HALUSINASI
Disusun Oleh
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
LAMPUNG
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI
1. Kadang proses
1. Pikiran Logis 1. Gangguan
pikir terganggu
2. Persepsi Akurat proses pikir
2. Ilusi
3. Emosi (waham)
3. Emosi
konsisten 2. Halusinasi
4. Perilaku tidak
dengan 3. RPK
biasa
pengalaman 4. Perilaku tidak
5. Menarik diri
4. Perilaku sesuai terorganisir
5. Isolasi sosial
2) Neurokimia
Penelitian di bidang neurotransmisi telah memperjelas hipotetsi
disregulasi pada skizofrenia, gangguan terus menerus dalam satu atau
lebih neurotransmiter atau neuromodulator mekanisme pengaturan
homeostatic menyebabkan neurotransmisi tidak stabil atau tidak
menentu. Teori ini menyatakan bahwa area mesolimbik overaktif
terhadap dopamine, sedangkan area prefrontal mengalami hipoaktif
sehingga terjadi ketidakseimbangan antara sistem neurotransmiter
dopamine dan serotonin serta yang lain (Stuart, 2019). Pernyataan ini
memberi arti bahwa neurotransmitter mempunyai peranan yang penting
menyebabkan terjadinya skizofrenia.
Beberapa referensi menunjukkan bahwa neurotransmiter yang
bereperan menyebabkan skizofrenia adalah dopamin dan serotonin.
Satu teori yang terkenal memperlihatkan dopamin sebagai faktor
penyebab, ini dibuktikan dengan obat-obatan yang menyekat reseptor
dopamin pascasinaptik mengurangi gejala gejala psikotik dan pada
kenyataan nya semakin efektif obat tersebut dalam mengurangigejala
skizofrenia. Sedangkan serotonin berfungsi sebagai modulasi
dopamine, yang membantu mengontrol kelebihan dopamine, beberapa
peneliti yakin bahwa kelebihan serotonin itu sendiri bereperan dalam
perkembangan skizofrenia, ini dibuktikan dengan penggunaan obat
antipsikotik atipikal seperti klozapin (clorazil) yang merupakan
antagonis dopamine dan serotonin. Penelitian menunjukkan bahwa
klozapin dapat menghasilkan penurunan gejala psikotik secara dramatis
dan mengurangi tanda-tanda negatif skizofrenia (O’Connor, 2018;
Marder, 2014 dalam Videbeck, 2018).
adanya overload reuptake neurotransmiter dopamin dan serotonin
mengakibatkan kerusakan komunikasi antar sel otak, sehingga jalur
penerima dan pengiriman informasi di otak terganggu. Keadaan inilah
yang mengakibatkan informasi tidak dapat diproses sehingga terjadi
kerusakan dalam persepsi yang berkembang menjadi halusinasi dan
kesalahan dalam membuat kesimpulan yang berkembang menjadi
delusi.
3) Imunovirologi
Sebuah penelitian untuk menemukan “virus Skizofrenia” telah
berlangsung (Torrey et al, 2017; alman et al, 2018). Bukti campuran
menunjukkan bahwa paparan prenatal terhadap virus influenza,
terutama selama trimester pertama, mungkin menjadi salah satu faktor
penyebab skizofrenia pada beberapa orang tetapi tidak pada orang lain
(Brown et al, 2014). Teori ini didukung oleh temuan riset yang
memperlihatkan lebih banyak orang dengan skiofrenia lahir di musim
dingin atau awal musim semi dan di daerah perkotaan (Van Os et al,
2014). Temuan ini menunjukkan musim potensial dan tempat lahir
dampak terhadap resiko untuk skizofrenia. Infeksi virus lebih sering
terjadi pada tempat-tempat keramaian dan musim dingin dan awal
musing semi dan dapat terjadi in utero atau pada anak usia dini pada
beberapa orang yang rentan (Gallagher et al, 2017; Velling et al, 2018
dalam Stuart, 2019)
b. Psikologis
Awal terjadinya skizofrenia difokuskan pada hubungan dalam keluarga yang
mempengaruhi perkembangan gangguan ini, teori awal menunjukkan kurangnya
hubungan antara orangtua dan anak, serta disfungsi sistem keluarga sebagai
penyebab skizofrenia. Dalam penelitian lain, beberapa anak dengan skizofrenia
menunjukkan kelainan halus yang meliputi perhatian, koordinasi, kemampuan
sosaial, fungsi neuromotordan respon emosional jauh sebelum mereka
menunjukkan gejala yang jelas dari skizofrenia (Schiffman et al, 2014 dalam
Stuart, 2019). Hal di atas dukung oleh Sinaga., (2017) yang menyebutkan bahwa
lingkungan emosional yang tidak stabil mempunyai resiko yang besar terhadap
perkembangan skizofrenia, pada masa kanak disfungsi situasi sosial seperti
trauma masa kecil, kekerasan, hostilitas dan huungan interpersonal yang kurang
hangat diterima oleh anak sangat mempengaruhi perkembangan neurologikal
anak sehingga lebih rentan mengalami skizofrenia dikemudian hari.
Berdasarkan Stuart dan Laraia (2015) faktor psikologis yang dapat
mempengaruhi adalah tingkat intelegensi, kemampuan verbal, moral,
kepribadian, pengalaman masa lalu, konsep diri dan motivasi. Selain itu faktor
penyebab terjadinya skizofrenia berdasarkan teori interpersonal berpendapat
bahwa s skizofrenia muncul akibat hubungan disfungsional pada masa
kehidupan awal dan masa remaja, skizofrenia terjadi akibat ibu yang cemas atau
ayah yang jauh dan suka mengonbtrol (Torrey, 2015 dalam Videbeck, 2018).
Halini memberiarti bahwa anak akan belajar pada orangtua nya yang
mengalami skizofrenia dan akan mempraktekkan apa yang dilihatnya setelah ia
besar dalam setiap ia mengalami masalah.
c. Sosial Budaya
sosial budaya yang dapat menyebabkan terjadinya skizofrenia adalah adanya
double bind didalam keluarga dan konflik dalam keluarga. Torrey (2015 dalam
Videbeck , 2018) menyebutkan bahwa salah satu faktor sosial yang dapat
menyebabkan terjadinya skizofrenia adalah asnya disfungsi dalam pengasuhan
anak maupun dinamika keluarga.
Seaward (2017, dalam Videbeck 2018) menyebutkan bahwa fakor budaya dan
sosial dapat menyebabkan terjadinya skizofrenia adalah karena tidak adanya
penghasilan, adanya kekerasan , tidak memiliki tempat tinggal, kemiskinan dan
diskriminasi ras, golongan , usia maupun jenis kelamin.
2. Faktor Presipitasi
Faktor pencetus halusinasi diakibatkan gangguan umpan balik di otak yang
mengatur jumlah dan waktu dalam proses informasi. Stimulasi pemglihatan dan
pendengaran pada awalnya di saring oleh hipotalamus dan dikirim untuk diproses
oleh lobus frontal dan bila informasi yang disampaikan terlalu banyak pada suatu
waktu atau jika informasi tersebut salah, lobus frontal mengirimkan pesan overload
ke ganglia basal dan di ingatkan lagi hipotalamus untuk mmeperlambat transmisi ke
lobus frontal. Penurunan fungsi dari lobus frontal menyebabkan gangguan pada
proses umpan balik dalam penyampaian informasi yang menghasilkan proses
informasi overload ( Stuart & Laraia 2015 ; Stuart 2019). Selain itu , penurunan
pintu mekanisme / gatting proses ini ditunjukkan dengan ketidakmampuan individu
dalam memilih stimuli secara selektif ( Hong et al, 20127 dalam Stuart 2019).
4. Sumber Koping
Berdasarkan Stuart dan Laraia (2015), sumber koping merupakan hal yang penting
dalam membantu klien dalam mengatasi stressor yang dihadapinya. Sumber koping
tersebut meliputi aset ekonomi, sosial support, nilai dan kemampuan individu
mengatasi masalah. Apabila individu mempunyai sumber koping yang adekuat
maka ia akan mampu beradaptasi dan mengatasi stressor yang ada.
Keluarga merupakan salah satu sumber koping yang dibutuhkan individu ketika
mengalami stress. Hal terseut sesuai dengan Videbeck (2018) yang menyatakan
bahwa keluarga memang merupakan salah satu sumber pendukung yang utama
dalam penyembuhan klien skizofrenia. Psikosis atau skizofrenia adalah penyakit
menakutkan dan sangat menjengkelkan yang memerlukan penyesuaian baik bagi
klien dan keluarga. Proses penyesuaian psikotik terdiri dari empat fase : (1)
disonansi kognitif (psikosis aktif), (2) pencapaian wawasan, (3) stabilitas dalam
semua aspek kehidupan (ketetapan kognitif), dan (4) bergerak terhadap prestasi
kerja atau tujuan pendidikan. Proses multifase penyesuaian dapat berlangsung 3
sampai 6 tahun (Moller, 2016 dalam Stuart,2019) :
a) Efikasi/ Kemanjuran pengobatan untuk secara konsisten mengurangi gejala dan
menstabilkan disonansi kognitif setelah episode pertama memakan waktu 6
sampai 12 bulan.
b) Awal penegenalan diri/ insight sebagai proses mandiri melakukan pemeriksaan
realitas yang dapat diandalkan. Pencapaian keterampilan ini memakan waktu 6
sampai 18 bulan dan tergantung pada keberhasilan pengobatan dan dukungan
yang berkelanjutan.
c) Setelah mencapai pengenalan diri/ insight, proses pencapaian kognitif meliputi
keteguhan melanjutkan hubungan interpersoanl normal dan reengaging dalam
kegiatan yang sesuai dengan usia yang berkaitan dengansekolah dan bekerja.
Fase ini berlangsung 1 sampai 3 tahun.
d) Ordinariness/ kesiapan kembali seperti sebelum sakit ditandai dengan
kemampuan untuk secara konsisten dan dapat diandalkan dan terlibat dalam
kegiatan yang sesuai dengan usia lengkap dari kehidupan sehari-hari
mencerminkan tujuan prepsychosis. Fase ini berlangsung minimal 2 tahun.
Sumber daya keluarga, seperti pemahaman orang tua terhadap penyakit,
keuangan, ketersediaan waktu dan energi, dan kemampuan untuk menyediakan
dukungan yang berkelanjutan, mempengaruhi jalannya penyesuaian
pospsychotic.
5. Mekanisme Koping
Menurut Stuart & Laraia, 2015 ; Stuart, 2019), pada klien skizofrenia, klien
berusaha untuk melindungi dirinya dan pengalaman yang disebabkan oleh
penyakitnya. Klien akan melakukan regresi untuk mengatasi kecemasan yang
dialaminya, melakukan proyeksi sebagai usaha untuk menjelaskan persepsinya dan
menarik diri yang berhubungan dengan masalah membangun kepercayaan dan
keasyikan terhadap pengalaman internal.
C. POHON MASALAH
1. Pohon Masalah
Isolasi Sosial
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko perilaku kekerasan
2. Gangguan sensori persepsi : Halusinasi
3. Isolasi sosial
4. Harga diri rendah
E. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN (TULIS SESUAI DENGAN MASALAH UTAMA)
Dengan Diagnosa Keperawatan : Gangguan sensori persepsi : Halusinasi
Perencanaan
No Rasional
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
1 Pasien Mampu : Setelah 4x pertemuan, SP 1
1) Mengontrol pasien dapat menjelaskan 1) Membantu pasien mengenal 1) Mencari tahu apa yan g terjadi ketika
halusinasi dengan tentang: halusinasi ( isi, frekuensi, waktu pasien halusinasi.
cara menghardik. 1) Cara Menghardik terjadinya, situasi pencetus, perasaan
2) Mengontrol 2) Cara minum obat (6 saat terjadi halusinasi)
halusinasi dengan Benar) 2) Menjelaskan cara mengontrol 2) Memberi pengetahuan
cara minum obat 3) Bercakap-cakap halusinasi : hardik, obat, bercakap-
(6 Benar) dengan orang lain. cakap, melakukan kegiatan harian
3) Mengontrol 4) Melakukan Kegiatan 3) Mengajarkan pasien mengontrol 3) Memberikan latihan praktik langsung untuk
halusinasi dengan Harian. halusinasi dengan cara menghardik mencegah datangnya halusinasi
cara bercakap- halusinasi
cakap dengan 4) Masukan oada jadwal kegiatan untuk 4) Mengontrol/evaluasi apa saja yang sudah
orang lain. latihan menghardik pasien lakukan.
4) Mengontrol SP 2
halusinasi dengan 1) Evaluasi kegiatan menghardik, beri 1) Membandingkan hasil dan harapan.
cara melakukan pujian
kegiatan harian. 2) Latih cara mengontrol halusinasi' 2) Memberikan latihan praktik langsung untuk
mencegah datangnya halusinasi.
3) Latih cara mengontrol halusinasi 3) Memberikan latihan praktik langsung untuk
dengan obat ( jelaskan 5 benar : jenis, mencegah datangnya halusinasi.
guna, dosis, frekuensi,
cara,kontinuitas minum obat)
4) Masukan pada jadwal kegiatan untuk 4) Mengontrol/evaluasi apa saja yang sudah
latihan menghardik dan minum obat pasien lakukan.
SP 3
1) Evaluasi kegiatan harian menghardik 1) Membandingkan hasil dan harapan.
dan obat, beri pujian
2) Latih cara mengontrol halusinasi 2) Memberikan latihan praktik langsung
bercakap-cakap saat terjadi halusinasi untukmencegah datangnya halusinasi.
3) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk 3) Mengontrol/evaluasi apa saja yang sudah
latihan menghardik, minum obat dan pasien lakukan.
bercakap-cakap.
SP 4
1) Evaluasi kegiatan harian menghardik, 1) Membandingkan hasil dan harapan.
minum obat dan bercakap-cakap, beri
pujian
2) Latih cara mengontrol halusinasi 2) Memberikan latihan praktik langsung
dengan melakukan kegiatan harian untukmencegah datangnya halusinasi.
(mulai 2 kegiatan)
3) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk 3) Mengontrol/evaluasi apa saja yang sudah
latihan menghardik, minum obat, pasien lakukan.
bercakap-cakap dan kegiatan harian.
2 Keluarga mampu Setelah 4x pertemuan SP 1
merawat anggota keluarga mampu 1) Diskusikan masalah yang dirasakan 1) Mengetahui masalah yang dirasakan dalam
keluarga yang meneruskan melatih dalam merawat klien merawat klien.
mengalami pasien dan mendukung 2) Jelaskan pengertian, tanda dan gejala 2) Memberi pengetahuan.
masalah gangguan agar kemampuan dan proses terjadinya halusinasi
persepsi sensori : mengontrol halusinasinya 3) Jelaskan cara merawat halusinasi 3) Memberi pengetahuan.
halusinasi meningkat. 4) Latih cara merawat halusinasi : hardik 4) Memberi latihan praktik langusng dalam
mengontrol halusinasi.
5) Anjurkan membantu klien sesuai 5) Mengontrol apa-apa saja yang pasien
jadwal dan memberi pujian lakukan untuk latihannya
SP 2
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam 1) Membandingkan hasil dan harapan.
merawat/melatih klien menghardik,
beri pujian
2) Jelaskan 6 benar cara memberikan 2) Memberi pengetahuan.
obat
3) Latih cara memberikan/ membimbing 3) Memberi latihan praktik langusng dalam
minum obat. mengontrol halusinasi.
4) Anjurkan membantu klien sesuai 4) Mengontrol apa-apa saja yang pasien
jadwal dan memberi pujian lakukan untuk latihannya
SP 3
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam 1) Membandingkan hasil dan harapan.
merawat/melatih klien menghardik
dan memberikan obat, beri pujian
2) Jelaskan cara bercakap-cakap dan 2) Memberi pengetahuan.
melakukan kegiatan untuk mengontrol
halusinasi
3) Latih dan sediakan waktu bercakap- 3) Memberi latihan praktik langusng dalam
cakap dengan klien terutama pada saat mengontrol halusinasi.
halusinasi
4) Anjurkan membantu klien sesuai 4) Mengontrol apa-apa saja yang pasien
jadwal dan memberikan pujian lakukan untuk latihannya
SP 4
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam 1) Membandingkan hasil dan harapan.
merawat/ melatih klien menghardik,
memberikan obat, dan bercakap-
cakap, beri pujian
2) Jelaskan follow up ke RSJ/PKM, 2) Memberi pengetahuan.
tanda kambuh, rujukan
3) Anjurkan membantu klien sesuai 3) Mengontrol apa-apa saja yang pasien
jadwal dan memberikan pujian lakukan untuk latihannya