KOTA KUPANG
SKRIPSI
Oleh:
NIM 1822511019
Pendidikan.
2022
LEMBAR PERSETUJUAN
KOTA KUPANG
NIM 1822511019
Skripsi ini telah memenuhi syarat untuk diajaukan kepada dewan penguji
Skripsi
TIM PEMBIMBING
S.Pd.,M.Si
Kupang,...............
Mengetahui
NIDN 0826018701
ii
KATA PENGANTAR
puji syukur penulis panjatkan pada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
Pendidikan Karakter Terhadap Peserta Didik Di SMAK Sint Carolus Penfui Kota
Kupang”. Proposal ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menempuh Ujian
dan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan jurusan keguruan dan ilmu
kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moral maupun matiri
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
iii
MOTTO
DAFTAR ISI
MOTO ........................................................................................................................................iii
DAFTAR ISI...............................................................................................................................iv
iv
D. Tujuan Penelitian ............................................................................................................6
E. Keabsahan Data...............................................................................................................31
v
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................................44
A. KESIPULAN .................................................................................................................44
B. SARAN ..........................................................................................................................44
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...........................................................................................................49
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan yaitu hingga sampai saat ini masih dipercaya sebagai media
kepribadian dari diri manusia itu sendiri sehingga menjadi lebih baik.Hal ini
dini dan diterapkan di dunia pendidikan. Karakter seseorang tidak dapat terbentuk
dalam hitungan detik namun membutuhkan proses yang panjang dan melalui
usaha tertentu.Fenomena yang terjadi dalam proses pendidikan di sekolah saat ini
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
bisa menjadi salah satu sarana pembudayaan dan manusia. Semua tujuan yang
1
diharapkan pada pendidikan karakter dapat tercapai salah satunya melalui mata
pelajaran yang ada disekolah. Mata pelajaran tersebut yang mempunyai peran
karakter, salah satunya akan tampak pada lembaga sekolah formal pada jenjang
sekolah menegah atas (SMA). Pada jenjang sekolah perlu diadakan kajian
upaya mencetak kader bangsa yang intelektual, bermoral dan berkerakter. Salah
satu SMA yang akan saya kaji atau di teliti oleh saya yaitu SMAK Sint Carolus
Perilaku siswa yang bermoral dipastikan lahir dari budaya sekolah yang
bermoral dan budaya sekolah yang bermoral tumbuh dari pribadi-pribadi guru
yang bermoral. Dengan hal ini juga budaya sekolah sangat berpengaruh terhadap
karakter bagi siswa dan juga sekolah menjadi tempat kedua bagi siswa setelah
rumah, dimana sekolah diamanahi oleh para orang tua untuk mendidik dan
membina perilaku mereka agar menjadi peribadi yang berkarakter baik dan
memadai untuk pengembangan suatu potensi dari diri secara optimal, sehingga
2
kehidupan yang selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Sehingga
Hal ini dimaksudkan agar peserta didik dalam segala ucapan, sikap, dan
membentuk karakter siswa itu sendiri. Dalam hal ini juga dimaksudkan agar
yang baik dan berkualitas (Hidayatullah,2020). Oleh karena itu pendidikan yang
sekaligus membentuk karakter peserta didik yang baik untuk mencapai tujuan
pandang sebagai tempat yang strategis untuk membentuk karakter sisiwa itu
sendiri.
Kupang yaitu: bolos sekolah, suka mencontek, suka keluar kelas tanpa
memberikan ijin kepada guru, suka berbohong kepada guru, sering mengucapkan
kata-kata yang tidak baik dan tidak suka ditegur oleh guru serta siswa sering
merokok pada jam sekolah. Maka dari itu diperlukan internalisasi nilai-nilai
pendidikan karakter yang harus dilakukan oleh pihak sekolah demi membentuk
3
siswa menjadi manusia yang berkarakter baik agar menghasilkan sumber daya
Membaca, Tanggung Jawab, Cinta Damai dan Kerja Keras untuk melakukan
Sint Carolus Penfui ini merujuk pada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan
bangsa dan lima karakter utama yang bersumber dari pancasila. Pengembangan
karakter juga dapat melalui konsep pembiasaan nilai, walapun melalui kagiatan
tersebut terutama guru PAI dapat mendorong peserta didik agar sesalu beribadah
dan mengamalkan nilai-nilai sesuai ajaran islam agar menjadi terbiasa dalam
Karakteristik Nilai.
4
Berdasarkan paparan diatas, mengenai pendidikan karakter yang dibutuhkan
dalam membangun siswa yang baik dan seseuai dengan yang di inginkan oleh
pendidikan karakter.
B. Fokus Penelitian
Kerja Keras.
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
5
1. Untuk mengetahui internalisasi nilai pendidikan: Gemar Membaca,
E. Manfaat penelitian
1. Manfaat Praktis
pendidikan karakter.
2. Manfaat Teoritis
peneliti.
suasana religius
6
c. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya dalam mengkaji secara
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dilakukan bilah tidak terjadi begitu saja, namun melalui proses seperti bimbingan,
binaan, dan motivasi sehingga nilai-nilai yang didapat dari proses internalisasi
akan lebih mendalam dan tertanam dalam diri manusia itu sendiri. Internalisasi
(Emalifida, 2020).
keyakinan, nilai, sikap, praktik dan aturan-aturan bukan pada diri seseorang.
Pengertian ini mengisyarak bahwa pemahaman nilai yang diperoleh harus dapat
dipraktikkan dan berimplikasi pada sikap, internalisasi ini juga akan bersifat
sasarannya adalah samapai pada pemikiran nilai yang menyatu dalam kepribadian
peserta didik.
8
keyakinan, diri seseoarang serta sikap, praktik dan aturan-aturan bukan pada diri
harus dapat dipraktikkan dan berimplikasi pada sikap, internalisasi ini juga akan
proses penghayatan nilai atau budaya secara mendalam yang sasaraanya menyatu
Proses internalisasi nilai karakter secara teori dapat dilakukan melalui tiga
tahapan, sebagai berikut (Emalfida, 2020). (1) Tahap transformasi nilai yaitu
pengajaran di kelas, agar para siswa mengetahui nilai-nilai yang baik dan buruk.
Proses internalisasi dimulai dari tahap transformasi nilai diperoleh siswa ketika
karakter tersebut. (2) Tahap transaksi nilai, yaitu internalisasi nilai dilakukan
dengan komunikasi timbal balik dan informasi yang dipahami oleh siswa melalui
contoh perbuatan yang dilakukan guru sehingga siswa juga dapat merespon nilai
yang sama. Pada dasarnya ada tiga respon yang diberikan siswa terhadap
pengetahuan nilai yang telah diterima yaitu menerima nilai, menolak nilai, dan
acuh tak acuh. (3) Tahap transinternalisasi, yakni penampilan materi di depan
siswa tidak dilihat dari segi fisiknya melainkan sikap mental atau kepribadian
yang berperan aktif . Tahapan terakhir dari proses internalisasi yaitu tahap
transinternalisasi Pada tahap ini internalisasi nilai dilakukan melalui proses yang
bukan hanya komunikasi verbal tetapi juga disertai dengan sikap mental dan
9
kepribadian manusia, maka hendaknya dilakukan secara bertahap sesuai dengan
dengan tujuan agar siswa mempunyai kepribadian yang mantap serta memiliki
akhlak yang mulia, antara lain adalah: (1) Metode keteladanan, (2) Metode latihan
dan pembiasaan, (3) Metode mengambil pelajaran, (4) Metode pemberian nasehat,
bagaimana cara kita mengajar dan berpusat pada guru yang dapat memberikan
contoh yang baik dari setiap perbuatannya agar menjadi panduan bagi siswanya,
seperti: disiplin, berpakaian rapi, bersih, taat, dan lain-lain. (2) pembiasaan, yaitu
dalam bentuk yang sama, sehingga siswa terbiasa dengan kegiatan tersebut,
seperti: mengucapkan salam, membaca doa sebelum dan selesai belajar, shalat
tepat waktu, dan berkata jujur (Azhar,2020). (3) mengambil pelajaran, yaitu
yang terjadi baik di masa lampau maupun sekarang. Sehingga diharapkan siswa
dapat mengambil hikmah yang terjadi baik berupa musibah atau pengalaman. (4)
pemberian nasehat, yaitu uraian tentang kebaikan dan kebenaran yang harus
dilakukan oleh seseorang, seperti: sopan santun, motivasi, dan peringatan tentang
dosa yang muncul dari adanya larangan, bagi dirinya dan orang lain. (5)
10
kedisiplinan, yaitu memerlukan ketegasan dan kebijaksanaan. Ketegasan seorang
guru harus memberikan hukuman pada setiap pelanggaran yang dilakukan oleh
hukuman sesuai dengan jenis pelanggaran tanpa dihinggapi emosi atau dorongan
lainnya .
merupakan hasil kajian empirik Pusat Kurikulum yang bersumber dari agama,
Pendidikan Nasional dapat dilihat sebagai berikut: (1) Religius, yakni sikap
ketaatan dan kepatuhan dalam memahami dan melaksanakan ajaran agama (aliran
agama (aliran kepercayaan) lain, serta hidup rukun dan berdampingan; (2) Jujur,
perkataan, dan perbuatan (mengetahui apa yang benar, mengatakan yang benar,
sebagai pribadi yang dapat dipercaya; (3) Toleransi, yakni sikap dan perilaku yang
11
adat, bahasa, ras, etnis, pendapat, dan hal-hal lain yang berbeda dengan dirinya
secara sadar dan terbuka, serta dapat hidup tenang ditengah perbedaan tersebut;
(4) Disiplin, yakni kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala bentuk
peraturan atau tata tertib yang berlaku; (5) Kerja keras, yakni perilaku yang
lain-lain dengan sebaik-baiknya; (6) Kreatif, yakni sikap dan perilaku yang
sehingga selalu menemukan cara-cara baru, bahkan hasil-hasil baru yang lebih
baik dari sebelumnya; (7) Mandiri, yakni sikap dan perilaku yang tidak tergantung
pada orang lain dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan. Namun
hal tersebut bukan berarti tidak boleh bekerjasama secara kolaboratif, melainkan
tidak boleh melemparkan tugas dan tanggung jawab kepada orang lain; (8)
Demokratis, yakni sikap dan cara berpikir yang mencerminkan persamaan hak dan
kewajiban secara adil dan merata antara dirinya dengan orang lain; (9) Rasa ingin
tahu, yakni cara berpikir, sikap, dan perilaku yang mencerminkan penasaran dan
keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar, dan dipelajari secara
lebih mendalam; (10) Semangat kebangsaan atau nasionalisme, yakni sikap dan
pribadi atau individu dan golongan; (11) Cinta tanah air, yakni sikap dan perilaku
yang mencerminkan rasa bangga, setia, peduli, dan penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, budaya, ekomoni, politik, dan sebagainya, sehingga tidak mudah
menerima tawaran bangsa lain yang dapat merugikan bangsa sendiri; (12)
12
Menghargai prestasi, yakni sikap terbuka terhadap prestasi orang lain dan
lebih tinggi; (13) Komunikatif, senang bersahabat atau proaktif, yakni sikap dan
tindakan terbuka terhadap orang lain melalui komunikasi yang santun sehingga
tercipta kerja sama secara kolaboratif dengan baik; (14) Cinta damai, yakni sikap
dan perilaku yang mencerminkan suasana damai, aman, tenang, dan nyaman atas
secara khusus guna membaca berbagai informasi, baik buku, jurnal, majalah,
koran, dan sebagainya, sehingga menimbulkan kebijakan bagi dirinya; (16) Peduli
lingkungan, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya menjaga dan
melestarikan lingkungan sekitar; (17) Peduli sosial, yakni sikap dan perbuatan
membutuhkannya; dan (18) Tanggung jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang
dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan diri
No Nilai Indikator
2. Berdoa sebelum
13
3. Melaksanakan ibadah keagaman
golongan
peraturan
informasi baru.
14
Kebangsaan 2. Melakukan upacar secara runtin
kebangsaan
sekolah.
Prestasi
sekolah
cuci tangan.
15
14 Tanggung 1. Bertanggung jawab terhadap setiap perbuatan
sama.
berprestasi.
secara demokratis
mufakat.
Membaca membaca.
baca siswa.
kurang mampu.
16
marginal.
dari masing masing nilai pendidikan karakter di atas akan menjadi parameter
Penfui Kota Kupang. Jika indikator tersebut telah terpenuhi dan sudah di
Jawab, Cinta Damai dan Kerja Keras. Keempat nilai ini dipilih karena menurut
kaidah yang berasal dari agama. (2) Pancasila yaitu Negara Kesatuan Republik
yang disebut Pancasila. (3) Budaya yaitu sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada
17
masusia yang hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya
peserta didik agar mampu mewujudkan nilai-nilai luhur Pancasila (Dewi, 2020).
anak yang baik. Tumbuh dan berkembangnya karakter yang baik akan mendorong
berbagai hal yang terbaik dan melakukan segalanya dengan benar dan memiliki
semuanya dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan
Pancasila.
(Dewi, 2020) :
manusia dan warga Negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa.
18
2. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan
religius.
individu atau kelompok dapat dijaga dan dipelihara. Serta untuk dapat
potensi peserta didik agar berfikiran baik, berhati baik, dan berperilaku
baik sesuai dengan falsafah hidup pancasila. Dengan fungsi ini peserta
19
didik diharapkan mendidik sikap dan perilaku etis, spiritual, sesuai dengan
nagara dan pembangunan bangsa menuju bangsa yang maju, mandiri dan
sejahtera.
c. Fungsi penyaring
menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya
bangsa sendiri dan menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan
falsafah dan ideologi negara, (2) pengukuhan nilai dan Norma konstitusional.
UUD 1945, (3) penguatan komitmen kebangsaan NKRI, (4) penguatan nilai-
20
berpikiran baik, dan berperilaku baik serta keteladanan baik; (3) membangun
sikap warga negara yang cinta damai, kreatif, mandiri, dan mampu hidup
Sosiologi
mata pelajaran Sosiologi merupakan salah satu mata pelajaran ilmu sosial yang
sarat akan nilai-nilai pendidikan karakter dan obyek kajian sosiologi adalah
sesuai dengan karakter dan kepribadian yang bertanggung jawab dan bertakwa .
dapat dilakukan kepada Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama
potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia.
21
berkepribadian atau berkarakter. Hal ini menarik untuk dikaji secara sistematis
pengetahuan ilmiah dengan teori yang didasarkan pada observasi ilmiah, bukan
nilai-nilai karakter yang dilaksanakan oleh guru mata pelajaran Sosiologi adalah
religius, rasa ingin tahu, jujur, disiplin, tangguh, santun, komunikatif, toleransi,
tersirat atau yang menjadi salah tujuan yang harus tersampaikan pada pendidikan
interaksi sosial antara siswa dengan lingkungan, guru, dan lainnya, serta dalam
aspek-aspek sosiologi itu bisa ada pijakan dalam merumuskan semua hal yang
pendidikan.
22
pengaruh terhadap anak didik dalam menjalankan ajaran agamanya dengan baik.
kerja di sektor formal yang telah siap pakai, atau sejauh mana orang yang
orang yang membayar pajak secara setara. Keterkaitan antara agama dengan
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Sehingga dampaknya sangat bagus pada lingkup makro ini terhadap Guru
baik sesama siswa maupun siswa dengan guru. Sehingga dampaknya sangat
bagus pada lingkup mikro ini, hal ini didukung sebagaimana pendapat (Hendri
2020) dalam risetnya bahwa Merdeka belajar adalah kebebasan mutlak yang
dimiliki aleh setiap warga belajar dalam artian yang hakiki. Istilah ini berangkat
dari banyak fenomena yang terjadi di negara kita, seperti fungsi dan tugas-tugas
23
guru dan siswa yang begitu banyak sehingga mengabaikan fungsi pokoknya
karena kurang fokus lagi. Banyak lagi persoalan lain, yang secara nyata kita
menyaksikan dan menilai telah terjadi kolonialisme dalam pendidikan. Untuk itu,
pendidikan. Pada sosiologi pendidikan meso ini sekolah dipandang sebagai suatu
suatu tujuan. Di sini dibahas struktur organisasi sekolah, peran dan fungsi
memunyai harapan yang sama sehingga dampaknya sangat positif terhadap Guru
menjadi lebih baik dan mempunyai perilaku yang baik yang akan tertanam pada
diri seseorang. Dan setiap manusia mempunyai harapan yang baik yang mampu
membawa dirinya menjadi lebih sempurna dan layak untuk di contoh kepada
setiap manusia. Maka dari itu manusia harus berkarakter sehingga dalam perilaku
24
dan segala hal yang berkaitan dengan aktivitas hidupnya sarat dengan nilai- nilai
yang diwujudkan dalam bentuk perilaku peserta didik itulah yang disebut
karakter. Jadi suatu karakter melekat dengan nilai dari perilaku tersebut (Asfianl,
2019).
Jadi faktor pembentukan karakter juga dapat melalui faktor internal meliputi:
karena,keluargalah yang paling sering berada dekat kita dengannya karakter yang
terbentuk mengikuti apa yang dia lihat dirumah, karana mental terbentuk.(2)
Lingkungan Sosial Manusia sering kita ketahui juga sebagai makhluk individu,
dan ada juga yang menyebutkan sebagai mahluk sosial, sebagai makhluk sosial
pada setiap mata pelajaran. Dengan materi pembelajaran yang berkaitan dengan
pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada rana kognitif saja, tatapi juga
25
Beberapa penelitian yang releven dengan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
26
Hambatan Dalam Aspek Pelaksanaan Pembelajaran, Penilaian, Guru
Sejarah.
diri anak didik atau disebut dengan transaksi nilai. Persamaan penelitian
27
penelitian saya fokus pada bagimana menginternalisasikan nilai-nilai
H. Kerangka Berpikir
Internalisasi Nilai-nilai
Pendidikan
Pendidikan Karakter
Terhadap Peserta Didik
1. Gemar Membaca
2. Tanggung Jawab Menghasilkan peserta
3. Cinta Damai didik yang Gemar
BAB II Membaca, Tanggung
4. Kerja keras
Jawab,Cinta Damai, Kerja
Keras.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
28
diamati. Data yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah data yang berupa kata-
kata dari para subjek dan informan baik dalam kata-kata tertulis ataupun lisan.
penelitian ini data yang diperoleh adalah data-data yang berupa data deskriptif
yang tidak menggunakan data yang berupa angka untuk menerangkan hasil
dengan tujuan pokok penelitian yaitu untuk menggali lebih dalam mengenai
1. Tempat penelitian
alasan memilih SMAK Sint Carolus karena di lokasi ini masih ada siswa yang
Waktu Penelitian
berikut:
N Aktifitas Ok No De Ja Fe Ma Ap Me Ju Ju Ag
o t v s n b r r i n l t
1 Bimbingan
29
Judul
2 Menyusun
proposal
3 Seminar
Proposal
4 Perbaikan
Proposal
5 Perbaikan
Instrument
Penilaian
6 Pengumpula
n Data
7 Analisis
Data
8 Penulisan
Skripsi
9 Ujian
Skripsi
10 Perbaikan
C. Subyek penelitian
30
Subyek penelitian merupakan individu-individu yang dijadikan sumber
1. Observasi (Pengamatan)
1. Wawancara
adalah kontak langsung dengan tatap muka antara pencari informasi dan
sumber informasi.
2. Dokumentasi
31
internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter terhadap peserta didik dalam
E. Keabsahan Data
2019). Bahwah Triangulasi yaitu proses untuk mendapatkan data valid melalui
teknik untuk mengecek data yang memanfaatkan sesuai yang lain dari pada yang
teknik atau metode. Dalam (Sugiyono, 2018) triangulasi teknik atau metode
merupakan bentuk triangulasi dengan cara mengecek data kepada sumber yang
sama dengan teknik yang berbeda. Pada penelitian ini untuk menguji keabsahan
mendalam.
pendidikan karakter terhadap peserta didik DI SMAK Sint Carolus Penfui Kota
32
Kupang yang kemudian diolah sehingga diperoleh keterangan yang bermakna,
1. Pengumpulan Data
Penulis mencatat semua data secara ojektif dan apa adanya sesuai
2. Reduksi Data
Di SMAK Sint Carolus Penfui Kota Kupang. Data-data yang tidak sesuai
3. Penyajian Data
atau poin, kemudian disajikan dan diolah serta dianalisis dengan teori.
dianalisis.
33
BAB IV
34
A. Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter : Gemar Membaca, Tanggung
Jawab, Cinta Damai dan Kerja Keras di SMAK Sint Carolus Penfui Kota
Kupang
tersebut menjadi bagian dalam dirinya, menjiwai pola pikir serta perlakuannya
dalam dirinya sendiri pada penelitian ini yang ingin ditelahai yaitu nilai Gemar
35
(1). Nilai Gemar Membaca menurut saya siswa-siswi disini kurang
untuk membaca buku karena buku yang disediakan di perpustakan hanya
buku mata pelajaran saja serta sekolah tidak memfasilitasi buku-buku yang
baru dimana siswa ingin membaca buku dan tidak hanya buku mata
pelajaran saja.(2) Nilai Tanggung Jawab untuk nilai tanggung jawab ini
kurang karena kalau guru memberikan tugas kami sebagai siswa ada yang
kerja dan ada yang tidak kerja tugas yang diberikan oleh bapa ibu guru.(3)
Nilai Cinta Damai sangat kurang terutama didalam kelas karena pada saat
guru-guru menjelaskan materi ada yang mendengarkan dan ada yang tidak
mendengarkan penjelasan dari bapa ibu guru.(4) Kerja keras kalau
menurut saya guru-guru disini setiap kali masuk kelas mereka sudah
mempersiapkan materi dengan baik dan pada saat menjelaskan materi juga
mereka selalu memberikan motivasi dan dorongan kepada semua siswa-
siswi disekolah serta memberikan penghargan bagi siswa yang berprestasi.
Namun peserta didik tidak memaksimalkan dengan baik apa yang
diberikan oleh bapa ibu guru kepada mereka pada saat jam sekolah.
Sedangkan hasil wawancara dengan Bergita sebagai siswa kelas IPS
X menyatakan bahwa nilai-nilai pendidikan karakter sebagai berikut:
(1). Nilai Gemar Membaca, bergita menyatakan bahwa disekolah
SMAK Sint Carolus siswa untuk baca buku masih berkurang karena
kurangnya buku-buku yang disediakan oleh guru serta kurangnya
kesadaran dari siswa itu sendiri untuk selalu baca buku. ()
36
Hasil wawancara diatas didukung oleh hasil observasi peneliti bahwa:
Pada saat di lingkungan sekolah peran guru dalam memperhatik
peserta didik dalam menerapkan nilai Gemar Membacan, Tanggung
Jawab, Cinta Damai dan kerja keras masih terbatas pada sosialisasi saja
yang dimana tidak ada tindak lanjut yang nyata dengan kegiatan atau
program-program yang suadah dibuat oleh sekolah dan tidak terlaksanakan
dengan baik oleh siswa-siswi yang ada dilingkungan SMAK Sint Carolus
Penfui Kota Kupang. Namun peserta didik tidak memaenfatkan upaya-
upaya guru dalam menaggapai apa yang disampaikan oleh bapa ibu guru
yang ada disekolah dan sangat terbatas dalam mennaggapi apa yang
disempaekan oleh bapa ibu guru hal ini dapat dilihat ketika mengadakan
apel pagi setiap mengadakan apel pagi kepala sekolah serta guru-guru
selalu memberikan motivasi kepada siswa agar selalu menarapkan nilai-
nilai pendidikan karakter dalam diri siswa serta memberikan arahan
terhadap siswa agar selalu menghargai satu sama lain serta selalu
memotivasi satu sama lain. Hal ini dapat dilihat ketika guru memberikan
arahan pada saat apel pagi serta ketika guru memberikan mata pelajaran
dikelas. Hal ini juga didukung dengan dokumentasi pada saat observasi
terhadap papan informasi yang terdapat disekolah dalam hal tata tertib
sekolah.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa Internalisasi nilai pendidikan
karakter di SMAK Sint Carolus Penfui Kota Kupang belum maksimal
dilaksanakan dengan baik dalam lingkungan sekolah. Hal ini bertolak belakang
dengan penelitian ( Rusyaid, 2020) menyatakan bahwa pelaksanan pendidikan
karakter dalam proses pembelajaran yang memberikan bimbingan dan arahan
kepada peserta didik untuk dapat menghayati nilai-nilai dan memberikan
motivasi kepada peserta didik untuk dapat menghasilkan nilai-nilai yang baik
dalam bentuk perbuatan serta penyelenggaraan pendidikan karakter dilakukan
37
dengan keteladanan dan pembiasaan yang terintegrasi dalam kehidupan sehari-
hari siswa. Sedangkan Penelitian penelitian ini bertolak belakang dengan
(Hasanah, 2018) yang menyatakan bahwa internalisasi nilai-nilai pendidikan
karakter dimana memberikan teladan yang baik kepada anak didik, memberikan
hukuman, mendukung dan memberikan kesempatan untuk mengadakan berbagai
kegiatan positif, melalui cara yang demikian maka perubahan positif secara
lahirinya sangat tampak dalam diri anak didik atau disebut dengan transakai
nilai.
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Internalisasi Nilai-Nilai pendidikan
Karakter Gemar Membaca, Tanggung Jawab, Cinta Damai dan Kerja Keras
Karakter Gemar Membaca, Tanggung Jawab, Cinta Damai dan Kerja Keras
kegiatan yang dilakukan di SMAK Sint Carolus Penfui Kota Kupang tidak
Jawab, Cinta Damai dan Kerja Keras dapat kita ketahui juga kendala baik yang
datang dari lingkungan peserta didik sendiri dalam hal ini adalah keluarga
38
berikut kepala sekolah karena sebagai kepala sekolah pasti akan mendorong
supaya seluruh peserta didik agar dapat menerapkan nilai pendidikan karakter
dalam diri mereka sedangkan pendidik yaitu dimana guru dapat mendidik
anak-anaknya agar dapat merubah karakter dari siswa itu sendiri. sedangkan
faktor penghambat seperti keluarga, dan lingkungan masyarakat serta
minimnya waktu disekolah untuk dapat mendorong siswa untuk menjadi baik
karena untuk merubah karakter pada anak membutukan proses yang begitu
lama, karena untuk merubah karakter peserta didik itu membutukan waktu
yang lama akan tetapi disekolah hanya mempunyai waktu beberapa jam saja.
Jadi dari pihak orang tua seharunya membutukan dan bekerja sama dengan
guru untuk dapat meninternalisasikan nilai pendidikan karakter terhadap
peserta didik (25, Januari 2022).
39
Adapun faktor pendukung dan penghambat internalisasi nilai-nilai
Kerja Keras untuk membentuk karakter peserta didik di SMAk Sint Carolus
Membaca, Tanggung Jawab, Cinta Damai dan Kerja Keras dalam proses
1) Keluarga
Secara psikologis, faktor dalam diri anak dapat mendukung proses
Tanggung Jawab, Cinta Damai dan Kerja Keras, karena ketika dalam
mudah kegiatan itu masuk kedalam jiwa anak. Keluarga adalah faktor
Maka dari itu diperlukan pembiasaan terus menerus yang disertai dengan
maupun di luar kelas tidak sia-sia begitu saja. Seperti yang diungkapan
oleh Guru sosiologi kelas X IPS 1 SMAK Sint Carolus Penfui Kota
Kupang.
40
2) Kebijakan Sekolah
tugas kepada guru BK dan keaktifan peran wali kelas. Selain kebijakan
tersebut, kepala sekolah SMAK Sint Carolus Penfui Kota Kupang juga
peran kepala sekolah mengenai jam masuk sekolah ketika siswa maupun
guru terlambat masuk sekolah kepala sekolah tidak memberikan ijin untuk
masuk dilingkungan sekolah baik itu guru atau siswa. Itu artinya bahwa
aturan yang telah ditetapkan bukan hanya berlaku bagi peserta didik
kepala sekolah terhadap peserta didik bentuk keteladanan akan diikuti oleh
41
Dari hasil paparan diatas penulis berkesimpulan bahwa peran dan
3) Pendidik/Guru
mata pelajaran yang diajarkan saja akan tetapi juga mendidik moral anak
didiknya, maka dari itu di SMAK Sint Carolus Penfui Kota Kupang selalu
memberikan teladan yang baik kepada para peserta didik secara langsung
berada. Guru juga memotivasi kepada peserta didik agar selalu datang
sekolah tepat waktu dan mencontohkan cara bertutut kata yang baik, sopan
1. Keluarga
42
berasal dari keluarga yang berbeda-beda baik dari latar belakang
tidak berjalan baik dengan adanya peserta didik yang dapat mengerti
yang tidak sedikit. Jadi dengan minimnya waktu di sekolah maka dari
pihak sekolah bisa bekerja sama untuk bisa memberikan dan juga
43
Dari hasil paparan diatas dapat disimpulkan bahwa merubah
karakter dari siswa sangat dibutukan waktu yang lama jadi sekolah
harus bekerja sama dengan orang tua peserta didik agar dapat merubah
3. Lingkungan masyarakat
Hal ini dirasakan oleh pihak sekolah di SMAK Sint Carolus Penfui
sadar mereka akan memberikan kesan yang kurang baik dalam diri
yang menurut dia sesuatu yang baru. Maka dengan anak tersebut
itu kembali lagi kepada orang tua yang selalu membimbing dimanapun
berada.
44
sekolah tidak sia-sia. Untuk dapat meminimalisir hambatan hambata-
hambatan tersebut maka dari pihak orang tua dan pihak sekolah harus
agar bergaul atau bermain dengan lingkungan yang baik, tidak boleh
45
BAB V
A. Kesimpulan
B. Saran
bagi pihak sekolah. Sehingga dapat dijadikan sebuah acuan untuk lebih
membentuk karakter siswa yang lebih baik lagi. Berhubungan dengan hal
46
meningkatkan peroses pembelajaran siswa yang di setiap peoses
pembelajaranya.
Keras dan Cinta Damai, dan guru diharapkan dapat menjadi motivasi
dan patuan bagi siswa dalam hal kecintan terhadap nilai dan sikap yang
baik.
memiliki sikap yang baik di setiap diri sendiri. Guna untuk menjaga
47
DAFTAR PUSTAKA
48
Marlina,(2016). internalisasi Nilai-nilai Pancasila dan Rasa Cinta Tanah Air
76-107.
Bandung.
Noho, Mubin, And Iswar Ismail Ohoitenan. 2019. “Konsep Sosiologi Pendidikan
Foramadiahi 11(1):65–79.
SMA Averos Kota Sorong Papua Barat). Jurnal Pendidikan. Vo.12 No. 1
Hal. 76-107.
49
Subiyakto,(2019). Internalisasi Nilai Pendidikan Melalui Aktivitas Masyarakat
SMKN 41 Jakarta. Jurnal Pendidikan Islam Dan Isu-isu Soaial. Vo. 19 No.
2 Hal. 47-77.
Jurnal Sastra Agama dan Pendidikan Bahasa Bali. Vo. 2 No. 1 Hal. 1-10.
50
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
Kupang. Berdirinya SMAK Sint Carolus Penfui Kota Kupang pada tahun
pelajaran 1983. Dan Jumlah keseluruhan siswa IPS kelas X yang belajar di
SMA Sint Carolus Penfui Kota Kupang adalah 66 siswa yang terdiri dari
dua kelas saat ini SMAK Sint Carolus Penfui Kota Kupang memiliki 35
guru. Selain tenaga pengajar SMA Sint Carolus Penfui Kota Kupang, juga
dibantu oleh 1 orang tenaga kependidikan non guru yaitu satu orang
penjaga sekolah.
terdapat lembaga pendidikan mulai dari TK, SD, SMP yang tergabung
siswa ingin bersekolah dalam satu lembaga pendidikan maka dari itu lalu
lintas di sini juga cukup ramai dengan adanya aktivitas dari siswa-siswi
dengan itu membuat area di sekitar SMAK Sint Carolus Penfui Kota
51
B. Identitas Sekolah
No Identitas Sekolah
4 Otonomi Daerah
5 Kecamatan Maulafa
11 Daerah Perkotaan
14 Akreditasi Diakul /B
16 Penerbit Sk (Ditandatangani
Oleh)
52
21 Lokasi Sekolah
a. Visi
dan teknologi, iman dan moralitas yang dijiwai oleh nilai-nilai kristiani
b. Misi
53
4. Melaksanakan kegiatan bimbingan konseling untuk mengenal diri
54
LAMPIRANWAWANCARA
Lampiran 2
Pedoman Wawancara
Pertanyaan untuk guru sosiologi di SMAK Sint Carolus Penfui Kota Kupang.
dengan baik atau belum dalam lingkungan SMAK Sint Carolus Penfui
Kota Kupang ?
sekolah ?
pembelajaran sosiologi ?
Lampiran 3
55
Informan : Pak Paulus Kanisius Geli, S. Fil (Guru Sosiologi)
Peneliti : Baik pak saya mulai langsung dengan pertanyan pertama, Apakah
baik atau belum dalam lingkungan SMAK Sint Carolus Penfui Kota
Kupang.
membaca buku.
56
jawab terhadap perbuatannya serta tugas-tugas yang diberikan
dan di luar kelas maupun di luar jam sekolah, guru juga sering
yang berprestasi.
agar peserta didik lebih giat dalam menerapkan nilai tersebut dalam
lingkungan sekolah ?
Pak paulus : Yang Pak sering terapkan dalam pembelajaran untuk meinternalisasi
57
sebelum mulai pelajaran pak memberikan tes atau
58
Pak Paulus : Ia pak sudah menerapkan nilai-niali Gemar Membaca, Tanggung
dalam kelas
Pak Paulus : Ada beberapa cara yang saya terapkan suapaya siwa selalu
terhadap meraka untuk selalu kerja sama dalam segala yang berkaitan
Pak paulus : Untuk hambatan yang ada dilingkungan sekolah yaitu kurangnya
59
buku mata pelajaran saja.
Peneliti : Apa sajakah kelebihan dan kekurangan yang bapak temukan pada
Pak paulus : yang bapa sering temukan pada saat mendidik siswa yang pertama
mental dari siswa itu sendiri karena sering kali kebiasan dari rumah
dan disekolah mereka berbuat lain, sedangkan yang kedua tidak ada
Pak paulus : dapat dikatakan berjalan dengan baik namun tidak menutup
60
Adapun faktor-faktor yang sering terjadi hambatan yaitu faktor dari
luar faktor lingkungan seperti pergaulan dari sisaw dan faktor dari
dalam seperti tidak ada perhatian dari orang tua terhadap anak-
anaknya.
Peneliti : Apa saja solusi dari hambatan-hambatan yang ditemui oleh guru
Pak paulus : Dari beberapa hambatan yang sering terjadi adapun solusi dari
Membaca, Tanggung Jawab, Cinta Damai dan Kerja Keras Di SMAK Sint
61
6. Apa sajakah kelebihan dan kekurangan yang bapak temukan pada saat
lingkungan sekolah ?
8. Apa saja solusi dari hambatan-hambatan yang ditemui oleh guru dalam
Lampiran 4
dan Kerja Keras yang diterapkan oleh guru mata pelajaran sosiologi ?
62
4. Apa saja hambatan dalam proses peneriman internalisasi nilai
5. Apa saja kelebihan dan kekurangan yang siswa temukan pada saat
sekolah ?
Lampiran 5
Peneliti : Apakah menurut siswa sudah diterapkan atau belum pendidikan nilai
63
yang kerja dan ada yang tidak kerja tugas yang diberikan oleh
yang berprestasi .
Tanggung Jawab ,Cinta Damai dan kerja keras yang diterapkan oleh
bapa ibu guru di SMAK Sint Carolus pada saat KBM, ada beberapa
dan Kerja Keras yang diterapkan oleh guru mata pelajaran sosiologi
64
Siswa : Kalau menurut saya guru sosiologi sudah menerapkan proses dengan
Siswa : Kalau mengenai hambatan yang dialami oleh siswa dalam proses
Peneliti : Apa saja kelebihan dan kekurangan yang siswa temukan pada saat
lingkungan sekolah
Siswa : Menurut saya kelebihan yang sering dilakukan oleh siswa yaitu siswa
65
yang berada dalam lingkungan sekolah.
Jawab, Cinta Damai dan Kerja Keras yang dialami siswa pada saat
Siswa : Faktor yang menjadi hambatan yang dialami oleh siswa dalam proses
tua masing-masing siswa tidak ada kemauan dari siswa untuk mau
66
LAMPIRAN DOKUMENTASI
67
1. Dokumentasi Wawancara dengan pak Paulus Kanisius Geli, S. Fil
68
2. Dokumentasi Wawancara dengan Siswa tanggal 25 januari 2022
69
70
71
72