Anda di halaman 1dari 8

* SERBA-SERBI OMICRON *

Sebenarnya saya agak malas menulis tentang Omicron. Rasanya teman-teman sudah
pada bosan kalau membaca cerita tentang Covid-19. Yang jadi masalah adalah dalam
beberapa hari ini saya menerima banyak konsulan, baik dari sanak-saudara maupun
teman yang tertular Covid. “Apa yang harus saya lakukan?” “Berapa lama saya harus
isoman?” dsb. Nah, daripada saya bolak-balik harus menjelaskan hal yang sama pada
kasus beda dikit, lebih baik saya membuat tulisan tentang tatalaksana varian Omicron
ini secara umum. Jadi kalau ada yang konsul ya tinggal diberi tulisan ini aja, hehehe.

INDONESIA MEMASUKI GELOMBANG 3 COVID-19

Kasus pertama Varian Omicron di Indonesia diumumkan pada tanggal 15 Desember


2021 lalu, salah satu dari tiga orang petugas kebersihan Wisma Atlet yang ditemukan
positif Covid-19. Mereka tanpa gejala, dan tidak pernah ke luar negeri. Sejak itu kasus
baru Covid-19 terus meroket, dan sejak 24 Januari 2022 Indonesia dinyatakan telah
memasuki Gelombang ketiga Covid-19. Hanya dalam kurun waktu 3 minggu jumlah
kasus baru sudah menyamai puncak tertinggi Gelombang kedua (15 Juli 2021) lalu. Ini
data yang tercatat lho. Di luar itu, yang tidak dilaporkan pasti lebih banyak lagi.

Jumlah kasus baru Gelombang 1-2-3 Covid-19 di Indonesia (data 12 Febr 2022)

AYO KENALAN DULU SAMA SI OMICRON

Varian Omicron pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan (24 November 2021). Tiga
hari kemudian WHO menetapkannya sebagai VOC (variant of concern), varian yang
harus diwaspadai. Benar juga, tidak sampai tiga bulan varian baru ini sudah menyebar
di 77 negara di dunia (8 Februari 2022). Varian B.1.1.529 ini memiliki lebih dari 50 titik
mutasi (Delta hanya 7 titik), di mana 32 titik di antaranya terletak di spike protein (S)
yang merupakan kunci bagi masuknya virus ke dalam sel tubuh manusia.
Beberapa fakta unik tentang varian Omicron.
1. Varian Omicron lebih mudah menular dibanding varian lain, termasuk Delta yang
menjadi biang keladi Gelombang 2 di Indonesia. Dikatakan bahwa Omicron 5 kali
lebih menular dibandingkan Delta. Orang yg terinfeksi Omicron bisa menyebarkan
virus ini ke orang lain, walaupun mereka OTG ataupun sudah divaksinasi.
2. Gejala penyakitnya mirip dengan varian terdahulu, walaupun ada beberapa gejala
yang lebih dominan dibandingkan gejala lainnya.
3. Dibandingkan varian sebelumnya (Delta), infeksi Omicron umumnya menyebabkan
dampak yang lebih ringan. TAPI walaupun tergolong ringan, bukan berarti varian
ini boleh disepelekan lho. Mengapa demikian?
 Omicron tetap bisa menyebabkan gejala berat dan kematian, khususnya pada
orang-orang yang rentan, seperti lansia, penderita komorbid, dan orang/anak yg
belum vaksinasi.
Dari data vaksinasi Covid-19 Nasional per tanggal 14 Febr 2022 tercatat bahwa
kelompok lansia yang mendapat 2 dosis baru 50,4% dan 3 dosis hanya 4,8%.
 Walaupun gejalanya relatif ringan, Omicron sangat menular sehingga dalam
waktu yang singkat jumlah kasusnya jadi amat tinggi. Bila secara total jumlah
kasusnya banyak, maka jumlah pasien yang membutuhkan oksigen meningkat,
yang butuh ICU meningkat, RS penuh dan over kapasitas, nakes pun berjatuhan,
banyak pasien tak tertangani dengan baik, akibatnya kematian pun meningkat.
Jadi sangat tidak etis bila ada orang yang mengatakan “Biarkan saja. Makin banyak
orang yang terkena infeksi Omicron secara alami makin baik. Kan nantinya akan
terbentuk herd immunity, dan pandemi ini akan berakhir.” Ini berarti “hukum rimba”
yang bicara. Yang lemah akan tersingkir, dan yang kuat akan survive. Bagaimana
kalau yang tersingkir itu adalah orang tua kita? Keluarga kita? Anak kita? Mikirrr.

Hukum rimba berbicara


BEDA GEJALA DELTA DAN OMICRON

Perlu diingat bahwa apakah kita berbicara tentang Omicron, Delta ataupun varian
lainnya, mereka tetap adalah virus SARS-CoV-2 yang sama. Pada dasarnya semua
varian mempunyai gejala yang sama, seperti demam, batuk, kesulitan nafas, linu-linu,
kelelahan, sakit kepala, nyeri tenggorok, hilangnya penciuman dan pengecapan, pilek,
mual/muntah, dan diare. Walaupun beberapa gejala lebih dominan pada Delta, yang
lain dominan pada Omicron, tapi perbedaan ini tidak bisa digunakan untuk diagnosa.
Beda gejala varian Omicron dan Delta

KENAPA OMICRON LEBIH MENULAR, SEDANG DELTA LEBIH MEMATIKAN?

Dari studi yang dilakukan di UK ditemukan bahwa Delta dan Omicron sama-sama
menginfeksi sel melalui reseptor ACE2. Bedanya, Delta tetap lengket di permukaan
sel (tidak masuk ke dalam sel), yang menyebabkan penularan virus yang sangat akut
dan berkembang biak cepat di paru-paru. Sementara Omicron masuk ke dalam sel,
hal ini menyebabkan ia bergerak lambat di jaringan paru. Cara masuk ke dalam sel
jaringan paru ini menjelaskan mengapa Delta dominan di jaringan paru (10 x Omicron)
dan mengakibatkan komplikasi serius di paru dan kematian. Sementara Omicron lebih
dominan di bronkus (70 x Delta). Hal ini yang menyebabkan ia lebih cepat menyebar
baik secara droplets maupun aerosol.

BAGAIMANA BISA TAHU BAHWA KITA SUDAH TERKENA VARIAN OMICRON?

Data Kemenkes 12 Februari 2022 menyebutkan bahwa jumlah penderita baru adalah
4.76 juta, 145 ribu di antaranya meninggal.
Apakah semuanya Omicron? Tidak. Kok gitu? Umumnya mereka yang terkonfirmasi di
atas, dasarnya adalah pemeriksaan PCR atau tes Antigen yang positif. Sayangnya
kedua pemeriksaan ini hanya mampu mendeteksi Covid-19, tidak dapat membedakan
variannya. Jadi orang yang hasil PCR atau tes Antigennya positif didiagnosa sebagai
konfirmasi Covid-19 saja, bukan Omicron.
Lalu, bagaimana caranya menentukan seseorang terkena varian Omicron? Untuk itu
diperlukan pemeriksaan khusus.
 Pemeriksaan SGTF atau S-Gene Target Failure. Tes PCR dilakukan dengan
mendeteksi gen-gen yang terkait dengan virus SARS-CoV-2, seperti spike (S),
nucleocapsid (N), ORF1ab, envelope (E), dan RdRp. Pada varian Omicron, gen
S tidak terdeteksi karena adanya mutasi, sedang gen-gen yang lain ada. Bila
pemeriksaan SGTF positif maka diagnosanya adalah probable Omicron.
 Pemeriksaan WGS atau Whole Genome Sequencing, prosedur laboratorium utk
mengurutkan keseluruhan susunan materi genetik (RNA) dr virus SARS-CoV-2.
Dengan WGS kita dapat menentukan varian SARS-CoV-2 (tidak hanya omicron)
bahkan menemukan varian baru. Bila pemeriksaan ini positif maka diagnosanya
adalah konfirmasi Omicron.
Sayang laboratorium yg bisa memeriksa SGTF amat terbatas, hanya ada di beberapa
kota besar saja. Apalagi laboratorium WGS tambah sedikit lagi, harganya pun mahal.
Jadi maklum bila tidak semua kasus terkonfirmasi Covid-19 diperiksa SGTF/WGS.

Perlu diingat bahwa dengan munculnya varian Omicron bukan berarti bahwa varian
Delta (dan varian lain) lalu menghilang dari muka bumi. Mereka tetap ada, mungkin
prosentasinya saja yang menurun, mengingat penularan Omicron yang begitu cepat.
Berapa perbandingannya? Kita tidak tahu karena di Indonesia WGS tidak dilakukan
secara rutin. Tapi karena saat ini Omicron lagi viral (semua bicara tentang Omicron)
maka kesannya semua yang positif Covid adalah Omicron. Padahal Tidak.

TATALAKSANA

Dalam Pedoman Tatalaksana Covid-19 Edisi-4 (Januari 2022) tatalaksana penderita


terkonfirmasi Covid-19 dibagi dalam 4 kategori:
1. Tanpa Gejala (Asimtomatis)
2. Derajat Ringan
3. Derajat Sedang
4. Derajat Berat atau Kritis
Untuk kelompok 1 dan 2 bisa isolasi mandiri di rumah atau fasilitas isolasi terpantau,
sedang untuk kelompok 3 dan 4 harus dirawat di rumah sakit.

Perjalanan penyakit varian Omicron


BAGAIMANA CARA ISOMAN YANG BENAR?
 Tidak beraktivitas diluar rumah. Jadi kalau lagi isoman ya jangan ke mal atau pasar.
 Hindari kontak dengan orang serumah. Jangan keluar kamar kalau tidak perlu. Bila
terpaksa harus melakukan kontak, pakailah masker dan jaga jarak 2 meter.
 Gunakan kamar yang terpisah dari orang serumah, kamar mandi tersendiri, syukur
kalau bisa di tingkat yang berbeda. Kamar harus memiliki ventilasi yang baik.
 Pakailah masker dengan benar (menutupi mulut DAN hidung), walaupun berada di
dalam kamar sendirian. Hal ini untuk menghindarkan percikan ludah dan aerosol di
dalam kamar pasien. Apalagi kalau keluar kamar atau berinteraksi dengan anggota
keluarga, wajib memakai masker.
 Gunakan semua perlengkapan secara terpisah, termasuk peralatan makan, mandi,
tempat sampah, dsb. Cuci alat makan dan pakaian secara terpisah, tidak campur
dengan milik anggota rumah lainnya.
 Bersihkan alat-alat dan perabot yang sering dipegang pasien (seperti handel pintu)
dengan desinfektan.
 Terapkan perilaku hidup sehat, seperti sering cuci tangan, banyak minum air putih
(8 gelas), makan bergizi, olahraga ringan, buka jendela kamar setiap hari (bila ada
sinar matahari yang masuk akan lebih baik), bersihkan kamar dengan desinfektan
setiap hari, menerapkan etika batuk, dsb.
 Ukur suhu dan kadar oksigen secara berkala, setiap pagi dan sore. Buat catatan!
 Konsultasi ke dokter melalui telemedicine bila ada masalah, antara lain suhu>38ºC,
SpO2 <93%, sesak, frekuensi nafas meningkat (ngongsrong), dsb.
 Lapor dan periksakan semua kontak serumah yang ada ke fasyankes terdekat agar
bisa dilakukan testing dan tracing.
Bila sulit untuk bisa melaksanakan isoman yang benar (misalnya karena kondisi fisik
rumah), sebaiknya isolasi di fasilitas isolasi terpantau (isoter).

BERAPA LAMA SAYA HARUS ISOLASI MANDIRI?

Menghitung lamanya isoman


Menghitung lamanya isoman : pakai RUMUS 10 + 3
 Untuk penderita konfirmasi Covid-19 tanpa gejala, isoman dilakukan selama 10
hari dihitung sejak pengambilan specimen untuk pemeriksaan PCR.
Catatan: Pengambilan swab di hari 1 dan 2 dilakukan untuk penegakkan diagnosa.
Bila pemeriksaan di hari pertama sudah positif, tidak perlu dilakukan pemeriksaan
kedua. Tapi bila pemeriksaan hari pertama negatif, perlu dilakukan pemeriksaan
ulang di hari kedua.
Setelah isoman selesai, pasien bisa lepas isolasi tanpa tes PCR ulang  sembuh!
 Untuk penderita dgn konfirmasi Covid-19 plus gejala ringan, isoman dilakukan
selama 10 hari plus 3 hari bebas demam dan gejala saluran nafas.
Bila gejalanya berlangsung lebih dr 10 hari maka isoman dilanjutkan sampai gejala
hilang plus 3 hari. Gejala yang harus hilang adalah demam, batuk, sesak, linu-linu.
Setelah isoman selesai, pasien bisa lepas isolasi tanpa tes PCR ulang  sembuh!

Contoh perhitungan:
 Tanggal 10 Febr seorang pasien (X) mengeluh demam, nyeri tenggorok dan batuk.
Tanggal 12 Febr diperiksa swab, PCR positif, tapi demamnya sudah turun.
Diagnosanya : Terkonfirmasi Covid-19 plus gejala ringan  dilakukan isoman di
rumah selama 10+3 hari.
Bila gejalanya hilang  20 Febr  10+10+3 = 23 Febr adalah hari terakhir isolasi,
tanggal 24 Febr lepas isolasi tanpa tes PCR ulang  sembuh!
Bila gejala hilang > 20 Febr, misalnya hilang tanggal 22 Febr + 3 = 25 Febr adalah
hari terakhir isolasi, tanggal 26 Febr lepas isolasi  sembuh!
 Tanggal 12 Febr anak pasien X ikut diperiksa swab PCR : positif, tidak ada gejala.
Diagnosanya : Terkonfirmasi Covid-19 tanpa gejala  isoman di rumah 10 hari.
Bila selama 10 hari isolasi tetap tidak ada gejala. Maka 12+10 = 22 Febr adalah
hari terakhir isolasi, tanggal 23 Febr lepas isolasi  sembuh!
 Catatan : Pemeriksaan tes PCR ulangan (follow up) hanya dilakukan pada pasien
Covid-19 dengan gejala berat dan kritis, dan dilakukan 10 hari setelah pengambilan
swab yang positif.

APAKAH ISOLASI MANDIRI HARUS 10 HARI? (nawar.com)


Masa isolasi pada orang bergejala ringan bisa diperpendek dengan syarat
 Sudah mengalami perbaikan klinis, dapat melakukan tes PCR mandiri pada hari
ke-5 dan ke-6, dua kali dengan selang waktu pemeriksaan 24 jam.
Bila hasil PCRnya negatif atau CT >35 dalam dua kali pemeriksaan berturut-turut 
dinyatakan sembuh.
 Bila tidak ada fasilitas PCR mandiri (bayar sendiri) maka isolasi tetap dilakukan
sampai hari 10+3.

Contoh : pada kasus pasien X di atas, isolasi dihitung mulai tanggal 10 Febr (yi gejala
pertama muncul). Tanggal 12 Febr demamnya reda. Bila tanggal 13 Febr batuk dan
nyeri tenggoroknya hilang, maka tanggal 15 dan 16 Febr bisa dilakukan tes PCR
mandiri. Dan bila dua kali PCR berturut-turut hasilnya negatif, dinyatakan sembuh.

OBAT GRATIS

Khusus bagi pasien Covid-19 tanpa gejala atau gejala ringan yang menjalani isoman
di rumah, Kemenkes RI telah menyediakan sejumlah layanan, seperti telemedicine dan
obat gratis. Sedangkan untuk mereka yang memiliki gejala sedang hingga berat wajib
dirawat di rumah sakit.
Cara mendapat obat isoman gratis

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi


1. Pasien harus melakukan tes PCR di laboratorium yang terafiliasi dengan sistem
New All Record (NAR) Kemenkes. Jadi tidak semua laboratorium bisa.
2. Bila tesnya positif maka laboratorium akan melaporkan ke sistem NAR, dan pasien
akan menerima pesan melalui WA dengan centang hijau.
3. Setelah ada pemberitahuan baru pasien bisa melakukan konsultasi secara online
dengan dokter melalui layanan telemedicine.
4. Selesai konsultasi, dokter akan memberi resep digital sesuai kondisi pasien.
5. Resep ini dapat ditebus secara online juga, dan pasien akan mendapat kiriman obat
melalui ekspedisi SiCepat.

Untuk pasien tanpa gejala akan menerima Paket A yang terdiri dari beberapa vitamin
seperti Vitamin C, D, Zinc, multivitamin, dsb untuk 10 hari.
Untuk pasien dengan gejala ringan akan menerima Paket B yang terdiri dari :
 Vitamin C, D, Zinc, multivitamin, dsb untuk 10 hari.
 Obat antivirus : biasanya salah satu dari sediaan di bawah ini
o Favipiravir @ 200mg untuk 5 hari, dosis 16-6-6-6-6 = 40 tab
o Molnupiravir @ 200 mg, dosis 2x4 tab selama 5 hari = 40 tab
o Kombinasi Nirmatrelvir 150mg, 2x2 tab, dan Ritonavir 100mg 2x1 tab selama
5 hari.
 Obat simtomatik, misalnya parasetamol bila demam.
Sebagai catatan, obat-obat di bawah ini sudah tidak dipakai lagi karena kurang efektif
 Ivermectin. Tidak disetujui oleh berbagai badan internasional seperti WHO, FDA
(Amerika), dan EMA (Uni Eropa). BPOM masih merekomendasikan obat ini sebagai
obat parasit (cacing).
 Klorokuin. Manfaat anti virusnya tidak ada, terbukti bisa berbahay untuk jantung.
 Oseltamivir. Ini adalah obat influenza. Tidak terbukti bermanfaat untuk Covid-19.
 Plasma convalescent. Tidak terbukti bermanfaat, mahal, dan prosesnya lama.
 Azithromycin. Ini adalah obat antibiotika, jadi untuk membunuh bakteri, dan tidak
terbukti bermanfaat untuk Covid-19.

SIMPULAN
1. Sejak akhir Januari 2022, Indonesia telah memasuki Gelombang ketiga Covid-19.
Diperkirakan penyebabnya didominasi oleh varian Omicron SARS-CoV-2.
2. Walaupun gejalanya relatif ringan, varian Omicron sangat menular sehingga dalam
waktu singkat jumlah kasusnya akan sangat tinggi, dengan akibat RS penuh dan
berpotensi kolaps akibatnya angka kematian akan meningkat.
3. Diagnosa varian Omicron tidak bisa ditegakkan berdasarkan gejala yang nampak.
Tes PCR dan Antigen juga tidak bisa digunakan untuk mengetahui varian Omicron.
Untuk itu diperlukan pemeriksaan yang khusus seperti SGTF dan WGS. Sayangnya
laboratorium yang bisa memeriksa masih amat terbatas.
4. Karena sebagian besar kasus Omicron gejalanya ringan, maka kunci penanganan
Covid-19 saat ini adalah ISOLASI MANDIRI (isoman), baik di rumah maupun di
fasilitas isolasi terpantau. Oleh karena itu, isoman harus dilaksanakan secara benar
dan bertanggungjawab.
5. Apapun variannya, pencegahannya Covid-19 tetap disiplin prokes dan selesaikan
vaksinasi tiga dosis.

Bersatu padu melawan Covid-19


Semoga bermanfaat dan tetap semangat!


Bojonegoro, 15 Februari 2022
Salam sehat (FXS)

Anda mungkin juga menyukai