Disusun Oleh:
Anggi Try Hutami P07220219078
Danis Imfroatul Kusnia P07220219084
Zumrotus Sholikah P07220219124
Dosen Pembimbing :
Ns. Andi Lis Arming Gandini, S. Kep., M. Kep
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Kritis
mengenai hasil-hasil penelitian dan Evidence Based Practice dalam
penatalaksanaan masalah pada kasus kritis APACHE-II dan FAST-HUGS selesai
ini tepat pada waktunya.
Sebagai manusia biasa yang tidak pernah luput dari kesalahan, begitu juga
halnya dengan kami. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini, baik dari segi penulisan maupun isi. Kamipun menerima
dengan lapang dada kritikan maupun saran yang sifatnya membangun dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki diri.
Walaupun dengan demikian, kami berharap dengan disusunya makalah ini
dapat memberikan sedikit gambaran mengenai hasil-hasil penelitian dan Evidance
Based Practice dalam penatalaksanaan masalah pada kasus kritis APACHE-II dan
FAST-HUGS Terimakasih.
Wassalamu'alaikum Wr.Wb
Kelompok 9
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut hasil penelitian Manik dalam Yanda, di rumah sakit haji
medan tahun 2010-2012 terdapat 132 penderita ppok dan14 diantaranya
meninggal dunia.4 Kegagalan pernapasan akut sering dikaitkan dengan
infeksi paru, infeksi yang paling umum adalah pneumonia. Angka kematian
di ICU perlu diprediksi dengan baik hal ini dikarenakan dapat menjadi
bantuan dalam hal pemantauan informasi pada pasien itu sendiri yang ada
hubungannya dengan kondisi dan korelasi antara penyakit pasien yang terjadi.
Dalam prediksi kematian bukan prediksi kinerja, evaluasi yang diberikan dan
difokuskan kepada pasien yang mengalami disfungsi organ sangat membantu
dalam hal prognosis penyakit pasien dan penanganan yang cepat dan tepat
terhadap apsien sehingga menurunkan angka disfungsi organ yang lain
kepada pasien, dimana kegagalan organ ada hubungan dengan meningkatnya
mortalitas pasien ICU. Skoring ICU terdapat penialaian seperti APACH dan
sejumlah skor yang lainnya untuk digunakan mengetahui mortalitas pasien
dan juga untuk menilai prognosis pasien. Skoring digunakan untuk membuat
perkiraan terkait perkembangan kesehatan pasien yang sedang dirawat di ICU
baik dalam kondisi sembuh ataupun dalam kondisi pasien meninggal. Skoring
APACHE II juga berfungsi untuk melihat perkembangan pasien terkait
kematian, tingkat keparahan suatu penyakit dan berapa lama perawatan
dilakukan kepada pasien. Sehat karena itu maka skoring APACHE II sangat
diperlukan untuk ruangan kritis seperti ICU. Hal ini akan membuat perawat
dan dokter mudah dalam menentukan prognosa diagnosa terhadap pasien
yang sedang dirawat pada ruangna ICU
Intervensi berbasis FAST-HUGS kesadaran baru-baru ini terbukti
efektif untuk pengobatan nyeri kronis dengan ukuran efek kecil hingga
sedang pada nyeri dan depresi.Veehof dkk., 2011). Terapi berbasis kesadaran,
dan khususnya terapi kognitif berbasis kesadaran (MBCT), juga telah terbukti
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa Hasil Penelitian dan Evidence Based Practice APACHE II dan FAST
HUGS
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami mengenai hasil-hasil penelitian dan Evidence
Based Practice dalam penatalaksanaan masalah pada kasus kritis
APACHE-II dan FAST-HUGS
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai
a. Hasil Penelitian dan Evidence Based Practice APACH EII dan FAST
HUGS
D. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya pada
penyusun maupun para pembaca yang terdiri dari segi pengetahuan dan
pemahaman tentang hasil-hasil penelitian dan Evidence Based Practice
dalam penatalaksanaan masalah pada kasus kritis APACHE-II dan FAST-
HUGS
E. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari Tiga BAB yang disusun secara sistematik
dengan urutan sebagai berikut :
1. BAB 1 Terdiri dari : Latar belakang, Rumusan masalah, Tujuan, Manfaat,
dan Sistematika penulisan
2. BAB II Tinjauan Pustaka Terdiri dari :
a. APACHE II
b. FAST-HUGS
3. BAB II Pembahasan Terdiri dari :
a. Hasil Penelitian dan Evidence Based Practice APACHE II dan FAST
HUGS
4. BAB III Terdiri dari : Kesimpulan dan Saran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. APACHE II
1. Pengertian
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan ICU di rumah sakit, ICU digunakan untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita
penyakit, cedera atau penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau
potensial mengancam nyawa dengan prognosis dubia yang diharapkan
masih reversible (Kemenkes RI, 2010). Ruang Perawatan Intensif
(Intensive Care Unit= ICU) adalah bagian dari bangunan rumah sakit
dengan kategori pelayanan kritis, selain instalasi bedah dan instalasi gawat
darurat (Depkes RI 2012). Sistem skoring APACHE II dikembangkan oleh
Knauset et al pada tahun 1985. Sistem skoring ini berkembang dengan
sangat cepat dan banyak digunakan pada pasien ICU di Amerika Serikat.
Sistem skoring APACHE II terdiri dari tiga variabel, yang pertama variabel
fisiologi akut, yang kedua variabel usia, dan yang ketiga variabel penyakit
kronik penyerta (komorbid).
Skor APACHE II pertama kali dikembangkan oleh Knaus dkk.,
pada tahun 1985 dengan menggunakan tiga komponen penilaian; acute
physiological score (APS), komponen terbesar yang diturunkan dari 12
pengukuran klinis yang didapatkan dalam 24 jam perawatan di Instalasi
Rawat Inap. Hasil pengukuran yang paling abnormal dipergunakan untuk
menghasilkan komponen APS untuk skor APACHE II. Jika ada variabel
yang tidak diukur maka dianggap memiliki nilai 0. Penilaian APACHE II
hingga saat ini masih menjadi pilihan sebagai predictor mortalitas pasien
yang dirawat di IRI. Namun, ada beberapa kendala yang ditemukan pada
penilaian APACHE II seperti biaya yang lebih besar akibat banyak variabel
laboratorium yang diperiksa dan waktu untuk mendapatkan hasil yang
4
5
2. Penjelasan
didirikan secara rutin. Khususnya pada pasien bedah saraf yang rapuh,
kondisi klinis dapat berubah dan butuh perawatan khusus segera. Dari
proses penilaian kritis,skor APACHE II dan kinerja prediksi kematian di
ICU subspesialisasi yang memiliki campuran kasus yang berbeda dan
providermix yang berbeda seperti ICU bedah saraf. Ketidakcocokan
antara implikasi prediktif, terutama pada beberapa kondisi penyakit bedah
saraf spesifik yang tidak digeneralisasi dengan yang lain, disebutkan.
Karena itu, studi retrospektif ini dilakukan untuk menyajikan tingkat
keparahan penyakit dengan mengakui APACHE II skor di antara pasien
ICU bedah saraf, untuk memprediksi angka kematian yang mencerminkan
kinerja APACHE II, dan untuk mengevaluasi hubungan parameter skor
APACHE II seolah-olah mereka dapat memperkirakan lama tinggal di
rumah sakit.
3. Metode
7
B. FAST-HUG
FAST HUG adalah mnemonik yang digunakan di unit perawatan
intensif (ICU) untuk membantu para profesional kesehatan di persiapan
putaran pasien, membantu mengidentifikasi dan mencegah kesalahan
pengobatan, meningkatkan keamanan pasien, dan maksimalkan intervensi
terapeutik. FAST HUG adalah daftar periksa mental yang menyoroti aspek -
aspek kunci dalam perawatan umum pada pasien yang sakit kritis. Para
mnemonik menekankan pentingnya hal berikut dalam praktik klinis:
pemberian makan, analgesia, sedasi, profilaksis tromboembolik, kepala
elevasi tempat tidur, profilaksis ulser stress dan kontrol Glyemic. FAST HUG
dapat diterapkan pada semua pasien ICU.
FAST HUG dirancang oleh Jean-Louis Vincent, MD, PHD, FCCM
dan digunakan di berbagai institusi di seluruh negeri untuk membantu
memberikan perawatan yang aman, efisien dan efektif kepada pasien ICU. Ini
memungkinkan anggota tim ICU (yaitu dokter, perawat, apoteker) untuk
8
2. Analgestic
Analgesia didefinisikan sebagai sensasi tumpul atau tidak adanya
rangsangan nyeri atau radang. Pasien dirawat di ICU umumnya mengalami
sejumlah rangsangan yang bisa menimbulkan rasa sakit, termasuk:
penyakit yang sudah ada sebelumnya, prosedur invasif, luka traumatis, alat
pemantau invasif dan non-invasif, asuhan keperawatan rutin dan imobilitas
berkepanjangan. Rangsangan ini dapat mempengaruhi pemulihan fisiologis
dan psikologis yang mengarah ke aktivitas tidur yang tidak memadai,
disfungsi paru dan respons stres akut yang dapat bermanifestasi sebagai
imunosupresi, hiperkoagulabilitas, katabolisme protein dan peningkatan
konsumsi oksigen miokard. Pada tahun 2002, komisi bersama untuk
Akreditasi Organisasi Kesehatan menekankan pentingnya manajemen nyeri
dengan memasukkan tingkat nyeri sebagai salah satu tanda vital.
Penilaian nyeri harus dilakukan secara sistematis dengan menggunakan
sejumlah nilai yang divalidasi. Skala subjektif ini termasuk, namun tidak
terbatas pada:
Wong-Baker FACES Pain Rating Scale:
3. Sedation
Pasien di ICU sering mengalami sejumlah situasi yang
menimbulkan kecemasan. Situasi ini termasuk pada: ketidakmampuan
untuk berkomunikasi dengan anggota keluarga atau profesional kesehatan,
kebisingan yang berlebihan akibat alarm, pencahayaan prosedural,
13
stimulasi berlebihan yang diperlukan untuk menilai pasien dan tidur yang
kurang. Kecemasan ini dapat berkembang menjadi perkembangan agitasi
yang terjadi setidaknya satu kali pada 71% pasien medis / bedah.
Agitasi didefinisikan sebagai keadaan kegelisahan psikologis atau fisik.
Penyebabnya meliputi kecemasan, delirium, rasa sakit yang tidak terkontrol
dan pengobatan / penarikan obat. Konsekuensi agitasi meliputi disfungsi
ventilator, peningkatan konsumsi oksigen dan pelepsan peralatan dan
kateter yang tidak disengaja. Metode yang paling efektif dalam mengobati
agitasi adalah untuk mengobati dan / atau mencegah penyebab yang
mendasarinya. Di ICU, obat penenang digunakan untuk mengobati
komponen kegelisahan.
Sedasi di ICU dicapai melalui sejumlah obat, dari berbagai kelas
pengobatan. Propofol biasanya digunakan sebagai obat penenang lini
pertama. Ini adalah agen anestesi / hipnotis yang dikenal dengan onset
cepat dan durasi pendeknya. Hipotensi sekunder akibat vasodilatasi perifer
sering terjadi (3-26%) dengan obat ini. Propofol merupakan emulsi oleh
karena itu pasien dengan hipertrigliseridemia dan pankreatitis harus
diaawasi. Sindrom infus terkait Propofol (PRIS) yang ditandai dengan
disritmia, gagal jantung, asidosis metabolik, dan / atau rhabdomyolysis
telah dilaporkan dengan pemberian dosis tinggi (biasanya lebih dari 83 mcg
/ kg / menit).
Benzodiazepin seperti diazepam, lorazepam dan midazolam
digunakan untuk sedasi. Diazepam dan midazolam adalah agen akting
cepat dengan jangka waktu yang singkat. Diazepam dimetabolisme
menjadi produk kerja lama yang terakumulasi dengan cepat dengan dosis
berulang. Disfungsi ginjal dan hati harus dipantau pada pasien yang
menerima midazolam, karena obat ini memiliki metabolit yang bisa
menumpuk. Lorazepam memiliki onset dan durasi yang lebih lama
dibandingkan dengan diazepam dan midazolam. Injeksi Lorazepam juga
mengandung propilen glikol sebagai zat pembawa (vehikulum) dan pasien
harus dipantau untuk pengembangan toksisitas (misalnya asidosis laktat).
14
4. Thromboembolic prophylaxis
Tromboemboli vena (VTE) dapat bermanifestasi sebagai trombosis
vena dalam (DVT) atau emboli paru (pulmonary embolism / PE). Faktor
risiko meliputi stasis vena, cedera vaskular dan gangguan hiperkoagulabel.
Sebagian besar pasien ICU memiliki setidaknya satu faktor risiko untuk
VTE; Faktor risiko tambahan dianggap memiliki efek kumulatif. Risiko
spesifik untuk pasien ICU meliputi operasi, trauma, imobilitas, keganasan,
usia, jantung atau kegagalan pernafasan, obesitas, merokok dan kateter
vena sentral.
7. Glucose control
□ Tidak dapat terapi analgesik □ Tidak dapat terapi analgesik □ Tidak dapat terapi analgesik
Sedation* RASS Score : ( ) RASS Score : ( ) RASS Score : ( )
Obat-obatan : Obat-obatan : Obat-obatan :
□ Tidak dapat terapi sedasi □ Tidak dapat terapi sedasi □ Tidak dapat terapi sedasi
Thromboembolic □ Iya : □ Antikoagulan □ Iya : □ Antikoagulan □ Iya : □ Antikoagulan
Prophylaxis □ Antiembolic-stocking □ Antiembolic-stocking □ Antiembolic-stocking
□ IPC □ IPC □ IPC
□ Tidak □ Tidak □ Tidak
Head elevation* □ Iya (>30o) □ Tidak □ Iya (>30o) □ Tidak □ Iya (>30o) □ Tidak
Ulcer prevention* □ Iya □ Tidak □ Iya □ Tidak □ Iya □ Tidak
23
Glucose control* Pemeriksaan GDS? □ Iya □ Tidak Pemeriksaan GDS? □ Iya □ Tidak Pemeriksaan GDS? □ Iya □ Tidak
Penatalaksanaan □ Terapi oral Penatalaksanaan □ Terapi oral Penatalaksanaan □ Terapi oral
□ Terapi insulin □ Terapi insulin □ Terapi insulin
GDS < 80 □ Iya □ Tidak GDS < 80 □ Iya □ Tidak GDS < 80 □ Iya □ Tidak
GDS > 180 □ Iya □ Tidak GDS > 180 □ Iya □ Tidak GDS > 180 □ Iya □ Tidak
Rekomendasi/Catatan : Rekomendasi/Catatan : Rekomendasi/Catatan :
REVIEW JOURNAL
Kelompok 9
Judul Acute Physiology and Chronic Health Evaluation (APACHE) II
Pada Angka Kematian Pasien Gagal Nafas
Journal Jurnal Antara Keperawatan
Volume dan halaman Vol. 4 dan 10 halaman
Tahun 2021
Penulis Bambang Suryadi dan Nurul Ainul Shifa
Reviewer Kelompok 9
Tanggal reviewer 23 Februari 2022
Latar belakang Angka kematian pasien gagal nafas masih menjadi angka kejadian
yang terus terjadi meskipun zaman sudah semakin maju dan
intervensi sudah cukup berkembang.
Permasalahan Angka kematian di ICU perlu diprediksi dengan baik hal ini
dikarenakan dapat menjadi bantuan dalam hal pemantauan
informasi pada pasien itu sendiri yang ada hubungannya dengan
kondisi dan korelasi antara penyakit pasien yang terjadi. Dalam
prediksi kematian bukan prediksi kinerja, evaluasi yang diberikan
dan difokuskan kepada pasien yang mengalami disfungsi organ
sangat membantu dalam hal prognosis penyakit pasien dan
24
25
REVIEW JOURNAL
Kelompok 9
Judul Parent’s Perspectives of School-Age Anxiety Responses Get IV
Instalation
Journal OISAA J. Indonesia. Emas
Volume dan halaman Volume 4 halaman 71-76
Tahun 2021
Penulis Indira Mastura Pulungan dan Nur Asnah Sitohang
Reviewer Kelompok 9
Tanggal Reviewer 24 Februari 2022
Latar Belakang Prosedur pemasangan IV merupakan prosedur invasive yang
ditakuti anak-anak karena penggunaan jarum suntik. Posedur IV
dapat menyebabkan kecemasan bagi anak. Kecemasan anak
ditunjukkan dengan rasa khawatir, cemas, dan keluhan fisik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana respon
kecemasan anak uutuk mendapatkan pemasangan infus
berdasarkan perspektif orang tua.
Permasalahan Pemasangan IV adalah tindakan yang dilakukan untuk
memberikan cairan berupa obat atau vitamin kepada pasien yang
mengalami gangguan cairan atau nutrisi parah. Pemasangan cairan
IV diberikan dalam waktu yang lama dan dilakukan dengan cara
memasukkan alat ke dalam vena antara lain vena sefalika, ven
afemoralis, dan vena temporalis. Prosedure ini dapat menimbulkan
ketidaknyamanan dan kecemasan sebelum melakukan tindakan,
terutama pada anak yang akan dirawat di rumah sakit.
Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecemasan anak
usia sekolah yang pernah dilakukan pemasangan IV dengan jangka
28
Objek penelitian Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total
sampling dengan 69 responden, dengan responden dalam
penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak usia sekolah
dengan pengalaman pemasangan IV maksimal 2 tahun terakhir.
Hasil penelitian Hasil penelitian ini memberikan gambaran dan gambaran tentang
respon kecemasan anak usia sekolah mendapatkan pemasangan IV
ditempatkan berdasarkan persepsi orang tua. Hasil penelitian ini
juga akan dideskripsikan karakteristik anak usia sekolah yaitu
berdasarkan jenis kelamin, pengalaman anak, dan usia terakhir
mendapatkan pemasangan IV. Hasil karakteristik responden
didapatkan bahwa sebagian besar anak berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 62% anak, mayoritas anak berusia 6 tahun, 33%
responden dengan pengalaman pemasangan IV mayoritas dialami
oleh anak yang mendapatkan pemasangan IV pertama kali pada
48% responden.
Kelebihan penelitian Penelitian ini menunjkkan hasil dengan data-data yang akurat
disertai dengan presentase sample sehingga pembaca dapat
melihat data yang ada, terutama data untuk kecemasan anak usia
sekolah ketika dilakukan pemasangan IV.
Kekurangan penelitian Di dalam penelitian ini tidak dipaparkan untuk dilakukannya
perbaikan atau tambahan dalam penelitian selanjutkan.
Diskusi Dalam penelitian ini, peneliti menyelidiki kececemasan pada anak
usia sekolah yang pernah mendapatkan pengalaman pemasangan
infus 2 tahun terakhir. Penelitian ini juga dapat mengetahui
29
A. Kesimpulan
APACHE II dan FAST-HUG merupakan metode atau teknik yang
biasanya digunakan di ruang intensif seperti ICU. Masing-masing
metode ini memiliki tujuan. Tujuan dari metode APACHE II adalah
untuk membuat perkiraan terkait perkembangan kesehatan pasien yang
sedang dirawat di ICU baik dalam kondisi sembuh ataupun dalam
kondisi pasien meninggal. Sedangkan Tujuan dari FAST-HUG adalah
untuk membantu persiapan putaran pasien, membantu mengidentifikasi
dan mencegah kesalahan pengobatan, meningkatkan keamanan pasien,
dan maksimalkan intervensi terapeutik.
Sebenarnya tujuan kedua metode ini sama hanya saja tiap-tiap
metode memiliki kriteria dan pemenuhan atau target yang harus dicapai
untuk memudahkan melaksanakan tindakan keperawatan dan memenuhi
kebutuhan pasien itu sendiri.
B. Saran
Mungkin akan lebih baik lagi jika adanya saran dan kritik yang
sifatnya membangun dari semua pihak demi penyempurnaan makalah ini,
namun sebagai manusia biasa hanya bisa berharap semoga bisa
bermanfaat dan mudah-mudahan memenuhi fungsi sebagaimana
mestinya.
30
DAFTAR PUSTAKA
Fox, KC, Zakarauskas, P., Dixon, M., Ellamil, M., Thompson, E., dan Christoff,
K. (2012). Pengalaman meditasi memprediksi akurasi introspektif.PLoS
SATU7:e45370. doi: 10.1371/journal.pone.0045370
Chiavone PA, Sens YA. Evaluation of APACHI II system among intensive care
patiens at teaching hospital. Sao Paulo Med J 2003
Mehling, KAMI, Harga, C., Daubenmier, JJ, Acree, M., Bartmess, E., dan Stewart,
A.(2012). Penilaian multidimensi kesadaran interoseptif (MAIA). PLoS
SATU7:e48230. doi: 10.1371/journal.pone.0048230
31