepar,ginjal
dengan segala akibatnya. Akibat tekanan positif di rongga thorax darah yang kembalidari
otak terhambat sehingga tekanan intrakranial meningkat.
a. Pada Kardiovaskuler
Akibat dari tekanan posistif pada rongga thorax darah yang kembali ke jantung
terhambat venous return menurun maka cardiac out put menurun.Darah yang lewat
paru juga berkurang karena ada kompresi microvaskuler akibat tekanan(+) sehingga
darah berkurangdan cardiac out put menurun.
b. Pada organ Lain
Akibat cardiac out put menurun perfusi ke organ lainpun akan menurun seperti,
hepar,ginjal, otak dan segala akibatnya.Akibat tekanan (+) di rongga thorax darah
yang kembali dari otak terhambat dan menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial.
D. Klasifikasi
Ventilasi mekanik diklasifikasikan berdasarkan cara alat tersebut mendukung
ventilasi, dua kategori umum yaitu :
1. Ventilator Tekanan Negatif
Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif pada dada eksternal.
Dengan mengurangi tekanan intratoraks selama inspirasi memungkinkan udara
mengalir ke dalam paru-paru sehingga memenuhi volumenya. Ventilator jenis ini
digunakan terutama pada gagal nafas kronik yang berhubungn dengan kondisi
neurovaskular seperti poliomyelitis, distrofi muscular, sklerosisi lateral amiotrifik
dan miastenia gravis. Penggunaan tidak sesuai untuk pasien yang tidak stabil atau
pasien yang kondisinya membutuhkan perubahan ventilasi sering.
2. Ventilator Tekanan Positif
Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan mengeluarkan tekanan
positif pada jalan nafas dengan demikian mendorong alveoli untuk mengembang
selama inspirasi. Pada ventilator jenis ini diperlukan intubasi endotrakeal atau
trakeostomi. Ventilator ini secara luas digunakan pada klien dengan penyakit paru
primer. Terdapat tiga jenis ventilator tekanan positif yaitu tekanan bersiklus, waktu
bersiklus dan volume bersiklus.
F. Patofisiologi
Penggunaan ventilator mekanik biasanya disebabkan karena gagal nafas. Pemahaman
mengenai patofisiologi gagal nafas akut merupakan hal yang sangat penting di dalam hal
penatalaksanaannya. Secara umum terdapat empat dasar mekanisme gangguan pertukaran gas
pada sistem pernafasan yaitu hipoventilasi, ketidakseimbangan ventilasi atau perfusi, pintasan
darah kanan ke kiri, gangguan difusi. Kelainan ektrapulmonel menyebabkan hipoventilasi
sedangkan kelainan intrapulmonel dapat meliputi seluruh mekanisme tersebut.
Sesuai dengan patofisiologinya gagal nafas akut dapat dibedakan kedalam 2 bentuk
yaitu: hiperkapnia atau kegagalan ventilasi dan hipoksemia atau kegagalan oksigenasi. Gagal
nafas pada umumnya disebabkan oleh kegagalan ventilasi yang ditandai dengan retensi CO2,
disertai dengan penurunan pH yang abnormal, penurunan PaO2, dengan nilai perbedaan
tekanan O2 di alveoli-arteri (A-a)DO2 meningkat atau normal.
Indikator gagal nafas frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi penapasan
normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari20x/mnt tindakan yang dilakukan memberi bantuan
ventilator karena “kerja pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul kelelahan. Kapasitas
vital adalah ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg).
G. Pathway
H. Modus Operasional
Untuk menentukan modus operasional ventilator terdapat empat parameter yang
diperlukan untuk pengaturan pada penggunaan volume cycle ventilator, yaitu :
1. Frekuensi pernafasan permenit
2. Tidal volume
3. Konsentrasi oksigen (FiO2)
4. Positive end respiratory pressure
Pada klien dewasa, frekuensi ventilator diatur antara 12-15 x / menit. Tidal volume
istirahat 7 ml / kg BB, dengan ventilasi mekanik tidal volume yang digunakan adalah 10-
15 ml / kg BB. Untuk mengkompensasi dead space dan untuk meminimalkan atelektase
(Way, 1994 dikutip dari LeMone and Burke, 1996). Jumlah oksigen ditentukan
berdasarkan perubahan persentasi oksigen dalam gas. Karena resiko keracunan oksigen
dan fibrosis pulmonal maka FiO2 diatur dengan level rendah. PO2 dan saturasi oksigen
arteri digunakan untuk menentukan konsentrasi oksigen. PEEP digunakan untuk
mencegah kolaps alveoli dan untuk meningkatkan difusi alveoli-kapiler. Modus
operasional ventilasi mekanik terdiri dari :
1. Controlled Ventilation
Ventilator mengontrol volume dan frekuensi pernafasan. Indikasi untuk pemakaian
ventilator meliputi pasien dengan apnoe. Ventilasi mekanik adalah alat pernafasan
bertekanan negatif atau positif yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian
oksigen dalam waktu yang lama.Ventilator tipe ini meningkatkan kerja pernafasan
klien.
2. Assist/Control
Ventilator jenis ini dapat mengontrol ventilasi, volume tidal dan kecepatan. Bila klien
gagal untuk ventilasi, maka ventilator secara otomatis. Ventilator ini diatur
berdasarkan atas frekuensi pernafasan yang spontan dari klien, biasanya digunakan
pada tahap pertama pemakaian ventilator.
3. Intermitten Mandatory Ventilation
Model ini digunakan pada pernafasan asinkron dalam penggunaan model kontrol,
klien dengan hiperventilasi. Klien yang bernafas spontan dilengkapi dengan mesin
dan sewaktu-waktu diambil alih oleh ventilator.
4. Synchronized Intermitten Mandatory Ventilation (SIMV)
SIMV dapat digunakan untuk ventilasi dengan tekanan udara rendah, otot tidak begitu
lelah dan efek barotrauma minimal. Pemberian gas melalui nafas spontan biasanya
tergantung pada aktivasi klien. Indikasi pada pernafasan spontan tapi tidal volume
dan/atau frekuensi nafas kurang adekuat.
5. Positive End-Expiratory pressure
Modus yang digunakan dengan menahan tekanan akhir ekspirasi positif dengan tujuan
untuk mencegah Atelektasis. Dengan terbukanya jalan nafas oleh karena tekanan yang
tinggi, atelektasis akan dapat dihindari. Indikasi pada klien yang menederita ARDS
dan gagal jantung kongestif yang massif dan pneumonia difus. Efek samping dapat
menyebabkan venous return menurun, barotrauma dan penurunman curah jantung.
6. Continious Positive Airway Pressure. (CPAP)
Ventilator ini berkemampuan untuk meningkatakan FRC. Biasanya digunakan untuk
penyapihan ventilator.
7. PEEP digunakan bersama-sama dengan salah satu mode ventilator untuk membantu
menstabilkan volume alveolar paru dan memperbaiki oksigenasi. Pemberian tekanan
positif pada jalan napas saat ekspirasi akan menjaga alveoli tetap terbuka dan
mencegah penutupan alveoli yang terlalu cepat saat ekshalasi. Compliance paru dan
kesesuaian ventilasi-perfusi akan membaik apabila penutupan alveolar yang terlalu
cepat dapat dicegah. Apabila tidak diperlukan “recruitment” alveoli dan digunakan
PEEP/CPAP yang berlebihan maka akan mengakibatkan gangguan hemodinamika
atau respiratory compromise.PEEP/CPAP diindikasikan untuk hipoksemia yang
disebabkan oleh cedera paru skunder (Misalnya ARDS, pneumonitis interstisial).
PEEP/CPAP dengan level 5 cm Hg atau kurang sering digunakan untuk memberikan
“PEEP fisiologis”. Adanya artificial airway memungkinkan tekanan intratorakal turun
menjadi nol di bawah level tekanan intratorakal pada akhir ekspirasi (+2 atau +3 cm
H2O).Penggunaan PEEP dapat meningkatkan resiko barotrauma karena tekanan rata-
rata dan tekanan puncak jalan napas tinggi selama ventilasi terutama apabila puncak
tekanan lebih besar dari 40 cm H2O. Aliran balik vena dan curah jantung (CO) juga
dapat dipengaruhi oleh tekanan yang tinggi tersebut. Apabila curah jantung
(CO=cardiac output) menurun ketika digunakan PEEP/CPAP dan oksigenasi
membaik, maka dapat diberikan bolus cairan untuk mengoreksi hipovolemia.
Komplikasi lainnya yang dapat ditimbulkan oleh PEEP/CPAP adalah peningkatan
tekanan intrakranial, penurunan perfusi ginjal, kongesti hepar, dan intracardiac shunt
akan semakin memburuk.
J. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul dari penggunaan ventilasi mekanik, yaitu :
1. Obstruksi jalan nafas
2. Hipertensi
3. Tension pneumotoraks
4. Atelektase
5. Infeksi pulmonal
6. Kelainan fungsi gastrointestinal ; dilatasi lambung, perdarahan
7. gastrointestinal.
8. Kelainan fungsi ginjal
9. Kelainan fungsi susunan saraf pusat
10. Penyapihan dari ventilasi mekanik
K. Asuhan Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi
keperawatan
Ketidakefektifan Ketidakefektifan Pola Nafas, [6140 – Hal 190] Manajemen
pola napas. NOC – Hal 657 Kode (NIC, 2016).
(NANDA – 2018. [0415 – Hal 556] Status 1. Evaluasi respon pasien
Domain 4 Kelas 4 Pernafasan untuk dapat menentukan
Hal. 228) 1. Frekuensi pernafasan tindakan yang tepat.
2. Irama Pernafasan 2. Jamin jalan nafas pasien
3. Kedalaman Inspirasi tetap terbuka.
4. Suara auskultasi nafas 3. Pastikan bahwa seseorang
5. Kepatenan jalan nafas mengelola oksigenasi
6. Saturasi Oksigen pasien dan membantu
7. Restraksi dinding dada dengan intubasi, sesuai
8. Sianosis indikasi.
9. Mengantuk
10. Suara nafas tambahan [6200 – Hal 357] Perawatan
Gawat Darurat (NIC, 2016).
[0410 – Hal 558] Status 1. Aktifkan sistem medis
Pernafasan: Kepatenan jalan darurat.
napas 2. Buat atau
1. Suara nafas tambahan mempertahankan jalan
2. Pernafasan cuping napas terbuka.
hidung 3. Pantau tingkat kesadaran
3. Dispnea saat istirahat [pasien]
4. Penggunaan otot bantu 4. Berikan obat sesuai
nafas kebutuhan (misalnya,
nitrogliserin,
[0704 – Hal 284] Manajemen bronkodilator, activated
Diri: Asma charcoal, insulin,
1. Mengikuti perencanaan epinefrin, dan antivenom)
kegawatan untuk
serangan akut [3320 – Hal 144] Terapi Oksigen
2. Tidur nyenyak sepanjang (NIC, 2016).
malam tanpa batuk atau 1. Pertahankan kepatenan
wheezing jalan nafas.
3. Memantau efek samping 2. Siapkan peralatan oksigen
pengobatan dan berikan melalui
4. Mengelola perburukan sistem hemudifier.
[gejala] sendiri. 3. Monitor aliran oksigen
4. Monitor posisi perangkat
[alat] pemberian oksigen
5. Monitor efektifitas terapi
oksigen (misalnya,
tekanan oksimetri, ABGs)
dengan tepat.
6. Monitor peralatan
oksigen untuk
memastikan bahwa alat
tersebut tidak
mengganggu upaya
pasien untuk bernapas.