Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

KOMPLEMENTER PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI

OLEH :

1. Kadek Dewi Muliawati (21089142019)


2. Ni Made Dwi Setyani (21089142052)
3. I Gusti Ngurah Eka Nugraha (21089142012)
4. I Gusti Ayu Merta Sari (21089142002)
5. Ida Ayu Putu Desta Candra Devi (21089142018)
6. Ni Nengah Paniari (21089142053)
7. Putu Sisma Pitriani (21089142071)
8. Ketut Agus Sudiyasa (21089142025)
9. Luh Putu Indra Kartini (21089142037)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

PROGRAM STUDI FROFESI NERS

2022
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN
DENGAN KASUS HIPERTENSI

1. Pengertian
Hipertensi adalah nama lain dari tekanan darah tinggi. Tekanan darah itu sendiri
adalah kekuatan aliran darah dari jantung yang mendorong dinding pembuluh darah
(arteri). Kekuatan tekanan darah ini bisa berubah dari waktu ke waktu, dipengaruhi oleh
aktivitas apa yang sedang dilakukan jantung (misalnya sedang berolahraga atau dalam
keadaan normal/istirahat) dan daya tahan pembuluh darahnya. Hipertensi adalah kondisi
di mana tekanan darah lebih tinggi dari 140/90 milimeter merkuri (mmHG). Angka
140 mmHG merujuk pada bacaan sistolik, ketika jantung memompa darah ke seluruh
tubuh. Sementara itu, angka 90 mmHG mengacu pada bacaan diastolik, ketika jantung
dalam keadaan rileks sembari mengisi ulang bilik-biliknya dengan darah.

2. Tanda dan Gejala


Adapun tanda gejala yang ditimbulkan jika seseorang menderita hipertensi antara lain:
1. Sakit kepala parah
2. Pusing
3. Penglihatan buram
4. Mual
5. Telinga berdenging
6. Detak jantung tak teratur
7. Kelelahan
8. Nyeri dada
9. Sulit bernapas
3. Pohon Masalah
Hipertensi

Kerusakan vaskular pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah

Vasokontriksi

Gangguan sirkulasi

Otak

Resistensi pembuluh darah otak

Nyeri akut Gangguan pola tidur

4. Pengkajian Keperawatan
A. Identitas klien
Terdiri dari nama pasien, tangga lahir, umur, jenis kelamin, alamat, no telepon,
pekerjaan, dan bahasa sehari-hari.
B. Keluhan utama dan riwayat penyakit
Kaji keluhan yang dirasakan pasien saat ini sehingga mengganggu aktivitas sehari-
hari
C. Pemeriksaan tanda vital
Pemeriksaan tanda vital merupakan bagian dari data dasar yang dikumpulkan oleh
perawat selama pengkajian. Perawat mengkaji tanda vital kapan saja klien masuk ke
bagian perawatan kesehatan. Tanda vital dimasukkan ke pengkajian fisik secara
menyeluruh atau diukur satu persatu untuk mengkaji kondisi klien. Penetapan data
dasar dari tanda vital selama pemeriksaan fisik rutin merupakan kontrol terhadap
kejadian yang akan datang.
D. Pemeriksaan per sistem tubuh
Melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap pasien sesuai dengan sistem
tubuh. Sistem tubuh yang dlakukan pemeriksaan antara lain:
 Sistem pernafasan
 Sistem kardiovaskular
 Sistem pencernaan
 Sistem integument
 Sistem musculoskeletal
 Sistem penglihatan dan pendengaran
 Sistem neurologis
 Sistem perkemihan
 Sistem reproduksi
 Nutrisi dan activity daily living
 Pola istirahat
 Psiko-sosial-spiritual
E. Pemeriksaan penunjang
Kaji data penunjang apabila ada seperti kadar gula darah, kolesterol, asam urat
F. Pemeriksaan skala nyeri dan tingkat kecemasan
1. Skala Nyeri
a) Pada Skala 1 (Sangat Ringan / Very Mild)
Rasa nyeri hampir tak terasa. Sangat ringan, seperti gigitan nyamuk. Sebagian
besar waktu Anda tidak pernah berpikir tentang rasa sakit.
b) Pada Skala 2 (Tidak Nyaman / Discomforting)
Nyeri ringan, seperti cubitan ringan pada kulit. Mengganggu dan mungkin
memiliki kedutan kuat sesekali. Reaksi ini berbeda-beda untuk setiap orang.
c) Pada Skala 3 (Bisa Ditoleransi / Tolerable)
Rasa nyeri sangat terasa, seperti pukulan ke hidung menyebabkan hidung
berdarah, atau suntikan oleh dokter. Nyeri terlihat dan mengganggu, namun
Anda masih bisa bereaksi untuk beradaptasi.
d) Pada Skala 4 (Menyedihkan / Distressing)
Kuat, nyeri yang dalam, seperti sakit gigi atau rasa sakit dari sengatan lebah.
Jika Anda sedang melakukan suatu kegiatan, rasa itu masih dapat diabaikan
untuk jangka waktu tertentu, tapi masih mengganggu. Misalnya, saat anda
sakit gigi, jika dipaksakan, anda masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari,
tapi itu cukup mengganggu.
e) Pada Skala 5 (Sangat Menyedihkan / Very Distressing)
Rasa nyeri yang kuat, dalam, nyeri yang menusuk, seperti pergelangan kaki
terkilir. Rasa sakit nyerinya tidak dapat diabaikan selama lebih dari beberapa
menit, tetapi dengan usaha Anda masih dapat mengatur untuk bekerja atau
berpartisipasi dalam beberapa kegiatan sosial.
f) Pada Skala 6 (Intens)
Rasa nyeri yang kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat sehingga
tampaknya cenderung mempengaruhi sebagian indra Anda, menyebabkan
tidak fokus, komunikasi terganggu. Nyeri cukup kuat yang mengganggu
aktivitas normal sehari-hari. Kesulitan berkonsentrasi.
g) Pada Skala 7 (Sangat Intens)
Sama seperti nomor 6, kecuali bahwa rasa sakit benar-benar mendominasi
indra Anda menyebabkan tidak dapat berkomunikasi dengan baik dan tak
mampu melakukan perawatan diri. Nyeri berat yang mendominasi indra Anda
dan secara signifikan membatasi kemampuan Anda untuk melakukan aktivitas
normal sehari-hari atau mempertahankan hubungan sosial. Bahkan
mengganggu tidur.
h) Pada Skala 8 (Sungguh Mengerikan / Excruciating)
Nyeri begitu kuat sehingga Anda tidak lagi dapat berpikir jernih, dan sering
mengalami perubahan kepribadian yang parah jika sakit datang dan
berlangsung lama. Aktivitas fisik sangat terbatas. Dan penyembuhan
membutuhkan usaha yang besar.
i) Pada Skala 9 (Menyiksa Tak Tertahankan / Unbearable)
Nyeri begitu kuat sehingga Anda tidak bisa mentolerirnya dan sampai-sampai
menuntut untuk segera menghilangkan rasa sakit apapun caranya, tidak peduli
apa efek samping atau risikonya. Sakit luar biasa. Tidak dapat berkomunikasi.
Menangis dan atau mengerang tak terkendali.
j) Pada Skala 10 (Sakit tak terbayangkan tak dapat diungkapkan)
Sakit yang tak tergambarkan (Unimaginable/Unspeakable) merupakan nyeri
begitu kuat tak sadarkan diri. Terbaring di tempat tidur dan mungkin
mengigau. Kebanyakan orang tidak pernah mengalami skala rasa sakit ini.
Karena sudah keburu pingsan seperti mengalami kecelakaan parah, tangan
hancur, dan kesadaran akan hilang sebagai akibat dari rasa sakit yang luar
biasa parah.
Pengelompokan:
Pada skala nyeri 1-3 dikategorikan sebagai Nyeri Ringan (masih bisa ditahan,
aktivitas tak terganggu)
Pada skala nyeri 4-6 dikategorikan sebagai Nyeri Sedang (mengganggu
aktivitas fisik)
Pada skala nyeri 7-10 dikategorikan sebagai Nyeri Berat (tidak dapat
melakukan aktivitas secara mandiri)
2. Tingkat Kecemasan
Stuart dan Sundeen (1995) membagi kecemasan menjadi 4 tingkatan yaitu :
a) Kecemasan ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan
sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu akan berhati-
hati dan waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan
pertumbuhan dan kreativitas.
b) Kecemasan sedang
Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun/individu lebih
memfokuskan pada hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.
c) Kecemasan berat
Pada kecemasan berat lahan persepsi menjadi sempit. Individu cenderung
memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal-hal yang lain. Individu
tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan banyak
pengarahan/tuntutan.
d) Panik
Pada tingkat ini persepsi sudah terganggu sehingga individu sudah tidak dapat
mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun sudah
diberi pengarahan/tuntunan.
5. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Penyebab :
a. Agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, iskemia, neoplasma)
b. Agen pencedera kimiawi (mis, terbakar, bahan kimia iritan)
c. Agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat
berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
2. Gangguan Pola Tidur
Definisi : Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal
Penyebab :
a. Hambatan lingkungan ( mis. Kelembapan lingkungan sekitar, suhu lingkungan,
pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal pemantauan / pemeriksaan /
tindakan)
b. Kurang kontrol tidur
c. Kurang privasi
d. Restraint fisik
e. Ketiadaan teman tidur
f. Tidak familiar dengan peralatan tidur
6. Rencana Keperawatan

1) St 36 ( zu san li ) terletak di 3 cun di bawah tulang lutut, sisi luar otot tibialis anterior.
untuk menyembuhkan hipertensi dan pusing.

2) LR 3 terletak di punggung kaki pada cekungan antara pertemuan tulang metatarsal


satu dan dua untuk menyembuhkan oligospermae, ngompol, nyeri daerah testis, sakit
kepala, mulut miring, nyeri iga, nyeri pinggang, penenang, libido berlebihan,
pendarahan.
3) GB 20 ( Feng chi ) terletak 1 cun dari batas rambut belakang dalam untuk
menyembuhkan nyeri kepala, vertigo, hipertensi, insomnia.

4) GB 21 terletak pada daerah belakang leher di pertengahan antara vertebra cervicalis


7 (C7) dan akromion untuk menyembuhkan kaku leher, nyeri bahu, lengan tak dapat
diangkat.

5) ST 9 ( ren ying ) di belakang jakun depan arteri carotis untuk menghilangkan nyeri
pada tenggorokan dan pusing.
6) ST 8 terletak pada 0,5 cun dari tepi batas garis rambut pada sudut dahi untuk sakit
dahi, sakit kepala sebelah, sakit mata, banyak keluar air mata.

7) LI 4 ( He gu ) terletak di pertengahan sisi radial tulang metacarpal II dan bagian


atas manus untuk menyembuhkan sakit kepala, sakit gigi, sakit perut, sembelit,
mencret, nyeri haid.

8) PC 6 ( Nei Guan ) terletak 2 cun di atas pergelangan tangan bagian dalam untuk
menenangkan jantung dan pikiran, meredakan nyeri/kaku daerah siku, sakit
lambung, mual-muntah, denyut nadi cepat, cegukan, susah tidur, gelisah.
9) EX HN 3 terletak di pertengahan ke 2 alis untuk sakit kepala bagian depan, pusing,
gangguan pada hidung, gangguan pada mata.
10) EX HN 4 terletak di alis di atas pupil untuk gangguan pada mata, sakit kepala
sebelah, vertigo.
11) EX HN 5 terletak di daerah temporal, antara ujung alis lateral dan kantus eksterna
untuk sakit kepala sebelah, sakit mata.
DAFTAR PUSTAKA

Aris, S. 2007. Mayo Clinic. Hipertensi, Mengatasi Tekanan Darah Tinggi. PT Intisari
Mediatama : Jakarta.
Buku Pedoman Praktis Akupresur, DEPKES RI, terbitan th. 1998
Buku Akupuntur, KSMF Akupuntur RSCM
Dasar Teori Akupuntur, Sim Kie Jie
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : definisi
dan indikator diagnostik. Jakarta Selatan : DPP PPNI
Pusat data dan informasi Kemenkes RI 2014
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
KOMPLEMENTER PADA PASIEN DENGAN PARESTESIA
(KESEMUTAN)
DI PUSKESMAS IV DENPASAR SELATAN

OLEH :

TINGKAT 2.3

NI LUH SUMITA DEWI

P07120017116

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

DIII KEPERAWATAN

2019
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN
DENGAN KASUS PARESTESIA (KESEMUTAN)

1. Pengertian

Parestesia (kesemutan) adalah suatu kondisi yang terjadi di mana anggota tubuh mengalami
sensasi panas, seperti tertusuk-tusuk jarum, mati rasa atau kebas. Parestesia umumnya terjadi
pada tangan dan kaki, muncul secara tiba-tiba, dan biasanya tidak disertai nyeri. Parestesia dapat
bersifat sementara (temporer) atau bersifat kronis. Hampir setiap orang pernah mengalami
parestesia temporer. Sensasi ini muncul ketika saraf tertekan secara tidak sengaja pada posisi
tubuh tertentu, seperti duduk bersila terlalu lama atau tidur dengan kepala menindih tangan.
Parestesia temporer akan hilang dengan sendirinya ketika penekanan pada saraf dihilangkan.
Namun jika rasa kesemutan tetap ada meskipun penekanan sudah tidak ada, kemungkinan
terdapat penyakit atau gangguan lain dalam tubuh yang menjadi penyebab. Parestesia yang
bersifat kronis seringkali merupakan gejala suatu penyakit saraf atau akibat trauma pada jaringan
saraf. Berbagai macam penyakit dapat menyebabkan parestesia kronis termasuk kekurangan
vitamin, gangguan pada saraf akibat gerakan yang berulang atau penyakit lain. Parestesia kronis
membutuhkan pengobatan dan penanganan untuk sembuh. Namun terkadang, bahkan dengan
pengobatan pun parestesia kronis tidak sembuh secara sempurna. Untuk menentukan penyebab
utama munculnya parestesia kronis, diperlukan diagnosis melalui evaluasi riwayat medis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium.( https://www.alodokter.com/parestesia)

2. Tanda dan Gejala


Adapun tanda gejala yang ditimbulkan jika seseorang menderita parestesia antara lain.

2. Kecemasan
3. Sering buang air kecil
4. Merasa lemah pada anggota badan. Paresthesia makin terasa bila berjalan atau
menggerakkan anggota badan
5. Kaku otot
6. Nyeri pada tubuh
7. Merah pada lokasi paresthesia
8. Sensitif bila disentuh pada lokasi paresthesia
9. Kaku
10. Rasa terbakar
11. Dingin
12. Rasa tertusuk-tusuk pada anggota badasn terutama pada kaki yang dapat menyebabkan
sulit berjalan (hal ini biasanya terjadi dalam kasus parestesia kronis).

Diagnosa Keperawatan : Nyeri akut

 Mayor (80% - 100%)


- Subjektif
1. Mengeluh nyeri
- Objektif
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
 Minor (60% - 79%)
- Subjektif
(Tidak tersedia)

- Objektif
1. Tekanan darah meningkat
2. Pola napas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis
3. Pohon Masalah
Tekanan pada saraf

Saraf akan terjepit sehingga menghimpit pembuluh darah

Penurunan penerimaan O2 yang terkandung dalam darah yang dibawa oleh jantung

Pesan sonsorik saraf terblokir

Tubuh mati rasa

Nyeri akut

4. Pengkajian Keperawatan
A. Identitas klien
Terdiri dari nama pasien, tangga lahir, umur, jenis kelamin, alamat, no telepon, pekerjaan, dan
bahasa sehari-hari.

B. Keluhan utama dan riwayat penyakit


Kaji keluhan yang dirasakan pasien saat ini sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari

C. Pemeriksaan Tanda Vital


Pemeriksaan tanda vital merupakan bagian dari data dasar yang dikumpulkan oleh perawat
selama pengkajian. Perawat mengkaji tanda vital kapan saja klien masuk ke bagian perawatan
kesehatan. Tanda vital dimasukkan ke pengkajian fisik secara menyeluruh atau diukur satu
persatu untuk mengkaji kondisi klien. Penetapan data dasar dari tanda vital selama pemeriksaan
fisik rutin merupakan control terhadap kejadian yang akan datang.

D. Pemeriksaan per sistem tubuh


Melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap pasien sesuai dengan sistem tubuh. sistem tubuh
yang dlakukan pemeriksaan antara lain:

 Sistem pernafasan
 Sistem kardiovaskular
 Sistem pencernaan
 Sistem integument
 Sistem musculoskeletal
 Sistem penglihatan dan pendengaran
 Sistem neurologis
 Sistem perkemihan
 Sistem reproduksi
 Nutrisi dan activity daily living
 Pola istirahat
 Psiko-sosial-spiritual
E. Pemeriksaan penunjang
Kaji data penunjang apabila ada seperti kadar gula darah, kolesterol, asam urat

F. Pemeriksaan skala nyeri dan tingkat kecemasan


3. Skala Nyeri
A. Pada Skala 1 (Sangat Ringan / Very Mild)
Rasa nyeri hampir tak terasa. Sangat ringan, seperti gigitan nyamuk. Sebagian
besar waktu Anda tidak pernah berpikir tentang rasa sakit.
B. Pada Skala 2 (Tidak Nyaman / Discomforting)
Nyeri ringan, seperti cubitan ringan pada kulit. Mengganggu dan mungkin
memiliki kedutan kuat sesekali. Reaksi ini berbeda-beda untuk setiap orang.
C. Pada Skala 3 (Bisa Ditoleransi / Tolerable)
Rasa nyeri sangat terasa, seperti pukulan ke hidung menyebabkan hidung
berdarah, atau suntikan oleh dokter. Nyeri terlihat dan mengganggu, namun Anda
masih bisa bereaksi untuk beradaptasi.
D. Pada Skala 4 (Menyedihkan / Distressing)
Kuat, nyeri yang dalam, seperti sakit gigi atau rasa sakit dari sengatan lebah. Jika
Anda sedang melakukan suatu kegiatan, rasa itu masih dapat diabaikan untuk
jangka waktu tertentu, tapi masih mengganggu. Misalnya, saat anda sakit gigi,
jika dipaksakan, anda masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari, tapi itu cukup
mengganggu.
E. Pada Skala 5 (Sangat Menyedihkan / Very Distressing)
Rasa nyeri yang kuat, dalam, nyeri yang menusuk, seperti pergelangan kaki
terkilir. Rasa sakit nyerinya tidak dapat diabaikan selama lebih dari beberapa
menit, tetapi dengan usaha Anda masih dapat mengatur untuk bekerja atau
berpartisipasi dalam beberapa kegiatan sosial.
F. Pada Skala 6 (Intens)
Rasa nyeri yang kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat sehingga
tampaknya cenderung mempengaruhi sebagian indra Anda, menyebabkan tidak
fokus, komunikasi terganggu. Nyeri cukup kuat yang mengganggu aktivitas
normal sehari-hari. Kesulitan berkonsentrasi.
G. Pada Skala 7 (Sangat Intens)
Sama seperti nomor 6, kecuali bahwa rasa sakit benar-benar mendominasi indra
Anda menyebabkan tidak dapat berkomunikasi dengan baik dan tak mampu
melakukan perawatan diri. Nyeri berat yang mendominasi indra Anda dan secara
signifikan membatasi kemampuan Anda untuk melakukan aktivitas normal sehari-
hari atau mempertahankan hubungan sosial. Bahkan mengganggu tidur.
H. Pada Skala 8 (Sungguh Mengerikan / Excruciating)
Nyeri begitu kuat sehingga Anda tidak lagi dapat berpikir jernih, dan sering
mengalami perubahan kepribadian yang parah jika sakit datang dan berlangsung
lama. Aktivitas fisik sangat terbatas. Dan penyembuhan membutuhkan usaha
yang besar.
I. Pada Skala 9 (Menyiksa Tak Tertahankan / Unbearable)
Nyeri begitu kuat sehingga Anda tidak bisa mentolerirnya dan sampai-sampai
menuntut untuk segera menghilangkan rasa sakit apapun caranya, tidak peduli apa
efek samping atau risikonya. Sakit luar biasa. Tidak dapat berkomunikasi.
Menangis dan atau mengerang tak terkendali.
J. Pada Skala 10 (Sakit tak terbayangkan tak dapat diungkapkan)
Sakit yang tak tergambarkan (Unimaginable/Unspeakable) merupakan nyeri
begitu kuat tak sadarkan diri. Terbaring di tempat tidur dan mungkin mengigau.
Kebanyakan orang tidak pernah mengalami skala rasa sakit ini. Karena sudah
keburu pingsan seperti mengalami kecelakaan parah, tangan hancur, dan
kesadaran akan hilang sebagai akibat dari rasa sakit yang luar biasa parah.

Pengelompokan:
Pada skala nyeri 1-3 dikategorikan sebagai Nyeri Ringan (masih bisa ditahan,
aktivitas tak terganggu)
Pada skala nyeri 4-6 dikategorikan sebagai Nyeri Sedang (mengganggu aktivitas
fisik)
Pada skala nyeri 7-10 dikategorikan sebagai Nyeri Berat (tidak dapat melakukan
aktivitas secara mandiri)

4. Tingkat Kecemasan
Stuart dan Sundeen (1995) membagi kecemasan menjadi 4 tingkatan yaitu :

e) Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan
sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dab individu akan berhati-hati
dan waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan
pertumbuhan dan kreativitas.

f) Kecemasan sedang
Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun/individu lebih
memfokuskan pada hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.

g) Kecemasan Berat
Pada kecemasan berat lahan persepsi menjadi sempit. Individu cenderung
memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal-hal yang lain. Individu tidak
mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan/tuntutan.

h) Panik
Pada tingkat ini persepsi sudah terganggu sehingga individu sudah tidak dapat
mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun sudah
diberi pengarahan/tuntunan.
5. Diagnosa Keperawatan
3. Nyeri Akut
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga
berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.

Penyebab :

d. agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, iskemia, neoplasma)


e. agen pencedera kimiawi (mis, terbakar, bahan kimia iritan)
f. agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat,
prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)

6. Rencana Keperawatan
1. Memberikan KIE tentang
 Posisi tubuh yang baik
 Rajin melakukan peregangan
 Tidak duduk terlalu lama
 Makanan yang sehat untuk dikonsumsi seperti : buah melon atau apel, perbanyak
makan sayuran hijau, tomat, dan wortel , minum rebusan jahe setiap pagi hari
sebelum memulai aktivitas.
2. Menganjurkan pasien untuk melakukan latihan otot seperti yoga dan jalan cepat guna
mengurangi rasa sakit (nyeri) yang dialami.
3. Melakukan teknik pijatan akupresur dengan titik-titik akupoint sebagai berikut :
 Nomor 1 (K11 ) adalah titik refleksi kelenjar adrenalin di telapak kaki kanan dan
kiri untuk memproduksi hormon adrenalin yang berfungsi meningkatkan
pengiriman sinyal antar sel-sel saraf
 Nomor 2 (BL-61) adalah titik refleksi lutut yang berada di bawah mata kaki untuk
menyembuhkan nyeri pada daerah tumit.

 Nomor 3 (ST-36 du bi, hidung anak kuda) adalah titik akupresur yang terletak di
ujung atas tulang kering di bawah lutut untuk menyembuhkan nyeri dan kaku
pada tungkai kaki

 Nomor 4 (BL 57 yin gu, jurang Yin) adalah titik akupresur yang terletak di
belakang pada bagian bawah otot gastrconemius (otot betis) untuk sakit pinggang,
nyeri betis.
 LI-4 terkadang dikombinasikan dengan LR-3 Taichong (kombinasi ini disebut the
‘Four Gates’), untuk mengeluarkan Angin dalam ataupun luar dari kepala,
menghentikan nyeri dan menenangkan pikiran.

 Gallbladder 20 (GB20), yang juga disebut Feng Chi, adalah titik yang disarankan
untuk mengatasi sakit kepala, migrain, rabun mata atau kelelahan, kurang energi,
serta gejala flu. GB20 terletak di leher.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Indra K. Muhtadi. 2011. Topik ke-60: “Paresthesia”. Dikutip dari


http://www.indramuhtadi.com/blog-articles-2011/topik-ke-60-paresthesia pada
tanggal 27 Februari 2019

Garisto, G; Gaffen, A, Lawrence, H, Tenenbaum, H, Haas, D (Jul 2010). "Occurrence of


Paresthesia After Dental Local Anesthetic Administration in the United States". The
Journal of the American Dental Association 141 (7): 836–844. (dikutip dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Parestesia pada tanggal 27 Februari 2019)

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : definisi dan
indikator diagnostik. Jakarta Selatan : DPP PPNI
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
KOMPLEMENTER PADA PASIEN DENGAN VERTIGO
DI PUSKESMAS IV DENPASAR SELATAN

OLEH :

TINGKAT 2.3

NI LUH SUMITA DEWI

P07120017116

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

DIII KEPERAWATAN

2019
LAPORAN PENDAHULUANASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN VERTIGO

A. Pengertian
Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau
gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang ikut terlibat dalam
mengatur dan mempertahankan keseimbangan tubuh kita. Keseimbangan diatur oleh integrasi
berbagai sistem diantaranya sistem vestibular, system visual dan system somato sensorik
(propioseptik). Untuk memperetahankan keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari
3sistem system tersebut diatas harus difungsikan dengan baik. Pada vertigo, penderita merasa
atau melihat lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak terhadap lingkungannya. Gerakan
yang dialami biasanya berputar namun kadang berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasaditarik
menjauhi bidang vertikal. Pada penderita vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan adanya
nistagmus. nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata
Vertigo adalah salah satu bentuk gangguan keseimbangan dalam telinga bagian dalam
sehingga menyebabkan penderita merasa pusing dalam artian keadaan atau ruang disekelilingnya
menjadi serasa berputar2 ataupun melayang. Vertigo menunjukkan ketidakseimbangan dalam
tonus vestibular. hal ini dapat terjadi akibat hilangnya masukan perifer yang disebabkan oleh
kerusakan pada labirin dan saraf vestibular atau juga dapat disebabkan oleh kerusakan unilateral
dari sel inti vestibular atau aktivitasvestibulo.
Vertigo adalah sensasi berputar atau pusing yang merupakan suatu gejala,
penderitamerasakan benda-benda disekitarnya bergerak gerak memutar atau bergerak naik
turunkarena gangguan pada sistem keseimbangan.

B. Gejala dan Tanda


1. pusing dengan intensitas ringan ataupun berat
2. Mual
3. Muntah
4. Pergerakan bola mata yang tidak normal (nistagmus)
5. Berkeringat
6. Jilangnya pendengaran
7. Tinnitus
8. kehilangan keseimbangan karena merasa sekelilingnya sedang berputar atau bergoncang
seperti berada di atas perahu yang terombang-ambing.

C. Pohon Masalah

D. Pengkajian keperawatan

1. Identitas Pasien

Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register.

2. Riwayat kesehatan

a. Riwayat Kesehatan sekarang : keluhan pasien saat ini


b. Riwayat Kesehatan masa lalu : kaji apakah ada keluarga dari pasien ya
c. Riwayat kesehatan keluarga : kaji apakah ada ada di antara keluarga yang
mengalami penyakit serupa atau memicu
d. Riwayat psikososial,spiritual : kaji kemampuan interaksi sosial , ketaatan
beribadah , kepercayaan

3. Pemerikasaan fisik :
a. Pemeriksaan mata
b. Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
c. Pemeriksaan neurologi
d. Pemeriksaan otologi
e. Sistem cardiovascular: Untuk mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya distensi
vena jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi jantung.
f. Sistem respirasi : untuk mengetahui ada tidaknya gangguan kesulitan napas
g. Sistem hematologi: Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit yang
merupakan tanda adanya infeksi dan pendarahan, mimisan.
h. Sistem urogenital: Ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit
pinggang.
i. Sistem musculoskeletal: Untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam
pergerakkan, sakit pada tulang, sendi dan terdapat fraktur atau tidak.
j. Sistem kekebalan tubuh : Untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran kelenjar
getah bening

4. Pemeriksaan penunjang :
meliputi uji tes keberadaan bakteri melalui laboratorium, sedangkan untuk pemeriksaan
diagnostik yang penting untuk dilakukan pada klien dengan kasus vertigo antara lain:
a) pemeriksaan khusus
- ENG
- Audiometri dan BAEF
- Psikiatri
b) Pemeriksaan tambahan
- radiologi dan imaging
- EEG, EMG
5. Pengkajian data keperawatan
a)       Aktivitas / Istirahat
Letih, lemah, malaise, keterbatasan gerak, ketegangan mata, kesulitan membaca,
insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala, sakit kepala yang hebat
saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca.
b)       Sirkulasi
Riwayat hypertensi, denyutan vaskuler, misal daerah temporal, pucat, wajah tampak
kemerahan
c)      Integritas Ego
Faktor faktor stress emosional/lingkungan tertentu, perubahan ketidakmampuan,
keputusasaan, ketidakberdayaan depresi, kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama
sakit kepala, mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik)
d)      Makanan dan cairan
Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang, keju, alkohol,
anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG (pada migrain),
mual/muntah, anoreksia (selama nyeri), penurunan berat badan
e)      Neurosensoris
Pening, disorientasi (selama sakit kepala), riwayat kejang, cedera kepala yang baru
terjadi, trauma, stroke, aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus, perubahan visual, sensitif
terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis, parastesia, kelemahan progresif/paralysis
satu sisi tempore, perubahan pada pola bicara/pola pikir, mudah terangsang, peka
terhadap stimulus, penurunan refleks tendon dalam, papiledema.
f)        Nyeri/ kenyamanan
Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain, ketegangan otot,
cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis, nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah,
fokus menyempit, fokus pada diri sendiri, respon emosional / perilaku tak terarah seperti
menangis, gelisah, otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.

g)        Keamanan
Riwayat alergi atau reaksi alergi, demam (sakit kepala), gangguan cara berjalan,
parastesia, paralisis, drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).
h)       Interaksi sosial
Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan
penyakit
i)        Penyuluhan/ Pembelajaran
Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga, penggunaan alkohol/obat
lain termasuk kafein, kontrasepsi oral/hormone, menopause.

E. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas b.d tirah baring
2. Resiko jatuh b.d kerusakan keseimbangan
3. Resiko kurang nutrisi b.d tidak adekuatnya input makanan
4. gangguan persepsi pendengaran b.d tinitus
5. Koping individu tidak efektif b.d metode koping tidak adekuat

F. Rencana Keperawatan
1. Berikan KIE tentang posisi tubuh yang baik
a. Posisikan kepala lebih tinggi dari badan saat berbaring
b. Rajin melakukan peregangan terutama bagian kepala secara perlahan
2. Berikan pijatan pada titik acupoint pada :

Du 20 Yintang

Li 24 St 8
EX H4
EX HN 4

EX HN 3
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad soepardi, efiaty dan Nurbaiti.2002. Buku ajar ilmu kesehatan telingahidung
tenggorok kepala leher edisi ke lima.Jakarta: Gaya Baru 
https://www.google.com/search?q=titik+acupoint+gb+20&safe=strict&source=lnms
&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjP2f2A66ngAhUBrY8KHcRAAkoQ_AU
IDigB&biw=1366&bih=654
(Diakses pada tanggal 7 februari 2019)

Lumban Tobing. S.M, 2003, Vertigo Tujuh Keliling, Jakarta : FK UI

Anda mungkin juga menyukai