OLEH
21089142025
2018)
dihubungkan dengan kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau
peningkatan kadar glukosa dalam darah dan selalu disertai dengan komplikasi dari
(Amanda, 2022)
2. Epidemiologi
satu dari empat penyakit tidak menular prioritas yang menjadi target tindak lanjut
oleh para pemimpin dunia. Jumlah kasus dan prevalensi diabetes terus meningkat
premature di seluruh dunia, tetapi penyakit ini juga adalah penyebab utama
Federation (IDF) memperkirakan sedikitnya terdapat 436 juta orang pada usia 20-
70 tahun di dunia menderita diabetes pada tahun 2019 atau setara dengan angka
prevalensi sebesar 9,3% dari total penduduk pada usia yang sama. Jika
diabetes di tahun 2019 yaitu 9% pada perempuan dan 9,65% pada laki-laki.
diprediksi terus meningkat hingga mencapai 578 juta di tahun 2030 dan 700 juta
di tahun 2045.
Afrika Utara dan Pasifik Barat menempati peringkat pertama dan kedua dengan
prevalensi diabetes pada penduduk umur 20-79 tahun sebesar 12,2% dan 11,4%.
Peringkat ketiga ditempati oleh wilayah Asia Tenggara dimana Indonesia berada
diabetes pada penduduk umur 20-79 tahun pada beberapa negara di dunia yang
Cina, India, dan Amerika Serikat menempati urutan ketiga teratas dengan jumlah
penderita 116,4 juta, 77 juta, dan 31 juta orang. Indonesia berada di peringkat
ketujuh diantara 10 negara dengan jumlah penderita terbanyak, yaitu sebesar 10,7
juta orang. Indonesia merupakan satu-satunya negara di Asia Tenggara yang ada
2020)
3. Penyebab/Faktor Predisposisi
melitus adalah
a) Kegemukan (Berat badan lebih /IMT > 23 kg/m2) dan Lingkar Perut (Pria >
f) Diet tidak seimbang (tinggi gula, garam, lemak dan rendah serat)
g) Faktor riwayat keluarga atau keturunan, yaitu ketika seseorang akan lebih
memiliki risiko terkena diabetes tipe 1 jika ada anggota keluarga yang
h) Faktor geografi, orang yang tinggal di daerah yang jauh dari garis khatulistiwa,
seperti di Finlandia dan Sardinia, berisiko terkena diabetes tipe 1. Hal ini
i) Faktor usia. Penyakit ini paling banyak terdeteksi pada anak-anak usia 4–7
j) Faktor pemicu lainnya, seperti mengonsumsi susu sapi pada usia terlalu dini,
air yang mengandung natrium nitrat, sereal dan gluten sebelum usia 4 bulan
4. Patofisiologi
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur
oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan
dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut
muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke
dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang
(pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino dan substansi lain), namun
pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih
merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang
seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila
hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula
berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel.
Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian
reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes
pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk
insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini
terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan
dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian,
jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin,
maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi
gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih
terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak
dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik
tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia
lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung
lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat
berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering
bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka
pada kulit yang lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur
Hiperglikemia
Anabolisme
protein Glikorusia
glukogenesis
Kerusakan pada
antibody Osmotik Diuresis
kotogenesis
Kekebalan tubuh
darah Dehidrasi
Cadangan lemak dan
protein menurun
Resiko
infeksi Hemokonsentrasis Kekurangan
volume cairan
BB menurun
Trombosis
Gangguan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
Aterosklerosis
gengren
Pengeluaran
Nyeri akut Histamin Dan
Prostagladin
Gangguan
integritas kulit
5. Klasifikasi
a. Klasifikasi klinis :
1) DM
a) Tipe I : IDDM
autoimun
b) Tipe II : NIDDM
Disebakan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin. Resistensi
3) Diabetes kehamilan
Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan
selulitis.
6. Gejala Klinis
Diabetes tipe 1 dapat berkembang dengan cepat dalam beberapa minggu, bahkan
beberapa hari saja. Sedangkan pada diabetes tipe 2, banyak penderitanya yang
karena gejalanya cenderung tidak spesifik. Beberapa ciri-ciri diabetes tipe 1 dan
tipe 2 meliputi:
Terdapat keton dalam urine. Keton adalah produk sisa dari pemecahan otot
dan lemak akibat tubuh tidak dapat menggunakan gula sebagai sumber energi.
Lemas.
Pandangan kabur.
kemih.
Beberapa gejala lain juga bisa menjadi ciri-ciri bahwa seseorang mengalami
Mulut kering.
Rasa terbakar, kaku, dan nyeri pada kaki.
Gatal-gatal.
Mudah tersinggung.
Beberapa orang dapat mengalami kondisi prediabetes, yaitu kondisi ketika glukosa
dalam darah di atas normal, namun tidak cukup tinggi untuk didiagnosis sebagai
7. Pemeriksaan Fisik
(menurun atau tidak), kemudian bulu pada jempol kaki berkurang (-)
2 Palpasi : akral teraba dingin, kulit pecah - -pecah , pucat, kering yang tidak
normal, pada ulkus terbentuk kalus yang tebal atau bisa jugaterapa lembek.
ulkus
9. Diagnosis/criteria diagnosis
1 Gejala klasik DM dengan glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/ dl (11.1 mmol/L).
Glukosa darah sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari
2 Kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/ dl (7.0 mmol/L). Puasa adalah pasien
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka
atau Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT) tergantung dari hasil yang
dipeoleh : TGT : glukosa darah plasma 2 jam setelah beban antara 140199
mg/dl (7,8-11,0 mmol/L) GDPT : glukosa darah puasa antara 100 – 125 mg/dl
(5,6-6,9 mmol/L)
a Medis
2 Insulin
b Hiperglikemi berat
diabetikum.
b Neucrotomi
c Amputasi
1 Diet
glukosa.
2 Latihan
ulkus.
3 Pemantauan
4 Terapi insulin
5 Penyuluhan kesehatan
menghindarinya.
6 Nutrisi
Nutrisi disini berperan penting untuk penyembuhan luka
7 Stress Mekanik
tidur jika diperlukan. Dan setiap hari tumit kaki harus selalu
Tindakan pembedahan
lain :
Bare, 2005)
11. Komplikasi
Menurut (Reynaldo, 2021) Ulkus diabetic merupakan salah satu komplikasi akut
yang terjadi pada penderita Diabetes Millitus tapi ulkus diabetic antara lain :
1) komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat ketidak seimbangan jangka pendek dari
komplikasi akut
2) komplikasi kronik
menyerang pembuluh darah kecil bisa menyerang mata (retinopati ), dan gagal
ginjal. Komplikasi kronik yang ke tiga yaitu neupati yang mengenai saraf. Dan
3) komplikasi jangka panjang dapat juga terjadi antara lain, menyababkan penyakit
jantung dan gagal ginjal, impoten dan infeksi, gangguan penglihatan ( mata
dapat terjadi seperti infeksi jika perawatan luka tidak di tangani dengan prinsip
normal
1. Pengkajian Keperawatan
dapat berhubungan dengan klien keluarga juga orang terdekat atau masyarakat.
Proses keperawatan mendokumentasikan kontribusi perawat dalam mengurangi /
1) Pengkajian
a. Pengumpulan data
b. Anamnese
a) Identitas penderita
status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit
b)Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun,
adanya luka yang tidak - sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang
f) Riwayat psikososial
penyakit penderita.
2) Pemeriksaan fisik
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan
c. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan
d. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah
terjadi infeksi.
e. Sistem kardiovaskuler
f. Sistem gastrointestinal
g. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
h. Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah,
i. Sistem neurologis
3) Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl
b. Urine
dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna
pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
c. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
4) Analisa Data
Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokan dan dilakukan analisa serta
sintesa data. Dalam mengelompokan data dibedakan atas data subyektif dan data
obyektif dan berpedoman pada teori Abraham Maslow yang terdiri dari :
Data yang telah dikelompokkan tadi di analisa sehingga dapat diambil kesimpulan
kurang
2) Defisit volume cairan b/d kehilangan volume cairan secara aktif, kegagalan
mekanisme pengaturan
ekstremitas bawah
5) Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat
0 KEPERAW
ATAN
Dengan Kriteria
hasil : oral hygiene tidak kosong
pasien kebutuhan
meningkat
3. Tidak adanya
tanda
malnutrisi
cairan b/d lakukan tindakan 2. Atur intake cairan dan output pasien
Output
seimbangan
2. Tekanan
darah dalam
batas Normal
TD :
120/80mmH
Suhu : 36 C
N : 80x /
menit
RR : 20 x/
menit
2. Tidak luka
adanya
tanda
infeksi
3. ketebalan
dan tekstur
jaringan
normal
TD : membantu
g nyeri
Suhu : 36 C
N : 80x /
menit
RR : 20 x/
menit
2. Tampak
rileks dan
istirahat
dengan baik
3. pasien
mengatan
nyeri
berkurang
atau hilang
infeksi pemberian
2. Menunjukka antibiotik
n perilaku
hidup sehat
DAFTAR PUSTAKA
Di, M., Kota, P., Oktorina, R., Juwita, L., & Wahyuni, A. (2022). Pendidikan Kesehatan
Fatimah, R. N. (2019). Diabetes Melitus Tipe 2 [ Artikel Review ] Diabetes Melitus Tipe 2.
Hartanti, Pudjibudojo, J. K., Aditama, L., & Rahayu, R. P. (2021). Pencegahan dan
https://dinkes.kalbarprov.go.id/wp-content/uploads/2019/03/Laporan-Riskesdas-2018-
Nasional.pdf
https://doi.org/10.23917/biomedika.v13i1.13544
Nyoman, N., Udayani, W., Mesi, P., & Adnyani, D. (2022). ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA
Regina, C. C., Mu’ti, A., & Fitriany, E. (2021). Systematic Review Tentang Pengaruh
Obesitas Terhadap Kejadian Komplikasi Diabetes Melitus Tipe Dua. Verdure: Health
http://jurnal.stikesmm.ac.id/index.php/verdure/article/view/129
Reynaldo, G. (2021). Penanganan Diabetes Melitus Tipe 1 pada Anak dengan Komplikasi
52–56.
Rosa & Anwar. (2020). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Hipoglikemia Pada Diabetes
Melitus di RSUD Embung Fatimah Kota Batam. Sereal Untuk, 8(1), 51.