Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Hernia atau usus turun adalah penonjolan abnormal suatu organ atau sebagian dari
organ melalui lubang pada struktur di sekitarnya.

B. Klasifikasi
Terdapat pembagian hernia atau klasifikasi hernia. Berikut ini adalah pembagian atau
klasifikasi dari hernia:
1. Hernia Menurut Lokasinya
Hernia inguinalis adalah hernia yang terjadi dilipatan paha. Batang usus
melewati cincin abdomen dan mengikuti saluran sperma masuk ke dalam kanalis
inguinalis. Jenis ini merupakan yang tersering ditemukan atau terjadi pada pasien
dan dikenal dengan istilah turun berok atau burut.
Hernia Scrotalis adalah hernia yang terjadi apabila usus masuk kedalam
kantung scrotum ini terjadi bila batang usus melewati cincin abdomen dan
mengikuti saluran sperma masuk ke dalam kanalis inguinalis kemudian masuk
kedalam kantong scrotum dan menekan pada isi kantung scrotum sehingga
scrotum membesar.
Hernia umbilikus adalah hernia yang tejadi apabila usus masuk melalui
prosecus discus pada pusat atau sering disebut hernia di pusat, hernia jenis ini
terjadi pada bayi yang baru lahir yang disebabkan karena kelainaan kongenital.
Hernia femoralis adalah hernia yang tejadi apabila usus masuk melalui
prosecus discus di paha.

2. Hernia Menurut Isinya


Hernia usus halus adalah hernia yang terjadi bila yang melewati cincin
abdomen adalah usus halus.
Henia Omentum adalah hernia yang terjadi bila yang melewati cincin
abdomen adalah penyangga usus. Omentum adalah berupa organ atau jaringan
yang keluar melalui kantong hernia, misalnya usus, ovarium, dan jaringan
penyangga usus (omentum).
Hernia Nukleus Pulposus Adalah jenis hernia yang terjadi apabila, system
syaraf pusat atau sumsum tulang belakang pada vertebra terjepi pada discus
vertebrae terjadi karena trauma yang melibatkan tulang belakang misalmya jatuh
dalam posisi terduduk.
3. Hernia Menurut Sifatnya
Hernia Reponibel adalah Isi hernia dapat keluar masuk, usus keluar jika
mengejan dan masuk jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan
nyeri/gejala.
Hernia Ireponibel adalah Kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam
rongga, ini disebabkan oleh perlengketan isi kantong pada peritonial.
Penatalaksanaan harus dengan operasi.
Hernia Inkaserata/Hernia Stragulata adalah Isi hernia terjepit oleh cincin
hernia/terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut.
Bagian-Bagian Hernia :
a) Kantong Hernia
Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua hernia
memiliki kantong, misalnya hernia incisional, hernia adiposa, hernia
intertitialis.
b) Isi Hernia
Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua hernia
memiliki kantong, misalnya hernia incisional, hernia adiposa, hernia
intertitialis.
c) Pintu Hernia
Merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong hernia.
d) Leher Hernia
Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong hernia.

C. Etiologi
Penyebab Hernia Adalah
1. Kelemahan otot dinding abdomen.
a. Kelemahan jaringan
b. Trauma.
c. Adanya daerah yang luas di ligamen inguinal
2. Peningkatan tekanan intra abdominal.
a. Obesitas
b. Mengangkat benda berat
c. Mengejan dan Konstipasi
d. Kehamilan
e. Batuk kronik
f. Hipertropi prostate
D. Manisfestasi Klinis
1. Penonjolan di daerah umbilikalis
2. Nyeri pada benjolan atau bila terjadi strangulasi.
3. Obstruksi usus yang ditandai dengan muntah, nyeri abdomen seperti kram dan
distensi abdomen.
4. Terdengar bising usus pada benjolan.
5. Kembung
6. Perubahan pola eliminasi BAB
7. Gelisah
8. Dehidrasi
9. Hernia biasanya terjadi atau tampak di atas area yang terkena pada saat pasien
berdiri atau mendorong.
E. Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan
seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar
atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah otot
abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan
menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis
atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau
terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal dan
kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding
abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu selalu saja melakukan
pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga
terjadilah  penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang sangat parah.sehingga
akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau mengalami
kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya dan dapat menyebabkan
ganggren.
F. Komplikasi
1. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi hernia
tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis ireponibilis). Pada
keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus.
2. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang masuk.
Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan gangguan
penyaluran isi usus. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis incarcerata.
3. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis
lateralis strangulata.
4. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan pembuluh
darah dan kemudian timbul nekrosis.
5. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah dan
obstipasi.
6. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
7. Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah,
8. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
9. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Diameter
Dengan inspeksi, adanya benjolan pada umbilikus dan terlihat cukup jelas.
2. Pemeriksaan lab:
a. Darah lengkap: Peningkatan jumlah sel darah putih dengan pergeseran
diferensial.
b. Urinalis untuk mendeteksi adanya infeksi saluran kemih
3. Pemeriksaan rontgen
a. Rontgen abdomen, untuk mendeteksi penyebab lain.
b. Rontgen dada, untuk mengesampingkan pneumonia.
H. Penatalaksanaan
1. Konservatif
a. Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara
perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong.
b. Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat
dan setelah 5 menit di evaluasi kembali.
c. Istirahat baring
d. Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya Asetaminofen,
antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja untuk mencegah
sembelit.
e. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan
dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan
mengedan selama BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat, cola, minuman
beralkohol yang dapat memperburuk gejala-gejala.
2. Reposisi
Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali pada
pasien anak-anak. reposisi dilakukan secara bimanual.
Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedative dan
kompres es diatas hernia. Jika reposisi hernia tidak berhasil dalam waktu enam
jam harus dilakukan operasi segera.
3. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis
yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip
dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan hernioraphy.
4. Herniotomy
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai kelehernya.
Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian
direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
5. Hernioraphy
Pada hernioplasti/hernioraphy dilakukan tindakan memperkecil anulus
inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Hernioplasti mencegah terjadinya residif. Dikenal berbagai metode hernioplastik
seperti metode Bassini, atau metode McVay. Bila defek cukup besar atau terjadi
residif berulang diperlukan pemakaian bahan sintesis seperti mersilene, prolene
mesh atau marleks untuk menutup defek.
I. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Tahap ini merupakan tahap awal dalam proses keperawatan dan menentukan
hasil dari tahap berikutnya. Pengkajian dilakukan secara sistematis mulai dari
pengumpulan data, identifikasi dan evaulasi status kesehatan klien.
Pengkajian data fisik berdasarkan pada pengkajian abdomen dapat
menunjukan benjolan pada lipat paha atau area umbilikal.  Keluhan tentang
aktivitas yang mempengaruhi ukuran benjolan. Benjolan mungkin ada secara
spontan atau hanya tampak pada aktivitas yang meningkatkan tekanan intra
abdomen, seperti batuk, bersin, mengangkat berat atau defekasi. Keluhan tentang
ketidaknyamanan. Beberapa ketidaknyamanan dialami karena tegangan yang
meningkatkan tekanan intra abdomen, seperti batuk, bersin, mengangkat berat
atau defekasi.
Keluhan tentang ketidaknyamanan. Beberapa ketidaknyamanan dialami
karena tegangan. Nyeri menandakan strangulasi dan kebutuhan terhadap
pembedahan segera. Selain itu manifestasi obstruksi usus dapat dideteksi (bising
usus, nada tinggi sampai tidak ada mual/muntah). Data yang diperoleh atau dikaji
tergantung pada tempat terjadinya, beratnya, apakah akut atau kronik apakah
berpengaruh terhadap struktur disekelilingnya dan banyaknya akar saraf yang
terkompresi atau tertekan.
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk,
mengemudi dalam waktu lama. Membutuhkan matras/papan yanag keras saat
tidur. Penurunan rentang gerak dari ekstremitas pada salah satu bagian tubuh.
Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasa dilakukan.
Tanda : Atropi otot pada bagian yang terkena. Gangguan dalam berjalan.
b. Eliminasi
Gejala : Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi, adanya
inkontinensia atau retensi urine.
c. Integritas Ego
Gejala : Ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas masalah pekerjaan,
finansial keluarga.
Tanda : Tampak cemas, depresi menghindar dari keluarga atau orang terdekat.
d. Neuro Sensori
Gejala : Kesemutan, kekauan, kelemahan dari tangan atau kaki.
Tanda : Penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot, hipotonia. Nyeri
tekan atau spasme otot pada vertebralis. Penurunan persepsi nyeri (sensorik).
e. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk dengan
adanya batuk, bersin, membengkokan badan, mengangkat, defekasi,
mengangkat kaki atau fleksi pada leher, nyeri yang tiada hentinya atau adanya
episode nyeri yanag lebih berat secara intermiten. Nyeri yang menjalar pada
kaki, bokong (lumbal) atau bahu/lengan, kaku pada leher atau servikal.
Terdengar adanya suara ‘krek’ saat nyeri bahu timbul/saat trauma atau merasa
‘punggung patah’. Keterbatasan untuk mobilisasi atau membungkuk kedepan.
Tanda : Sikap dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang tekena.
Perubahan cara berjalan, berjalan dengan terpincang-pincang, pinggang
terangkat pada bagian tubuh yang terkena. Nyeri pada palpasi.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi b.d peningkatan laju metabolisme, proses penyakit (inflamasi)
b. Nyeri akut b.d agen cedera biologis: obstruksi atau spasme duktus, proses
inflamasi, iskemia jaringan atau nekrosis
c. Resiko kekurangan volume cairan b.d kehilangan melalui penghisapan gaster
berlebihan, muntah, distensi, dan hipermotilitas gaster
d. Resiko syok
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak adekuatnya
intake nutrisi
f. Resiko infeksi b.d prosedur invasif (pasca tindakan pembedahan)
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
1 Nyeri akut b.d respon Dalam waktu 3 jam  Secara  Observasi
inflamasi setelah diberikan subyektif karakteristik nyeri
tindakan pernyataan mulai dari penyebab,
keperawatan pasien nyeri lokasi, skala dan
mengatakan berkurang atau waktu. (PQRST)
nyerinya berkurang teradaptasi  Berikan posisi fowler.
 Skala nyeri 2  Berikan kompres
 TTV dalam hangat pada area
batas normal nyeri.
dan pasien  Ajarkan tehnik
terlihat tenang relaksasi distraksi
seperti membaca
koran.buku, aktivitas
sesuai hobi, menonton
tv, mendengarkan
radio, dll
 Lakukan kolaborasi
pemberian analgesik
2 Ketidakseimbangan Dalam waktu 3 x Menunjukkan  Observasi status
nutrisi kurang dari 24 jam setelah peningkatan nafsu nutrien pasien,
kebutuhan b.d anoreksia , dilakukan tindakan makan dan turgor kulit, BB,
muntah dan gangguan keperawatan pasien menunjukkan riwayat mual/muntah
pencernaan dapat peningkatan BB, dan intregitas
mempertahankan pasien tidak mukosa.
kebutuhan nutrisi merasa mual  Pertahankan
yang adekuat. muntah, pasien kebersihan mulut.
tidak terlihat  Berikan makanan
lemas dan pucat, selagi hangat.
mengalami  Kolaborasi dengan
peningkatan BB. ahli gizi dengan
memberikan diet
makanan rendah
kolesterol
3 Hipertermi b.d kerusakan Dalam waktu 2 x Suhu badan dalam  Observasi suhu
kontrol suhu sekunder 24 jam setelah batas normal badan pasien.
akibat inflamasi dilakukan tidakan (36,60 -37,50  Berikan kompres
keperawatan pasien C),turgor kulit mandi hangat,
menunjukkan baik, kulit tidak hindari penggunaan
penurunan suhu terlihat alkohol.
badan. kemerahan,
 Tingkatkan intake
nutrisi pasien.
 Kolaborasi
pemberian
antipiretik.
4 Resiko Setelah dilakukan Tanda vital dalam  Pantau tanda dan
Ketidakseimbangan tindakan batas normal, gejala kekurangan
volume cairan b.d keperawatan turgor kulit baik, cairan dan elektrolit.
muntah / mual selama 3 x 24 jam membran mukosa  Pantau intake dan
keseimbangan dan bibir basah. output.
elektrolit  Timbang berat badan
dipertahankan setiap hari..
secara maksimal  Anjurkan keluarga
untuk memberi
minum banyak pada
klien, 2-3 lt/hr

Anda mungkin juga menyukai