Anda di halaman 1dari 23

“ANALISIS FUNDAMENTAL SECARA TEKNIKAL”

Analisis Sekuritas Dan Manajemen Portofolio


Dosen Pengampu Mata Kuliah: Prof. Dr. Ni Luh Putu Wiagustini, S.E., M.Si.

Oleh Kelompok 6:

1. Ni Made Wira Dwi Ratna Pradnyani (1907521035)


2. Putu Eka Maharani (1907521108)
3. Nyoman Devi Novita Sri Jayati (1907521109)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan
rahmat-Nyalah kami akhirnya bisa menyelesaikan tugas terstruktur berkelompok yang berjudul
“Analisis Fundamental Secara Teknikal” ini dengan baik tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen pembimbing, Ibu Prof.
Dr. Ni Luh Putu Wiagustini, S.E, M.Si. yang telah memberikan banyak bimbingan. Rasa terima
kasih juga hendak kami ucapkan kepada rekan kelompok satu yang telah memberikan
kontribusinya baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga tugas terstruktur
berkelompok mata kuliah ini bisa selesai pada waktu yang telah ditentukan.
Meskipun kami sudah mengumpulkan banyak referensi untuk menunjang penyusunan
tugas terstruktur berkelompok mata kuliah ini, tetapi kami menyadari bahwa di dalam tugas
terstruktur berkelompok yang telah kami susun ini masih terdapat banyak kesalahan serta
kekurangan. Maka dari itu, kami mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca demi
tersusunnya tugas terstruktur berkelompok lain yang lebih baik lagi. Akhir kata, kami berharap
agar tugas terstruktur berkelompok ini bisa memberikan banyak manfaat.

Denpasar, 10 Desember 2021


Tim Penyusun

(Kelompok 6)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................i


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I .........................................................................................................................................1
1.1. LATAR BELAKANG.................................................................................................1
1.2. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................1
1.3. TUJUAN .....................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
2.1. DEFINISI ANALISIS TEKNIKAL............................................................................2
2.2. ASUMSI YANG MENDASARI ANALISIS TEKNIKAL ........................................2
2.3. KEUNTUNGAN DAN KRITIK MENGGUNAKAN ANALISIS TEKNIKAL .......4
2.4. Teknik-Tenik Analisis Teknikal..................................................................................5
2.5. METODE PENGEPLOTAN GRAFIK.......................................................................8
2.6. MODEL SIKLUS PASAR DAN IDENTIFIKASI TREND DASAR ......................13
BAB III....................................................................................................................................18
3.1. KESIMPULAN .........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Sebelum para investor mengambil keputusan untuk berinvestasi saham di pasar modal,
sebaiknya ada beberapa analisis yang penting investor lakukan. Alasannya agar investor
tersebut tidak mengalami kerugian yang cukup besar dan mampu meminimalkan resiko jika
berinvestasi. Secara garis besar, investor dapat melakukan dua bentuk analisis saham yaitu
analisis teknikal dan analisis fundamental.
Dalam bab sebelumnya, kita membahas mengenai tiga tahap dalam analisis
fundamental secara “top-down” yang dilakukan investor dalam menilai saham perusahaan.
Analisis tersebut meliputi analisis ekonomi, analisis industri dan analisis perusahaan, yang bisa
dipakai oleh investor dalam pembuatan keputusan investasi. Dalam makalah ini akan
membahas analisis yang lain yaitu analisis teknikal. Perbedaannya dengan analisis fundamental
terletak pada faktor yang mendasari analisis tersebut. Analisis teknikal mendasari diri pada
pola-pola pergerakan harga saham dari waktu ke waktu, sedangkan analisis fundamental secara
“top-down” mendasarkan diri pada faktor-faktor fundamental perusahaan yang dipengaruhi
oleh faktir ekonomi dan industry.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai berbagai asumsi yang mendasari analisis
teknikal, keuntungan penggunaan analisis teknikal serta berbagai teknik yang dipakai dalam
analisis teknikal.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana definisi analisis teknikal?
2. Asumsi apa yang mendasari analisis teknikal?
3. Bagaimana keuntungan dan kritik terhadap analisis teknikal?
4. Bagaimana teknik-teknik analisis teknikal?
5. Bagaimana metode pengeplotan grafik?
6. Bagaimana model siklus pasar dan identifikasi tren dasar?

1.3. TUJUAN
1. Memahami definisi analisis teknikal?
2. Mengetahui sumsi yang mendasari analisis teknikal?
3. Memahami keuntungan dan kritik terhadap analisis teknikal?
4. Mengetahui teknik-teknik analisis teknikal?
5. Mengetahui metode pengeplotan grafik?
6. Mengetahui model siklus pasar dan identifikasi tren dasar?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. DEFINISI ANALISIS TEKNIKAL


Analis teknikal adalah teknik untuk memprediksi arah pergerakan harga saham dan
indikator pasar saham lainnya berdasarkan pada data pasar historis seperti informasi harga dan
volume. Penganut analisis teknikal berpendapat bahwa dalam kenyataannya harga bergerak
dalam suatu tren tertentu, dan hal tersebut akan terjadi berulang-ulang. Pergerakan harga dapat
dilukiskan sebagai suatu rangkaian gelombang yang menuju pantai yang terjadi sepanjang
waktu. Dalam rangkaian gelombang juga terdapat riak (rangkaian gelombang yang lebih kecil)
yang juga terjadi secara berulang. Seni dari analisis teknikal adalah untuk mencoba
mengidentifikasi perubahan-perubahan tren pada tahap awal dan menjaga investasi atau bentuk
perdagangan hingga mencukupi bukti yang menunjukkan bahwa tren tersebut berbalik. Dalam
analisis teknikal, bukti disajikan melalui berbagai indikator dan prinsip dasar antara lain pola-
pola (patterns), garis tren (trendline), rata-rata pergerakan, dan momentum harga.
Analisis teknikal juga didefinisi sebagai studi terhadap suatu sekuritas atau pasar secara
keseluruhan berdasarkan permintaan dan penawaran (Meyer, 1989). Data historis harga dan
aktvitas volume transaksi diolah terutama dalam bentuk chart untuk meramalkan tren harga
masa depan.
Salah satu prinsip dasar yang muncul dalam definisi analisis teknikal tersebut adalah
bahwa sekali suatu tren baru muncul, maka diasumsi bahwa hal tersebut akan berlanjut hingga
tersedia cukup indikasi terdapat sinyal yang merupakan kebalikannya. Analisis teknikal tidak
menjanjikan bahwa analis dapat mengidentifkasi titik puncak atau titik bawah, melainkan area
puncak dan area bawah.
Oleh karena tren cenderung terjadi berulang, analisis teknikal dimungkinkan untuk
dilakukan dengan baik pada kebanyakan situasi. Namun demikian, hal yang perlu diingat
adalah bahwa analisis teknikal masih jauh dari sempurna, bahkan bila hasilnya dapat
diinterpretasi secara benar. Analisis teknikal dapat membantu mengidentifikasi arah suatu tren,
tetapi tidak diketahui metode yang secara konsisten dapat digunakan untuk meramalkan
besaran harga. Hal ini tentu saja membutuhkan kesabaran, objektivitas, disiplin untuk membeli
atau mendapatkan aset-aset keuangan pada saat keadaan depresi dan menjualnya pada saat
kondisi optimis. Tingkat dari depresi dan opimis tergantung pada turning point.

2.2. ASUMSI YANG MENDASARI ANALISIS TEKNIKAL


Pihak yang melakukan analisis teknikal disebut juga sebagai analis teknikal. Para analis
teknikal percaya bahwa mereka bisa mengetahui pola-pola pergerakan harga saham di masa
datang dengan berdasarkan pada observasi pergerakan harga saham di masa lalu. Filosofi ini
tentu saja bertentangan dengan apa yang telah kita pelajari dalam hipotesis efisiensi pasar, di
mana kinerja saham di masa lalu tidak akan memengaruhi kinerja saham di masa datang.
Filosofi tersebut juga bertolak belakang dengan konsep analisis fundamental, di mana
keputusan investasi atas nilai suatu saham didasarkan pada faktor fundamental ekonomi dan
faktor fundamental industri yang memengaruhi faktor fundamental perusahaan.

2
Disisi lain, keputusan investasi dalam analisis teknikal mendasarkan diri pada data
pasar di masa lalu (seperti data harga saham dan volume penjualan saham), sebagai dasar untuk
mengestimasi harga saham di masa datang. Dengan kata lain, bagi para analis teknikal, mereka
tidak perlu lagi melakukan analisis terhadap variabel ekonomi dan variabel perusahaan untuk
mengestimasi nilai saham, karena informasi harga saham di masa lalu sudah bisa dipakai untuk
mengestimasi harga saham di masa datang. Pertanyaannya kemudian adalah, asumsi apakah
yang dipakai para analis teknikal sehingga mereka bisa berpendapat demikian?
Keputusan analis teknikal dalam menjual atau membeli saham didasari oleh data-data
harga dan volume perdagangan saham di masa lalu. Informasi data masa lalu tersebut akan
mendasari prediksi mereka atas pola perilaku harga saham di masa datang. Levy (1966),
mengemukakan beberapa asumsi yang mendasari pendapat tersebut.
1. Nilai pasar barang dan jasa, ditentukan oleh interaksi permintaan dan penawaran.
2. Interaksi permintaan dan penawaran ditentukan oleh berbagai faktor, baik faktor rasional
maupun faktor yang tidak rasional.
Faktor-faktor tersebut meliputi berbagai variabel ekonomi dan variabel fundamental serta
faktor-faktor seperti opini yang beredar, mood investor dan ramalan-ramalan investor.
3. Harga-harga sekuritas secara individual dan nilai pasar secara keseluruhan cenderung
bergerak mengikuti suatu tren selama jangka waktu yang relatif panjang.
4. Tren perubahan harga dan nilai pasar dapat berubah karena perubahan hubungan
permintaan dan penawaran. Hubungan-hubungan tersebut akan bisa dideteksi dengan
melihat diagram reaksi pasar yang terjadi.
Dari keempat asumsi di atas, asumsi yang paling bisa diterima baik oleh analis teknikal
maupun yang bukan analis teknikal adalah asumsi yang pertama dan kedua. Hampir semua
pihak bisa menerima asumsi bahwa nilai produk ditentukan oleh kekuatan tarik menarik antara
permintaan dan penawaran. Kita juga setuju bahwa interaksi permintaan dan penawaran
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Hanya, barangkali asumsi yang belum tentu bisa diterima
oleh semua pihak adalah bahwa permintaan dan penawaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
bersifat tidak rasional (irrational factors),
Asumsi ketiga berkaitan dengan kecepatan penyesuaian harga saham (speed of
adjustment) dati harga keseimbangan yang lama menuju harga keseimbangan yang baru. Para
analis teknikal selalu berharap bahwa penyesuaian harga saham yang lama menuju harga
keseimbangan yang baru, akan terjadi dalam waktu yang cukup panjang, karena informasi yang
menyebabkan perubahan harga biasanya memerlukan beberapa waktu sebelum informasi
tersebut diserap secara penuh oleh pasar. Pola penyerapan informasi seperti ini disebabkan
karena adanya informasi yang tidak simetris, di mana hanya beberapa investor saja yang
mampu mengakses informasi dan bisa memprediksi apa yang akan terjadi pada harga saham
dibanding investor lainnya. Seiring dengan tindakan menjual atau membeli saham yang
dilakukan pihak-pihak yang menguasai informasi untuk memperoleh keuntungan, maka harga
saham pun akan bergerak menuju harga keseimbangan yang baru.
Proses penyesuaian harga saham tersebut bisa digambarkan seperti dalam gambar 16.1
berikut ini.

3
Dalam gambar tersebut bisa dilihat bahwa informasi yang baru masuk menyebabkan
penurunan harga saham, meskipun tidak berlangsung dengan cepat. Penurunan yang relatif
lambat tersebut lebih merupakan suatu tren penurunan harga, hingga mencapai harga saham
keseimbangan yang baru. Ketika tren ini mulai terbentuk, para analis teknikal akan mulai
memanfaatkan tren perubahan tersebut untuk mencari keuntungan. Mereka tidak
berkepentingan dengan berapa harga keseimbangan yang baru. Mereka justru mencari awal
tren perubahan harga saham menuju harga keseimbangan yang baru dan mencari keuntungan
dari proses penyesuaian harga saham tersebut. Jika tren harga menunjukkan tren peningkatan,
maka analis teknikal akan membeli saham pada awal tren naik tersebut agar bisa menikmati
keuntungan nantinya pada saat harga keseimbangan yang baru, dan akan menjual jika tren
harga cenderung turun.

2.3. KEUNTUNGAN DAN KRITIK MENGGUNAKAN ANALISIS TEKNIKAL


Keuntungan penggunaan analisis teknikal tidak terlepas dari asumsi-asumsi yang
dianut oleh para analis teknikal. Mereka percaya bahwa jika seorang investor mampu
mengakses informasi secara cepat, punya kemampuan analitis yang tinggi dan punya insting
yang tajam atas apa yang akan terjadi terhadap harga pasar jika ada informasi baru, maka
investor tersebut akan mampu mendapatkan return abnormal yang melebihi return pasar dan
return investor lainnya. Pernyataan tersebut juga bisa berarti bahwa para analis teknikal percaya
bahwa untuk memperoleh abnormal return, seorang investor harus mampu mendapatkan
informasi secara lebih cepat dibanding investor lainnya, dan menerjemahkan informasi tersebut
ke dalam tindakan membeli atau menjual saham sehingga investor bisa memperoleh
keuntungan.
Data-data yang dipakai oleh para analis teknikal adalah data pasar (market data) yang
bersifat sebagai data historis, seperti data harga saham, volume perdagangan dan informasi
perdagangan lainnya. Bagi mereka, data-data pasar itu sudah mencukupi sebagai dasar

4
pembuatan keputusan investasi, sehingga tidak perlu lagi tergantung pada data laporan
keuangan secara akuntansi. Penggunaan laporan keuangan sebagai dasar pembuatan keputusan
investasi, seperti dalam analisis fundamental, memerlukan ketepatan dan waktu analisis yang
lebih lama dibanding penggunaan data-data pasar. Disamping itu penggunaan informasi
earning multiplier dalam analisis fundamental bersifat sangat subjektif bagi setiap investor
yang berbeda. Bagi para analis teknikal, dengan menggunakan data-data pasar, investor hanya
perlu mengidentifikasi bagaimana kecenderungan pergerakan harga saham dan menentukan
kapan waktu yang tepat untuk mengambil tindakan membeli atau menjual saham untuk
memanfaatkan waktu penyesuaian harga saham sehingga bisa memperoleh keuntungan.
Disamping keuntungan tersebut di atas, penggunaan analisis teknikal juga
menimbulkan berbagai kritik terutama berkaitan dengan asumsi yang mendasarinya dan
keefektifan pendekatan analisis teknikal dalam memprediksi harga saham. Kritikan yang
paling tajam muncul dari para penganut hipotesis efisiensi pasar, yang sama sekali tidak
percaya bahwa harga saham di masa yang akan datang akan dipengaruhi oleh pergerakan harga
saham masa lalu. Menurut pandangan hipotesis pasar efisien, jika pasar efisien, tidak seorang
investor pun bisa memperoleh keuntungan abnormal dari pasar. Beberapa penelitian sudah
membuktikan bahwa harga saham secara statistic tidak bergerak mengikuti tren seperti yang
dikemukakan para analis teknikal.
Kritikan berikutnya berkaitan dengan keefektifan penggunaan analisis teknikal untuk
jangka waktu yang panjang. Logikanya adalah sebagai berikut:
Jika penggunaan analisis teknikal terbukti mampu memberikan keuntungan bagi
beberapa investor (karena mereka mampu menemukan pola pergerakan saham dalam merespon
informasi baru), maka tentu saja pendekatan ini akan menjadi populer dan banyak diadopsi
oleh investor lainnya. Dengan banyaknya investor yang menerapkan tindakan yang sama atas
informasi baru yang memasuki pasar, maka tentu saja kecepatan penyesuaian harga akan
menjadi lebih cepat dari biasanya. Jika ini terjadi, dalam jangka panjang keefektifan
penggunaan analisis teknikal barang kali sudah tidak akan bermanfaat lagi.
2.4. Teknik-Tenik Analisis Teknikal
Para pengguna analisis teknikal disamping disebut sebagai analis teknikal, juga disebut
sebagai ‘chartist' karena dalam aktivitasnya mereka merekam data atau membuat grafik (chart)
pergerakan harga saham dan volume perdagangan. Dari grafik yang telah dibuat tersebut,
mereka akan mencari pola pergerakan harga saham maupun volume perdagangan dan mencari
celah-celah keuntungan dari pola tersebut. Ada beberapa teknik penggunaan grafik (charting)
yang biasanya digunakan investor sebagai dasar untuk pengambilan keputusan investasinya.
Ada beberapa contoh Teknik penggunaan grafik dalam analisis teknikal yaitu: The Dow
Theory, chart pola harga saham, analisis rata-rata bergerak dan analisis relative strength.
1. The Dow Theory
The Dow Theory pertama kali dikemukakan oleh Charles H. Dow (sehingga disebut
The Dow Theory) pada tahun 1800-an. Teori ini merupakan teori yang paling pertama
dalam analisis teknikal. Teori ini bertujuan untuk mengidentifikasi tren harga pasar saham
dalam jangka panjang dengan berdasar pada data-data historis harga pasar saham di masa
lalu.

5
Teori ini pada dasarnya menjelaskan bahwa pergerakan harga saham bisa
dikelompokkan menjadi tiga.
a. Primary trend yaitu pergerakan harga saham dalam jangka waktu yang lama
(beberapa tahun).
b. Secondary (intermediate) trend yaitu pergerakan harga saham yang terjadi selama
pergerakan harga dalam primary trend. Pergerakan sekunder ini muncul sebagai
pergerakan yang bersifat sebagai penyimpangan dari pergerakan primer dan
biasanya terjadi dalam beberapa minggu atau beberapa bulan.
c. Minor trend atau day-to-day move merupakan fluktuasi harga saham yang terjadi
setiap hari.
Pergerakan harga saham seperti di atas bisa digambarkan dalam gambar berikut ini.
Dalam gambar tersebut bisa dilihat bahwa harga-harga saham dalam primary trend
cenderung untuk bergerak naik, tapi sebaliknya pergerakan harga saham dalam secondarty
rend, cenderung untuk bergerak turun selama beberapa minggu. Pergerakan harga-harga
saham dalam minor trend yang terjadi sehari-hari cenderung tidak berpengaruh secara kuat
terhadap pergerakan harga dalam jangka panjang.

Untuk menggambarkan pola pergerakan harga-harga saham dalam primary trend,


dalam The Dow Theory dikenal adanya dua istilah utama yaitu (1) pasar dalam kondisi
bergairah (bull market) dan (2) pasar yang lesu (bear market). Bull market terjadi ketika
pergerakan harga-harga saham dalam primary trend cenderung untuk bergerak naik,
sedangkan bear market menunjukkan pergerakan harga-harga saham dalam primary trend
yang cenderung turun.
2. Rata-rata Bergerak
Teknik rata-rata bergerak (moving average) adalah salah satu teknik yang dipakai
dalam analisis teknikal, untuk mendeteksi dan menganalisis pergerakan harga saham baik
saham individual maupun seluruh saham di pasar modal. Tujuan penggunaan teknik ini
adalah untuk mendeteksi arah pergerakan harga saham dan besarnya tingkat pergerakan
tersebut. Dalam perhitungan rata-rata bergerak, data yang dipakai adalah data harga
penutupan saham (closing price) untuk waktu tertentu (misalnya 200-harian). Teknik rata-
rata bergerak dilakukan dengan menghitung nilai rata-rata bergerak dari data harga
penutupan saham harian selama beberapa periode pengamatan. Perhitungan rata-rata
bergerak tersebut dilakukan secara terus menerus sehingga menghasilkan sebuah garis tren
rata-rata bergerak yang menunjukkan trend pergerakan harga saham. Selanjutnya, garis
tren yang dihasilkan tersebut nantinya akan bisa dipakai untuk memprediksi arah
pergerakan saham di masa depan.

6
Di samping berguna untuk memprediksai arah pergerakan harga saham, garis tren yang
dihasilkan juga berguna dalam pengambilan keputusan menjual atau membeli saham.
Dalam pembuatan keputusan membeli atau menjual saham, investor bisa membandingkan
harga pasar saham saat ini dengan nilai rata-rata bergerak harga saham. Kesimpulan
sementara yang dapat ditarik dari metode ini adalah bahwa investor dianjurkan untuk
membeli saham, jika:
a. Garis rata-rata bergerak secara mendata dan harga pasar saham melampaui garis
tersebut.
b. Harga saham berada di bawah garis rata-rata bergerak yang sedang menaik.
c. Harga saham saat ini berada di atas garis rata-rata bergerak yang cenderung menurun,
namun kembali menaik sebelum mencapai garis tersebut.
Sedangkan, investor disarankan untuk menjual saham, jika:
a. Harga saham saat ini berada di bawah garis rata-rata bergerak yang mendatar.
b. Harga saham bergerak naik di atas garis rata-rata bergerak, namun garis rata-rata
bergerak tersebut justru sedang menurun.
c. Harga saham yang cenderung mengalami kenaikan (berada di bawah garis rata-rata
bergerak), tetapi kembali menurun sebelum mencapai garis rata-rata bergerak
tersebut.

3. Relative Strength
Teknik lainnya dalam analisis teknikal yang digunakan untuk menganalisis saham
individual ataupun saham-saham dalam industri adalah teknik relative strength. Relative
strength menggambarkan rasio antara harga saham dengan indeks pasar atau industri
tertentu. Hasil perbandingan biasanya digambarkan dengan plot-plot yang menunjukkan
perbandingan harga relatif saham selama jangka waktu tertentu. Dari gambar yang telah
disusun, investor akan bisa melihat perbandingan kekuatan saham-saham tersebut terhadap
industrinya atau terhadap indeks pasar.
Dalam penggunaan relative strength, jika terjadi tren pergerakan harga saham yang
meningkat, maka bagi investor, pergerakan seperti ini merupakan sinyal akan terjadinya
peningkatan rasio harga saham dibanding indeks pasar. Hal ini merupakan indikasi bahwa
saham tersebut akan memberikan return yang melebihi return pasar, dan akan menarik
minat investor untuk menjadikan saham tersebut sebagai alternatif investasi yang baik.
Disamping itu, penggunaan relative strength juga bisa digunakan sebagai dasar penentuan
sektor-sektor industri mana saja yang menarik dan menguntungkan. Dengan mengetahui
industri-indutri yang menguntungkan, investor akan bisa menentukan seberapa besar
proporsi dana yang akan diinvestasikan pada saham-saham pada industri bersangkutan.

7
Gambar berikut ini adalah sebuah contoh grafik relative strength dari sebuah perusahaan
di Amerika (Cisco Systems,Inc).

Sebagai contoh, Bapak Heri pada suatu hari tertentu menginvestasikan uangnya dalam
jumlah rupiah yang sama pada saham VVV dan JJJ. Pada hari berikutnya, Bapak Heri
menghitung rasio nilai investasi saham VVV terhadap nilai investasi saham JJJ. Rasio
yang lebih besar dari 1,00 mengindikasikan bahwa saham VVV telah mengalahkan saham
JJJ, atau saham VVV mengalami penurunan harga yang lebih sedikit apabila kinerja
keduanya adalahsama-sama buruk. Sebaliknya, rasio kurang dari 1,00 mengindikasikan
bahwa kinerja saham VVV di bawah saham JJJ.

2.5. METODE PENGEPLOTAN GRAFIK


The Dow Theory seperti dijelaskan di atas bisa dipakai untuk menggambarkan pola
pergerakan harga saham dalam jangka panjang, menengah dan harian. Teknik lainnya untuk
menggambarkan pola pergerakan harga saham adalah dengan menyusun grafik (chart) dari
pergerakan saham secara individual selama waktu tertentu. Penggunaan grafik pergerakan
harga saham ini sangat terkait dengan pendapat para analis teknikal yang percaya bahwa pada
dasarnya pergerakan harga saham akan membentuk suatu tren yang bisa dideteksi dan
digambarkan. Dengan membuat gambaran pergerakan harga saham secara visual dan
memperhatikan kekuatan daya tarik menarik permintaan dan penawaran, investor berharap
bahwa mereka akan mampu memprediksi arah pergerakan harga saham di kemudian hari.
1. Grafik Batang (Bar Chart)
Grafik batang mencerminkan kisar perdagangan (trading range) pada suatu periode
tertentu yang dianalisis. Misalnya, bila interval data adalah mingguan, batang akan
mencerminkan pembukaan harga pada hari Senin, dan penutupan harga pada hari Jumat
serta harga terendah dan tertinggi yang terjadi dalam satu minggu tersebut, Bila interval
data adalah harian, grafik batang mencerminkan perdagangan selama satu hari, demikian
seterusnya.
Kebanyakan metode penggrafikan menempatkan harga pada aksis vertikal Y dan
waktu pada aksis horizontal X. Salah satu bentuk grafik yang banyak dipakai oleh para
analis teknikal adalah grafik batang (bar chart). Gambar berikut ini menunjukkan ilustrasi
bentuk grafik batang. Bagian atas dari batang menunjukkan catatan harga tertinggi
sedangkan bagian bawah menunjukkan catatan harga terendah. Garis horizontal (tick

8
mark) pada sebelah kiri batang mencerminkan harga buka dan garis horizontal sebelah
kanan batang mencerminkan harga tutup (closing or settlement pice).
Grafik batang memudahkan analis untuk secara visual dapat mengamati banyak
informasi dari suatu kisar perdagangan pada suatu periode tertentu. Bagian terpenting dari
grafik batang adalah identifikasi harga pembuka dan harga penutup. Harga pembuka
memiliki arti penting karena mencerminkan psikologi dari para pelaku pasar sebagai awal
dari sesi perdagangan. Harga penutup memiliki arti penting karena mencerminkan
pedagang dan investor yang bersedia mengambil posisi overnight.
Diagram batang (Bar chart) merupakan cara yang paling sederhana dalam analisis
teknikal yang menggambarkan pergerakan harga saham. Sumbu vertikal dalam bar chart
menunjukkan harga saham, sedangkan sumbu horizontal menunjukkan waktu. Pergerakan
harga saham setiap harinya ditunjukkan oleh diagram batang vertikal (bar vertical), di
mana ujung atasnya menunjukkan harga tertinggi saham, sedangkan ujung bawahnya
menunjukkan harga terendah saham hari itu. Bar chart biasanya juga disertai dengan bar
chart tambahan di bagian bawah yang menunjukkan volume perdagangan harga saham.
Gambar berikut ini merupakan contoh lain dari bar chart.

2. Point-and-Figure Chart
Penggunaan grafik dengan angka dan gambar (point-and figure chart) untuk
menggambarkan pergerakan harga saham juga cukup dikenal dalam analisis teknikal. Jenis
chart seperti ini lebih kompleks dibandingkan dengan bar chart biasa, karena
menggambarkan perubahan harga saham yang berubah secara signifikan (volume
perdagangan saham tidak dimasukkan dalam chart jenis ini). Perubahan harga yang
signifikan biasanya bisa dilihat dalam bentuk angka yang menunjukkan perubahan harga
saham. Berikut ini akan diberikan contoh point-and- figure chart dalam gambar berikut.

9
Metode penggrafikan angka atau poin dan gambar (point and figure chart) berbeda
dengan metode lainnya dalam hal aksis horizontal tidak mengukur waktu melainkan
jumlah perdagangan dalam kisar harga tertentu. Grafik poin dan gambar terdiri atas
serangkaian O dan X yang dikenal sebagai kotak-kotak, Poin O mencerminkan penurunan
harga saham dan poin X mencerminkan peningkatan harga. Setiap kotak mencerminkan
himpunan pergerakan harga tertentu. Sebagai contoh, pengeplotan harga pasar saham
sebesar Rp10 pada setiap kotak untuk perdagangan di atas Rp200. Maka setiap
peningkatan harga sebesar Rp10, poin X baru terbentuk dalam grafik tersebut. Bila
kenaikan harga sebesar Rp9, maka tidak ada poin X baru yang terbentuk. Sebaliknya, bila
terjadi penurunan harga sebesar Rp10 maka poin O baru terbentuk dalam grafik tersebut.
3. Grafik Garis
Grafik garis (line chart) hanya menggambarkan harga tutup. Harga tertinggi, harga
terendah, atau harga pembukaan diabaikan dalam penyajian grafik. Garis disusun dalam
bentuk kontinu yang menghubungkan harga penutup antarinterval waktu secara berututan.
Walaupun grafik garis tidak menyediakan cukup informasi seperti halnya grafik batang,
namun grafik garis juga berguna dalam beberapa hal
a. Harga tertinggi dan terendah yang diabaikan sehingga sebagian kegaduhan random
(random noise) yang terjadi selama sesi perdagangan dapat dieliminasi.
b. Fokus pada pertimbangan harga penutup menampilkan grafik garis yang lebih bersih
dan mudah untuk diamati sehingga memudahkan analis untuk melihat tren yang
terjadi sebelumnya.
c. Harga penutupan juga sangat penting sebagai dasar pertimbangan karena
mencerminkan hanya para pelaku pasar yang benar-benar dipersiapkan untuk
memegang sekuritas melampaui semalam (overnight), atau melarmpaui seminggu
(over a weekend).
d. Grafik garis memungkinkan pengeplotan dengan rentang waktu yang lebih panjang
daripada grafik batang.

10
4. Grafik Lilin (Candlestick Chart)
Grafik lilin (candle chart) banyak dipakai di Jepang, namun saat ini mulai banyak
diadopsi oleh negara-negara Barat. Teknik ini menjadi sangat populer, terutama bagi para
pedagang (trader). Oleh karena grafik lilin hanya mencerminkan fenomena jangka pendek,
kemampuan peramalannya juga relatif pendek yakni kurang dari 10 hari. Informasi yang
disajikan dalam penggrafikan kandil identik dengan grafik batang (bar chart). Grafik
batang mempertimbangkan harga pembuka, penutup, tertinggi, dan terendah. Metode
penggrafikan lilin (candle chart) menekankan pada harga pembuka dan harga penutup
yang tercermin dari kotak persegi empat seperti pada gambar di bawah ini. Bagian dari
persegi empat berwarna putih atau kosong mencerminkan harga penutup, sedangkan
bagian bawahnya mencerminkan harga pembuka. Sedangkan bagian atas dari persegi
empat berwarna hitam atau terisi mencerminkan harga pembuka, sedangkan bagian
bawahnya mencerminkan harga penutup.

Secara normal, analis umumnya ingin melihat harga meningkat selama hari tersebut,
sehingga warna hitam atau gelap dari suatu lilin persegi empat menawarkan suatu jenis
bearish overtone. Dalam analisis teknikal, kandil persegi empat vertikal disebut dengan
istilah real body yang mencerminkan aktivitas perdagangan antara harga pembuka dan
harga penutup. Bila harga pembuka lebih tinggi dari harga penutup, hasil itu akan dicatat
pada bagian atas real body, sedangkan harga penutup pada bagian bawah real body.
Sekilas gambar lilin persegi empat dalam gambar di atas mengindikasi lilin hitam
berarti penurunan dan lilin putih berarti peningkatan. Namun hal ini tidak selalu benar,
karena pada lilin hitam mungkin terjadi harga penutupan lebih tinggi dari harga penutupan
periode kemarin. Untuk membedakan harga tertinggi dan terendah dalam suatu hari,
ditambahkan suatu garis tipis yang berada di atas atau di bawah real body. Garis tipis ini

11
disebut sebagai bayangan (shadow Garis tipis di atas real body dinamakan bayangan lebih
tinggi (upper), sedangkan garis tipis di bawah real body dinamakan bayangan lebih
(lower).
Terdapat berbagai variasi konstruksi grafik lilin. Gambar di bawah ini menyajikan
beberapa bentuk yang umum digunakan dalam pengeplotan grafik lilin. Gambar A terjadi
bila harga pembukaan identik dengan harga penutupan. Real body tercermin dari garis tipis
horizontal. Gambar B mencerminkan tinggi dan rendah dar Suar harga dalam suatu hari
sehingga tidak terdapat bayangan (shadow) Terdapat kemungkinan bahwa harga
pembukaan dan penutupan relatif tinggi (Gambar C) atau relatif rendah (gambar D), atau
kisar perdagangan yang relatif kecil (gambar E).

Dalam bentuk yang ekstrim, terdapat beberapa grafik yang memiliki nama khusus
untuk meramaikan karakterstik grafik lilin. Gambar berikut ini menyajikan beberapa
karakterstik grafik lilin tersebut. Masing-masing grafik dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Garis putih panjang (long white line) terjadi bila harga penutupan jauh di atas harga
pembukaan.
b. Garis hitam panjang (long black line) terjadi bila harga penutupan jauh di bawah harga
pembukaan.
c. Garis Doji (Doji line) terjadi bila harga penutupan identik dengan harga pembukaan.
d. Garis payung (umbrella line) terjadi bila real body relatif tipis dan mendekati harga
tertinggi pada hari tersebut.
e. Puncak Kisaran (spinning top) terjadi bila terdapat real body yang tipis dalam sehari
dengan kisar perdagangan yang tipis pula.

12
Selain bentuk-bentuk spesifik tersebut, penggrafikan kandil juga membedakan pola-
pola kebalikan (reversal patterns). Gambar di atas menyajikan dua bentuk berlawanan
yakni hammer (Takuri) dan hanging man (Kubitsuri). Hammer dan hanging man
merupakan pembalikan harga dalam sehari. Kedua pola dicirikan oleh real body yang
relatif kecil dengan garis bayangan (shadow) sedikitnya dua kali dari ukuran real body.
a. Hammer merupakan payung (umbrella) yang terjadi setelah suatu harga mengalami
penurunan, sesuai dengan namanya bentuknya menyerupai "palu" dengan posisi
grafik yang terletak di bagian bawah. Suatu hammer dicirikan oleh pergerakan harga-
harga dalam sehari yang menurun secara tajam dari harga pembukaan selama sesi
perdagangan dan kemudian kembali ditutup pada posisi harga tinggi dalam hari itu
juga.
b. Hanging man merupakan kebalikan dari hammer. Suatu hanging man juga
menyerupai payung yang dicirikan oleh pergerakan harga-harga dalam sehari yang
meningkat secara tajam dari harga pembukaan selama sesi perdagangan dan kemudian
kembali ditutup pada posisi harga rendah dalam hari itu juga. Real body dalam
hanging man dapat dibandingkan dengan kepala, sedangkan garis panjang (shadow)
menyerupai kaki yang tidak menyentuh bagian bawah.

2.6. MODEL SIKLUS PASAR DAN IDENTIFIKASI TREND DASAR


Model Siklus Pasar. Perbedaan tren terkait dengan perbedaan unit rentang waktu.
Grafik harian mencerminkan tren yang sangar pendek yakni hanya beberapa hari, sedangkan
grafik multidekade mencakup data bulanan yang mencerminkan tren 5 hingga 10 tahun atau
bahkan lebih dari 10 tahun. Perbedaan analisis ini diperlukan karena dengan melihat trend yang
lebih panjang, maka eksistensi implikasi yang lebih besar dari polapola pembalikannya dapat
di- identifikasi sebagai suatu sinyal tertentu.
Untuk tujuan praktis, terdapat empat bentuk tren.
1. Tren jangka pendek (short-term trend) yakni antara 3 hingga 6 minggu.
2. Tren jangka menengah (intermediate-term trend) yakni antara 6 minggu hingga 9 bulan.
3. Tren primer (primary trend) yakni antara 9 bulan hingga 2 tahun.
4. Tren sekular (secular trend) yakni antara 8 tahun hingga 12 tahun.

13
Pedoman tersebut bersifat kasar karena dalam praktiknya, kerangka waktu tersebut
dapat berbeda sesuai dengan kebutuhan perbandingan waktu tren. Gambar di bawah ini
menyajikan perbandingan tiga tren, yaitu tren jangka pendek, menengah, dan primer.

Puncak dan Palung (Peak and Trough). Salah satu prinsip dasar (building
block) analisis teknikal adalah bahwa harga tidak bergerak secara langsung naik atau turun
melainkan bergerak secara zigzag. Gambar di bawah ini mengilustrasikan tren meningkat dari
suatu pergerakan harga yang diinterupsi melalui suatu koreksi dan diikuti dengan pergerakan
harga lainnya kemudian dikuti pula dengan koreksi guna melacak ulang pergerakan harga dan
seterusnya. Terdapat beberapa puncak dan palung, setiap puncak lebih tinggi dari pergerakan
harga sebelumnya dan setiap siklus tandingannya menurun secara progresif. Serangkaian
peningkatan harga melalui puncak dan palung secara utuh, kemudian diüikuti dengan puncak
yang lebih rendah dari harga puncak sebelumnya (poin A) dan reaksi berikutnya menunjukkan
harga yang lebih rendah (poin B). Bila serangkaian puncak dan palung tersebut tidak lagi
terdorong ke atas, maka terdapat suatu sinyal bahwa tren mengalami pembalikan (reversal).

Transisi dari tren negatif (bear) ke positif (bull) diílustrasikan dalam gambar di bawah
ini tersebut menunjukkan serangkaian penurunan puncak dan palung yang kemudian berbalik
menjadi tren baru yang meningkat. Penurunan harga menuju titik terendah yakni poin A yang
kemudian dapat ditelaah secara jelas dengan melihat kembali pergerakan harga yang telah
terjadi. Konfirmasi bahwa harga telah mencapai titik rendah belum dapat dibukukan hingga
akhirnya teriadi peningkatan harga pada poin D yang ditunjukkan oleh tanda panah.

14
1. Support dan Resistance
Dalam mengidentifikasi sinyal-sinyal dalam pergerakan harga saham, dikenal adanya
dua istilah penting untuk menggambarkan pergerakan harga saham, yaitu: support level dan
resistance level.
Istilah support dan resistance banyak disebut dalam analisis teknikal. Pada dasarnya,
keduanya menandai poin-poin dalam suatu grafik yang menunjukkan kemungkinan terjadi
perhentian pergerakan harga saham secara temporer dalam suatu tren berikut ini.
a. Support adalah volume pembelian (buying), aktual atau potensial, yang cukup untuk
menghentikan tren menurun dari suatu harga dalam suatu periode yang cukup besar.
b. Resistance adalah volume penjualan (selling), aktual atau potensial, yang cukup untuk
memenuhi semua penawaran sehingga menghentikan harga yang lebih tinggi dalam
waktu tertentu.
Dengan kata lain istilah support level berarti tingkat harga atau kisaran harga, pada saat
para analis teknikal mengharapkan akan terjadinya peningkatan yang signifikan atas
permintaan saham di pasar. Dengan kata lain, support level menggambarkan batas bawah
kisaran harga (lower boundary) yang bisa membuat para pembeli saham tertarik untuk
segera melakukan pembelian saham, sehingga permintaan saham meningkat, dan
selanjutnya harga saham akan bergerak naik. Sedangkan resistance level berarti kisaran
harga, di mana para analis teknikal berharap akan terjadi peningkatan yang signifikan atas
jumlah saham yang ditawarkan di pasar. Dengan kata lain, resistance level menggambarkan
batas atas tingkat harga (upper boundary) yang bisa membuat para penjual saham segera
bertindak menjual sahamnya. Situasi ini diharapkan bisa menjadi penahan (resistance) atas
gerakan naik harga saham, karena jika banyak pihak yang ingin menjual saham di pasar,
maka diharapkan harga akan bergerak turun, dan tidak melewati batas atas harga,
Support level biasanya terjadi ketika banyak investor melakukan tindakan 'ambil
untung', dengan melakukan penjualan saham-saham, karena tertarik pada harga jual yang
cukup tinggi. Jika banyak investor melakukan tindakan ambil untung, maka biasanya justru
akan diikuti penurunan harga saham. Selanjutnya, jika harga turun seperti ini, maka akan
banyak para pembeli saham yang tertarik untuk melakukan pembelian-pembelian saham,
sehingga permintaan saham kembali meningkat. Sesuai dengan hukum permintaan
penawaran, peningkatan permintaan ini nantinya diharapkan menjadi support level yang
menjaga agar harga saham bergerak naik. Sedangkan resistance level biasanya terjadi ketika
harga saham turun terus setelah mencapai harga tertinggi. Investor yang memiliki saham
tentunya tidak akan mau rugi akibat harga sahamnya terus turun. Mereka akan menunggu

15
waktu yang tepat untuk menjual sahamnya untuk mengurangi kerugian, biasanya pada saat
harga saham mencapai titik balik (recovery point). Pada saat seperti ini, jika banyak penjual
yang menjual saham, maka penawaran saham akan meningkat, dan biasanya justru akan
diikuti oleh penurunan harga saham. Penurunan harga saham pada saat tersebut oleh para
analis teknikal diharapkan sebagai penahan pergerakan harga yang naik.
Pemikiran bahwa resistance merupakan batas tertinggi (ceiling) temporer dan support
merupakan batas bawah (floor) temporer dilukiskan dalam gambar di bawah ini. Untuk
mencapai level batas terbawah (floor), area support harus mencerminkan konsentrasi
permintaan. Area support adalah tempat di mana penjual menjadi kurang antusias untuk
membagi asetnya, sedangkan pembeli secara temporer lebih kuar motivasinya untuk
membeli.

Sering kali area support dan resistance terjadi pada sekeliling angka. Gambar berikut
ini menjelaskan bagaimana support dan resistance bekerja secara teoretis. Poin Al yang
terjadi pada harga Rp2500 merupakan angka yang cukup menarik. Dalam gambar tersebut
juga terjadi perubahan harga yang relatif besar. Bahkan penurunan tajam terjadi hingga
mencapai poin B1. Support pada B1 cukup berat, karena bentuk tersebut lebih rendah dari
kisar perdagangan secara temporer. Akhirnya, harga pada level dasar mulai bergerak
meningkat hingga poin level B2. Bila sebelumnya support sebagai nilai terendah (floor)
dalam membentuk resistance sebagai batas teratas (ceiling) gambar tersebut menunjukkan
bahwa pada level ceiling B2 terjadi pembalikan dari support. Selain itu, harga juga
mencapai restistance pada poin A. Dalam hal ini telah terjadi perubahan harga, sehingga
banyak pelaku pasar yang menginginkan hasil impas (break even).

2. Formasi Bahu-dan-Kepala (head-and-shoulders formation)

16
Kepala dan bahu merupakan salah satu dari berbagai pola harga yang banyak digunakan
dalam analisis teknikal. Pola-pola tersebut terjadi sebagai pembalikan ke atas atau ke bawah
dan sebagai formasi kelanjutan atau konsolidasi. Gambar 16.19 menyajikan bentuk-bentuk
bahu-dan-kepala. Pada sisi kiri dan kanan dari kepala (Head, H) menunjukkan bahu kiri
(shoulder, s) kepala (head, h) dan bahu kanan (s) atau s-h-s. Bila dilihat dari area yang lebih
lebar, tampak bahwa kepala (h) pada sisi kiri dan kanan merupakan bahu (Shoulder, S), S-
H-S.

17
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Analis teknikal adalah teknik untuk memprediksi arah pergerakan harga saham dan
indikator pasar saham lainnya berdasarkan pada data pasar historis seperti informasi harga dan
volume. Penganut analisis teknikal berpendapat bahwa dalam kenyataannya harga bergerak
dalam suatu tren tertentu, dan hal tersebut akan terjadi berulang-ulang.
Beberapa asumsi yang mendasari analisis teknikal adalah nilai pasar barang dan jasa,
interaksi permintaan dan penawaran, harga-harga sekuritas secara individual dan nilai pasar
secara keseluruhan, dan tren perubahan harga dan nilai pasar dapat berubah
Keuntungan penggunaan analisis teknikal tidak terlepas dari asumsi-asumsi yang dianut
oleh para analis teknikal. Mereka percaya bahwa jika seorang investor mampu mengakses
informasi secara cepat, punya kemampuan analitis yang tinggi dan punya insting yang tajam
atas apa yang akan terjadi terhadap harga pasar jika ada informasi baru, maka investor tersebut
akan mampu mendapatkan return abnormal yang melebihi return pasar dan return investor
lainnya. Disamping keuntungan tersebut di atas, penggunaan analisis teknikal juga
menimbulkan berbagai kritik. Menurut pandangan hipotesis pasar efisien, jika pasar efisien,
tidak seorang investor pun bisa memperoleh keuntungan abnormal dari pasar. Beberapa
penelitian sudah membuktikan bahwa harga saham secara statistic tidak bergerak mengikuti
tren seperti yang dikemukakan para analis teknikal. Kritikan berikutnya berkaitan dengan
keefektifan penggunaan analisis teknikal untuk jangka waktu yang panjang.
Terdapat teknik-tenik analisis teknikal yaitu The dow theory bertujuan untuk
mengidentifikasi tren harga pasar saham dalam jangka panjang dengan berdasar pada data-data
historis harga pasar saham di masa lalu. Rata-rata bergerak (moving average) adalah salah satu
teknik yang dipakai dalam analisis teknikal, untuk mendeteksi dan menganalisis pergerakan
harga saham baik saham individual maupun seluruh saham di pasar modal. Relative strength
menggambarkan rasio antara harga saham dengan indeks pasar atau industri tertentu. Teknik
ini digunakan untuk menganalisis saham individual ataupun saham-saham dalam industry.
Teknik lainnya untuk menggambarkan pola pergerakan harga saham adalah dengan
menyusun grafik (chart) dari pergerakan saham secara individual selama waktu tertentu.
Penggunaan grafik pergerakan harga saham ini sangat terkait dengan pendapat para analis
teknikal yang percaya bahwa pada dasarnya pergerakan harga saham akan membentuk suatu
tren yang bisa dideteksi dan digambarkan. Jenis grafik pada analisis teknikal adalah grafik
batang (bar chart) mencerminkan kisar perdagangan (trading range) pada suatu periode
tertentu yang dianalisis. Penggunaan grafik dengan angka dan gambar (point-and figure chart)
menggambarkan perubahan harga saham yang berubah secara signifikan (volume perdagangan
saham tidak dimasukkan dalam chart ini). Grafik garis (line chart) hanya menggambarkan
harga tutup. Harga tertinggi, harga terendah, atau harga pembukaan diabaikan dalam penyajian
grafik. Grafik lilin (candle chart) Informasi yang disajikan dalam penggrafikan identik dengan
grafik batang yang mempertimbangkan harga pembuka, penutup, tertinggi, dan terendah.

18
Model siklus pasar merupakan perbedaan tren terkait dengan perbedaan unit rentang
waktu. Grafik harian mencerminkan tren yang sangar pendek yakni hanya beberapa hari,
sedangkan grafik multidekade mencakup data bulanan yang mencerminkan tren 5 hingga 10
tahun atau bahkan lebih dari 10 tahun. Terdapat empat bentuk tren yaitu tren jangka pendek,
jangka menengah, primer dan sekular.

19
DAFTAR PUSTAKA

Tandelilin, Eduardus. 2017. Pasar Modal Manajemen Portofolio dan Investasi.


Yogyakarta: PT Kanisius Yogyakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai