OLEH :
S1 KEPERAWATAN
2019
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. DEFINISI
Disbetes Melitus (DM) adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin absolar maupun relative termasuk salah satu penyakit patologik
(Imam Suprapto, 2014).
Diabetes Melitus (DM) merupakan sekumpulan kelainan pada seseorang yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) yang diakibatkan
karena kekurangan insulin (Brunner dan Suddarth, 2010).
Diabetes Melitus (DM) adalah kelainan teterogen yang disebabkan oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) dalam darah akibat kekurangan insulin
baik absolut maupun relative.
2. EPIDEMIOLOGI
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit tahunan yang ditandai dengan kadar
glukosa darah yang melebihi nilai normal. Apabila dibiarkan tidak terkendali,
Diabetes Melitus dapat menimbulkan komplikasi yang fatal.
Menurut data statistic tahun 1995 dari WHO terdapat 135 juta penderita Diabetes
Melitus di seluruh dunia. Tahun 2005 jumlah Diabetes Melitus diperkirakan akan
meningkat mencapai sekitar 230 juta dan diprediksi jumlah penderita Diabetes
Melitus melebihi dari 230 juta penderita tahun 2010 dan lebih dari 300 juta di tahun
2025.
Dari data WHO di tahun 2002 diperkirakan terdapat lebih dari 20 juta penderita
Diabetes Melitus di tahun 2025.Pada tahun 2030 bisa mencapai 21 juta penderita
Diabetes.Pada saat ini Diabetes Melitus banyak dijumpai di penduduk Indonesia.
Bahkan WHO menyebutkan, jumlah penderita DM di Indinesia menduduki rangking
A setelah India, China dan Amerika Serikat.
Menurut Ketua Indonesia Diabetes Melitus Assocation Soegando DM tipe II
merupakan yang terbanyak yaitu, 95% dari demua kasus DM, jumlah pendeerita DM
di Indonesia hingga dari kini mencapai 14 juta orang, rata-rata50% dari jumlah DM
baru mengetahui mereka menderita sakit gula setelah memerikskan ke dokter. Selain
itu, hanya 30% penderita DM yang berobat.
3. PENYEBAB/ FAKTOR PREDISPOSISI
Penyakit diabetes mellitus diketahui memiliki factor presidposisi yang mempunyai
resiko lebih besar untuk mengidap:
1. Usia > 45 th
2. Diet tinggi kalori dan lemak
3. Aktifitas fisik yang kurang
4. Hipertensi (TD > 140/90 mmHg)
5. Riwayat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa tergantung
(GDPT)
6. Penderita penyakit coroner, tuberculosis, hipertiroiddisme
7. Dyslipidemia
a. DM tipe I
- Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi tipe 1 untuk itu sendiri: tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecendrungan genetic kearah terjadinya DM tipe I
antigen HLA.
- Factor Imunologi
Adanya respon otonium yang merupakan respon abnormal dimana
antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggap seolah-olah sebagai jaringan
asing.
- Factor Lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memico proses otoimun yang
menimbulkan destraksi sel beta.
b. DM tipe II
Disebabkan oleh kegagalan relative sel β dan resistensi insulin factor resiko
yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II:
- Usia
- Factor Obesitas
- Riwayat Keluarga
Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan di bagi menjadi 3:
- <40 mg/dl (Normal)
- 140- <200 mg/dl (Toleransi Glukosa Tergantung)
- >200 mg/dl (Diabetes)
4. PATOFISIOLOGI
a. Peningkatan glukosa oleh sel-sel tubuh yang mengakibatkan naiknya konsentrasi
glukosa darah setinggi 300-1200 mg/dl.
b. Peningkatan metabolism lemak di daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan
terjadinya metabolism lemak yang abnormal di sertai dengan endapan kolesterol pada
dinding pembuluh darah
c. Berkurangnya protein dalam tubuh
Pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar gula glukosa
plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan pada hiperglikemia yang parah yang
melebihi ambang ginjal normal akan timbul glikosuria karena tubulus-tubulus renalis tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa. Glukosaria (ekskresi glukosa ke dalam urine) ini akan
mengakibatkan dioresis osmotic yang menyebabkan poliuri di sertai kehilangannya sodium,
klorida, potassium dan pospat, adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi.
Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan mengalami keseimbangan protein
negative dan BB menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibatnya adalah asthenia atau
kekurangan energy sehingga pasien menjadi cepat lelah atau ngamtuk.
Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan Cisterosklorosis menebal membrane basalis dan
perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya ganggren (Hasdianah, Imam,
2014).
6. GEJALA KLINIS
Pada awalnya pasien sering kali tidak menyadari bahwa dirinya mengidap penyakit
DM bahkan sampai bertahun-tahun kemudian. Namun harus dicurigai adanya DM
jika seseorang mengalami keluhan klasik DM berupa:
a. Polyuri (banyak berkemih)
b. Polidipsi (rasa haus sehingga jadi banyak minum)
c. Polifagi (banyak makan karena perasaan lapar terus)
d. Penurunan BB yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Jika keluhan diatas dialami
oleh seseorang, untuk memperkuat diagnose dapat di periksa keluhan tambahan
DM:
- Lemas, mudah lelah, kesemutan, gatal
- Penglihatan kabur
- Penyembuhan luka yang buruk
- Disfungsi ereksi pada pasien pria
- Gatal pada alat kelamin pada pasien wanita
Gejala-gejala DM pada lanjut usia yang sering ditemukan adalah:
- Katarak
- Glukoma
- Retinopati
- Infeksi bakteri kulit
- Hipertensi
- Penyakit coroner
7. PEMERIKSAAN FISIK
a. DM tipe I
Dilakukan pengkajian untuk pemeriksaan tanda-tanda ketoasidosis diabetic
(komplikasi diabetes mematikan yang disebabkan oleh tingginya produksi asam
darah tubuh yang disebut keton) yang mencangkup pernafasan kussmaul,
hipotensi otostatik dan alergi.
Pasien ditanya tentang gejala ketoasidosis, seperti mual, muntah, dan nyeri
abdomen. Pemeriksaan fisik hipoklikemik menunjukkan:
- Respon autonomic
- Respon neuroglikopenik
b. DM tipe II
Pada pasien Diabetes tipe II dikaji untuk melihan adanya tanda-tanda simdrome
HHNK, mencangkup hipotensi, gangguan sensori dan penurunan turgor kulit.
Pasien dikaji untuk menemukan factor-faktor fisik yang dapat mengganggu
kemampuannya dalam melakukan perawatan mandiri seperti:
- Gangguan penglihatan
- Gangguan koordinasi motoric
- Gangguan neurologis
d. Tes laboratorium DM
e. Tes saring
f. Tes diagnostic
g. Tes monitoring terapi DM
h. Tes untuk mendeteksi komplikasi
i. Kriteria diagnostic WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan:
- Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl
- Glukosa plasma puas >140 mg/dl
- Glukosa plasma dari sempel yang diambil 2 jam kemudian setelah
menkonsumsi 75 gr karbohidrat.
10. THERAPY
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vesiuler serta
neuropati. Tujuan terapiutik pada setia[ ti[e diabetes adalah mencapai kadat glukosa
darah normal.
a. Diet
b. Latihan
c. Pemantauan
d. Terapi jika diperlukan
e. Pendidikan kesehatan
Penatalaksanaan diabetes:
a. Gaya hidup sehat : pengaturan diet, ,menja BB ideal, olahraga teratur (3-4x
seminggu 30 menit).
b. Edukasi pasien dan keluarga
c. Obat anti diabetes dan compliancenya
d. Insulin bila diperlukan
e. Cari dan waspadai efek samping obat dan komplikasi DM (akut dan kronis)
11. KOMPLIKASI
Komplikasi Diabetes Militus dapat dibagi menjadi dua:
a. Akut
- Hipiglikemi dan hiperglikemi
- Peny. Makrovaskuler : mengenai pembuluh darah. Peny. Jantung coroner
- Peny. Mikrovaskuler : mengenai pembuluh darah kecil, retinopati,
neuropati
- Neuropati Saraf Sensokri ( berpengaruh pada ekstremitas). Saraf otonom
berpengaruh pada gastrointestinal, kardiovaskuler.
b. Kronis
- Neuropatik diabetic
- Retinopatik diabetic
- Netripatik diabetic
- Protein uria
- Kelainan coroner
- Ulkus/gangrene