Anda di halaman 1dari 42

INTERNALISASI NILAI – NILAI PENDIDIKAN KARAKTER

TERHADAP PESERTA DIDIK DI SMAK SINT CAROLUS PENFUI

KOTA KUPANG

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh:

VEMILIA ENJELINA NGGEHENG

NIM 1822511019

Proposal ini ditulis untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana

Pendidikan.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUPANG

202

1
LEMBAR PERSETUJUAN

INTERNALISASI NILAI – NILAI PENDIDIKAN KARAKTER

TERHADAP PESERTA DIDIK DI SMAK SINT CAROLUS PENFUI

KOTA KUPANG

VEMILIA ENJELINA NGGEHENG

NIM 1822511019

Proposal/skripsi ini telah memenuhi syarat untuk diajaukan kepada dewan penguji

skripsi/proposal

Menyetujui untuk diajukan pada ujian proposal/skripsi

TIM PEMBIMBING

Nama Tanggal Tanda tangan

I. Dr.Zainur wula, S.Pd.,M.Si ………………….. …………………..

II. Arifin, S.Pd.,M.Pd ………………….. …………………..

Kupang,……………

Mengetahui ,

Ketua program Pendidikan Sosiologi

Arifin,S.Pd.,M.Pd.

NIDN 0826018701

7
Kata Pengantar

Segala puji syukur penulis panjatkan pada kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa, karena telah memberi ramhmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulis proposal ini dengan judul “Internalisasi Nilai-nilai

Pendidikan Karakter Terhadap Peserta Didik Di SMAK Sint Carolus Penfui Kota

Kupang”. Proposal ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menempuh Ujian

Sarjana Pendidikan Sosiologi di Universitas Muhammadiyah Kupang.

Dalam penyusunan proposal ini penulis banyak mendapat bimbingan,

dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun materi, sehingga

proposal ini akhirnya dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini dengan ketulusan

hati yang paling dalam, penulis mengucapkan terima kasih yang begitu besar

kapada:

1. Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya kepada penulis.

2. Bapa Arifin S.Pd.,M. Pd selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan

7
petunjuk, bimbingan dan pengarahan selama penyusunan proposal

ini.

3. Bapa Dr.Zainur Wula, S.Pd.M.Si selaku dosen pembimbing.

4. Bapa Arifin, S. Pd.,M.Pd selaku ketua program studi pendidikan

sosiologi.

5. Ibu Nurdiyah Lestari, S.Pd., M.Pd Selaku Ketua Badan Pngurus

Yayasan Universitas Muhammadiyah Kupang.

6. Bapa Bapa Dr.Zainur Wula, S.Pd.M.Si selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Kupang.

7. Teman-teman seperjuangan pendidikan sosiologi Universitas

Muhammadiyah Kupang terima kasih atas jalinan persehabatan

serta kontibusi yang kalian berikan.

8. Serta pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun

telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak

langsung.

7
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ..................................................................ii

KATA PENGANTAR ................................................................................................................iii

DAFTAR ISI...............................................................................................................................iv

BAB I. PENDAHULUAN ..........................................................................................................1

A. Latar Belakang ................................................................................................................1

B. Fokus Penelitian ..............................................................................................................5

C. Rumusan Masalah ...........................................................................................................5

D. Tujuan Penelitian ............................................................................................................6

E. Manfaat Penelitian ..........................................................................................................6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................8

A. Dasar Teori ......................................................................................................................8

1. Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Di Sekolah ........................................................8

2. Nilai-nilai Pendidikan Karakter Di Sekolah ............................................................11

3. Tujuan Pendidikan Karakter.....................................................................................18

4. Fungsi Pendidikan Karakter......................................................................................19

5. Penerapan Internalisasi Nilai Pendidikan Karakter ..................................................21

7
6. Faktor Pembentukan Karakter Di Sekolah ...............................................................23

B. Penelitian Yang Releven ................................................................................................25

C. Kerangka Berpikir ..........................................................................................................27

BAB III. METODELOGI PENELITIAN ..................................................................................28

A. Jenis Penelitian ...............................................................................................................28

B. Tempat Dan Waktu Penelitian .......................................................................................28

C. Subyek Penelitian ...........................................................................................................30

D. Teknik Pengumpulan Data..............................................................................................30

E. Keabsahan Data...............................................................................................................31

F. Teknik Analisis Data ......................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA

7
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan yanitu hingga sampe saat ini masih dipercaya sebagai media

yang sangat ampuh dalam membangun kecerdasan sekaligus membangun

kepribadian dari diri manusia itu sendiri sehingga menjadi lebih baik. Oleh karena

itu, pendidikan secara terus menerus dibangun dan dikembangkan agar menjadi

proses pelaksanaannya menghasilkan generasi yang diharapkan. hal yang paling

mendasar dari sebuah proses pendidikan yaitu membangun karakter yang lebih

bagi agar para anak didik dapat menjadi lebih baik. Inilah kenapa tidak sedikit

yang berpendapat bahwa pendidikan karakter yaitu suatu pendidikan. Dan Tanpa

ada pendidikan karakter di dalamnya, proses pendidikan tak lebih hanya

semacam mencegah otak bagi para anak didik di sekolah. Bila hal ini terjadi,

alangkah mirisnya kehidupan para anak didik di masa mendatang, yakni akan

menjadi orang-orang yang mempunyai kecerdasan intelektual, namun hal ini tidak

terbangun karakter yang secara baik dan benar.

Pendidikan karakter sesungguhnya tercemin dalam undang-undang No. 20

Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, yang berbunyi, “Pendidikan

nasional berfungsi membangun kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

7
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis secara bertanggung jawab”.

Pendidikan karakter yang diterapkan pada lembaga pendidikan formal juga

bisa menjadi salah satu sarana pembudayaan dan pemanusiaan. Semua tujuan

yang diharapkan pada pendidikan karakter dapat tercapai salah satunya melalui

mata pelajaran yang ada disekolah. Mata pelajaran tersebut yang mempunyai

paran dalam pengembangan nilai-nilai pendidikan karakter tersebut salah satunya

adalah mata pelajaran sosiologi. Mata pelajaran sosiologi sebagai salah satu

penanaman nilai-nilai pendidikan karakter, salah satunya akan tampak pada

lembaga sekolah formal pada jenjang sekolah menegah atas (SMA). Pada jenjang

sekolah perlu diadakan kajian terhadap bagaimana pelaksanaan pendidikan

karakter yang berlangsung sebagai upaya mencetak kader bangsa yang intelektual,

bermoral dan berkerakter. Salah satu SMA yang akan saya kaji atau di teliti oleh

saya yaitu SMAK Sint Carolus Penfui Kota Kupang.

Permasalahan yang dihadapi siswa di SMAK Sint Carolus Penfui Kota

Kupang yaitu: bolos sekolah, suka mencontek, suka keluar kelas tanpa

memberikan ijin kepada guru, suka berbohong kepada guru, sering mengucapkan

kata-kata yang tidak baik dan tidak suka ditegur oleh guru serta siswa sering

merokok pada jam sekolah. Maka dari itu diperlukan internalisasi nilai-nilai

pendidikan karakter yang harus dilakukan oleh pihak sekolah demimembentuk

siswa menjadi manusia yang berkarakter baik agar menghasilkan sumber daya

manusia yang berkerakter,cerdas dan berkualitas di masa depan.

7
Perilaku siswa yang bermoral dipastikan lahir dari budaya sekolah yang

bermoral dan budaya sekolah yang bermoral tumbuh dari pribadi-pribadi guru

yang bermoral. Dengan hal ini juga budaya sekolah sangat berpengaruh terhadap

karakter dari siswannya itu sendiri. Sekolah merupakan tempat pembentukan

karakter bagi siswa dan juga sekolah menjadi tempat kedua bagi siswa setelah

ruamh, dimana sekolah diamanahi oleh para orang tua untuk mendidik dan

mencerdaskan anak-anaknya, sekolah juga diharapkan dapat mendidik dan

membina perilaku mereka agar menjadi peribadi yang berkarakter baik dan

perilaku yang baik .

Pemelihara disekolah dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang

memiliki karakter, kecerdasan,kecakapan, ketrampilan, dan pengatahuan yang

memadai untuk pengembangan suatu potensi dari diri secara optimal, sehingga

lulusan memiliki ketahanan dan menghasilkan dalam pendidikan lanjutnya, serta

kehidupan yang selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Sehingga

pendidikan salah dalam penanganannya maka auput(keluar) yang dihasilkan tidak

sesui dengan tujuan pendidikan nasional.

Hal ini dimaksudkan agar peserta didik dalam segala ucapan, sikap, dan

perilakunya mencerminkan karakter yang baik dan berkualitas. Pendidikan dalam

suatu lembaga kependidikan. Ideanya pembentukan atau pendidikan karakter

diintergasikan ke seluruh aspek kehidupan, termasuk juga dalam kehidupan

sekolah. Lembaga pendidikan juga khususnya sekolah dipandang sebagai tempat

yang strategis untuk membentuk karakter siswa itu sendiri. Dalam hal ini juga

dimaksudkan agar peserta didik dalam segala ucapan,sikap, dan perilakunya

7
mencerminkan karakter yang baik dan berkualitas (Hidayatullah,2020). Oleh

karena itu, pendidikan yang dilakukan di sekolah diharapkan dapat

mengembangkan kemampuan berpikir sekaligus membentuk karakter peserta

didik yang baik untuk mencapai tujuan hidup dalam kehidupan sehari-hari. Oleh

karena itu juga lembaga pendidikan, khususnya sekolah di pandang sebagai

tempat yang strategis untuk membentuk karakter sisiwa itu sendiri.

Hal yang menyakinikan peneliti tertarik melakukan penelitian terkait

dengan internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter di SMAK Sint Carolus Penfui

ini merujuk pada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan Penelitian

(Wathani,2021) menyimpulkan bahwa internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter

dapat melalui budaya sekolah sehingga nilai-nilai karakter bangsa dan lima

karakter utama yang bersumber dari pancasila. Pengembangan karakter juga dapat

melalui konsep pembiasaan nilai, walapun melalui kagiatan sederhana, namun

dapat memiliki pengaruh yang positif terhadap terbentuknya karakter dan

pendekatan pengembangan budaya sekolah. Nilai-nilai tersebut seperti : Religius,

Nasionalisasi, Mandiri, Gotong Royong, Integritas. Penelitian (Santika,2020)

menyimpulkan bahwa pembelajaran Daring menunjukan bahwa pendidikan

karakter memiliki tiga fungsi utama yakni,(1) pembentukan dan pengembangan

potensi,(2) perbaikan dan penguatan, (3) penyaring. Penelitain (Nursobah,2021)

menyimpulkan bahwa semua guru yang terlibat dalam sekolah tersebut terutama

guru PAI dapat mendorong peserta didik agar sesalu beribadah dan mengamalkan

nilai-nilai sesuai ajaran islam agar menjadi terbiasa dalam melaksanakannya,

7
tahapan transinternalisasi terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut: Menerima,

Menanggapi, Memberi Nilai, Mengorganisasi Nilai, Karakteristik Nilai.

Berdasarkan paparan diatas, mengenai pendidikan karakter yang dibutuhkan

dalam membangun siswa yang baik dan seseuai dengan yang di inginkan oleh

masyarakat, baik dalam keilmuan maupun akhlak, makan peneliti tertarik meneliti

tentang Internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter, maka dari itu perlu diberikan

pendidikan karakter yang sesuai dengan persoalan yang terjadi :

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar berlakang di atas, maka penelitian ini difokuskan pada

internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter terhadap pembelajaran sosiologi

diantaranya nilai 1) Gemar Membaca, 2) Tanggung Jawab, 3) Cinta Damai, 4)

Kerja Keras.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus penelitian di atas maka rumusan masalah yang akan

dibahas penulis ialah sebagai berikut:

1. Bagaimana internalisasi nilai pendidikan: Gemar Membaca, Tanggung

Jawab, Cinta Damai, Kerja Keras dalam pembentukan karakter

karakter pada pembelajaran sosiologi terhadap peserta didk di SMAK

Sint Carolus Penfui Kota Kupang?.

2. Hambatan internalisasi nilai pendidkan: Gemar Membaca, Tanggung

Jawab, Cinta Damai, Kerja Keras dalam pembentukan karakter pada

pembelajaran sosiologi terhadap peserta didik di SMAK Sint Carolus

Penfui Kota Kupang?.

7
D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui internalisasi nilai pendidikan: Gemar Membaca,

Tanggung Jawab, Cinta Damai, Kerja Keras peserta didik di SMAK

Sint Carolus Penfui Kota Kupang.

2. Untuk mengetahui hambatan internalisasi nilai pendidikan: Gemar

Membaca, Tanggung Jawab, Cinta Damai, Kerja Keras karakter bagi

peserta didik di SMAK Sint Carolus Penfui Kota Kupang.

E. Manfaat penelitian

Dari penelitian tersebut diatas, diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi

beberapa pihak, diantaranya adalah sebagi berikut :

1. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan pengembangan teori pembelajaran dalam

meningkatkan karakter peserta didik.

b. Bagi sekolah sebagai bahan pertimbangan dalam proses internalisasi

nilai-nilai pendidikan karakter peserta didik.

c. Bagi peserta didik sebagai objek penelitian diharapkan dapat

memahami dan mengetahui mengenai internalisasi nilai-nilai

pendidikan karakter.

2. Manfaat Teoritis

a. Dapat memperkaya wawasan dan pengembangan pengetahuan

penulis.

7
b. Dapat menjadikan saran bagi lembaga pendidikan khususnya, agar

dapat mempertahankan dan menginovasi untuk meningkatkan

suasana religius

c. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya dalam mengkaji secara

lebih rinci tentang internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar Teori

1. Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter di sekolah

Internalisasi yaitu menyatukan nilai dalam diri seseorang yang merupakan

penyesuaian keyakinan, nilai, sikap, tingkah laku. Internalisasi juga dapat

dilakukan bilah tidak terjadi begitu saja, namun melalui proses seperti bimbingan,

binaan, dan motivasi sehingga nilai-nilai yang didapat dari proses internalisasi

akan lebih mendalam dan tertanam dalam diri manusia itu sendiri.Internalisasi

juga diartikan sebagai suatu penghayatan, penugasan secara mendalam yang

berlangsung melalui pembinaan, bimbingan, penyuluhan, dan penataran

(Emalifida, 2020).

Menurut (Robert Dalam Marlina, 2016) internalisasi yaitu menyatunya nilai

dalam diri seseorang, atau dalam bahasa psikologi merupakan penyesuaian

keyakinan, nilai, sikap, praktik dan aturan-aturan bukan pada diri seseorang.

Pengertian ini mengisyarak bahwa pemahaman nilai yang diperoleh harus dapat

dipraktikkan dan berimplikasi pada sikap, internalisasi ini juga akan bersifat

permanen dalam diri seseorang. Sedangkan Menurut Thoha Dalam Marlina

internalisasi nilai merupakan teknik dalam pendidikan nilai yang sasarannya

adalah samapai pada pemikiran nilai yang menyatu dalam kepribadian peserta

didik.

7
Jadi peneliti dapat menyimpulkan dari pendapatan di atas yaitu internalisasi

dalam diri seseorang, atau dalam bahasa psikologi merupakan penyesuaian

keyakinan, driri seseoarang serta sikap, praktik dan aturan-aturan bukan pada diri

seseorang. Pengertian ini mengisyarak bahwa pemahaman nilai yang diperoleh

harus dapat dipraktikkan dan berimplikasi pada sikap, internalisasi ini juga akan

bersifat permanen dalam diri seseorang.

Internalisasi juga menyangkut suatu proses penghayatan nilai atau budaya

secara mendalam yang sasaraanya menyatu dalam kepribadian dari diri seseorang

dengan malalui berbagai cara.

Proses internalisasi nilai karakter secara teori dapat dilakukan melalui tiga

tahapan, sebagai berikut (Emalfida, 2020). (1) Tahap transformasi nilai yaitu

internalisasi nilai dilakukan dengan cara penyampaian materi fisik melalui

pengajaran di kelas, agar para siswa mengetahui nilai-nilai yang baik dan buruk.

Proses internalisasi dimulai dari tahap transformasi nilai diperoleh siswa

ketika mereka mendengar secara langsung guru mereka menginformasikan

kebaikan dari nilai-nilai karakter tersebut dan keburukannya apabila tidak

memiliki nilai-nilai karakter tersebut. (2) Tahap transaksi nilai, yaitu internalisasi

nilai dilakukan dengan komunikasi timbal balik dan informasi yang dipahami oleh

siswa melalui contoh perbuatan yang dilakukan guru sehingga siswa juga dapat

merespon nilai yang sama. Pada dasarnya ada tiga respon yang diberikan siswa

terhadap pengetahuan nilai yang telah diterima yaitu menerima nilai, menolak

nilai, dan acuh tak acuh. (3) Tahap transinternalisasi, yakni penampilan materi di

7
depan siswa tidak dilihat dari segi fisiknya melainkan sikap mental atau

kepribadian yang berperan aktif . Tahapan terakhir dari proses internalisasi yaitu

tahap transinternalisasi Pada tahap ini internalisasi nilai dilakukan melalui proses

yang bukan hanya komunikasi verbal tetapi juga disertai dengan sikap mental dan

kepribadian manusia, maka hendaknya dilakukan secara bertahap sesuai dengan

perkembangannya. Maka dari itu dilakukannya internalisasi secara bertahap akan

mempermudah pemahaman materi yang diberikan guru kepada siswa, sehingga

akan tercipta sikap baik pada siswa tersebut.

Adapun beberapa metode internalisasi yang dapat diterapkan di sekolah

dengan tujuan agar siswa mempunyai kepribadian yang mantap serta memiliki

akhlak yang mulia, antara lain adalah: (1) Metode keteladanan, (2) Metode latihan

dan pembiasaan, (3) Metode mengambil pelajaran, (4) Metode pemberian nasehat,

(5) Metode pemberian targhib wa tarhib, dan (6) Metode kedisiplinan (Emalfida,

2020)

Berikut penjelasan dari keenam metode diatas: (1) keteladanan, yaitu

bagaimana cara kita mengajar dan berpusat pada guru yang dapat memberikan

contoh yang baik dari setiap perbuatannya agar menjadi panduan bagi siswanya,

seperti: disiplin, berpakaian rapi, bersih, taat, dan lain-lain. (2) pembiasaan, yaitu

dengan membiasakan siswa melakukan suatu kegiatan secara berulang-ulang

dalam bentuk yang sama, sehingga siswa terbiasa dengan kegiatan tersebut,

seperti: mengucapkan salam, membaca doa sebelum dan selesai belajar, shalat

tepat waktu, dan berkata jujur (Azhar,2020). (3) mengambil pelajaran, yaitu

mengambil pelajaran dari beberapa kisah-kisah teladan, peristiwa, dan fenomena

7
yang terjadi baik di masa lampau maupun sekarang. Sehingga diharapkan siswa

dapat mengambil hikmah yang terjadi baik berupa musibah atau pengalaman. (4)

pemberian nasehat, yaitu uraian tentang kebaikan dan kebenaran yang harus

dilakukan oleh seseorang, seperti: sopan santun, motivasi, dan peringatan tentang

dosa yang muncul dari adanya larangan, bagi dirinya dan orang lain. (5)

pemberian targhib wa tarhib, yaitu targhib adalah janji yang disertai dengan

bujukan dan membuat senang terhadap sesuatu kenikmatan, atau kesenangan

akhirat yang pasti dan baik, serta membersihkan diri dari segala dosa yang

selanjutnya diteruskan dengan melakukan amal saleh. Sedangkan tarhib ialah

ancaman dari Allah yang dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa takut para

hamba-Nya yang telah melakuan dosa atau kesalahan akibat lengah dalam

menjalankan kewajiban yang diperintahkan oleh Allah. (6) kedisiplinan, yaitu

memerlukan ketegasan dan kebijaksanaan. Ketegasan seorang guru harus

memberikan hukuman pada setiap pelanggaran yang dilakukan oleh siswa,

sedangkan kebijaksanaan mengharuskan seorang guru memberikan hukuman

sesuai dengan jenis pelanggaran tanpa dihinggapi emosi atau dorongan lainnya .

2. Nilai-nilai Pendidikan Karakter Di Sekolah

Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian

Pendidikan Nasional dalam publikasinya berjudul Pedoman Pelaksanaan

Pendidikan Karakter telah mengidentifikasi 18 nilai pembentuk karakter yang

merupakan hasil kajian empirik Pusat Kurikulum yang bersumber dari agama,

Pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional (Putry, 2018).

7
Adapun deskripsi dari masing-masing nilai karakter yang sudah dirumuskan

oleh Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian

Pendidikan Nasional dapat dilihat sebagai berikut: (1) Religius, yakni sikap

ketaatan dan kepatuhan dalam memahami dan melaksanakan ajaran agama (aliran

kepercayaan) yang dianut, seperti sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah

agama (aliran kepercayaan) lain, serta hidup rukun dan berdampingan; (2) Jujur,

yakni sikap dan perilaku yang menceminkan kesatuan antara pengetahuan,

perkataan, dan perbuatan (mengetahui apa yang benar, mengatakan yang benar,

dan melakukan yang benar) sehingga menjadikan orang yang bersangkutan

sebagai pribadi yang dapat dipercaya; (3) Toleransi, yakni sikap dan perilaku yang

mencerminkan penghargaan terhadap perbedaan agama, aliran kepercayaan, suku,

adat, bahasa, ras, etnis, pendapat, dan hal-hal lain yang berbeda dengan dirinya

secara sadar dan terbuka, serta dapat hidup tenang ditengah perbedaan tersebut;

(4) Disiplin, yakni kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala bentuk

peraturan atau tata tertib yang berlaku; (5) Kerja keras, yakni perilaku yang

menunjukkan upaya secara sungguh-sungguh (berjuang hingga titik darah

penghabisan) dalam menyelesaikan berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan, dan

lain-lain dengan sebaik-baiknya; (6) Kreatif, yakni sikap dan perilaku yang

mencerminkan inovasi dalam berbagai segi dalam memecahkan masalah,

sehingga selalu menemukan cara-cara baru, bahkan hasil-hasil baru yang lebih

baik dari sebelumnya; (7) Mandiri, yakni sikap dan perilaku yang tidak tergantung

pada orang lain dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan. Namun

hal tersebut bukan berarti tidak boleh bekerjasama secara kolaboratif, melainkan

7
tidak boleh melemparkan tugas dan tanggung jawab kepada orang lain; (8)

Demokratis, yakni sikap dan cara berpikir yang mencerminkan persamaan hak dan

kewajiban secara adil dan merata antara dirinya dengan orang lain; (9) Rasa ingin

tahu, yakni cara berpikir, sikap, dan perilaku yang mencerminkan penasaran dan

keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar, dan dipelajari secara

lebih mendalam; (10) Semangat kebangsaan atau nasionalisme, yakni sikap dan

tindakan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan

pribadi atau individu dan golongan; (11) Cinta tanah air, yakni sikap dan perilaku

yang mencerminkan rasa bangga, setia, peduli, dan penghargaan yang tinggi

terhadap bahasa, budaya, ekomoni, politik, dan sebagainya, sehingga tidak mudah

menerima tawaran bangsa lain yang dapat merugikan bangsa sendiri; (12)

Menghargai prestasi, yakni sikap terbuka terhadap prestasi orang lain dan

mengakui kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi semangat berprestasi yang

lebih tinggi; (13) Komunikatif, senang bersahabat atau proaktif, yakni sikap dan

tindakan terbuka terhadap orang lain melalui komunikasi yang santun sehingga

tercipta kerja sama secara kolaboratif dengan baik; (14) Cinta damai, yakni sikap

dan perilaku yang mencerminkan suasana damai, aman, tenang, dan nyaman atas

kehadiran dirinya dalam komunitas atau masyarakat tertentu; (15) Gemar

membaca, yakni kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk menyediakan waktu

secara khusus guna membaca berbagai informasi, baik buku, jurnal, majalah,

koran, dan sebagainya, sehingga menimbulkan kebijakan bagi dirinya; (16) Peduli

lingkungan, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya menjaga dan

melestarikan lingkungan sekitar; (17) Peduli sosial, yakni sikap dan perbuatan

7
yang mencerminkan kepedulian terhadap orang lain maupun masyarakat yang

membutuhkannya; dan (18) Tanggung jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang

dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan diri

sendiri, sosial, masyarakat, bangsa, negara, maupun agama.

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan nilai

karakter yang dapat diinternalisasikan di SMAK Sint Carolus Penfui Kota

Kupang melalui proses dan indikator keberhasilan pendidikan karakter di

antarannya terdapat 18 nilai sebagai berikut:

No Nilai Indikator
1 Religius 1. Mengucapkan salam
2. Berdoa sebelum
3. Melaksanakan ibadah keagaman

2 Jujur 1. Tidak menyontek dan memberi contekan


2. Melekukan sistem penelilaian yang akutabel dan
tidak memanipulasi data.

3 Toleransi 1. Tidak membedaka-bedakan agama, suku, ras, dan


golongan
2. Menghargai perbedaan yang ada.

4 Disiplin 1. Guru dan siswa hadir tepat waktu


2. Memberikan hukuman bagi yang melanggar
peraturan
3. Menjalankan tata tertib sekolah.
5 Kreatif 1. Menciptakan ide-ide baru disekolah
2. Membangun suasana belajar yang mendorong
munculnya kreatifitas siswa itu sendiri.
6 Mandiri 1. Melatih siswa agar mampu bekerja secara mandiri

7
2. Membangun kemandirian siswa melalui tugas-
tugas yang bersifat individu.
7 Rasa Ingin 1. Sekolah memberikan fasilitas, baik melalui media
Tahu cetak maupun elektronik, agar siswa dapat mencari
informasi baru.
2. Sistem pembelajaran diarahkan untuk
mengeksplorasi keingintahuan siswa.
8 Semangat 1. Mencari informsi terbaru baik dari media cetak
Kebangsaan 2. Melakukan upacar secara runtin
3. Mengikuti sertaka kepada kegiatan-kegiatan
kebangsaan
4. Memajang tokoh-tokoh pahlawan bangsa.
9 Cinta Tanah 1. Menanamkan nasionalisme dan rasa persatuan dan
Air kesatuan bangsa
2. Bangga dengan karya bangsa
3. Melestarikan seni dan budaya bangsa
4. Memajang bendera indonesia, pencasila, gambar
presiden sera simbol-simbol negara lain.
10 Bersahabat 1. Saling menghargai dan menghormati
Komnikasi 2. Tidak menjaga jarak satu sama lain.
3. Tidak membedaka-bedakan dalam berkomunikasi.
11 Cinta Damai 1. Menciptakan suasana kelas yang tentram
2. Mendorong terciptakanya harmonisasi kelas dan
sekolah.
12 Menghargai 1. Meneruskan prestasi generasi yang sebelumnya .
Prestasi
13 Peduli 1. Menjaga lingkungan kelas dan sekolah
Lingkungan 2. Mendukung program penghijauan di lingkungan
sekolah
3. Menyediakan kamar mandi, air bersih, dan tempat

7
cuci tangan.
14 Tanggung 1. Bertanggung jawab terhadap setiap perbuatan
jawab 2. Mengerjakan tugas kelompok secara bersama-
sama.
15 Kerja Keras 1. Pengelolaan pembelajaran yang menantang
2. Mendorong semua warga sekolah untuk berpretasi
3. Berkompetensi secara fair
4. Memberikan penghargaan kepada siswa
berprestasi.
16 Demokrasi 1. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain
2. Sistem pemilihan ketua kelas dan pengurus kelas
secara demokratis
3. Mendasarkan setiap keputusan pada mesyawarah
mufakat.
17 Gemar 1. Mendorong dan memfasilitasi siswa agar gemar
Membaca membaca.
2. Setiap pembelajaran didudukung dengan sumber
bacaan atau referensi.
3. Menyediakan buku-buku yang dapat menarik minat
baca siswa.
18 Peduli Sosial 1. Sekolah memberikan bantuan kepada siswa yang
kurang mampu.
2. Melakukan kegiatan bakti sosial.
3. Melakukan kunjungan di daerah atau kawasan
marginal.
4. Memberikan bantuan kepada lingkungan
masyarakat yang kurang mampu.
5. Menyediakan kotak amal atau sumbangan.

7
Dari 18 nilai-nilai pendidikan karakter dan juga dari beberapa indikator

dari masing masing nilai pendidikan karakter di atas akan menjadi parameter

pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah, khususnya di SMAK Sint Carolus

Penfui Kota Kupang. Jika indikator tersebut telah terpenuhi dan sudah di

internalisasikan oleh siswa di sekolah tersebut dan juga dalam kehidupannya

maka pendidikan karakter sudah terlaksana.

Dari 18 nilia pendidikan karakter diatas peneliti hanya meneliti 4(Empat)

nilai pendidika karakter saja diantaranya, nilai Gemar Membaca, Taggung Jawab,

Cinta Damai, Kerja Keras keempat nilai ini dipilih karena menurut peneliti ini

yang belum maksimal dilaksanakan disekolah khususnya Di SMAK Sint Carolus

Penfui Kota Kupang.

Menurut (Subiyanto,2019) Nilai-nilai yang dikembangkan dalam

pendidikan budaya dan karakter bangsa dapat diidentifikasi dari sumber-sumber

sebagai berikut: (1) Agama yaitu masyarakat beragama, maka, nilai-nilai

pendidikan budaya dan karakter bangsaharus didasarkan pada nilai-nilai dan

kaidah yang berasal dari agama. (2) Pancasila yaitu Negara Kesatuan Republik

Indonesia ditegakan atas prinsip-prinsip kehidupan kebangsan dan kenegaraan

yang disebut Pancasila. (3) Budaya yaitu sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada

masusia yang hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya

yang diakui masyarakat itu sendiri.

3. Tujuan Pendidikan Karakter

7
Adapun tujuan dari pendidikan karakter yang sesungguhnya jika dihubungkan

dengan falsafah Negara Republik Indonesia adalah mengembangkan karakter

peserta didik agar mampu mewujudkan nilai-nilai luhur Pancasila (Dewi, 2020).

Tujuan pendidikan karakter pada dasarnya adalah mendorong lahirnya anak-

anak yang baik. Tumbuh dan berkembangnya karakter yang baik akan mendorong

peserta didik tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan

berbagai hal yang terbaik dan melakukan segalanya dengan benar dan memiliki

tujuan hidup (Dewi, 2020).

Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh,

kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa

patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang

semuanya dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan

Pancasila.

Sedangkan menurut Kemendiknas, tujuan pendidikan karakter antara lain

(Dewi, 2020) :

1. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai

manusia dan warga Negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter

bangsa.

2. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan

sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang

religius.

7
3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik

sebagai generasi penerus bangsa.

4. Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menjadi manusia yang

mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan.

5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan

belajar yang aman, jujur, penuh kreatuvitas dan persahabatn.

Selain itu juga pendidikan karakter dapat diselenggarakannya

dengan membentuk individu maupun kelompok yang memiliki akhlak

mulia dan moral yang baik sehingga kehidupan dan perkembangan

individu atau kelompok dapat dijaga dan dipelihara. Serta untuk dapat

memperbaiki mutu pelaksanaan dengan hasil pendidikan yang mengarah

pada pembentukan karakter akhlak mulia dengan utuh dan seimbang.

4. Fungsi Pendidikan Karakter

Menurut (Zubaedi,2019). mengungkapkan bahwa fungsi pendidikan

karakter sesuai kebijakan Nasional Karakter Bangsa, yaitu :

a. Fungsi pendidikan karakter

Pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan

potensi peserta didik agar berfikiran baik, berhati baik, dan berperilaku

baik sesuai dengan falsafah hidup pancasila. Dengan fungsi ini peserta

didik diharapkan mendidik sikap dan perilaku etis, spiritual, sesuai dengan

citra budaya bangsa.

b. Fungsi perbaikan dan penguatan

7
Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki dan memperkuat peran

keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut

berpatisipasi serta bertanggung jawab dalam pengembangan potensi warga

nagara dan pembangunan bangsa menuju bangsa yang maju, mandiri dan

sejahtera.

c. Fungsi penyaring

Pendidkan karakter berfungsi memilah budaya bangsa sendiri dan

menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya

bangsa sendiri dan menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan

nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.

Ketiga fungsi ini dilakukan melalui,(1) pengukuhan pancasila

sebagaifalsafah dan ideologi negara, (2) pengukuhan nilai dan Norma

konstitusional. UUD 1945, (3) penguatan komitmen kebangsaan NKRI, (4)

penguatan nilai-nilai keberagaman sesuai dengan konsepsi Bhineka Tunggal

ika, dan(5) penguatan keunggulan dan daya saing bangsa untuk keberlanjutan

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan berbegara dalam konteks global.

Selain itu pendidikan karakter berfungsi (1) membangun kehidupan

kebangsaan yang multikultural; (2) membangun peradaban bangsa yang

cerdas, berbudaya luhur, dan mampu berkontribusi terhadap pengembangan

kehidupan ummat manusia; mengembangkan potensi dasar agar berhati baik,

berpikiran baik, dan berperilaku baik serta keteladanan baik; (3) membangun

sikap warga negara yang cinta damai, kreatif, mandiri, dan mampu hidup

berdampingan dengan bangsa lain dalam suatu harmoni.

7
5. Penerapan Internalisasi Nilai Pendidikan Karakter Dalam

Pembelajaran Sosiologi

Pelaksanaan pendidikan karakter di SMAk Sint Carolus Penfui Kota

Kupang. Dapat dispesifikan lagi kedalam penanaman nilai-nilai pendidikan

karakter melalui mata pelajaran Sosiologi. Sosiologi yang dapat diajarkan di

setiap satuan pendidikan sangatlah tepat antara lain Sosiologi juga dapat

mengajarkan peserta didik, agar menjadi lebih baik dan sebagai individu atau

anggota kelompok mamupu menempatkankan diri sesuai statusnya di dalam

masyarakat. Pada saat ini konsep pendidikan karakter lagi populer dikalangan

pelajar dapat dikembangkan oleh bangsa Indonesia, sebagai jalan untuk

memperbaiki moral bangsa. Berdasarkan prinsip pendidikan karakter di atas,

maka mata pelajaran Sosiologi mempunyai andil dalam penanaman nilai-nilai

pendidikan karakter. Penanaman ini juga dapat melakukan beberapa cara yang

digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan pemahaman dan pelaksanaan

secara langsung dan terkait dengan pendidikan karakter itu sendiri, dimana

materi pembelajaran,berupa silabus, media, pedagogi dan evaluasi. Pertama

melalui materi dapat melakukan Penanaman nilai-nilai pendidikan karakter

melalui mata pelajaran Sosiologi salah satunya melalui materi mata pelajaran

Sosiologi itu sendiri. Materi Sosiologi mempunyai karakteristik berdasarkan

BNSP, materi Sosiologi dapat mempelajari tentang perilaku dan interaksi

perilaku dan interaksi kelompok, menelusuri asal-usul pertumbuhan serta

menganalisis pengaruh kegiatan kelompok dan pengaruhnya.kita dapat

melakukan esensial dalam materi Sosiologi dipilih dan bersumber serta

7
meneruskan kajian tentang masyarakat dan perilaku manusia dengan meneliti

kelompok yang dibangunnya. Kelompok tersebut dapat mencakup keluarga,

suku bangsa, komunitas dan pemerintahan, dan berbagai organisasi sosial,

agama, politik, bisnis dan organisasi lainnya.

Dengan hal ini Pendidikan karakter sangat perlu diterapkan di Indonesia.

Penerapan pendidikan karakter dapat dilaksanakan melalui mata pelajaran

Sosiologi, sebab mata pelajaran Sosiologi merupakan salah satu mata pelajaran

ilmu sosial yang sarat akan nilai-nilai pendidikan karakter dan obyek kajian

sosiologi adalah masyarakat, sehingga diharapkan peserta didik dapat berperilaku

dan bersikap sesuai dengan karakter dan kepribadian yang bertanggung jawab

dan bertakwa . Pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-

nilai karakter kepada warga sekolah. Komponennya berupa pengetahuan,

kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.

Pelaksanaannya dapat dilakukan kepada Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri

sendiri, sesama manusia, lingkungan, maupun terhadap bangsa sehingga individu

tersebut menjadi manusia yang berakhlak mulia. Pendidikan karakter harus

disosialisasikan sejak dini pada semua level maupun jenjang pendidikan.

Lembaga pendidikan harus tampil sebagai pionir pendidikan dalam

membangun karakter peserta didik yang bermoral dan berakhlak, dinamis serta

visioner. Berdasarkan fakta tersebut, apakah pelajar bangsa Indonesia sudah

memiliki karakter yang diharapkan oleh masyarakat sebagai generasi muda

penerus bangsa.

7
Berdasarkan UU RI No. 20 pasal I tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional menyatakan bahwa, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan

potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia.

Secara tidak langsung undang-undang tersebut ingin menyampaikan bahwa agar

pendidik tidak hanya membentuk insan indonesia yang cerdas, namun juga

berkepribadian atau berkarakter. Hal ini menarik untuk dikaji secara sistematis

pada aspek Pengaruh Pemahanam Guru tentang Pendidikan Karakter terhadap

Pelaksanaan Pendidikan Karakter pada Mata Pelajaran Sosiologi di Kabupaten

Pekalongan.

Dengan itu Materi Sosiologi dikembangkan sebagai suatu lembaga

pengetahuan ilmiah dengan teori yang didasarkan pada observasi ilmiah, bukan

lagi pada spekulasi dibelakang meja atau observasi impresionistis, (Badan

Standar Nasional Pendidikan. Berdasarakan hasil penelitian menyatakan bahwa

nilai-nilai karakter yang dilaksanakan oleh guru mata pelajaran Sosiologi adalah

religius, rasa ingin tahu, jujur, disiplin, tangguh, santun, komunikatif, toleransi,

demokratis, peduli sosial, tanggung jawab, nasionalisme. Nilai-nilai itulah yang

tersirat atau yang menjadi salah tujuan yang harus tersampaikan pada pendidikan

karakter melalui salah satunya materi Sosiologi.

6. Faktor Pembentukan Karakter Di Sekolah

Pembentukan karakter adalah sebuah penataan diri setiap manusia yang

mempunyai tujuan agar seseorang mampu menjadikan dirinya sendiri agar

menjadi lebih baik dan mempunyai perilaku yang baik yang akan tertanam pada

diri seseorang. Dan setiap manusia mempunyai harapan yang baik yang mampu

7
membawa dirinya menjadi lebih sempurna dan layak untuk di contoh kepada

setiap manusia. Maka dari itu manusia harus berkarakter sehingga dalam perilaku

dan segala hal yang berkaitan dengan aktivitas hidupnya sarat dengan nilai- nilai

kehidupan . Nilai itu selanjutnya diinstitusikan melalui upaya pendidikan. Nilai

yang diwujudkan dalam bentuk perilaku peserta didik itulah yang disebut

karakter. Jadi suatu karakter melekat dengan nilai dari perilaku tersebut (Asfianl,

2019).

Jadi faktor pembentukan karakter juga dapat melalui faktor internal meliputi:

(1) Kebutuhan Psikologis seperti: Rasa aman, Penghargaan, Penerimaan, dan

Aktulisasi Diri.(2) Kebutuhan Pemikiran seperti: akumulasi informasi yang

membentuk cara berpikir seseorang seperti mitos, agama, dan sebagainya.

Sedangkan Faktor Eksternal meliputi:(1) Lingkungan Keluarga memang menjadi

faktor yang paling penting dalam memunculkan karakter pada anak,

karena,keluargalah yang paling sering berada dekat kita.deganya. karakter yang

terbentuk mengikuti apa yang dia lihat dirumah, karana mental terbentuk.(2)

Lingkungan Sosial Manusia sering kita ketahui juga sebagai makhluk individu,

dan ada juga yang menyebutkan sebagai mahluk sosial, sebagai makhluk sosial

manusia mesti mempunyai hubungan dengan manusia dan masyarakat sekitarnya.

(3) Pendidikan Karakter Di Lingkungan dapat diintegrasikan dalam pembelajaran

pada setiap mata pelajaran. Dengan materi pembelajaran yang berkaitan dengan

norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perluh dikembangkan,

dieksplitas, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari dengan demikian

7
pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada rana kognitif saja, tatapi juga

menyentuh pada internalisasi dan pengamalan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

B. Penelitian yang Releven

Beberapa penelitian yang releven dengan penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a. Penelitian (Rusyaid,2020) Judul Internalisasi Nilai-Nilai Karakter Dalam

Proses Pembelajaran Untuk Membentuk Karakter Peserta Didik (Studi

Kasus Di SMA Averos Kota Sorong Papua Barat. Kesimpulan dari

penelitian ini bahwa pelaksanan pendidikan karakter dalam proses

pembelajaran di SMA Averos Kota Sorong Papua Barat. Memberikan

bimbingan dan arahan kepada peserta didik untuk dapat menghayati

nilai-nilai dan memberikan motovasi kepada peserta didik untuk dapat

menghasilkan nilai-nilai yang baik dalam bentuk perbuatan.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian saya adalah sama-sama

membahas tentang internalisasi nilai-nilai karakter sedangkan

Perbedaanya penelitian terdahulu meneliti fokus pada proses

membentuknya karakter peserta didik tetapi penelitian saya fokus pada

Bagaimana Internalisasi Nilai Pendidikan: Gemar Membaca, Tanggung

Jawab, Cinta Damai, Kerja Keras dalam pembelajaran sosiologi terhadap

peserta didik di SMAK Sint Carolus Penfui Kota Kupang.

b. Penelitian (Fuadi,2020) Judul Internalisasi Nilai-niali Kepahlawanan

Soekarno Dalam Pembelajaran Sejarah Di SMA 9 Negeri Semarang.

Kesimpulan Proses Internalisasi Nilai-nilai Kepahlawanan Soekarno

7
yang ditanamkan oleh para guru melalui pembelajaran Sejarah di SMA

Negeri 9 Semarang dapat terbagi menjadi 4 aspek: Perencanaan,

Hambatan Dalam Aspek Pelaksanaan Pembelajaran, Penilaian, Guru

Sejarah.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian saya yaitu Sama-sama

meneliti tentang Internalisasi Nilai-nilai Dalam Pembelajaran sedangkan

perbedaanyaa penelitian terdahulu meneliti terfokus pada proses

internalisasi nilai-nilai kepahlawanan Soekarno yang ditanamkan oleh

guru melalui pembelajaran sejarah di SMA Negeri 9 Semarang tetapi

penelitian saya fokus pada Internalisasi Nilai Pendidikan Gemar

Membaca, Tanggung Jawab, Cinta Damai, Kerja Keras.

c. Penelitian (Hasanah,2018) Judul Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan

Karakter Melalui Kegiatan Badan Dakwah Islam Di SMA Negeri 7

Malang. kesimpulan dari penelitian ini adalah internalisasi nilai-nilai

pendidikan karakter di SMA Negeri 7 Malang melalui kegiatan Badan

Dakwah Islam adalah dengan memberikan teladan yang baik kepada

anak didik, memberikan hukuman, mendukung dan memberi kesempatan

untuk mengadakan berbagai kegiatan positif, melalui cara yang demikian

maka perubahan karakter positif secara lahirinyah sangat tanpak dalam

diri anak didik atau disebut dengan transaksi nilai. Persamaan penelitian

ini dengan penelitian saya adalah sama-sama internalisasi nilai-nilai

karakter sedangkan perbedaanya adalah penelitian terdahulu meneliti

atau fokus pada bagaimana internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter

7
melalui kegiatan Badan Dakwah Islam di SMA Negeri 7 Malang. Tetapi

penelitian saya fokus pada bagimana menginternalisasikan nilai-nilai

pendidikan karakter terhadapa peserta didik.

C. Kerangka Berpikir

Internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter terhadap peserta didik

Internalisasi Nilai-nilai
Pendidikan

Pendidikan Karakter
Terhadap Peserta Didik

1. Gemar Membaca Menghasilkan peserta


2. Tanggung Jawab didik yang Gemar
3. Cinta Damai
BAB III Membaca, Tnggung
4. Kerja keras Jawab,Cunta Damai,
Kerja Keras.

7
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode

kualitatif ini digunakan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

dapat diamati. Data yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah data yang berupa

kata-kata dari para subjek dan informan baik dalam kata-kata tertulis ataupun

lisan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif karena dalam

penelitian ini data yang diperoleh adalah data-data yang berupa data deskriptif

yang tidak menggunakan data yang berupa angka untuk menerangkan hasil

penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan

dengan tujuan pokok penelitian yaitu untuk menggali lebih dalam mengenai

proses isnternalisasi nilai-nilai pendidikan karakter peserta didik.

B. Tempat dan waktu penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini di laksanakan di SMAK Sint Carolus Penfui Kota Kupang,

Letak Di JL.Adisucipto No. 44, Penfui , Maulafa, Kota Kupang dengan alasan

memilih SMAK Sint Carolus karena di lokasi ini masih ada siswa yang tidak

Gemar Membaca, Tnggung Jawab, Cinta Damai, Kerja Keras alasanya masih

ditemui kegemaran mambacannya, Tanggung Jawab, Cinta Damai dan Kerja

7
Keras belum terlaksanakan semaksimal mungkin dan tidak seseuai dengan apa

yang diharapkan.

Waktu Penelitian

Waktu melaksanakan aktivitas penelitian dapat di lihat dalam table

berikut:

Tabel 3.1 Grantt Aktivitas Penelitian

N Aktifitas Ok No De Ja Fe Ma Ap Me Ju Ju Ag
o t v s n b r r i n l t
1 Bimbingan
Judul
2 Menyusun
proposal
3 Seminar
Proposal
4 Perbaikan
Proposal
5 Perbaikan
Instrument
Penilaian
6 Pengumpula
n Data
7 Analisis
Data
8 Penulisan
Skripsi
9 Ujian
Skripsi

7
10 Perbaikan

C. Subyek penelitian

Subyek penelitian merupakan individu-individu yang dijadikan sumber

penggalian utama data penelitian. Subyek penelitian dilakukan terhadap guru mata

pelajaran sosiologi dan siswa kelas X IPS, penulis memilih subyek penelitian

dengan mempertimbangkan, antara lain :

1. Dapat memberikan informasi pelaksanaan nilai-nilai pendidikan

karakter dalam pembelajaran sosiologi di dalam kelas.

2. Siswa yang di pilih dapat mewakili seluruh siswa Di SMAK Sint

Carolus Penfui Kota Kupang.

3. Pemahaman mendalam mengenai nilai-nilai pendidikan karakter

melalui pembelajaran sosiologi.

D. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang di gunakan penelitian dalam

penelitian ini sebagai berikut:

1. Observasi (Pengamatan)

Observasi merupakan aktivitas penelitian dalam rangka mengumpulkan

data yang berkaitan dengan masalah penelitian melalui proses

pengamatan langsung di lapangan. Penelitian berada di tempat itu untuk

mendapatkan bukti-bukti yang valid dalam laporan yang akan di ajukan.

Observasi adalah metode pengumpulan data dimana penelitian informasi

sebagaimana yang meraka saksikan (Gulo, 2016).

1. Wawancara

7
Wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan

itu di lakukan oleh dua pihak, yaitu wawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan

jawaban atas pertanyaan itu (Meleong,2019), ciri utama wawancara

adalah kontak langsung dengan tatap muka antara pencari informasi dan

sumber informasi.

2. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu peneliti menggunakan referensi lainnya seperti buku,

Jurnal,Artikel,Skripsi,dan lain-lainnya yang telah meneliti mengenai

internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter terhadap peserta didik dalam

pembelajaran sosiologi yang nantinya sebagai referensi tambahan dari

peneliti. Penggunaan dokumentasi sudah lama di gunakan dalam

penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumentasi

sebagai sumber data di manfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan

untuk meramalkan (Meleong, 2019).

E. Keabsahan Data

Pengabshan data yang ingin dicapai dalam penelitian ini dengan

menggunakan traingulasi data sebagai tenknik pemeriksaan data (Meleong,

2019). Bahwah Triangulasi yaitu proses untuk mendapatkan data valid melalui

penggunaan variansi instrument. Penelitian menggunakan Trangulasi sebagai

teknik untuk mengecek data yang memanfaatkan sesuai yang lain dari pada yang

lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap penelitian. Triangulasi

meliputi empat hal yaitu : Triangulasi metode, triangulasi sumber, triangulasi

7
teknik atau metode. Dalam (Sugiyono, 2018) triangulasi teknik atau metode

merupakan bentuk triangulasi dengan cara mengecek data kepada sumber yang

sama dengan teknik yang berbeda. Pada penelitian ini untuk menguji keabsahan

data menggunakan teknik atau metode, yaitu dengan menggunakan wawancara

mendalam.

F. Teknik Analisis Data

Penulis memperoleh data di lapangan mengenai internalisasi nilai-niali

pendidikan karakter terhadap peserta didik DI SMAK Sint Carolus Penfui Kota

Kupang yang kemudian diolah sehingga diperoleh keterangan yang bermakna,

selanjutnya di analisis, Tahap analisis model Miles dan Huberman meliputi:

1. Pengumpulan Data

Penulis mencatat semua data secara ojektif dan apa adanya sesuai

dengan hasil observasi dan wawancara, pengumpulan data di peroleh

melalui observasi dan wawancara berkaitan dengan internalisasi nilai-nilai

pendidikan karakter terhadap peserta didik Di SMAK Sint Carolus Penfui

Kota Kupang.

2. Reduksi Data

Tahap reduksi meliputi kegiatan memiliah, mengategorikan,

mengorganisasikan, dan menyaring data sesuai dengan fokus penelitian,

yaitu internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter terhadap peserta didik

Di SMAK Sint Carolus Penfui Kota Kupang. Data-data yang tidak sesuai

dengan fokus penelitian tidak di cantumkan dengan tujuan mempertajam

7
proses analisis data dan di simpan adar mempermudah peneliti jika

sewaktu-waktu mencari kembali.

3. Penyajian Data

Penyajian data ini dilksanakan setelah reduksi penulis lakukan hasi

reduksi data yang sebelumnya telah dikelompok ke dalam dua kategori

atau poin, kemudian disajikan dan diolah serta dianalisis dengan teori.

Data yang memperoleh terkait nilai pendidikan karakter yang telah

dianalisis.

7
DAFTAR PUSTAKA

Azhar, “Pembinaan Moral Siswa Melalui Aktualisasi Prilaku Agama”. Jurnal

FITRAH. Vol. 2 No. 1, 2020, hal. 1-20.

Asfianl, (201 9). Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter Pada Pembelajaran

Kitab Mukhtasar Ihya Ulumiddin Di Tingkat Aliyah Dalam Pembentukan

Karakter Santri Pondok Pesantren Salafiyah Pasuruan.Skripsi: Fakultas

Tablyah Dan Keguruan.

Dewi, (2020). Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter Melalui Program

Ekstrakurikuler DiMIN 2 Jember Tahun Pelajaran 2019/2020. Skripsi.

Jember: Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan.

Emalfida, (2020). Internalisasi Nilai-nilai Karakter Siswa Di Mabrasah Ibtidalyah.

Jurnal Pendidikan. Vo. 2 No. 2, Hal.15-36.

Fuadi, (2020). Internalisasi Nilai-niali Kepahlawanan Soekarno Dalam P

embelajaran Sejarah Di SMA 9 Negeri Semarang. Kesimpulan Proses

Internalisasi Nilai-nilai Kepahlawanan Soekarno yang ditanamkan oleh

para guru melalui pembelajaran Sejarah di SMA Negeri 9 Semarang.

Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial.

Gulo, W, (2016). Metodelogi penelitian. Jakarta: Grasindo.

Hasanah,(2018). Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan

Badan Dakwah Islam Di SMA Negeri 7 Malang..skripsi. malang: Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

7
Marlina,(2016). internalisasi Nilai-nilai Pancasila dan Rasa Cinta Tanah Air

pada Remaja di perbatasan Malaysia (pulau sebatik kabupaten

Nunukan,Kalimantan Utara), jurna psikoborneo, Volume 4, nomor 4, Hal

76-107.

Meleong, L. J. (2019). Atletodologi Penelitian Kualitatif. Pt.Remaja Rosda Karya.

Bandung.

Nursobah, (2021). Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter Di Sekolah Pada

Peserta Didik Jurusan TBSM Melalui Keteladanan Dan Pembiasaan Guru

PAI Di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Jurnal

Pendidikan Islam. Vo.3 No. 2 Hal. 63-81.

Putry, (2018). Nilai-niali Pendidikan Karakter Di Sekolah. Jurnal Pespektif

Kemendiknas Internasional.Vo. 4 No. 1 Hal. 39-54.

Rusyaid, (2020). Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter Dalam Proses

Pembelajaran Untuk Membentuk Karakter Peserta Didik (Studi Kasus Di

SMA Averos Kota Sorong Papua Barat). Jurnal Pendidikan. Vo.12 No. 1

Hal. 76-107.

Santika, Wayan Eka (2020) Pendidikan karakter pada pembelajaran Daring.

Indonesia values and character Education journal, Vo 4, No 1, Hal 8-19.

Subiyakto,(2019). Internalisasi Nilai Pendidikan Melalui Aktivitas Masyarakat

Sebagai Sumber BelajarIlmu Pengetahuan. Jurnal Studi Islam Dan

Humaniora. Vo. 17 No. 1 Hal. 138-166.

7
Sugiyono, (2019). Metode Penelitian-penelitian Pendekatan Kualitatif, dan

kuantitatif, D Bandung: Alfabeta.

Wathani, (2021). Internalisasi Nilai-nilai Karakter Melalui Budaya Sekolah Di

SMKN 41 Jakarta. Jurnal Pendidikan Islam Dan Isu-isu Soaial. Vo. 19 No.

2 Hal. 47-77.

Zubaedi. (2019). Desain Pendidikan Karakter: Konsep dan Aplikasikanya Dalam

Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Anda mungkin juga menyukai