Anda di halaman 1dari 5

RMK AUDIT 1 CHAPTER 4

AUDITOR’S LEGAL LIABILITY

NAMA : MUH.

RIZALDI NIM :

A31116327

❖ TANGGUNG JAWAB LEGAL AUDITOR


• Auditor dituntut untuk bekerja dengan tingkat kehati-hatian profesional yang memadai.
• Auditor dituntut bertanggungjawab dalam memenuhi seluruh komitmen yang tertulis
dalam surat penugasan audit, dengan segala implikasinya.
• Jika auditor gagal dalam memenuhi komitmen dalam kontrak audit, atau tidak
menjalankan tugas dengan kehati-hatian profesional, auditor dikatakan telah melakukan
kecerobohan (negligence) dan atau pelanggaran komitmen kontrak audit.
Faktor pemicu meningkatnya tanggungjawab legal auditor:
• Peningkatan kesadaran pengguna laporan keuangan atas tanggungjawab legal auditor
• Peningkatan kesadaran bursa efek dalam melindungi kepentingan investor
• Peningkatan kompleksitas fungsi akuntansi dan auditing karena peningkatan ukuran
entitas, globalisasi bisnis entitas, serta kompleksitas kegiatan operasional serta transaksi
keuangan entitas.
• Kecenderungan praktik penuntutan dari pihak yang merasa dirugikan terhadap siapapun
yang dipandang mampu memberikan kompensasi atas kerugian yang dideritanya.
• Resesi ekonomi global serta situasi ekonomi yang berat, yang menyebabkan beragam
kegagalan bisnis, mengakibatkan kecenderungan stakeholders berusaha mendapatkan
kompensasi kerugian dari pihak lain, termasuk auditor independen.
• Merebaknya tuntutan hukum terhadap KAP, telah mendorong pengacara menawarkan
jasa legal berbasis contingent-fee (biaya bersyarat), yaitu dengan menjanjikan potensi
keuntungan besar jika tuntutan menang, dan potensi rugi minimum jika tuntutan kalah.
• Kecenderungan KAP untuk bersedia menyelesaikan tuntutan legal di luar pengadilan,
untuk menghindari biaya pengadilan yang besar serta publikasi yang merugikan, dan
bukannya berusaha menyelesaikan permasalahan legal melalui proses hukum.
❖ BUSINESS FAILURE, AUDIT FAILURE, AUDIT RISK

Meningkatnya tuntutan terhadap KAP banyak disebabkan oleh ketidakfahaman masyarakat


terhadap tiga permasalahan sebagai berikut:

1. Kegagalan bisnis (business failure), adalah kerugian dalam bisnis karena kesalahan
keputusan bisnis atau karena faktor-faktor ekonomi yang lain.

2. Kegagalan audit (audit failure), adalah kesalahan auditor dalam memberikan opini atas
laporan keuangan karena kecerobohan dalam melaksanakan tugas audit.

3. Risiko audit (audit risk), adalah kesalahan auditor dalam memberikan opini atas laporan
keuangan pada saat audit telah direncanakan dan lilaksanakan dengan kehati-hatian
profesional serta sesuai dengan standar audit yang berlaku.

Tuntutan terhadap auditor pada dasarnya hanya bisa dilakukan pada saat yang terjadi adalah
audit failure.
❖ SUMBER TUNTUTAN LEGAL

• KAP atau auditor independen bertanggungjawab terhadap seluruh aspek pekerjaan


akuntan publik, yang bisa mencakup jasa audit, perpajakan, konsultasi manajemen, dan
jasa pembukuan/akuntansi.

• Istilah legal dalam jasa akuntan publik:

1. Ordinary negligence, adalah situasi dan kondisi tertentu, yang membuat secara tidak
sengaja auditor tidak menerapkan kehati-hatian profesional, dan kasus serupa bisa saja
terjadi pada auditor profesional yang lain.

2. Gross negligence, adalah secara sadar auditor melakukan tindakan yang membahayakan,
atau terlalu berani mengambil risiko. Namun demikian bisa jadi sulit untuk membedakan
ordinary negligence dan gross negligence.

3. Constructive fraud, adalah kecerobohan ekstrim yang dilakukan auditor, tetapi tidak ada
maksud untuk menyembunyikan informasi atau merugikan pihak lain. Contoh, auditor
menyadari bahwa prosedur audit tidak dilaksanakan dengan memadai, tetapi auditor
berani memberikan opini wajar tanpa pengecualian (clean/unqualified opinion).
4. Fraud, adalah auditor sengaja berbuat curang dalam melaksanakan audit laporan
keuangan atau dalam memberikan opini atas laporan keuangan.

5. Breach of contract (mengingkari kontrak), auditor tidak memenuhi komitmen yang telah
disepakati dalam kontrak kerja atau dalam surat penugasan audit.

6. Third-party beneficiary (keuntungan pihak ketiga), adalah adanya pihak ketiga yang
tidak disebutkan dalam kontrak audit, tetapi mereka mendapatkan keuntungan dari
kontrak audit. Misalnya kontrak audit dengan bank berhubungan dengan posisi auditor
sebagai salah satu debitur besar bank yang diaudit. Dalam kasus ini auditor diragukan
independensinya.

❖ ISTILAH LEGAL LAINNYA

1. Common law, adalah hukum yang dikembangkan melalui keputusan pengadilan,


bukannya melalui hukum yang telah ditentukan secara formal oleh pemerintah.

2. Statutory law, adalah hukum yang telah ditentukan secara formal oleh pemerintah.

3. Joint and several liability, asesmen terhadap pihak yang dituntut atas total kerugian
yang diderita penuntut, dengan tanpa mempertimbangkan tingkat keterlibatan pihak yang
dituntut dalam melakukan tindakan yang dipandang merugikan pihak lain.

4. Seperate and proportionate liability, adalah asesmen terhadap pihak yang dituntut
tentang tingkat kerugian penuntut atas tindakan ceroboh pihak yang dituntut.
❖ JENIS-JENIS TANGGUNG JAWAB LEGAL AUDITOR

1. Tanggungjawab kepada klien, misalnya klien menuntut auditor atas kegagalan


mengungkap kecurangan material (material fraud) yang merugikan entitas.

2. Tanggungjawab kepada pihak ketiga, misalnya bank menuntut auditor karena gagal
mengungkap salah saji material dalam laporan keuangan debitur bank.

3. Tanggungjawab kepada publik, misalnya pemegang saham menuntut auditor atas


kegagalan mengungkap salah saji material dalam laporan keuangan.

4. Tanggungjawab atas tindakan kriminal, misalnya pemerintah menuntut auditor atas


kesengajaan menerbitkan laporan audit yang menyesatkan.
❖ LANGKAH MENGATASI PERSOALAN LEGAL

Asosiasi profesi dapat menempuh sejumlah langkah untuk melindungi anggota profesi dari
potensi tuntutan hukum, antara lain:

• Mengembangkan model perlindungan hukum dari potensi tuntutan legal yang tidak
objektif (nonmeritorious litigation).

• Meningkatkan kualitas audit (standar audit) untuk meningkatkan kualitas pelayanan


kepada pengguna laporan audit.

• Mengedukasi pengguna laporan audit tentang keterbatasan praktik audit.

Anggota profesi dapat meminimalkan potensi tuntutan legal melalui berbagai hal sbb.:

• Hanya berhubungan dengan klien yang memiliki integritas

• Menjaga independensi

• Memahami bisnis klien dengan baik

• Menjaga kualitas pelaksanaan audit

• Mendokumentasikan pekerjaan dengan tepat

• Mempraktikkan skeptisme profesional secara sehat (healthy professional skepticism)

Anda mungkin juga menyukai