Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny.R DENGAN DIAGNOSA


MEDIS DIABETES MILITUS DI RUANG ANGGREK RSUD
KABUPATEN BULELENG

TANGGAL : 25 MARET 2019

OLEH :

I Kadek Feri Adi Nugraha 17089014033

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

S1 KEPERAWATAN

2019
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. DEFINISI
Disbetes Melitus (DM) adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin absolar maupun relative termasuk salah satu penyakit patologik
(Imam Suprapto, 2014).
Diabetes Melitus (DM) merupakan sekumpulan kelainan pada seseorang yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) yang diakibatkan
karena kekurangan insulin (Brunner dan Suddarth, 2010).

Diabetes miitus merupakan suatu keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai


kelainan metabolic akibat gangguang hormonal, yang menimbulkan kompliksi kronik
pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membrane basalis
dalam pemeriksaan mikroskop electron (mansjoer, 2000:580).

Diabetes militus (DM) adalah penyakit metabolic yang kebanyakan herediter,


dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosurya, disertai atau dengan tidak adanya
gejala klinik akut ataupun kronik, seb agai hasil akibat dari krangnya insulin efektif
didalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme kabohidrat yang biasanya
disertai juga gangguan metabolism lemak dan protein (askandar, dalam subhan 2000).

Diabetes Melitus (DM) adalah kelainan teterogen yang disebabkan oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) dalam darah akibat kekurangan insulin
baik absolut maupun relative.

2. EPIDEMIOLOGI
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit tahunan yang ditandai dengan kadar
glukosa darah yang melebihi nilai normal. Apabila dibiarkan tidak terkendali,
Diabetes Melitus dapat menimbulkan komplikasi yang fatal.
Menurut data statistic tahun 1995 dari WHO terdapat 135 juta penderita Diabetes
Melitus di seluruh dunia. Tahun 2005 jumlah Diabetes Melitus diperkirakan akan
meningkat mencapai sekitar 230 juta dan diprediksi jumlah penderita Diabetes
Melitus melebihi dari 230 juta penderita tahun 2010 dan lebih dari 300 juta di tahun
2025.
Dari data WHO di tahun 2002 diperkirakan terdapat lebih dari 20 juta penderita
Diabetes Melitus di tahun 2025.Pada tahun 2030 bisa mencapai 21 juta penderita
Diabetes.Pada saat ini Diabetes Melitus banyak dijumpai di penduduk Indonesia.
Bahkan WHO menyebutkan, jumlah penderita DM di Indinesia menduduki rangking
A setelah India, China dan Amerika Serikat.
Menurut Ketua Indonesia Diabetes Melitus Assocation Soegando DM tipe II
merupakan yang terbanyak yaitu, 95% dari demua kasus DM, jumlah pendeerita DM
di Indonesia hingga dari kini mencapai 14 juta orang, rata-rata50% dari jumlah DM
baru mengetahui mereka menderita sakit gula setelah memerikskan ke dokter. Selain
itu, hanya 30% penderita DM yang berobat.
3. PENYEBAB/ FAKTOR PREDISPOSISI
Penyakit diabetes mellitus diketahui memiliki factor presidposisi yang mempunyai
resiko lebih besar untuk mengidap:
1. Usia > 45 th
2. Diet tinggi kalori dan lemak
3. Aktifitas fisik yang kurang
4. Hipertensi (TD > 140/90 mmHg)
5. Riwayat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa tergantung
(GDPT)
6. Penderita penyakit coroner, tuberculosis, hipertiroiddisme
7. Dyslipidemia
a. DM tipe I
- Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi tipe 1 untuk itu sendiri: tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecendrungan genetic kearah terjadinya DM tipe I
antigen HLA.
- Factor Imunologi
Adanya respon otonium yang merupakan respon abnormal dimana
antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggap seolah-olah sebagai jaringan
asing.
- Factor Lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memico proses otoimun yang
menimbulkan destraksi sel beta.
b. DM tipe II
Disebabkan oleh kegagalan relative sel β dan resistensi insulin factor resiko
yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II:
- Usia
- Factor Obesitas
- Riwayat Keluarga
Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan di bagi menjadi 3:
- <40 mg/dl (Normal)
- 140- <200 mg/dl (Toleransi Glukosa Tergantung)
- >200 mg/dl (Diabetes)

4. PATOFISIOLOGI
a. Peningkatan glukosa oleh sel-sel tubuh yang mengakibatkan naiknya konsentrasi
glukosa darah setinggi 300-1200 mg/dl.
b. Peningkatan metabolism lemak di daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan
terjadinya metabolism lemak yang abnormal di sertai dengan endapan kolesterol pada
dinding pembuluh darah
c. Berkurangnya protein dalam tubuh
Pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar gula glukosa
plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan pada hiperglikemia yang parah yang
melebihi ambang ginjal normal akan timbul glikosuria karena tubulus-tubulus renalis tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa. Glukosaria (ekskresi glukosa ke dalam urine) ini akan
mengakibatkan dioresis osmotic yang menyebabkan poliuri di sertai kehilangannya sodium,
klorida, potassium dan pospat, adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi.
Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan mengalami keseimbangan protein
negative dan BB menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibatnya adalah asthenia atau
kekurangan energy sehingga pasien menjadi cepat lelah atau ngamtuk.

Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan Cisterosklorosis menebal membrane basalis dan
perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya ganggren (Hasdianah, Imam,
2014).

Hiperglikemia terjadi akibat kekerasan sel β pancreas yang menimbulkan peningkatan


pengeluaran glukosa ole hati.Pengeluaran glukosa oleh hati meningkat karena proses-proses
yang menghasilkan glukosa yaitu gliko geneses berlangsung tanpa hambatan, karena insulin
tidak ada. Ketika kadar glukosa meningkat sampai jumlah glukosa yang di filtrsi melebihi
kapasitas sehingga sel tubulus melakukan reabsorbsi, maka glukosa akan timbul di urine.
Glukosa di urine menimbulkan efek osmotic yang ditandai oleh polyuria (sering berkemih).
Selain itu sel-sel kehilangan air karena tubuh mengalami dehidrasi akibat perpindahan
osmotic air dari dalam sel bercairan ekstra sel yaitu hipertonik sel-sel otak sangat peka karena
timbul gangguan fungsi system saraf yaitu polineuropati yang ditandai dengan rasa haus
berlebihan yang merupakan mekanisme kompensasi glukosa intrasel maka kompensasi tubuh
merangsang saraf sehingga nafsu makan meningkat dan timbul pemasukan makanan
berlebihan, akan tetapi walaupun terjadi peningkatan pemasukan makanan BB menurun secara
progresif akibat efek defisiensi insulin pada metabolism lemak dan protein-protein. Sintesa
gliserida menurun saat lipoliris meningkat sehingga terjadi mobilisasi asam lemak dalam darah
sebagian besar digunakan oleh sel sebagai sumber energy.
5. KLASIFIKASI
a. Tipe I
Diabetes Melitus tergantung insulin (IDDM), disebabkan oleh destruksi sel beta
pulau Langerhans akibat proses autorium.
b. Tipe II
Diabetes Melitus tidak tergatung pada insulin (NIDDM), disebabkan oleh
kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin.Resistensi insulin adalah
turunnya kemampuan insulin untuk menghancurkan produksi glukosa oleh hati.
- Tipe II dengan obesitas
- Tipe II tanpa obesits
c. Gangguan toleransi glukosa
d. Diabetes kehamilan
e. Diabetaes Melitus yang berhubungan dengan adanya keadaan atau sindrom
lainnya
f. Diabetes Melitus Gastrosional (GDM)

Klasifikasi resiko statistic:

- Sebelumnya pernah menderita kelinan toleransi glukosa


- Berpotensi menderita kelainan glukosa.

6. GEJALA KLINIS
Pada awalnya pasien sering kali tidak menyadari bahwa dirinya mengidap penyakit
DM bahkan sampai bertahun-tahun kemudian. Namun harus dicurigai adanya DM
jika seseorang mengalami keluhan klasik DM berupa:
a. Polyuri (banyak berkemih)
b. Polidipsi (rasa haus sehingga jadi banyak minum)
c. Polifagi (banyak makan karena perasaan lapar terus)
d. Penurunan BB yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Jika keluhan diatas dialami
oleh seseorang, untuk memperkuat diagnose dapat di periksa keluhan tambahan
DM:
- Lemas, mudah lelah, kesemutan, gatal
- Penglihatan kabur
- Penyembuhan luka yang buruk
- Disfungsi ereksi pada pasien pria
- Gatal pada alat kelamin pada pasien wanita
Gejala-gejala DM pada lanjut usia yang sering ditemukan adalah:
- Katarak
- Glukoma
- Retinopati
- Infeksi bakteri kulit
- Hipertensi
- Penyakit coroner
7. PEMERIKSAAN FISIK
a. DM tipe I
Dilakukan pengkajian untuk pemeriksaan tanda-tanda ketoasidosis diabetic
(komplikasi diabetes mematikan yang disebabkan oleh tingginya produksi asam
darah tubuh yang disebut keton) yang mencangkup pernafasan kussmaul,
hipotensi otostatik dan alergi.
Pasien ditanya tentang gejala ketoasidosis, seperti mual, muntah, dan nyeri
abdomen. Pemeriksaan fisik hipoklikemik menunjukkan:
- Respon autonomic
- Respon neuroglikopenik
b. DM tipe II
Pada pasien Diabetes tipe II dikaji untuk melihan adanya tanda-tanda simdrome
HHNK, mencangkup hipotensi, gangguan sensori dan penurunan turgor kulit.
Pasien dikaji untuk menemukan factor-faktor fisik yang dapat mengganggu
kemampuannya dalam melakukan perawatan mandiri seperti:
- Gangguan penglihatan
- Gangguan koordinasi motoric
- Gangguan neurologis

8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/ PENUNJANG


a. Kadar glukosa darah sewaktu
b. Kadar glukosa darah puasa
c. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaringan diagnose DM
(mg/dl).
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah
sewaktu:
- Plasma vena <100 100-200 720
- Darah kapiler <80 80-100 720

Kadar glukosa darah


puasa:
- Plasma darah <110 110-120 >126
- Darah kapiler <90 90-110 >110

d. Tes laboratorium DM
e. Tes saring
f. Tes diagnostic
g. Tes monitoring terapi DM
h. Tes untuk mendeteksi komplikasi
i. Kriteria diagnostic WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan:
- Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl
- Glukosa plasma puas >140 mg/dl
- Glukosa plasma dari sempel yang diambil 2 jam kemudian setelah
menkonsumsi 75 gr karbohidrat.

9. DIAGNOSIS/ CRITERIA DIAGNOSIS


Kriteri diagnostic DM meliputi:
a. Gejala klinis DM ( polyuria, polydipsia, polifagi) + glukosa plasma sewaktu ≥
200 mg/dl. Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada
suatu hari tanda memperhatikan waktu makan terakhir.
b. Gejala klinis DM + kadar glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl. Puasa diartikan
pasien tidak mendapat kalori tambahan setidaknya 8 jam.
c. Kadar glukosa plasma 2 jam pada tes toleransi glukos terganggu (TTGO) >200
mg/dl yang dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa
anhidrus 75 gram yang dilarutkan dalam air.

Kriteria gangguan toleransi glukosa:

1. GDPT ditegakkan bila setelah pemeriksaan glukosa plasma puasa didapatkan


antara 100-125 mg/dl
2. TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO kadar glukosa plasma 140-199
mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75 gram.

10. THERAPY
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vesiuler serta
neuropati. Tujuan terapiutik pada setia[ ti[e diabetes adalah mencapai kadat glukosa
darah normal.

Ada 5 komponen dalam menatalaksanakan diabetes:

a. Diet
b. Latihan
c. Pemantauan
d. Terapi jika diperlukan
e. Pendidikan kesehatan

Penatalaksanaan diabetes:

a. Gaya hidup sehat : pengaturan diet, ,menja BB ideal, olahraga teratur (3-4x
seminggu 30 menit).
b. Edukasi pasien dan keluarga
c. Obat anti diabetes dan compliancenya
d. Insulin bila diperlukan
e. Cari dan waspadai efek samping obat dan komplikasi DM (akut dan kronis)

11. KOMPLIKASI
Komplikasi Diabetes Militus dapat dibagi menjadi dua:
a. Akut
- Hipiglikemi dan hiperglikemi
- Peny. Makrovaskuler : mengenai pembuluh darah. Peny. Jantung coroner
- Peny. Mikrovaskuler : mengenai pembuluh darah kecil, retinopati,
neuropati
- Neuropati Saraf Sensokri ( berpengaruh pada ekstremitas). Saraf otonom
berpengaruh pada gastrointestinal, kardiovaskuler.
b. Kronis
- Neuropatik diabetic
- Retinopatik diabetic
- Netripatik diabetic
- Protein uria
- Kelainan coroner
- Ulkus/gangrene

B. KONSEP DASAR USAHA KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Data Umum
a. Identitas pasien yang liputi nama, umur, tempat/tanggal lahir, jenis kelamin,
agama, pendidikan, pekerjaan, diagnose medis, alamat, no.RM, tanggal
masuk RS.
b. Identitas penanggung jawab yang meliputi nama, hubungan dengan opasien,
pendidikan, pekerjaan, alamat, no tlpn/hp.
2. Riwayat Kesehatan Saat Ini
a. Keluhan utama : keluhan yang paling sering dirasakan pasien, misalnya
pada pasien DM sering mual, lemas.
b. Alas an masuk RS : hal/kejadian partama kali yang menyebabkan masuk
rumah sakit misalnya: pusing dan sakit kepala.
c. Riwayat penyakit : tanyakan kepada pasien apakalah memiliki riwayat
penyakit sebelumnya seperti hipertensi.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
a. Penyakit yang dialami/ yang pernah dialami (tanyakan pada pasien apkah
pernah memiliki penyakit misalnya hipertensi, ataupun penyakit lainnya
yang berkaitan dengan DM).
b. Riwayat Perawatan : tanyakan pada pasien sebelumnya pernah melakukan
perawatan/mendapat perawatan di RS/tidak pernah.
c. Riwayat Oprasi : tanyakan pada pasien apakah sebelumnya pernah
mengalami oprasi di RS.
d. Riwayat Pengobatan : tanyakan pada pasien sebelumya pernah melakukan
pengobatan?.
e. Klecelakaan yang dialami.
f. Riwayat Alergi : tanyakan pada pasien apakah memiliki suatu alergi
makanan maupun obat.
g. Riwayat Psikolog dan Spiritual.
h. Pemeriksaan Fisik : keadaan umum pasien ( kesadaran, ekspesi wajah,
kebersihan secara umum, tanda-tanda vital, head to-toe).
i. Pemeriksaan giagostic, penatalaksanaan medis
4. Pola Fungsional Gondon
1. Pola Kesehtan
Menggambarakan
POK pemahaman pasien tentang kesehatan, kesejahteraan, dan bagaimana
kesehtan mereka tidur.
2. Pola Metabolik-Nutrisi
Menggambarakan konsumsi relative terhadap kebutuhan metabolic dan
suplai gizi: meliputi pada konsumsi makan dan cairan, keadaan kulit,
rambut, kuku, dan membrane mukosa, suhu tubuh, TB dan BB.
3. Pola Eliminasi
Menggambarakn pada fungsi ekskresi usus besar, kantung kemih dan kulit,
termasuk pola indiviidu sehari-hari, perubahan atau gangguan, dan metode
yang digunakan untuk mengendalikan ekskresi.
4. Pola Aktivitas-Olahraga
Menggambarakan pola aktivitas, olahraga, pengisiaan wajtu senggang dan
rekreasi: termasuk kegiatan tidurr sehari-hari, tipe dan kualitas olahraga, dan
faktor-faktor yang mempengaruhi pada aktivitas (repertin otot, saraf,
respirai dan sirkulasi)
5. Pola Tidur dan Istirahat
Menggambarkan pola tidur, istirahat, relaksasi, dan setiap bantuan untuk
merubah pola tersebut.
6. Pola Presepsi-Kongnitif
Menggambarkan pola persepsi-persepsi dan pola kongnitif: meliputi
keadekuatan bentuk sensorik ( penglihatan, pendengaran, perabaan,
pecakapan, pengecapan, penghirupan). Pelaporan mengenai presepsi nyeri
dan kemampuan fungsi kognitif.
7. Pola Presepsi Diri – Konsep Diri
Menggambarkan bagaimana seseorang menandang diri sendiri: kemampuan
mereka, gambaran diri dan perasaan.
8. Pola Hubungan dan Perasaan
Menggambarakn pola keterikan peran dengan hubungan meliputi presepsi
terhadap peran utama dan tanggung jawab dalam situasi keidupan saat ini.
9. Pola Reproduksi – Seksualitas
Menggambarakn kemampuan atau ketidak puasan dalam seksualitas
termasuk status reproduksi wanita, pada anak-anak bagaimana dia mampu
membedakan jenis kelamin dan mengetahui alat kelaminnya.
10. Pola Koping – Toleransi Streaa
Menggambarkan pola nilai, tujuan atau kepercayaan ( termasuk kepercayaan
spiritual) yang mengarahkan pilihan atau keputusan gaya hudip.
11. Pola Keyakinan – Nilai
Menggambarkan pola nilai, mengenai keyakinan dengan pilihan ataupun
keputusan yang dipilih.

2. DIAKNOSA KEPERAWATAN YANG SERING MUNCUL


1. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak
adekuat
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas jasmani
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan konsentrasi urine
4. Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer berhubung dengan kurangnya
pengetahuan tentang proses penyakit.
5. Resiko ketidak stabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan metabolism.
6. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik.

3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NO Diagnose Tujuan Intervensi Rasional


1 Resiko infeksi NOC: NIC: - Untuk mengetahui
berhubungan - Immune status - Invection control tanda dan gejala serta
dengan pertahanan Setelah diberikan asuhan (control infeksi) kerentangan terhadap
tubuh primer yang keperawatan selama 1. Monitor tanda dan infeksi
tidak adekuat …x24 jam px mampu gejala infeksi sistemik - Untuk membantu
untuk mengurangi resiko dan lokl pencegahan infeksi
infeksi dengan KH: 2. Bersihkan lingkungan - Agar keluarga dan
1. Px bebas dari sekitar pasien dan batasi pasien tau tanda dan
tanda dan gejala pengunjung gejala infeksi
infeksi 3. Anjurkan pasien dan - Untuk mencegah
2. Menunjukkan keluarga tanda-tanda timbulnya infeksi
prilaku hidup gejala infeksi
sehat 4. Kolaborasi pemberian
antibiotik

2 Ketidak NOC: NIC: - Untuk mengetahui


seimbangan nutrisi - Nutrional status - Nutrional management jenis makanan yang
kurang dari Setelah diberikan asuhan 1. Kaji adanya alergi cocok untuk pasien
kebutuhan tubuh keperawatan selama makan - Sebagai pemenuhan
berhubungan …x24 jam ketidak 2. Berikan pilihan energy tubuh
dengan gangguan seimbangan nutrisi makanan porsi sedikit - Agar tubuh pasien
keseimbangan teratasi dengan KH: tapi sering tidak lemah
insulin, makanan 1. Nutrisi yang 3. Anjurkan pasien - Untuk memberikan
dan aktivitas masuk sesuai untuk meningkatkan diet yang tepat
jasmani kebutuhan interaksi protein dan
2. Porsi makan vitamin
meningkat 4. Kolaborasi dengan
(1porsi) ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori

3 Kekurangan NOC: NIC: - Untuk mengetahui


volume cairan - Fluid balane - Fluid management status nutrisi/cairan
berhubungan Setelah diberikan asuhan 1. Monitor status - Keluarga pasien
dengan penurunan keperawatan selama hidrasi, intake output bisa membantu
konsentrasi urine …x24 jam deficit cairan 2. Pertahankan cairan pemenuhan nutrisi
teratasi dengan KH: intake pasien
1. Mempertahankan 3. dorong keluarga - Untuk memberikan
urine output pasien untuk membantu penanganan lebih
sesuai dengan pasien makan lanjut
usia, BB, urine 4. kolaborasi dengan
normal dokter jika tanda cairan
2. Tidak ada tanda berlebihan tau
dehidrasi memburuk
4 Ketidak efektifan NOC: NIC: - Mengetahui
perfusi jaringan - Circylation status tissue - Paripheral sensation kepekaan pada
perifer berhubung perfusion Cerebral management perfusi jaringan
dengan kurangnya Setelah diberikan asuhan 1. Monitor daerah - Batasan gerakan
pengetahuan keperawatan selama tertentu yang hanya menghindari tekanan
tentang proses …x24 jam diharapkan peka pada suatu intracranial
penyakit pasien dapat mengatasi rangsangan - Keluarga pasien
ketidak efektifan perfusi 2. Batasi gerakan pada bisa membantu
jaringan perifer dengan kepala, leher, dan pengobatan servasi
KH: punggung kulit pasien sehingga
1. TD salam rentang 3. Instruksikan keluarga bisa cepat
yang diharapkan untuk observasi kulit mengetahui gangguan
2. Tidak ada jika ada laserasi yang terjadi
ortostatik 4. Kolaborasi dengan - Untuk memberikan
hipertensi fisoterapi untuk penanganan terapi
melakukan terapi lebih lanjut

5 Resiko ketidak NOC: NIC: - Mengetahui kondisi


stabilan kadar - Blood Glukose risk for - Management glukosa dalam darah
glukosa darah unstable Hiperglikemia apakah mengalami
berhubungan Setelah diberikan asuhan 1. Memantau kadar peningkatan/penurun
dengan keperawatan selama glukosa dalam darah an
metabolisme …x24 jam diharapkan 2. Pantau tanda-tanda - Memantau tanda-
pasien dapat mengatasi hiperglikemia tanda vital
ketidak efektifan stabilan polyuria,polidipsea, - Dapat
kadar glukosa darah polifagi, kelesuan memanagement
dengan KH: 3. Mengintruksikan diabetes yang dialami
1. Dapat mengontrol pasien dan keluarga oleh pasien dan
kadar glukosa terhadap pencegahan mengetahui cara
darah pengenalan management penanganannya
2. Dapat dan hiperglikemia - Dapat
meningkatkan 4. Kolaborasi dengan mengantisipasi dan
istirahat dokter jika tanda dan menghambat
gejala hiperglikemia kepaharan yang
memburuk diakibatkan oleh
hiperglikemia

6 Kerusakan NOC: NIC: -Mengetahui


integritas jaringan - Tissue Integity: skin - Pressure management kemerahan
berhubungan and mucus 1. Monitor kulit akan menandakan adanya
dengan hambatan Setelah diberikan asuhan adanya kemerahan peradangan atau
mobilitas fisik keperawatan selama 2. Menjaga kebersihan kerusakan pada kulit
…x24 jam diharapkan kulit agar tetap bersih - Kulit bersih dapat
pasien dapat mengatasi dan kering menghindari
kerusakan integritas 3. Anjurkan pasien agar perkembangbiakan
jaringan dengan KH: menggunakan pakaian kuman dan bakteri
1. Integritas kulit 4. Mengkolaborasikan yang memicu
bisa dengan dokter tentang kerusakan pada kulit
dipertahankan aktivitas dan mobilitas - Pakaian longgar
2. Tidak ada pasien tidak akan menekan
luka/lesi pada kulit yang memicu
kulit tinggulnya rasa nyeri
ataupun gatal
- kerusakan integritas
pada kulit dapat
mengganggu aktivitas
dan pergerakan
pasien sehingga
pasien dapat
mengalami
intoleransi aktivitas
4. IMPLEMENTASI
Implementasi sesuai dengan intervensi yang dibuat/intervensi yang ada.
5. EVALUASI
Evaluasi yang buat sesuai dengan perkembangan pasien dengan SOAP.

Anda mungkin juga menyukai