Anda di halaman 1dari 17

TUGAS DIKBANGSPES DOKPOL

KASUS KEKERASAN PADA PEREMPUAN

OLEH

IPDA INDAH SEPTIA, S.Gz


IPDA YUSTINA KRISTIANA SERAN S.Kep
IPDA ALTHAF SUKARJO, Amd. Kep

CIPINANG, MARET 2022

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4

A. Latar belakang.................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................5

C. Maksud dan Tujuan.........................................................................................................5

BAB II CONTOH KASUS........................................................................................................6

BAB III PEMBAHASAN..........................................................................................................7

A. Definisi............................................................................................................................7

B. Penyebab Terjadinya Kekerasan...................................................................................10

C. Jenis-jenis Kekerasan....................................................................................................10

D. Manifestasi....................................................................................................................12

BAB IV PENUTUP.................................................................................................................15

A. Kesimpulan...................................................................................................................15

B. Saran..............................................................................................................................15

DAFTRA PUSTAKA..............................................................................................................16

2
KATA PENGANTAR

Assalamu,alaikum warahmatullahai wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami

dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.tanpa pertolongn-nya tentunnya kami

tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.shalawat serta salam

semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu nabi muhammad SAW yang

kita natikan syafa,atnya di akhirat nanti

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat- nya,baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran,sehingga kami mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah tentang KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya Penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak,demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat
terimakasih.

Hormat Kami

Pasis Dokpol

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kekerasan terhadap perempuan dewasa ini, merupakan suatu hal yang menarik
karena banyak diperbincangkan oleh kalangan praktisi, Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM), akademisi dan masyarakat luas. Hal itu dilatar belakangi adanya tuntutan peren
perempuan yang semakin komplek seiring dengan perkembangan jaman yang cendrung
lebih memperhatikan Hak-Hak Asasi Manusia (HAM) tanpa melihat atau membedakan
jenis kelamin. Kekerasan terhadap perempuan merupakan timdakan pelanggaran HAM
yang paling kejam yang dialami perempuan. Oleh karenanya tidak salah apabila tindak
kekerasan terhadap perempuan tersebut oleh organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) disebut sebuah kejahatan kemanusiaan. Serangkaian data yang dikeluarkan
UNIFEM (dana PBB untuk perempuan) tentang kekerasan menunjukan bahwa di Turki
jumlah perempuan yang mengalami kekerasan oleh pasangannya mencapai 57,9 % pada
tahun 1998.di India, jumlahnya mencapai 49% pada tahun 1999, di Amerika Serikat
jumlahnya mencapai 22,1 %.

Di Banglades, laporan terakhir tahun 2000 menyebutkan 60 % perempuan


menikah mengalami kekerasan oleh suami. Di Indonesia sendiri, sekitar 24 juta
perempuan atau 11,4 % dari total penduduk Indonesia pernah mengalami tindak
kekerasan. Kekerasan terhadap perempuan dewasa ini tidak saja merupakan masalah
individu, melainkan juga merukapan masalah nasional dan bahkan sudah merupakan
masalah global. Dalam hal-hal tertentu kekerasan terhadap perempuan dapat dikatakan
sebagai masalah transnasional. Dikatakan masalah global dapat dilihat dari ditetapkan
hukum Menurut Komnas Perempuan, kekerasan terhadap perempuan (KtP) adalah
segala tindakan kekerasan yang dilakukan terhadap perempuan yang berakibat atau
kecenderungan untuk mengakibatkan kerugian dan penderitaan fisik, seksual, maupun
psikologis terhadap perempuan, baik perempuan dewasa atau anak perempuan dan
remaja. Termasuk didalamnya ancaman, pemaksaan maupun secara sengaja membatasi
kebebasan perempuan. Tindakan kekerasan ini dapat terjadi dalam lingkungan keluarga
ataupun masyarakat (Harnoko, 2010).

4
Menurut Undang-undang RI Nomor 23 Tahun 2004 pasal 1 ayat 1, tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, kekerasan dalam rumah tangga adalah
setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran
rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau
perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga
(Soeroso, 2010).

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud kekerasan terhadap perempuan?


2. Apa saja bentuk-bentuk kekerasan terhdap perempuan?
3. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kekerasan terhadap
perempuan?
4. Apa saja macam-macam kekerasan terhadap perempuan?
5. Bagaimana dampak kekerasan terhadap perempuan?

C. Maksud dan Tujuan

1. Dapat mengetahui definisi kekerasan terhadap perempuan


2. Dapat mengetahui bentuk-bentuk kekerasan terhdap perempuan
3. Dapat mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kekerasan
terhadap perempuan

4. Dapat mengetahui macam-macam kekerasan terhadap perempuan

5. Dapat mengetahui dampak kekerasan terhadap perempuan

5
BAB II

CONTOH KASUS

Korban NA datang ke kantor Komnas Perempuan pada Mei 2020 dalam keadaan
tertekan dan cemas. Ketika menceritakan soal kejadian korban merinding dan matanya
basah. Korban mengalami kekerasan dalam rumah tangga dalam empat bentuk: seksual
(perkosaan dalam perkawinan), ekonomi (suami tidak memberi nafkah), psikologis
(korban dikucilkan dari pergaulan) dan fisik (ancaman pembunuhan berkali-kali).
Korban menikah dengan pelaku empat tahun yang lalu dan dikaruniai satu anak laki-
laki. Sejak baru menikah, korban menuturkan pernah dilempar belati oleh pelaku saat
pelaku marah. Korban yang disuruh minum baygon agar meninggal karena dianggap
mempermalukan keluarga besar pelaku. Kekerasan berlanjut karena pelaku melarang
korban bekerja tetapi di satu sisi pelaku tidak bekerja dan tidak menafkahi korban
secara ekonomi. Korban kebingungan sampai akhirnya pelaku mengijinkan korban
bekerja jaga toko asal korban membawa anaknya. Ketika itu pula pelaku tidak
memberikan uang dan malah memanfaatkan korban untuk membiayainya. Pelaku sering
sekali marah dan menghina korban karena masalah-masalah kecil. Pelaku melakukan
kekerasan verbal dengan berkata "Lihat tuh tete kamu udah peyot" dan "Istri gak bener,
gak guna". Pelaku juga melakukan kekerasan terhadap anak pelaku dan korban seperti
dipukul bagian kepala dan dijitak dengan cincin sampai benjol. Hal yang membuat
korban tertekan dan trauma adalah tindakan perkosaan dalam rumah tangga. Pelaku
memaksa korban berhubungan seksual sodomi hingga korban ambeien dan pendarahan.
Pelaku tidak peduli dan terus melakukan berkali-kali. Korban merinding dan merasa
jijik saat menceritakan hal ini

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Menurut WHO (dalam Bagong. S, dkk, 2000), kekerasan adalah penggunaan
kekuatan fisik dan kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan
atau sekelompok orang atau masyarakat yang mengakibatkan atau kemungkinan besar
mengakibatkan memar/trauma, kematian, kerugian psikologis, kelainan perkembangan
atau perampasan hak. Secara filosofis, fenomena kekerasan merupakan sebuah gejala
kemunduran hubungan antarpribadi, di mana orang tidak lagi bisa duduk bersama untuk
memecahkan masalah. Hubungan yang ada hanya diwarnai dengan ketertutupan,
kecurigaan, dan ketidakpercayaan. Dalam hubungan seperti ini, tidak ada dialog,
apalagi kasih. Semangat mematikan lebih besar daripada semangat menghidupkan,
semangat mencelakakan lebih besar daripada semangat melindungi. Memahami tindak-
tindak kekerasan di Indonesia yang dilakukan orang satu sama lain atau golongan satu
sama lain dari perspektif ini, terlihat betapa masyarakat kita sekarang semakin jauh dari
menghargai dialog dan keterbukaan. Permasalahan sosial biasa bisa meluas kepada
penganiayaan dan pembunuhan. Toko, rumah ibadah, kendaraan yang tidak ada sangkut
pautnya dengan munculnya masalah, bisa begitu saja menjadi sasaran amuk massa.
Secara teologis, kekerasan di antara sesama manusia merupakan akibat dari dosa dan
pemberontakan manusia.

Menurut Komnas Perempuan, kekerasan terhadap perempuan (KtP) adalah segala


tindakan kekerasan yang dilakukan terhadap perempuan yang berakibat atau
kecenderungan untuk mengakibatkan kerugian dan penderitaan fisik, seksual, maupun
psikologis terhadap perempuan, baik perempuan dewasa atau anak perempuan dan
remaja. Termasuk didalamnya ancaman, pemaksaan maupun secara sengaja membatasi
kebebasan perempuan. Tindakan kekerasan ini dapat terjadi dalam lingkungan keluarga
ataupun masyarakat (Harnoko, 2010)
Menurut Undang-undang RI Nomor 23 Tahun 2004 pasal 1 ayat 1, tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, kekerasan dalam rumah tangga adalah
setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran
rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau

7
perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga
(Soeroso, 2010)
Lingkup rumah tangga menurut Undang-undang RI Nomor 23 Tahun 2004
meliputi: 1. Suami, istri, dan anak; 2. Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga
dengan orang sebagaimana dimaksud pada huruf a karena hubungan darah, perkawinan,
persusuan, pengasuhan, dan perwalian yang menetap dalam rumah tangga, dan/atau; 3.
Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga
tersebut.

a) Pelecehan Seksual
Pelecehan seksual adalah segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi
seksual yang dilakukan secara sepihak dan tidak diinginkan oleh orang yang menjadi
sasaran. Pelecehan seksual bisa terjadi dimana saja dan kapan saja, seperti di tempat
kerja, di kampus/sekolah, di pesta, tempat rapat, dll.
Pelaku pelecehan seksual bisa teman, pacar, atasan di tempat kerja, dokter,
dukun, dsb. Akibat pelecehan seksual, korban merasa malu, marah, terhina,
tersinggung, benci kepada pelaku, dendam kepada pelaku, shok/trauma berat, dll
Langkah-langkah yang perlu dilakukan korban:
1. Membuat catatan kejadian (tanggal, jam, saksi)
2. Bicara kepada orang lain tentang pelecehan seksual yang terjadi
3. Memberi pelajaran kepada pelaku
4. Melaporkan tindakan pelecehan seksual
5. Mencari bantuan/dukungan kepada masyarakat
b) Perkosaan
Perkosaan adalah hubungan seksual yang terjadi tanpa diinginkan oleh
korban. Seorang laki-laki menaruh penis, jari atau benda apapun ke dalam vagina,
anus, atau mulut perempuan tanpa sekehendak perempuan itu, bisa dikategorikan
sebagai tindak perkosaan.
Perkosaan dapat terjadi pada semua perempuan dari segala lapisan
masyarakat tanpa memperdulikan umur, profesi, status perkawinan, penampilan,
atau cara berpakaian.
Berdasarkan pelakunya, perkosaan bisa dilakukan oleh:
1. Orang yang dikenal: teman, tetangga, pacar, suami, atau anggota keluarga
(bapak, paman, saudara).

8
2. Orang yang tidak dikenal, biasanya disertai dengan tindak kejahatan, seperti
perampokan, pencurian, penganiayaan, atau pembunuhan.

3. Tindak perkosaan membawa dampak emosional dan fisik kepada korbannya.


Secara emosional, korban perkosaan bisa mengalami stress, depresi,
goncangan jiwa, menyalahkan diri sendiri, rasa takut berhubungan intim
dengan lawan jenis, dan kehamilan yang tidak diinginkan. Secara fisik,
korban mengalami penurunan nafsu makan, sulit tidur, sakit kepala, tidak
nyaman di sekitar vagina, berisiko tertular PMS, luka di tubuh akibat
perkosaan dengan kekerasan, dan lainnya.
4. Perempuan yang menjadi korban perkosaan sebaiknya melakukan langkah-
langkah berikut:
5. Jangan mandi atau membersihkan kelamin sehingga sperma, serpihan kulit
ataupun rambut pelaku tidak hilang untuk dijadikan bukti
6. Kumpulkan semua benda yang dapat dijadikan barang bukti, misalnya:
perhiasan dan pakaian yang melekat di tubuh korban atau barang-barang
milik pelaku yang tertinggal. Masukan barang bukti ke dalam kantong kertas
atau kantong plastik.
7. Segera lapor ke polisi terdekat dengan membawa bukti-bukti tersebut, dan
sebaiknya dengan keluarga atau teman.
8. Segera hubungi fasilitas kesehatan terdekat (dokter, puskesmas, rumah sakit)
untuk mendapatkan surat keterangan yang menyatakan adanya tanda-tanda
persetubuhan secara paksa (visum)
9. Meyakinkan korban perkosaan bahwa dirinya bukan orang yang bersalah,
tetapi pelaku yang bersalah.
Dampak kekerasan terhadap istri yang bersangkutan adalah: mengalami sakit
fisik, tekanan mental, menurunnya rasa percaya diri dan harga diri, mengalami rasa
tidak berdaya, mengalami ketergantungan pada suami yang sudah menyiksa dirinya,
mengalami stress pasca trauma, mengalami depresi, dan keinginan untuk bunuh diri.
Dampak kekerasan terhadap pekerjaan si istri adalah kinerja menjadi buruk, lebih
banyak waktu dihabiskan untuk mencari bantuan pada Psikolog ataupun Psikiater,
dan merasa takut kehilangan pekerjaan. Dampaknya bagi anak adalah: kemungkinan
kehidupan anak akan dibimbing dengan kekerasan, peluang

9
terjadinya perilaku yang kejam pada anak-anak akan lebih tinggi, anak dapat
mengalami depresi, dan anak berpotensi untuk melakukan kekerasan pada
pasangannya apabila telah menikah karena anak mengimitasi perilaku dan cara
memperlakukan orang lain sebagaimana yang dilakukan oleh orang tuanya.

B. Penyebab Terjadinya Kekerasan

1. Faktor ekonomi
2. Media sosial
3. Pernikahan usia dini
4. Kepribadian dan kondisi psikologis yang tidak stabil
5. Lingkungan
6. Laki-laki dan perempuan tidak diposisikan setara dalam masyarakat
7. Persepsi mengenai kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga turut ditutup karena
merupakan masalah keluarga bukan masalah sosial.

C. Jenis-jenis Kekerasan
1. Kekerasan fisik yaitu kekerasan nyata yang dapat dilihat, dirasakan oleh tubuh.
Wujud kekerasan fisik berupa penghilangan kesehatan atau kemampuan normal
tubuh, sampai pada penghilangan nyawa seseorang. Contoh penganiayaan,
pemukulan, pembunuhan, dan lain-lain.

2. Kekerasan psikologis yaitu kekerasan yang memiliki sasaran pada rohani atau jiwa
sehingga dapat mengurangi bahkan menghilangkan kemampuan normal jiwa. Contoh
kebohongan, indoktrinasi, ancaman, dan tekanan.

3. Kekerasan struktural yaitu kekerasan yang dilakukan oleh individu atau kelompok
dengan menggunakan sistem, hukum, ekonomi, atau tata kebiasaan yang ada di
masyarakat. Oleh karena itu, kekerasan ini sulit untuk dikenali. Kekerasan struktural
yang terjadi menimbulkan ketimpangan-ketimpangan pada sumber daya, pendidikan,
pendapatan, kepandaian, keadilan, serta wewenang untuk mengambil keputusan.
Situasi ini dapat memengaruhi fisik dan jiwa seseorang Biasanya negaralah yang
bertanggung jawab untuk mengatur kekerasan struktural karena hanya negara yang
memiliki kewenangan serta kewajiban resmi untuk mendorong pembentukan atau
perubahan struktural dalam masyarakat. Misalnya, terjangkitnya penyakit kulit di

10
suatu daerah akibat limbah pabrik di sekitarnya atau hilangnya rumah oleh warga
Sidoarjo karena lumpur panas Lapindo Brantas. Secara umum korban kekerasan
struktural tidak menyadarinya karena sistem yang menjadikan mereka terbiasa
dengan keadaan tersebut.
- Berdasarkan pelakunya kekerasan dapat dibagi menjadi 2, yakni ;

1. Kekerasan individual adalah kekerasan yang dilakukan oleh individu


kepada satu atau lebih individu. Contoh pencurian, pemukulan,
penganiayaan, dan lain-lain.
2. Kekerasan kolektif adalah kekerasan yang dilakukan oleh banyak individu
atau massa. Contoh tawuran pelajar, bentrokan antardesa konflik Sampit
dan Poso, dan lain-lain.

- Berdasarkan umur kekerasan dibagi menjadi :


1. Sebelum lahir : abortus, pemukulan perut.
2. Bayi : pembunuhan dan penelantaran, penyalahgunaan
ZZZZZZZZIZZZfisik, seks dan psikis
3. Pra remaja : Perkawinan usia anak, inses, fisik, seks, psikis,
AAAAAAAAAApelacuran, pornografi.
4. Remaja dewasa : kekerasan, pemaksaan seks, inses, pembunuhan
AAAAAAAAAAoleh pasangan, pelacuran, pelecehan seks.
5. Usia lanjut : fisik, seks, psikis.

- Tempat kekerasan :
1. Rumah tangga.
2. Tempat kerja atau sekolah.
3. Daerah konflik atau pengungsian.
4. Jalanan.

11
D. Manifestasi

1. Nyeri akut / kronik tanpa trauma yang terlihat


2. Keluhan tanpa abnormalitas dari pemeriksaan fisik (rasa lemah, nyeri kepala
kronik, palpitasi, dispnea, nyeri perut, keluhan gastrointestinal, nyeri dada
atipikal)
3. Riwayat berobat ke IGD berulang kali
4. Terdapat jarak waktu dari onset trauma sampai waktu berobat
5. Kesulitan korban untuk berbicara / menyangkal informasi dari pelaku
6. Rasa posesif dan iri yang berlebihan dari pelaku terhadap korban
(diungkapkan oleh korban / tampak dari anamnesis dengan pelaku)

7. Gejala depresi atau kecemasan

8. Keluhan ginekologis (infeksi salurah kemih, dispareunia, nyeri


pinggang)Keluhan trauma baik fisik maupun psikis

Risiko yang ditimbulkan terhadap kekerasan pada perempuan meliputi;


1. HIV dan infeksi menular seksual lainnya.
Selama satu dekade terakhir, ada telah berkembang bahwa kekerasan pasangan intim
merupakan kontributor penting dalam kerentanan perempuan terhadap HIV dan IMS
Mekanisme yang mendasari kerentanan wanita terhadap HIV atau IMS adalah
hubungan seksual secara paksa.
Perempuan dalam hubungan kekerasan, atau yang hidup dalam ketakutan kekerasan,
juga mungkin memiliki kontrol terbatas atas waktu atau keadaan dari hubungan
seksual, atau kemampuan mereka untuk menegosiasikan penggunaan kondom (51).
kekerasan pasangan juga dapat menjadi penentu penting dari pemisahan, yang pada
gilirannya dapat meningkatkan risiko seorang wanita dari HIV jika dia memperoleh
pasangan baru. Selain itu, ada adalah bukti bahwa pria yang menggunakan kekerasan
terhadap pasangan wanita berisiko HIV dibandingkan pria tidak melakukan
kekerasan seksual pada pasangan seksual, penggunaan alkohol sering dan
mengunjungi pekerja seks memiliki risiko terkena IMS yang dapat meningkatkan
risiko penularan HIV pada perempuan.
2. Aborsi
Perilaku kekerasan terhadap perempuan berdampak besar pada kesehatan seksual
dan reproduksi perempuan serta penggunaan kontrasepsi seperti kondom

12
ketidakmampuan perempuan untuk menolak paksaan laki-laki dalam penggunaan
kondom mengakibatkan kelahiran yang tidak diinginkan, diperkirakan dari 80 juta
kehamilan yang tidak diinginkan setiap tahun, setidaknya setengah dihentikan
melalui aborsi dan hampir setengah dari mereka berlangsung dalam kondisi aborsi
yang tidak aman. kehamilan yang tidak diinginkan dilakukan dengan risiko bagi ibu
dan bayi karena aborsi ilegal dan risiko kematian akan mengacam.

3. Berat Badan Lahir Rendah Dan Prematur


Berat badan lahir rendah dan kelahiran prematur atau pembatasan pertumbuhan
dalam rahim sangat berhubungan dengan stres dan lingkungan yang tidak
mendukung yang berakibat pada tingkat stres kronis menjadi faktor risiko utama
kesehatan ibu dan akan mempengaruhi janin, studi observasional yang yang
dilakuakan untuk menyelidiki kekerasan pada pasangan intim berpotensial
mengakibatkan bayi lahir berat rendah serta lahir prematur.

4. Penggunaan Alkohol yang Obat Berbahaya

Berat badan lahir rendah dan kelahiran prematur atau pembatasan pertumbuhan
dalam rahim sangat berhubungan dengan stres dan lingkungan yang tidak
mendukung yang berakibat pada tingkat stres kronis menjadi faktor risiko utama
kesehatan ibu dan akan mempengaruhi janin, studi observasional yang yang
dilakuakan untuk menyelidiki kekerasan pada pasangan intim berpotensial
mengakibatkan bayi lahir berat rendah serta lahir prematur.

5. Depresi dan Bunuh Diri


Kekerasan pasangan intim dapat menyebabkan depresi dan usaha bunuh diri serta
peristiwa traumatis karena kekersan seksual sehingga perempuan akan menjadi deprsi
memungkinkan terjadi perilaku bunuh diri. penelitian lain menunjukkan bahwa
wanita dengan masalah kesehatan mental akibat kekerasan seksual sering akan
mengakhiri hidupnya
6. Luka Non-Fatal
kekerasan pasangan intim dikaitkan dengan banyak konsekuensi kesehatan, tetapi
efek yang langsung cedera adalah fatal dan non-fatal.diperkirakan bahwa sekitar
setengah dari wanita di Amerika Serikat yang terluka secara fisik dengan pasangan
mereka, sebagian besar dari mereka masih terlihat bekas luka di bagian Kepala, leher
dan wajah akibat kekerasan pasangan mereka, diikuti oleh cedera otot dan cedera
13
genital. Pengukuran cedera akibat kekerasan pasangan intim tetap menantang karena
berbagai alasan.
7. Cedera Fatal (Kasus Pembunuhan Pasangan Intim)
pembunuhan baik pria atau wanita lebih banyak disebabkn karena pasangan intim
mereka, dalam hal ini pasangan intim wanita yang paling banyak dibunuh.

Hasil Diskusi kelompok mengenai tindakan yang perlu dilakukan oleh seorang
isteri untuk mencegah terjadinya kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh
suami yakni;
1. tingkatkan komunikasi kepada suami untuk mencari solusi penyebab dari KDRT
2. menyelesaiakn maslah dengan kepala dingin agar tidak terjadi KDRT
3. saling mengahargai keputusan bersama 4.saling terbuka antara suami dan istri
untuk meningkatkan keharmonisan
4. Komunikasi kebutuhan ekonomi dalam keluarga secara bersama-sama.
5. Membuat perencanaan dalam keluarga secara bersama-sama.
6. mediskusikan deengan keluarga yang dipercayai untuk kelakuan suami
7. Laporkan kepada yang berwajib telah terjadi KDRT. Melapor ke polisi merupakan
tindakan paling terakhir.

14
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian yang telah dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa Kekerasan
terhadap perempuan dapat berdampak fatal berupa kematian, upaya bunuh diri dan
terinfeksi HIV/AIDS. Selain itu, kekerasan terhadap perempuan juga dapat
berdampak non fatal seperti gangguan kesehatan fisik, kondisi kronis, gangguan
mental, perilaku tidak sehat serta gangguan kesehatan reproduksi. Baik dampak fatal
maupun non fatal, semuanya menurunkan kualitas hidup perempuan.

B. Saran

Dengan melihat serangkaian uraian diatas, maka dapat dikatakan kekerasan


terhadap perempuan yang lebih dominan yaitu KDRT yang merupakan bagian dari isu
kesehatan masyarakat yang patut diperhatikan. maka dari itu harus memajukan
kebijakan yang aktif dan nyata yang mendorong masuknya perspektif jender ke dalam
semua kebijakan dan program-program yang berhubungan dengan tindak kekerasan
terhadap perempuan serta sebagai petugas kesehatan diharapkan mampu melakukan
penyuluhan untuk pencegahan dan penanganan kekerasan terhadapperempuan.

15
DAFTRA PUSTAKA

1. Agoes, H. C. (2015). Jalan Dengan Pria Lain, Muka Istri Terbakar Disiram Cuka.
Retrieved March, 2022, from http://daerah.sindonews.com/ read/1014581/190/jalan-
dengan-prialain-muka-istri-terbakar-disiramcuka- 1434700660
2. Akhmadi, dkk. (2011). Akses Terhadap Keadilan: Pemberdayaan Perempuan Kepala
Keluarga di Indonesia (Studi Kasus di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Jawa
Barat, Kalimantan Bara, dan Nusa Tenggara Timur).
3. Amrozi Palu Kepala Putrinya Hingga Bersimbah Darah. (2015). Retrieved March,
2022, from http://www.tribunnews.com
4. Badan Pusat Statistik dan Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan RI.
(2007). Fenomena Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak. Retrieved
March, 2022, from http://www.bps.go.id
5. Bungin, B. (2014). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media.
6. Erlan. (2015). Makalah Tentang Kekerasan Terhadap Perempuan. Retrieved March,
2022, from http://erlansaja.blogspot. co.id/2015/05/makalah- tentangkekerasan-
terhadap.html?m=1
7. Hanani, S. (2010). Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan Upaya Penanggulangannya
Melalui Pendekatan Institusi Lo

16
17

Anda mungkin juga menyukai