Anda di halaman 1dari 78

INTERNALISASI NILAI – NILAI PENDIDIKAN KARAKTER

TERHADAP PESERTA DIDIK DI SMAK SINT CAROLUS PENFUI

KOTA KUPANG

SKRIPSI

Oleh:

VEMILIA ENJELINA NGGEHENG

NIM 1822511019

Proposal ini ditulis untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana

Pendidikan.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUPANG

2022
LEMBAR PERSETUJUAN

INTERNALISASI NILAI – NILAI PENDIDIKAN KARAKTER

TERHADAP PESERTA DIDIK DI SMAK SINT CAROLUS PENFUI

KOTA KUPANG

VEMILIA ENJELINA NGGEHENG

NIM 1822511019

Skripsi ini telah memenuhi syarat untuk diajaukan kepada dewan penguji

Skripsi

Menyetujui untuk diajukan pada ujian skripsi

TIM PEMBIMBING

Nama Tanggal Tanda Tangan

1. Dr.Zainur wula, …………………… ……………………………

S.Pd.,M.Si

2. Arifin, SP.d., MP.d. …………………… …………………………….

Kupang,...............

Mengetahui

Ketua Prodi Pendidikan sosiologi

Arifin, SP.d., MP.d.

NIDN 0826018701

ii
KATA PENGANTAR

puji syukur penulis panjatkan pada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena telah memberi ramhmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulis proposal ini dengan judul “Internalisasi Nilai-nilai

Pendidikan Karakter Terhadap Peserta Didik Di SMAK Sint Carolus Penfui Kota

Kupang”. Proposal ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menempuh Ujian

Sarjana Pendidikan Sosiologi di Universitas Muhammadiyah Kupang.

Adapun tujuan dari penulisan proposal penelitian ini adalah untuk

mempelajarai cara pembuatan skripsi pada universitas muhammadiyah kupang

dan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan jurusan keguruan dan ilmu

pendidikan. Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih

kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moral maupun matiri

sehingga proposal penelitian ini dapat selesai dengan baik.

Meskipun telah berusaha menyelesaikan proposal penelitian ini sebaik

mungkin, penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih ada

kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari para pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan

dalam penyusunan proposal penelitian ini.

iii
MOTTO

“ Setiap Kesulitan Selalu ada Kemudahan. Setiap masalah pasti


ada solusi.”

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ..................................................................ii

KATA PENGANTAR ................................................................................................................iii

MOTO ........................................................................................................................................iii

DAFTAR ISI...............................................................................................................................iv

BAB I. PENDAHULUAN ..........................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................................1

B. Fokus Penelitian ..............................................................................................................5

C. Rumusan Masalah ...........................................................................................................5

iv
D. Tujuan Penelitian ............................................................................................................6

E. Manfaat Penelitian ..........................................................................................................6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................8

A. Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Di Sekolah ..............................................................8

B. Nilai-nilai Pendidikan Karakter Di Sekolah ..................................................................11

C. Tujuan Pendidikan Karakter...........................................................................................17

D. Fungsi Pendidikan Karakter............................................................................................19

E. Penerapan Internalisasi Nilai Pendidikan Karakter ........................................................21

F. Faktor Pembentukan Karakter Di Sekolah .....................................................................23

G. Penelitian Yang Releven ................................................................................................25

H. Kerangka Berpikir ..........................................................................................................27

BAB III. METODELOGI PENELITIAN ....................................................................................28

A. Jenis Penelitian ...............................................................................................................28

B. Tempat Dan Waktu Penelitian .......................................................................................28

C. Subyek Penelitian ...........................................................................................................30

D. Teknik Pengumpulan Data..............................................................................................30

E. Keabsahan Data...............................................................................................................31

F. Teknik Analisis Data ......................................................................................................32

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................................35

A. Pelaksanan Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter ..............................................35

B. Faktor Pendukung dan penghambat Internalisasi Nilai Pendidikan ..............................36

v
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................................44

A. KESIPULAN .................................................................................................................44

B. SARAN ..........................................................................................................................44

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................46

LAMPIRAN-LAMPIRAN ...........................................................................................................49

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan yaitu hingga sampai saat ini masih dipercaya sebagai media

yang sangat ampuh dalam membangun kecerdasan sekaligus membangun

kepribadian dari diri manusia itu sendiri sehingga menjadi lebih baik.Hal ini

dikarenakan pendidikan karakter sangatlah penting ditanamkan pada anak usia

dini dan diterapkan di dunia pendidikan. Karakter seseorang tidak dapat terbentuk

dalam hitungan detik namun membutuhkan proses yang panjang dan melalui

usaha tertentu.Fenomena yang terjadi dalam proses pendidikan di sekolah saat ini

sangat berbeda dengan apa yang diharapkan, hampir seluruh suasana

pembelajaran dibangun lebih menekankan pada pencapaian konsep semata tanpa

memberikan kesempatan pada siswa untuk membentuk karakter.

Pendidikan karakter sesungguhnya tercemin dalam undang-undang Pasal 3,

UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, yang

berbunyi, “Pendidikan nasional berfungsi membangun kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis secara bertanggung jawab”.

Pendidikan karakter yang diterapkan pada lembaga pendidikan formal juga

bisa menjadi salah satu sarana pembudayaan dan manusia. Semua tujuan yang

1
diharapkan pada pendidikan karakter dapat tercapai salah satunya melalui mata

pelajaran yang ada disekolah. Mata pelajaran tersebut yang mempunyai peran

dalam pengembangan nilai-nilai pendidikan karakter tersebut salah satunya adalah

mata pelajaran sosiologi sebagai salah satu penanaman nilai-nilai pendidikan

karakter, salah satunya akan tampak pada lembaga sekolah formal pada jenjang

sekolah menegah atas (SMA). Pada jenjang sekolah perlu diadakan kajian

terhadap bagaimana pelaksanaan pendidikan karakter yang berlangsung sebagai

upaya mencetak kader bangsa yang intelektual, bermoral dan berkerakter. Salah

satu SMA yang akan saya kaji atau di teliti oleh saya yaitu SMAK Sint Carolus

Penfui Kota Kupang.

Perilaku siswa yang bermoral dipastikan lahir dari budaya sekolah yang

bermoral dan budaya sekolah yang bermoral tumbuh dari pribadi-pribadi guru

yang bermoral. Dengan hal ini juga budaya sekolah sangat berpengaruh terhadap

karakter dari siswannya itu sendiri. Sekolah merupakan tempat pembentukan

karakter bagi siswa dan juga sekolah menjadi tempat kedua bagi siswa setelah

rumah, dimana sekolah diamanahi oleh para orang tua untuk mendidik dan

mencerdaskan anak-anaknya, sekolah juga diharapkan dapat mendidik dan

membina perilaku mereka agar menjadi peribadi yang berkarakter baik dan

perilaku yang baik .

Peneyelenggara disekolah dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang

memiliki karakter, kecerdasan, kecakapan, ketrampilan, dan pengatahuan yang

memadai untuk pengembangan suatu potensi dari diri secara optimal, sehingga

lulusan memiliki ketahanan dan menghasilkan dalam pendidikan lanjutnya, serta

2
kehidupan yang selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Sehingga

pendidikan salah dalam penanganannya maka auput(keluar) yang dihasilkan tidak

sesui dengan tujuan pendidikan nasional.

Hal ini dimaksudkan agar peserta didik dalam segala ucapan, sikap, dan

perilakunya mencerminkan karakter yang baik dan berkualitas. Pendidikan

karakter harus menyertai semua aspek kehidupan termasuk di lembaga

kependidikan. Idealnya pembentukan atau pendidikan karakter diintegrasikan ke

seluruh aspek kehidupan, termasuk juga dalam kehidupan disekolah. Lembaga

pendidikan, khususnya sekolah dipandang sebagai tempat yang strategis untuk

membentuk karakter siswa itu sendiri. Dalam hal ini juga dimaksudkan agar

peserta didik dalam segala ucapan,sikap, dan perilakunya mencerminkan karakter

yang baik dan berkualitas (Hidayatullah,2020). Oleh karena itu pendidikan yang

dilakukan di sekolah diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir

sekaligus membentuk karakter peserta didik yang baik untuk mencapai tujuan

hidup dalam kehidupan sehari-hari. lembaga pendidikan, khususnya sekolah di

pandang sebagai tempat yang strategis untuk membentuk karakter sisiwa itu

sendiri.

Permasalahan yang dihadapi siswa di SMAK Sint Carolus Penfui Kota

Kupang yaitu: bolos sekolah, suka mencontek, suka keluar kelas tanpa

memberikan ijin kepada guru, suka berbohong kepada guru, sering mengucapkan

kata-kata yang tidak baik dan tidak suka ditegur oleh guru serta siswa sering

merokok pada jam sekolah. Maka dari itu diperlukan internalisasi nilai-nilai

pendidikan karakter yang harus dilakukan oleh pihak sekolah demi membentuk

3
siswa menjadi manusia yang berkarakter baik agar menghasilkan sumber daya

manusia yang berkerakter,cerdas dan berkualitas di masa depan.

Permasalahan di sini saja perlu diarakan pada 4 masalah yakni Gemar

Membaca, Tanggung Jawab, Cinta Damai dan Kerja Keras untuk melakukan

penelitian terkait dengan internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter di SMAK

Sint Carolus Penfui ini merujuk pada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan

Penelitian (Wathani,2021) menyimpulkan bahwa internalisasi nilai-nilai

pendidikan karakter dapat melalui budaya sekolah sehingga nilai-nilai karakter

bangsa dan lima karakter utama yang bersumber dari pancasila. Pengembangan

karakter juga dapat melalui konsep pembiasaan nilai, walapun melalui kagiatan

sederhana, namun dapat memiliki pengaruh yang positif terhadap terbentuknya

karakter dan pendekatan pengembangan budaya sekolah. Nilai-nilai tersebut

seperti : Religius, Nasionalisasi, Mandiri, Gotong Royong, Integritas. Penelitian

(Santika,2020) menyim pulkan bahwa pembelajaran Daring menunjukan bahwa

pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama yakni,(1) pembentukan dan

pengembangan potensi,(2) perbaikan dan penguatan, (3) penyaring. Penelitain

(Nursobah,2021) menyimpulkan bahwa semua guru yang terlibat dalam sekolah

tersebut terutama guru PAI dapat mendorong peserta didik agar sesalu beribadah

dan mengamalkan nilai-nilai sesuai ajaran islam agar menjadi terbiasa dalam

melaksanakannya, tahapan transinternalisasi terdiri dari beberapa tahapan sebagai

berikut: Menerima, Menanggapi, Memberi Nilai, Mengorganisasi Nilai,

Karakteristik Nilai.

4
Berdasarkan paparan diatas, mengenai pendidikan karakter yang dibutuhkan

dalam membangun siswa yang baik dan seseuai dengan yang di inginkan oleh

masyarakat, baik dalam keilmuan maupun akhlak, maka penelitian tentang

Internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter. Pada lingkungan sekolah perlu

dilakukan, mengingat sekolah merupakan salah satu wadah penanaman

pendidikan karakter.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar berlakang di atas, maka penelitian ini difokuskan pada

internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter terhadap pembelajaran sosiologi

diantaranya nilai 1) Gemar Membaca, 2) Tanggung Jawab, 3) Cinta Damai, 4)

Kerja Keras.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus penelitian di atas maka rumusan masalah yang akan

dibahas penulis ialah sebagai berikut:

1. Bagaimana internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter: Gemar

Membaca, Tanggung Jawab, Cinta Damai dan Kerja Keras terhadap

peserta didik di SMAK Sint Carolus Penfui Kota Kupang?.

2. Hambatan internalisasi nilai-nilai pendidkan karakter: Gemar

Membaca, Tanggung Jawab, Cinta Damai, Kerja Keras dalam

pembentukan karakter pada pembelajaran sosiologi terhadap peserta

didik di SMAK Sint Carolus Penfui Kota Kupang?.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

5
1. Untuk mengetahui internalisasi nilai pendidikan: Gemar Membaca,

Tanggung Jawab, Cinta Damai dan Kerja Keras peserta didik di

SMAK Sint Carolus Penfui Kota Kupang.

2. Untuk mengetahui hambatan internalisasi nilai pendidikan: Gemar

Membaca, Tanggung Jawab, Cinta Damai dan Kerja Keras karakter

bagi peserta didik di SMAK Sint Carolus Penfui Kota Kupang.

E. Manfaat penelitian

Dari penelitian tersebut diatas, diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi

beberapa pihak, diantaranya adalah sebagi berikut :

1. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan pengembangan teori pembelajaran dalam

meningkatkan karakter peserta didik.

b. Bagi sekolah sebagai bahan pertimbangan dalam proses internalisasi

nilai-nilai pendidikan karakter peserta didik.

c. Bagi peserta didik sebagai objek penelitian diharapkan dapat

memahami dan mengetahui mengenai internalisasi nilai-nilai

pendidikan karakter.

2. Manfaat Teoritis

a. Dapat memperkaya wawasan dan pengembangan pengetahuan

peneliti.

b. Dapat menjadikan saran bagi lembaga pendidikan khususnya, agar

dapat mempertahankan dan menginovasi untuk meningkatkan

suasana religius

6
c. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya dalam mengkaji secara

lebih rinci tentang internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter di sekolah

Internalisasi yaitu menyatukan nilai dalam diri seseorang yang merupakan

penyesuaian keyakinan, nilai, sikap, tingkah laku. Internalisasi juga dapat

dilakukan bilah tidak terjadi begitu saja, namun melalui proses seperti bimbingan,

binaan, dan motivasi sehingga nilai-nilai yang didapat dari proses internalisasi

akan lebih mendalam dan tertanam dalam diri manusia itu sendiri. Internalisasi

juga diartikan sebagai suatu penghayatan, penugasan secara mendalam yang

berlangsung melalui pembinaan, bimbingan, penyuluhan, dan penataran

(Emalifida, 2020).

Menurut Robert (dalam Marlina, 2016) internalisasi yaitu menyatunya nilai

dalam diri seseorang, atau dalam bahasa psikologi merupakan penyesuaian

keyakinan, nilai, sikap, praktik dan aturan-aturan bukan pada diri seseorang.

Pengertian ini mengisyarak bahwa pemahaman nilai yang diperoleh harus dapat

dipraktikkan dan berimplikasi pada sikap, internalisasi ini juga akan bersifat

permanen dalam diri seseorang. Sedangkan Menurut (Thoha Dalam

Marlina,2016) internalisasi nilai merupakan teknik dalam pendidikan nilai yang

sasarannya adalah samapai pada pemikiran nilai yang menyatu dalam kepribadian

peserta didik.

Jadi peneliti dapat menyimpulkan dari pendapatan di atas yaitu internalisasi

dalam diri seseorang, atau dalam bahasa psikologi merupakan penyesuaian

8
keyakinan, diri seseoarang serta sikap, praktik dan aturan-aturan bukan pada diri

seseorang. Pengertian ini mengisyaratkan bahwa pemahaman nilai yang diperoleh

harus dapat dipraktikkan dan berimplikasi pada sikap, internalisasi ini juga akan

bersifat permanen dalam diri seseorang. Internalisasi juga menyangkut suatu

proses penghayatan nilai atau budaya secara mendalam yang sasaraanya menyatu

dalam kepribadian dari diri seseorang dengan malalui berbagai cara.

Proses internalisasi nilai karakter secara teori dapat dilakukan melalui tiga

tahapan, sebagai berikut (Emalfida, 2020). (1) Tahap transformasi nilai yaitu

internalisasi nilai dilakukan dengan cara penyampaian materi fisik melalui

pengajaran di kelas, agar para siswa mengetahui nilai-nilai yang baik dan buruk.

Proses internalisasi dimulai dari tahap transformasi nilai diperoleh siswa ketika

mereka mendengar secara langsung guru mereka menginformasikan kebaikan dari

nilai-nilai karakter tersebut dan keburukannya apabila tidak memiliki nilai-nilai

karakter tersebut. (2) Tahap transaksi nilai, yaitu internalisasi nilai dilakukan

dengan komunikasi timbal balik dan informasi yang dipahami oleh siswa melalui

contoh perbuatan yang dilakukan guru sehingga siswa juga dapat merespon nilai

yang sama. Pada dasarnya ada tiga respon yang diberikan siswa terhadap

pengetahuan nilai yang telah diterima yaitu menerima nilai, menolak nilai, dan

acuh tak acuh. (3) Tahap transinternalisasi, yakni penampilan materi di depan

siswa tidak dilihat dari segi fisiknya melainkan sikap mental atau kepribadian

yang berperan aktif . Tahapan terakhir dari proses internalisasi yaitu tahap

transinternalisasi Pada tahap ini internalisasi nilai dilakukan melalui proses yang

bukan hanya komunikasi verbal tetapi juga disertai dengan sikap mental dan

9
kepribadian manusia, maka hendaknya dilakukan secara bertahap sesuai dengan

perkembangannya. Maka dari itu dilakukannya internalisasi secara bertahap akan

mempermudah pemahaman materi yang diberikan guru kepada siswa, sehingga

akan tercipta sikap baik pada siswa tersebut.

Adapun beberapa metode internalisasi yang dapat diterapkan di sekolah

dengan tujuan agar siswa mempunyai kepribadian yang mantap serta memiliki

akhlak yang mulia, antara lain adalah: (1) Metode keteladanan, (2) Metode latihan

dan pembiasaan, (3) Metode mengambil pelajaran, (4) Metode pemberian nasehat,

(5) Metode kedisiplinan (Emalfida, 2020).

Berikut penjelasan dari kelima metode diatas: (1) keteladanan, yaitu

bagaimana cara kita mengajar dan berpusat pada guru yang dapat memberikan

contoh yang baik dari setiap perbuatannya agar menjadi panduan bagi siswanya,

seperti: disiplin, berpakaian rapi, bersih, taat, dan lain-lain. (2) pembiasaan, yaitu

dengan membiasakan siswa melakukan suatu kegiatan secara berulang-ulang

dalam bentuk yang sama, sehingga siswa terbiasa dengan kegiatan tersebut,

seperti: mengucapkan salam, membaca doa sebelum dan selesai belajar, shalat

tepat waktu, dan berkata jujur (Azhar,2020). (3) mengambil pelajaran, yaitu

mengambil pelajaran dari beberapa kisah-kisah teladan, peristiwa, dan fenomena

yang terjadi baik di masa lampau maupun sekarang. Sehingga diharapkan siswa

dapat mengambil hikmah yang terjadi baik berupa musibah atau pengalaman. (4)

pemberian nasehat, yaitu uraian tentang kebaikan dan kebenaran yang harus

dilakukan oleh seseorang, seperti: sopan santun, motivasi, dan peringatan tentang

dosa yang muncul dari adanya larangan, bagi dirinya dan orang lain. (5)

10
kedisiplinan, yaitu memerlukan ketegasan dan kebijaksanaan. Ketegasan seorang

guru harus memberikan hukuman pada setiap pelanggaran yang dilakukan oleh

siswa, sedangkan kebijaksanaan mengharuskan seorang guru memberikan

hukuman sesuai dengan jenis pelanggaran tanpa dihinggapi emosi atau dorongan

lainnya .

B. Nilai-nilai Pendidikan Karakter Di Sekolah

Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian

Pendidikan Nasional dalam publikasinya berjudul Pedoman Pelaksanaan

Pendidikan Karakter telah mengidentifikasi 18 nilai pembentuk karakter yang

merupakan hasil kajian empirik Pusat Kurikulum yang bersumber dari agama,

Pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional (Putry, 2018).

Adapun deskripsi dari masing-masing nilai karakter yang sudah dirumuskan

oleh Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian

Pendidikan Nasional dapat dilihat sebagai berikut: (1) Religius, yakni sikap

ketaatan dan kepatuhan dalam memahami dan melaksanakan ajaran agama (aliran

kepercayaan) yang dianut, seperti sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah

agama (aliran kepercayaan) lain, serta hidup rukun dan berdampingan; (2) Jujur,

yakni sikap dan perilaku yang menceminkan kesatuan antara pengetahuan,

perkataan, dan perbuatan (mengetahui apa yang benar, mengatakan yang benar,

dan melakukan yang benar) sehingga menjadikan orang yang bersangkutan

sebagai pribadi yang dapat dipercaya; (3) Toleransi, yakni sikap dan perilaku yang

mencerminkan penghargaan terhadap perbedaan agama, aliran kepercayaan, suku,

11
adat, bahasa, ras, etnis, pendapat, dan hal-hal lain yang berbeda dengan dirinya

secara sadar dan terbuka, serta dapat hidup tenang ditengah perbedaan tersebut;

(4) Disiplin, yakni kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala bentuk

peraturan atau tata tertib yang berlaku; (5) Kerja keras, yakni perilaku yang

menunjukkan upaya secara sungguh-sungguh (berjuang hingga titik darah

penghabisan) dalam menyelesaikan berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan, dan

lain-lain dengan sebaik-baiknya; (6) Kreatif, yakni sikap dan perilaku yang

mencerminkan inovasi dalam berbagai segi dalam memecahkan masalah,

sehingga selalu menemukan cara-cara baru, bahkan hasil-hasil baru yang lebih

baik dari sebelumnya; (7) Mandiri, yakni sikap dan perilaku yang tidak tergantung

pada orang lain dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan. Namun

hal tersebut bukan berarti tidak boleh bekerjasama secara kolaboratif, melainkan

tidak boleh melemparkan tugas dan tanggung jawab kepada orang lain; (8)

Demokratis, yakni sikap dan cara berpikir yang mencerminkan persamaan hak dan

kewajiban secara adil dan merata antara dirinya dengan orang lain; (9) Rasa ingin

tahu, yakni cara berpikir, sikap, dan perilaku yang mencerminkan penasaran dan

keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar, dan dipelajari secara

lebih mendalam; (10) Semangat kebangsaan atau nasionalisme, yakni sikap dan

tindakan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan

pribadi atau individu dan golongan; (11) Cinta tanah air, yakni sikap dan perilaku

yang mencerminkan rasa bangga, setia, peduli, dan penghargaan yang tinggi

terhadap bahasa, budaya, ekomoni, politik, dan sebagainya, sehingga tidak mudah

menerima tawaran bangsa lain yang dapat merugikan bangsa sendiri; (12)

12
Menghargai prestasi, yakni sikap terbuka terhadap prestasi orang lain dan

mengakui kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi semangat berprestasi yang

lebih tinggi; (13) Komunikatif, senang bersahabat atau proaktif, yakni sikap dan

tindakan terbuka terhadap orang lain melalui komunikasi yang santun sehingga

tercipta kerja sama secara kolaboratif dengan baik; (14) Cinta damai, yakni sikap

dan perilaku yang mencerminkan suasana damai, aman, tenang, dan nyaman atas

kehadiran dirinya dalam komunitas atau masyarakat tertentu; (15) Gemar

membaca, yakni kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk menyediakan waktu

secara khusus guna membaca berbagai informasi, baik buku, jurnal, majalah,

koran, dan sebagainya, sehingga menimbulkan kebijakan bagi dirinya; (16) Peduli

lingkungan, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya menjaga dan

melestarikan lingkungan sekitar; (17) Peduli sosial, yakni sikap dan perbuatan

yang mencerminkan kepedulian terhadap orang lain maupun masyarakat yang

membutuhkannya; dan (18) Tanggung jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang

dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan diri

sendiri, sosial, masyarakat, bangsa, negara, maupun agama.

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan nilai

karakter yang dapat diinternalisasikan di SMAK Sint Carolus Penfui Kota

Kupang melalui proses dan indikator keberhasilan pendidikan karakter di

antarannya terdapat 18 nilai sebagai berikut:

No Nilai Indikator

1 Religius 1. Mengucapkan salam

2. Berdoa sebelum

13
3. Melaksanakan ibadah keagaman

2 Jujur 1. Tidak menyontek dan memberi contekan

2. Melekukan sistem penelilaian yang akutabel dan

tidak memanipulasi data.

3 Toleransi 1. Tidak membedaka-bedakan agama, suku, ras, dan

golongan

2. Menghargai perbedaan yang ada.

4 Disiplin 1. Guru dan siswa hadir tepat waktu

2. Memberikan hukuman bagi yang melanggar

peraturan

3. Menjalankan tata tertib sekolah.

5 Kreatif 1. Menciptakan ide-ide baru disekolah

2. Membangun suasana belajar yang mendorong

munculnya kreatifitas siswa itu sendiri.

6 Mandiri 1. Melatih siswa agar mampu bekerja secara mandiri

2. Membangun kemandirian siswa melalui tugas-

tugas yang bersifat individu.

7 Rasa Ingin 1. Sekolah memberikan fasilitas, baik melalui media

Tahu cetak maupun elektronik, agar siswa dapat mencari

informasi baru.

2. Sistem pembelajaran diarahkan untuk

mengeksplorasi keingintahuan siswa.

8 Semangat 1. Mencari informsi terbaru baik dari media cetak

14
Kebangsaan 2. Melakukan upacar secara runtin

3. Mengikuti sertaka kepada kegiatan-kegiatan

kebangsaan

4. Memajang tokoh-tokoh pahlawan bangsa.

9 Cinta Tanah 1. Menanamkan nasionalisme dan rasa persatuan dan

Air kesatuan bangsa

2. Bangga dengan karya bangsa

3. Melestarikan seni dan budaya bangsa

4. Memajang bendera indonesia, pencasila, gambar

presiden sera simbol-simbol negara lain.

10 Bersahabat 1. Saling menghargai dan menghormati

Komnikasi 2. Tidak menjaga jarak satu sama lain.

3. Tidak membedaka-bedakan dalam berkomunikasi.

11 Cinta Damai 1. Menciptakan suasana kelas yang tentram

2. Mendorong terciptakanya harmonisasi kelas dan

sekolah.

12 Menghargai 1. Meneruskan prestasi generasi yang sebelumnya .

Prestasi

13 Peduli 1. Menjaga lingkungan kelas dan sekolah

Lingkungan 2. Mendukung program penghijauan di lingkungan

sekolah

3. Menyediakan kamar mandi, air bersih, dan tempat

cuci tangan.

15
14 Tanggung 1. Bertanggung jawab terhadap setiap perbuatan

jawab 2. Mengerjakan tugas kelompok secara bersama-

sama.

15 Kerja Keras 1. Pengelolaan pembelajaran yang menantang

2. Mendorong semua warga sekolah untuk berpretasi

3. Berkompetensi secara fair

4. Memberikan penghargaan kepada siswa

berprestasi.

16 Demokrasi 1. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain

2. Sistem pemilihan ketua kelas dan pengurus kelas

secara demokratis

3. Mendasarkan setiap keputusan pada mesyawarah

mufakat.

17 Gemar 1. Mendorong dan memfasilitasi siswa agar gemar

Membaca membaca.

2. Setiap pembelajaran didudukung dengan sumber

bacaan atau referensi.

3. Menyediakan buku-buku yang dapat menarik minat

baca siswa.

18 Peduli Sosial 1. Sekolah memberikan bantuan kepada siswa yang

kurang mampu.

2. Melakukan kegiatan bakti sosial.

3. Melakukan kunjungan di daerah atau kawasan

16
marginal.

4. Memberikan bantuan kepada lingkungan

masyarakat yang kurang mampu.

5. Menyediakan kotak amal atau sumbangan.

Dari 18 nilai-nilai pendidikan karakter dan juga dari beberapa indikator

dari masing masing nilai pendidikan karakter di atas akan menjadi parameter

pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah, khususnya di SMAK Sint Carolus

Penfui Kota Kupang. Jika indikator tersebut telah terpenuhi dan sudah di

internalisasikan oleh siswa di sekolah tersebut dan juga dalam kehidupannya

maka pendidikan karakter sudah terlaksana.

Dari 18 nilai pendidikan karakter diatas peneliti hanya meneliti 4(Empat)

nilai pendidika karakter saja diantaranya, nilai Gemar Membaca, Tanggung

Jawab, Cinta Damai dan Kerja Keras. Keempat nilai ini dipilih karena menurut

peneliti nilai karakter tersebut belum maksimal dilaksanakan disekolah khususnya

Di SMAK Sint Carolus Penfui Kota Kupang.

Menurut (Subiyanto,2019) Nilai-nilai yang dikembangkan dalam

pendidikan budaya dan karakter bangsa dapat diidentifikasi dari sumber-sumber

sebagai berikut: (1) Agama yaitu masyarakat beragama, maka, nilai-nilai

pendidikan budaya dan karakter bangsaharus didasarkan pada nilai-nilai dan

kaidah yang berasal dari agama. (2) Pancasila yaitu Negara Kesatuan Republik

Indonesia ditegakan atas prinsip-prinsip kehidupan kebangsan dan kenegaraan

yang disebut Pancasila. (3) Budaya yaitu sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada

17
masusia yang hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya

yang diakui masyarakat itu sendiri.

C. Tujuan Pendidikan Karakter

Adapun tujuan dari pendidikan karakter yang sesungguhnya jika dihubungkan

dengan falsafah Negara Republik Indonesia adalah mengembangkan karakter

peserta didik agar mampu mewujudkan nilai-nilai luhur Pancasila (Dewi, 2020).

Tujuan pendidikan karakter pada dasarnya adalah mendorong lahirnya anak-

anak yang baik. Tumbuh dan berkembangnya karakter yang baik akan mendorong

peserta didik tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan

berbagai hal yang terbaik dan melakukan segalanya dengan benar dan memiliki

tujuan hidup (Dewi, 2020).

Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh,

kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa

patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang

semuanya dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan

Pancasila.

Sedangkan menurut Kemendiknas, tujuan pendidikan karakter antara lain

(Dewi, 2020) :

1. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai

manusia dan warga Negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter

bangsa.

18
2. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan

sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang

religius.

3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik

sebagai generasi penerus bangsa.

4. Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menjadi manusia yang

mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan.

5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan

belajar yang aman, jujur, penuh kreatuvitas dan persahabatn.

Selain itu juga pendidikan karakter dapat diselenggarakannya

dengan membentuk individu maupun kelompok yang memiliki akhlak

mulia dan moral yang baik sehingga kehidupan dan perkembangan

individu atau kelompok dapat dijaga dan dipelihara. Serta untuk dapat

memperbaiki mutu pelaksanaan dengan hasil pendidikan yang mengarah

pada pembentukan karakter akhlak mulia dengan utuh dan seimbang.

D. Fungsi Pendidikan Karakter

Menurut (Zubaedi,2019). mengungkapkan bahwa fungsi pendidikan

karakter sesuai kebijakan Nasional Karakter Bangsa, yaitu :

a. Fungsi pendidikan karakter

Pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan

potensi peserta didik agar berfikiran baik, berhati baik, dan berperilaku

baik sesuai dengan falsafah hidup pancasila. Dengan fungsi ini peserta

19
didik diharapkan mendidik sikap dan perilaku etis, spiritual, sesuai dengan

citra budaya bangsa.

b. Fungsi perbaikan dan penguatan

Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki dan memperkuat peran

keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut

berpatisipasi serta bertanggung jawab dalam pengembangan potensi warga

nagara dan pembangunan bangsa menuju bangsa yang maju, mandiri dan

sejahtera.

c. Fungsi penyaring

Pendidkan karakter berfungsi memilah budaya bangsa sendiri dan

menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya

bangsa sendiri dan menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan

nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.

Ketiga fungsi ini dilakukan melalui,(1) pengukuhan pancasila sebagai

falsafah dan ideologi negara, (2) pengukuhan nilai dan Norma konstitusional.

UUD 1945, (3) penguatan komitmen kebangsaan NKRI, (4) penguatan nilai-

nilai keberagaman sesuai dengan konsepsi Bhineka Tunggal ika, dan(5)

penguatan keunggulan dan daya saing bangsa untuk keberlanjutan kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan berbegara dalam konteks global.

Selain itu pendidikan karakter berfungsi (1) membangun kehidupan

kebangsaan yang multikultural; (2) membangun peradaban bangsa yang

cerdas, berbudaya luhur, dan mampu berkontribusi terhadap pengembangan

kehidupan ummat manusia; mengembangkan potensi dasar agar berhati baik,

20
berpikiran baik, dan berperilaku baik serta keteladanan baik; (3) membangun

sikap warga negara yang cinta damai, kreatif, mandiri, dan mampu hidup

berdampingan dengan bangsa lain dalam suatu harmoni.

E. Penerapan Internalisasi Nilai Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran

Sosiologi

Pendidikan karakter sangat perlu diterapkan di Indonesia. Penerapan

pendidikan karakter dapat dilaksanakan melalui mata pelajaran Sosiologi, sebab

mata pelajaran Sosiologi merupakan salah satu mata pelajaran ilmu sosial yang

sarat akan nilai-nilai pendidikan karakter dan obyek kajian sosiologi adalah

masyarakat, sehingga diharapkan peserta didik dapat berperilaku dan bersikap

sesuai dengan karakter dan kepribadian yang bertanggung jawab dan bertakwa .

Pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter

kepada warga sekolah. Komponennya berupa pengetahuan, kesadaran atau

kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pelaksanaannya

dapat dilakukan kepada Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama

manusia, lingkungan, maupun terhadap bangsa sehingga individu tersebut

menjadi manusia yang berakhlak mulia. Pendidikan karakter harus

disosialisasikan sejak dini pada semua level maupun jenjang pendidikan.

Berdasarkan UU RI No. 20 pasal I tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional menyatakan bahwa, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan

potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia.

Secara tidak langsung undang-undang tersebut ingin menyampaikan bahwa agar

pendidik tidak hanya membentuk indonesia yang cerdas, namun juga

21
berkepribadian atau berkarakter. Hal ini menarik untuk dikaji secara sistematis

pada aspek Pengaruh Pemahanam Guru tentang Pendidikan Karakter terhadap

Pelaksanaan Pendidikan Karakter pada Mata Pelajaran Sosiologi.

Dengan itu Materi Sosiologi dikembangkan sebagai suatu lembaga

pengetahuan ilmiah dengan teori yang didasarkan pada observasi ilmiah, bukan

lagi pada spekulasi dibelakang meja atau observasi impresionistis, (Badan

Standar Nasional Pendidikan. Berdasarakan hasil penelitian menyatakan bahwa

nilai-nilai karakter yang dilaksanakan oleh guru mata pelajaran Sosiologi adalah

religius, rasa ingin tahu, jujur, disiplin, tangguh, santun, komunikatif, toleransi,

demokratis, peduli sosial, tanggung jawab, nasionalisme. Nilai-nilai itulah yang

tersirat atau yang menjadi salah tujuan yang harus tersampaikan pada pendidikan

karakter melalui salah satunya materi Sosiologi.

Dalam Sosiologi pendidikan sebagaimana dikatakan oleh (Noho and

Ohoitenan 2019) dalam hasil penelitiannya membahas dan diterapkan dalam

menyelesaikan semua masalah yang ada dalam pendidikan, khususnya dalam

interaksi sosial antara siswa dengan lingkungan, guru, dan lainnya, serta dalam

pandangan fenomena sosial yang berkembang dalam sistem pendidikan, sehingga

aspek-aspek sosiologi itu bisa ada pijakan dalam merumuskan semua hal yang

berkaitan dengan pendidikan, agar dapat mencapai kemajuan di bidang

pendidikan.

Sedangkan Sosiologi pendidikan makro, yang mempelajari hubungan

antara pendidikan dan institusi lain dalam masyarakat; misalnya hubungan

pendidikan dengan agama, sejauh mana lembaga pendidikan dapat memberikan

22
pengaruh terhadap anak didik dalam menjalankan ajaran agamanya dengan baik.

Hubungan pendidikan dan politik; sejauh mana sekolah menjalankan perannya

dalam proses sosialisasi politik. Hubungan antara pendidikan dan ekonomi;

sejauh mana sistem pendidikan formal berperan dalam mempersiapkan tenaga

kerja di sektor formal yang telah siap pakai, atau sejauh mana orang yang

menikmati fasilitas pendidikan formal yang dibiayai negara memang merupakan

orang yang membayar pajak secara setara. Keterkaitan antara agama dengan

sistem pendidikan nasional, jelas disebutkan dalam rumusan tujuan pendidikan

nasional. Di dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab. Sehingga dampaknya sangat bagus pada lingkup makro ini terhadap Guru

dan Kepala sekolah.

Sosiologi pendidikan mikro, (Noho and Ohoitenan 2019:76) membahas

interaksi sosial yang berlangsung dalam institusi pendidikan, misalnya

pengelompokkan yang terbentuk di kalangan mereka, interaksi di dalam kelas,

baik sesama siswa maupun siswa dengan guru. Sehingga dampaknya sangat

bagus pada lingkup mikro ini, hal ini didukung sebagaimana pendapat (Hendri

2020) dalam risetnya bahwa Merdeka belajar adalah kebebasan mutlak yang

dimiliki aleh setiap warga belajar dalam artian yang hakiki. Istilah ini berangkat

dari banyak fenomena yang terjadi di negara kita, seperti fungsi dan tugas-tugas

23
guru dan siswa yang begitu banyak sehingga mengabaikan fungsi pokoknya

karena kurang fokus lagi. Banyak lagi persoalan lain, yang secara nyata kita

menyaksikan dan menilai telah terjadi kolonialisme dalam pendidikan. Untuk itu,

pemerintah bersama dengan stakeholder telah bersepakat untuk mencanangkan

program“Merdeka Belajar”.Dimana salah satu solusi konkrit guna mengatasi

permasalahan pendidikan yang begitu komplit. Sehingga dampaknya sangat

positif terhadap Guru dan Kepala sekolah.

Sosiologi pendidikan meso dalam jurnal (Noho and Ohoitenan 2019:73)

yaitu ilmu yang mempelajari hubungan-hubungan dalam suatu organisasi

pendidikan. Pada sosiologi pendidikan meso ini sekolah dipandang sebagai suatu

organisasi yang menjalankan aturan-aturan tertentu sehingga dapat mancapai

suatu tujuan. Di sini dibahas struktur organisasi sekolah, peran dan fungsi

organisasi sekolah, serta hubungan organisasi sekolah dengan struktur organisasi

masyarakat lainnya. Sehingga dampaknya diharapkan pada lingkup meso ini

memunyai harapan yang sama sehingga dampaknya sangat positif terhadap Guru

dan Kepala sekolah dapat menjadi positif.

F. Faktor Pembentukan Karakter Di Sekolah

Pembentukan karakter adalah sebuah penataan diri setiap manusia yang

mempunyai tujuan agar seseorang mampu menjadikan dirinya sendiri agar

menjadi lebih baik dan mempunyai perilaku yang baik yang akan tertanam pada

diri seseorang. Dan setiap manusia mempunyai harapan yang baik yang mampu

membawa dirinya menjadi lebih sempurna dan layak untuk di contoh kepada

setiap manusia. Maka dari itu manusia harus berkarakter sehingga dalam perilaku

24
dan segala hal yang berkaitan dengan aktivitas hidupnya sarat dengan nilai- nilai

kehidupan . Nilai itu selanjutnya diinstitusikan melalui upaya pendidikan. Nilai

yang diwujudkan dalam bentuk perilaku peserta didik itulah yang disebut

karakter. Jadi suatu karakter melekat dengan nilai dari perilaku tersebut (Asfianl,

2019).

Jadi faktor pembentukan karakter juga dapat melalui faktor internal meliputi:

(1) Kebutuhan Psikologis seperti: Rasa aman, Penghargaan, Penerimaan, dan

Aktulisasi Diri.(2) Kebutuhan Pemikiran seperti: akumulasi informasi yang

membentuk cara berpikir seseorang seperti mitos, agama, dan sebagainya.

Sedangkan Faktor Eksternal meliputi:(1) Lingkungan Keluarga memang menjadi

faktor yang paling penting dalam memunculkan karakter pada anak,

karena,keluargalah yang paling sering berada dekat kita dengannya karakter yang

terbentuk mengikuti apa yang dia lihat dirumah, karana mental terbentuk.(2)

Lingkungan Sosial Manusia sering kita ketahui juga sebagai makhluk individu,

dan ada juga yang menyebutkan sebagai mahluk sosial, sebagai makhluk sosial

manusia mesti mempunyai hubungan dengan manusia dan masyarakat sekitarnya.

(3) Pendidikan Karakter Di Lingkungan dapat diintegrasikan dalam pembelajaran

pada setiap mata pelajaran. Dengan materi pembelajaran yang berkaitan dengan

norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perluh dikembangkan,

dieksplitas, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari dengan demikian

pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada rana kognitif saja, tatapi juga

menyentuh pada internalisasi dan pengamalan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

G. Penelitian yang Releven

25
Beberapa penelitian yang releven dengan penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a. Penelitian (Rusyaid,2020) Judul Internalisasi Nilai-Nilai Karakter Dalam

Proses Pembelajaran Untuk Membentuk Karakter Peserta Didik (Studi

Kasus Di SMA Averos Kota Sorong Papua Barat. Kesimpulan dari

penelitian ini bahwa pelaksanan pendidikan karakter dalam proses

pembelajaran di SMA Averos Kota Sorong Papua Barat. Memberikan

bimbingan dan arahan kepada peserta didik untuk dapat menghayati

nilai-nilai dan memberikan motovasi kepada peserta didik untuk dapat

menghasilkan nilai-nilai yang baik dalam bentuk perbuatan.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian saya adalah sama-sama

membahas tentang internalisasi nilai-nilai karakter sedangkan

Perbedaanya penelitian terdahulu meneliti fokus pada proses

membentuknya karakter peserta didik tetapi penelitian saya fokus pada

Bagaimana Internalisasi Nilai Pendidikan: Gemar Membaca, Tanggung

Jawab, Cinta Damai dan Kerja Keras dalam pembelajaran sosiologi

terhadap peserta didik di SMAK Sint Carolus Penfui Kota Kupang.

b. Penelitian (Fuadi,2020) Judul Internalisasi Nilai-niali Kepahlawanan

Soekarno Dalam Pembelajaran Sejarah Di SMA 9 Negeri Semarang.

Kesimpulan Proses Internalisasi Nilai-nilai Kepahlawanan Soekarno

yang ditanamkan oleh para guru melalui pembelajaran Sejarah di SMA

Negeri 9 Semarang dapat terbagi menjadi 4 aspek: Perencanaan,

26
Hambatan Dalam Aspek Pelaksanaan Pembelajaran, Penilaian, Guru

Sejarah.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian saya yaitu Sama-sama

meneliti tentang Internalisasi Nilai-nilai Dalam Pembelajaran sedangkan

perbedaanyaa penelitian terdahulu meneliti terfokus pada proses

internalisasi nilai-nilai kepahlawanan Soekarno yang ditanamkan oleh

guru melalui pembelajaran sejarah di SMA Negeri 9 Semarang tetapi

penelitian saya fokus pada Internalisasi Nilai Pendidikan Gemar

Membaca, Tanggung Jawab, Cinta Damai dan Kerja Keras.

c. Penelitian (Hasanah,2018) Judul Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan

Karakter Melalui Kegiatan Badan Dakwah Islam Di SMA Negeri 7

Malang. kesimpulan dari penelitian ini adalah internalisasi nilai-nilai

pendidikan karakter di SMA Negeri 7 Malang melalui kegiatan Badan

Dakwah Islam adalah dengan memberikan teladan yang baik kepada

anak didik, memberikan hukuman, mendukung dan memberi kesempatan

untuk mengadakan berbagai kegiatan positif, melalui cara yang demikian

maka perubahan karakter positif secara lahirinyah sangat tanpak dalam

diri anak didik atau disebut dengan transaksi nilai. Persamaan penelitian

ini dengan penelitian saya adalah sama-sama internalisasi nilai-nilai

karakter sedangkan perbedaanya adalah penelitian terdahulu meneliti

atau fokus pada bagaimana internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter

melalui kegiatan Badan Dakwah Islam di SMA Negeri 7 Malang. Tetapi

27
penelitian saya fokus pada bagimana menginternalisasikan nilai-nilai

pendidikan karakter terhadapa peserta didik.

H. Kerangka Berpikir

Internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter terhadap peserta didik

Internalisasi Nilai-nilai
Pendidikan

Pendidikan Karakter
Terhadap Peserta Didik

1. Gemar Membaca
2. Tanggung Jawab Menghasilkan peserta
3. Cinta Damai didik yang Gemar
BAB II Membaca, Tanggung
4. Kerja keras
Jawab,Cinta Damai, Kerja
Keras.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode kualitatif

ini digunakan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

28
diamati. Data yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah data yang berupa kata-

kata dari para subjek dan informan baik dalam kata-kata tertulis ataupun lisan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif karena dalam

penelitian ini data yang diperoleh adalah data-data yang berupa data deskriptif

yang tidak menggunakan data yang berupa angka untuk menerangkan hasil

penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan

dengan tujuan pokok penelitian yaitu untuk menggali lebih dalam mengenai

proses isnternalisasi nilai-nilai pendidikan karakter peserta didik.

B. Tempat dan waktu penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini di laksanakan di SMAK Sint Carolus Penfui Kota Kupang,

Berletak di JL.Adisucipto No. 44, Penfui , Maulafa, Kota Kupang dengan

alasan memilih SMAK Sint Carolus karena di lokasi ini masih ada siswa yang

tidak Gemar Membaca, terus tidak bertanggung Jawab, tidak Cinta

Damai,kurang belajar keras .

Waktu Penelitian

Waktu melaksanakan aktivitas penelitian dapat di lihat dalam table

berikut:

Tabel 3.1 Grantt Aktivitas Penelitian

N Aktifitas Ok No De Ja Fe Ma Ap Me Ju Ju Ag

o t v s n b r r i n l t

1 Bimbingan

29
Judul

2 Menyusun

proposal

3 Seminar

Proposal

4 Perbaikan

Proposal

5 Perbaikan

Instrument

Penilaian

6 Pengumpula

n Data

7 Analisis

Data

8 Penulisan

Skripsi

9 Ujian

Skripsi

10 Perbaikan

C. Subyek penelitian

30
Subyek penelitian merupakan individu-individu yang dijadikan sumber

penggalian utama data penelitian. Subyek penelitian diantaranya guru mata

pelajaran sosiologi, dan siswa kelas X IPS.

D. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang di gunakan penelitian dalam

penelitian ini sebagai berikut:

1. Observasi (Pengamatan)

Observasi merupakan aktivitas penelitian dalam rangka mengumpulkan

data yang berkaitan dengan masalah penelitian melalui proses

pengamatan langsung di lapangan. Penelitian berada di tempat itu untuk

mendapatkan bukti-bukti yang valid dalam laporan yang akan di ajukan.

Observasi adalah metode pengumpulan data dimana penelitian informasi

sebagaimana yang meraka saksikan (Gulo, 2016).

1. Wawancara

Wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan

itu di lakukan oleh dua pihak, yaitu wawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan

jawaban atas pertanyaan itu (Meleong,2019), ciri utama wawancara

adalah kontak langsung dengan tatap muka antara pencari informasi dan

sumber informasi.

2. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu peneliti menggunakan referensi lainnya seperti buku,

Jurnal,Artikel,Skripsi,dan lain-lainnya yang telah meneliti mengenai

31
internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter terhadap peserta didik dalam

pembelajaran sosiologi yang nantinya sebagai referensi tambahan dari

peneliti. Penggunaan dokumentasi sudah lama di gunakan dalam

penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumentasi

sebagai sumber data di manfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan

untuk meramalkan (Meleong, 2019).

E. Keabsahan Data

Pengabshan data yang ingin dicapai dalam penelitian ini dengan

menggunakan traingulasi data sebagai tenknik pemeriksaan data (Meleong,

2019). Bahwah Triangulasi yaitu proses untuk mendapatkan data valid melalui

penggunaan variansi instrument. Penelitian menggunakan Trangulasi sebagai

teknik untuk mengecek data yang memanfaatkan sesuai yang lain dari pada yang

lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap penelitian. Triangulasi

meliputi empat hal yaitu : Triangulasi metode, triangulasi sumber, triangulasi

teknik atau metode. Dalam (Sugiyono, 2018) triangulasi teknik atau metode

merupakan bentuk triangulasi dengan cara mengecek data kepada sumber yang

sama dengan teknik yang berbeda. Pada penelitian ini untuk menguji keabsahan

data menggunakan teknik atau metode, yaitu dengan menggunakan wawancara

mendalam.

F. Teknik Analisis Data

Penulis memperoleh data di lapangan mengenai internalisasi nilai-niali

pendidikan karakter terhadap peserta didik DI SMAK Sint Carolus Penfui Kota

32
Kupang yang kemudian diolah sehingga diperoleh keterangan yang bermakna,

selanjutnya di analisis, Tahap analisis model Miles dan Huberman meliputi:

1. Pengumpulan Data

Penulis mencatat semua data secara ojektif dan apa adanya sesuai

dengan hasil observasi dan wawancara, pengumpulan data di peroleh

melalui observasi dan wawancara berkaitan dengan internalisasi nilai-

nilai pendidikan karakter terhadap peserta didik Di SMAK Sint Carolus

Penfui Kota Kupang.

2. Reduksi Data

Tahap reduksi meliputi kegiatan memiliah, mengategorikan,

mengorganisasikan, dan menyaring data sesuai dengan fokus penelitian,

yaitu internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter terhadap peserta didik

Di SMAK Sint Carolus Penfui Kota Kupang. Data-data yang tidak sesuai

dengan fokus penelitian tidak di cantumkan dengan tujuan mempertajam

proses analisis data dan di simpan agar mempermudah peneliti jika

sewaktu-waktu mencari kembali.

3. Penyajian Data

Penyajian data ini dilksanakan setelah reduksi penulis lakukan hasi

reduksi data yang sebelumnya telah dikelompok ke dalam dua kategori

atau poin, kemudian disajikan dan diolah serta dianalisis dengan teori.

Data yang memperoleh terkait nilai pendidikan karakter yang telah

dianalisis.

33
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

34
A. Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter : Gemar Membaca, Tanggung

Jawab, Cinta Damai dan Kerja Keras di SMAK Sint Carolus Penfui Kota

Kupang

Internalisasi nilai pendidikan karakter pada dasarnya adalah satu proses

penanaman nilai-nilai karakter ke dalam diri seseorang sehingga nilai-nilai

tersebut menjadi bagian dalam dirinya, menjiwai pola pikir serta perlakuannya

dapat membangun kesadaran diri untuk mengaplikasikan nilai-nilai tersebut

dalam dirinya sendiri pada penelitian ini yang ingin ditelahai yaitu nilai Gemar

Membaca, Tanggung Jawab, Cinta Damai dan Kerja Keras

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Paulus Kanisius Geli


Sebagai Guru Sosiologi Menyatakan Bahwa Nilai-nilai pendidikan
karakter (1) Gemar Membaca sangat kurang dilakukan oleh siswa karena
sekolah tidak memfasilitasi buku-buku untuk di baca oleh siswa, tapi
sekolah hanya memfasilitasi buku-buku mata pelajaran saja, maka dari itu
siswa sangat berkurang untuk membaca buku.(2) Nilai tanggung Jawab
juga belum terlaksanakan dengan baik oleh siswa karena siswa-siswi
tertentu saja yang bertanggung jawab terhadap perbuatannya serta tugas-
tugas yang diberikan oleh Bapa ibu guru.(3) Nilai Cinta Damai guru
sosiologi menyatakan bawha hubungan antara siswa atau guru sangat baik
di dalam kelas dan di luar kelas maupun di luar jam sekolah, guru juga
sering memotivasi kedapa siswa agar mereka selalu belajar baik disekolah
maupun dirumah.(4) Nilai Kerja Keras untuk nilai satu ini sudah
terlaksanakan dengan baik di sekolah mengapa dikatakan seperti itu karena
hubungan antara siswa dengan guru-guru disekolah sangat baik sehingga
mempermudah guru mendorong siswa-siswinya untuk selalu berprestasi
dalam bidang apapun itu dan guru sering memberikan penghargan bagi
siswa-siswi yang berprestasi (25, Januari 2022).
Wawancara diatas didukung oleh obeservasi penulis, bahwa buku-
buku tidak terdapat buku-buku di perpustakan
Berdasarkan hasil wawancara dengan Lidia sebagai siswa kelas IPS X
menyatakan bahwa nilai- nilai pendidikan karakter sebagai berikut:

35
(1). Nilai Gemar Membaca menurut saya siswa-siswi disini kurang
untuk membaca buku karena buku yang disediakan di perpustakan hanya
buku mata pelajaran saja serta sekolah tidak memfasilitasi buku-buku yang
baru dimana siswa ingin membaca buku dan tidak hanya buku mata
pelajaran saja.(2) Nilai Tanggung Jawab untuk nilai tanggung jawab ini
kurang karena kalau guru memberikan tugas kami sebagai siswa ada yang
kerja dan ada yang tidak kerja tugas yang diberikan oleh bapa ibu guru.(3)
Nilai Cinta Damai sangat kurang terutama didalam kelas karena pada saat
guru-guru menjelaskan materi ada yang mendengarkan dan ada yang tidak
mendengarkan penjelasan dari bapa ibu guru.(4) Kerja keras kalau
menurut saya guru-guru disini setiap kali masuk kelas mereka sudah
mempersiapkan materi dengan baik dan pada saat menjelaskan materi juga
mereka selalu memberikan motivasi dan dorongan kepada semua siswa-
siswi disekolah serta memberikan penghargan bagi siswa yang berprestasi.
Namun peserta didik tidak memaksimalkan dengan baik apa yang
diberikan oleh bapa ibu guru kepada mereka pada saat jam sekolah.
Sedangkan hasil wawancara dengan Bergita sebagai siswa kelas IPS
X menyatakan bahwa nilai-nilai pendidikan karakter sebagai berikut:
(1). Nilai Gemar Membaca, bergita menyatakan bahwa disekolah
SMAK Sint Carolus siswa untuk baca buku masih berkurang karena
kurangnya buku-buku yang disediakan oleh guru serta kurangnya
kesadaran dari siswa itu sendiri untuk selalu baca buku. ()

36
Hasil wawancara diatas didukung oleh hasil observasi peneliti bahwa:
Pada saat di lingkungan sekolah peran guru dalam memperhatik
peserta didik dalam menerapkan nilai Gemar Membacan, Tanggung
Jawab, Cinta Damai dan kerja keras masih terbatas pada sosialisasi saja
yang dimana tidak ada tindak lanjut yang nyata dengan kegiatan atau
program-program yang suadah dibuat oleh sekolah dan tidak terlaksanakan
dengan baik oleh siswa-siswi yang ada dilingkungan SMAK Sint Carolus
Penfui Kota Kupang. Namun peserta didik tidak memaenfatkan upaya-
upaya guru dalam menaggapai apa yang disampaikan oleh bapa ibu guru
yang ada disekolah dan sangat terbatas dalam mennaggapi apa yang
disempaekan oleh bapa ibu guru hal ini dapat dilihat ketika mengadakan
apel pagi setiap mengadakan apel pagi kepala sekolah serta guru-guru
selalu memberikan motivasi kepada siswa agar selalu menarapkan nilai-
nilai pendidikan karakter dalam diri siswa serta memberikan arahan
terhadap siswa agar selalu menghargai satu sama lain serta selalu
memotivasi satu sama lain. Hal ini dapat dilihat ketika guru memberikan
arahan pada saat apel pagi serta ketika guru memberikan mata pelajaran
dikelas. Hal ini juga didukung dengan dokumentasi pada saat observasi
terhadap papan informasi yang terdapat disekolah dalam hal tata tertib
sekolah.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa Internalisasi nilai pendidikan
karakter di SMAK Sint Carolus Penfui Kota Kupang belum maksimal
dilaksanakan dengan baik dalam lingkungan sekolah. Hal ini bertolak belakang
dengan penelitian ( Rusyaid, 2020) menyatakan bahwa pelaksanan pendidikan
karakter dalam proses pembelajaran yang memberikan bimbingan dan arahan
kepada peserta didik untuk dapat menghayati nilai-nilai dan memberikan
motivasi kepada peserta didik untuk dapat menghasilkan nilai-nilai yang baik
dalam bentuk perbuatan serta penyelenggaraan pendidikan karakter dilakukan

37
dengan keteladanan dan pembiasaan yang terintegrasi dalam kehidupan sehari-
hari siswa. Sedangkan Penelitian penelitian ini bertolak belakang dengan
(Hasanah, 2018) yang menyatakan bahwa internalisasi nilai-nilai pendidikan
karakter dimana memberikan teladan yang baik kepada anak didik, memberikan
hukuman, mendukung dan memberikan kesempatan untuk mengadakan berbagai
kegiatan positif, melalui cara yang demikian maka perubahan positif secara
lahirinya sangat tampak dalam diri anak didik atau disebut dengan transakai
nilai.
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Internalisasi Nilai-Nilai pendidikan

Karakter Gemar Membaca, Tanggung Jawab, Cinta Damai dan Kerja Keras

Dalam Proses Pembelajaran di SMAK Sint Carolus Penfui Kota kupang

Dalam Suatu kegiatan untuk meinternalisasikan Nilai-Nilai pendidikan

Karakter Gemar Membaca, Tanggung Jawab, Cinta Damai dan Kerja Keras

Dalam Proses Pembelajaran yang dijalankan pasti menemukan kendala-

kendala dalam melakukan aktifitas tersebut, begitu juga dalam berbagai

kegiatan yang dilakukan di SMAK Sint Carolus Penfui Kota Kupang tidak

semuanya berjalan dengan baik seperti nilai Gemar Membaca, Tanggung

Jawab, Cinta Damai dan Kerja Keras dapat kita ketahui juga kendala baik yang

datang dari lingkungan peserta didik sendiri dalam hal ini adalah keluarga

ataupun dari pihak sekolah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Paulus Kanisius Geli selaku


guru sosiologi kelas X menyatakan bahwa ada beberapa faktor pendukung dan
penghambat dalam meinternalisasikan nilai-nilai pendidikan karakter Gemar
Membaca, Tanggung Jawab, Cinta Damai dan Kerja Keras, faktor pendukung
seperti orang tua anak tersebut, dapat kita ketahui bawah orang tua merupakan
guru pertama bagi anak karena dari sejak lahir mereka sudah mempunyai
waktu yang paling banyak untuk selalu bersama-sama dengan anaknya. Yang

38
berikut kepala sekolah karena sebagai kepala sekolah pasti akan mendorong
supaya seluruh peserta didik agar dapat menerapkan nilai pendidikan karakter
dalam diri mereka sedangkan pendidik yaitu dimana guru dapat mendidik
anak-anaknya agar dapat merubah karakter dari siswa itu sendiri. sedangkan
faktor penghambat seperti keluarga, dan lingkungan masyarakat serta
minimnya waktu disekolah untuk dapat mendorong siswa untuk menjadi baik
karena untuk merubah karakter pada anak membutukan proses yang begitu
lama, karena untuk merubah karakter peserta didik itu membutukan waktu
yang lama akan tetapi disekolah hanya mempunyai waktu beberapa jam saja.
Jadi dari pihak orang tua seharunya membutukan dan bekerja sama dengan
guru untuk dapat meninternalisasikan nilai pendidikan karakter terhadap
peserta didik (25, Januari 2022).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Lidia sebagai siswa kelas IPS X


menyatakan bahwa faktor pendukung dalam meinternalisasikan nilai
pendidikan karekter Gemar Membaca, Tanggung Jawab, Cinta Damai dan
Kerja Keras yaitu dari orang tua, kepala sekolah serta guru-guru di SMAK Sint
Carolus Penfui Kota Kupang dan faktor penghambat dalam meinternalisasikan
nilai-nilai pendidikan karakter Gemar Membaca, Tanggung Jawab, Cinta
Damai dan Kerja Keras yaitu kalau menurut saya lebih kepada kurangnya
siswa bertanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberika oleh guru dan
kurangnya fasilitas yang disediakan oleh sekolah.

Berdasarkan hasil observasi saya,


Pada lingkungan SMAK Sint Carolus Penfui Kota Kupang menemukan
ada beberapa faktor pendukung dan penghambat proses internalisasi nilai-nilai
pendidikan karakter Gemar Membaca, Tanggung Jawab, Cinta Damai dan
Kerja Keras dalam proses pembelajaran baik dalam kelas maupun luar kelas.
Hal ini juga didukungi oleh data dokmentasi pada saat observasi terhadap
informasi yang ada disekolah tersebut (25, ferbuari 2022).

39
Adapun faktor pendukung dan penghambat internalisasi nilai-nilai

pendidikan karakter Gemar Membaca, Tanggung Jawab, Cinta Damai dan

Kerja Keras untuk membentuk karakter peserta didik di SMAk Sint Carolus

Penfui Kota Kupang sebagai berikut:

a. Faktor pendukung internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter Gemar

Membaca, Tanggung Jawab, Cinta Damai dan Kerja Keras dalam proses

pembelajaran di SMAk Sint Carolus Penfui Kota Kupang

1) Keluarga
Secara psikologis, faktor dalam diri anak dapat mendukung proses

pelaksanaan internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter Gemar Membaca,

Tanggung Jawab, Cinta Damai dan Kerja Keras, karena ketika dalam

jiwanya merasa senang untuk melakukan suatu kegiatan maka dengan

mudah kegiatan itu masuk kedalam jiwa anak. Keluarga adalah faktor

utama dalam mempengaruhi psikologis dan tingkah laku peserta didik

karena keluarga adalah proses pendidikan yang pertama kali dilakukan.

Maka dari itu diperlukan pembiasaan terus menerus yang disertai dengan

keteladan agar kegiatan pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas

maupun di luar kelas tidak sia-sia begitu saja. Seperti yang diungkapan

oleh Guru sosiologi kelas X IPS 1 SMAK Sint Carolus Penfui Kota

Kupang.

Dengan adanya dukungan dari lingkungan keluarga, peserta didik

akan merasa nyaman menerima pembelajaran dan nyaman menerapkan

nilai-nilai yang diinginkan. Oleh karena itu tujuan pendidikan akan

tercapai untuk membentuk karakter peserta didik.

40
2) Kebijakan Sekolah

Sebagai Kebijakan sekolah sangat berperan penting dan paham

tentang akan pentingnya internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter

dalam lingkungan sekolah sehingga memberikan sebuah manajemen untuk

meningkatkan kualitas akhlak/sikap peserta didik yaitu dengan

menerapkan kebiasaan tentang nilai karakter tersebut, karena kepala

sekolah menjadi wewenang dalam menetapkan kebijakan di sekolah.

Seperti di SMAK Sint Carolus Penfui Kota Kupang kebijakan yang

dilakukan berupa penetapan tata tertib sekolah, memberikan kewenangan

tugas kepada guru BK dan keaktifan peran wali kelas. Selain kebijakan

tersebut, kepala sekolah SMAK Sint Carolus Penfui Kota Kupang juga

memberikan keteladan kepada peserta didik. Penulis juga mengamati

peran kepala sekolah mengenai jam masuk sekolah ketika siswa maupun

guru terlambat masuk sekolah kepala sekolah tidak memberikan ijin untuk

masuk dilingkungan sekolah baik itu guru atau siswa. Itu artinya bahwa

aturan yang telah ditetapkan bukan hanya berlaku bagi peserta didik

sehingga terkesan aturan tersebut berlaku bagi masyarakat sekolah untuk

mencapai tujuan pendidikan karakter. Contoh kecil yang diperlihatkan

kepala sekolah terhadap peserta didik bentuk keteladanan akan diikuti oleh

peserta didik, dengan seringnya melakukan kegiatan akan menjadi suatu

kebiasaan. Dan setelah menjadi kebiasaan akan terbentuklah pribadi-

pribadi yang diinginkan yaitu pribadi yang berkarakter.

41
Dari hasil paparan diatas penulis berkesimpulan bahwa peran dan

dukungan dari kepala sekolah sangtlah penting demi tercapainya sauatu

pendidikan karakter dalam lingkungan sekolah. Kepala sekolah juga

paham pentingnya internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter dan melalui

pendidikan karakter juga bisa melakukan perbaikan dan memberikan

masukan kepada peserta didik dalam pembelajaran agar lebih baik

sehingga mampu mencetak generasi yang berkarakter.

3) Pendidik/Guru

Pendidik Dalam proses belajar pendidik tidak hanya mendidik

mata pelajaran yang diajarkan saja akan tetapi juga mendidik moral anak

didiknya, maka dari itu di SMAK Sint Carolus Penfui Kota Kupang selalu

memberikan teladan yang baik kepada para peserta didik secara langsung

waktu proses belajar di kelas ataupun di luar kelas di manapun mereka

berada. Guru juga memotivasi kepada peserta didik agar selalu datang

sekolah tepat waktu dan mencontohkan cara bertutut kata yang baik, sopan

dan santun. Seorang pendidik juga harus pandai menginternalisasi nilai

pendidikankarakter dalam proses pembelajaran.

b. Faktor penghambat internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter dalam

proses pembelajaran di SMAK Sint Carolus Penfui Kota Kupang

1. Keluarga

Keluarga selain menjadi faktor pendukung juga menjadi faktor

penghambat internalisasi nilai-nilaipendidikan karakter di SMAK Sint

Carolus Penfui Koata Kuoang . Peserta didik di sekolah tersebut

42
berasal dari keluarga yang berbeda-beda baik dari latar belakang

ekonomi maupun latar belakang pendidikan, sehingga perlakuan yang

mereka terima di rumah akan mewarnai perlakuan mereka ketika

berada di sekolah. Berdasarkan latar belakang yang berbeda-beda

tersebut proses pembinaan yang dilakukan oleh pihak sekolah kadang

tidak berjalan baik dengan adanya peserta didik yang dapat mengerti

dan melakukan dengan baik pembinaan tersebut dan adanya peserta

didik yang tidak dapat mengerti serta tidak dapat melakukan

pembinaan tersebut dengan baik.

Latar belakang ekonomi, pendidikan dan kesibukan orang tua

mereka, sehingga kurangnya perhatian dan waktu untuk mendidik

anak-anak mereka. Seakan menyerahkan tanggung jawab sepenuhnya

kepada pendidik di sekolah. Pendidikan akan berjalan dengan baik jika

adanya kerjasama orang tua dan pihak sekolah.

2. Minimnya waktu di sekolah

Di sekolah peserta didik hanya mempunyai waktu kurang lebih 7

jam saja, itulah yang menjadikan penghambat untuk

menginternalisasikan nilai pendidikan karakter, karena untuk

menjadikan kebiasaan atau budaya kepada anak membutuhkan waktu

yang tidak sedikit. Jadi dengan minimnya waktu di sekolah maka dari

pihak sekolah bisa bekerja sama untuk bisa memberikan dan juga

meneruskan sikap yang telah dilaksanakan di sekolah.

43
Dari hasil paparan diatas dapat disimpulkan bahwa merubah

karakter dari siswa sangat dibutukan waktu yang lama jadi sekolah

harus bekerja sama dengan orang tua peserta didik agar dapat merubah

karakter dari siswa itu sendiri.

3. Lingkungan masyarakat

Lingkungan masyarakat yang kurang baik akan menimbulkan atau

memudarkan nilai karakter yang telah diinternalisasikan di sekolah.

Hal ini dirasakan oleh pihak sekolah di SMAK Sint Carolus Penfui

Kota Kupang. Masyarakat merupakan faktor penghambat dari

internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter karena masyarakat

merupakan tempat mereka bersosialisasi dalam kehidupannya. Jadi

bila masyarakat ditempat mereka bersosial tidak baik secara tidak

sadar mereka akan memberikan kesan yang kurang baik dalam diri

peserta didik tersebut. Seorang anak biasanya suka meniru hal-hal

yang menurut dia sesuatu yang baru. Maka dengan anak tersebut

membaur di lingkungan yang kurang baik sedikit demi sedikit karakter

yang diajarkan disekolah akan memudar. Maka dengan adanya seperti

itu kembali lagi kepada orang tua yang selalu membimbing dimanapun

berada.

Dari hasil paparan diatas penulis dapat memberikan kesimpulan

bahwa faktor yang penghambat dapat dipaparkan tersebut dapat

dianalisis bahwa hambatan-hambatan yang ada setidaknya bisa

diminimalisir agar nilai-nilai pendidikan karakter yang diterapkan di

44
sekolah tidak sia-sia. Untuk dapat meminimalisir hambatan hambata-

hambatan tersebut maka dari pihak orang tua dan pihak sekolah harus

dapat memberikan pengertian kepada peserta didik sebagai amanah

agar bergaul atau bermain dengan lingkungan yang baik, tidak boleh

meniru perilaku yang menyimpang.

45
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa internalisasi nilai-nilai

karakter peserta didik di SMAK Sint Carolus Penfui Kota Kupang

terealisasikan dengan baik. Didalamnya terdapat lima belas nilai karakter

yang diinternalisasikan adapun lima belas nilai tersebut yaitu; Religius,

Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa

ingin tahu, nasionalisme, Cinta tanah air, Menghargai prestasi,

Komunikatif, Peduli lingkungan, peduli sosial. Sedangkan nilai tanggung

Jawab, Cinta Damai dan Gemar Membaca belum terlaksanakan dengan

baik di dalam lingkungan sekolah.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kenyatan yang ada dilapangan, maka

penulis dapat memberikan saran atau masukan yang mungkin berguna

bagi pihak sekolah. Sehingga dapat dijadikan sebuah acuan untuk lebih

membentuk karakter siswa yang lebih baik lagi. Berhubungan dengan hal

tersebut, maka beberapa saran yang direkomendasikan penulis antara lain

1. Bagi pihak sekolah, khususnya Kepala sekolah diharapkan untuk terus

mendukung dengan mensukseskan setiap kegiatan dalam perogram

kerja, dan selain itu juga menyediakan fasilitas agar dapat

46
meningkatkan peroses pembelajaran siswa yang di setiap peoses

pembelajaranya.

2. Bagi guru, diharapkan untuk memberikan semangat bagi para siswa

atau motivasi mereka untuk meningkatkan nilai pendidikan karakter.

Misalnya pemahaman mengenai nilai karakter siswa dalam bersikap

sopan santun di setiap lingkungan hidupnya. Kemudian guru harus

menciptakan metode pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif

dalam menerapkan nilai Gemar Membaca, Tanggung Jawab, Kerja

Keras dan Cinta Damai, dan guru diharapkan dapat menjadi motivasi

dan patuan bagi siswa dalam hal kecintan terhadap nilai dan sikap yang

baik.

3. Bagi siswa, diharapkan untuk meningkatkan semangat belajar dan

memiliki sikap yang baik di setiap diri sendiri. Guna untuk menjaga

moralitas kehidupan di dalam lingkungan masyarakat.

47
DAFTAR PUSTAKA

Azhar, “Pembinaan Moral Siswa Melalui Aktualisasi Prilaku Agama”. Jurnal

FITRAH. Vol. 2 No. 1, 2020, hal. 1-20.

Asfianl, (201 9). Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter Pada Pembelajaran

Kitab Mukhtasar Ihya Ulumiddin Di Tingkat Aliyah Dalam Pembentukan

Karakter Santri Pondok Pesantren Salafiyah Pasuruan.Skripsi: Fakultas

Tablyah Dan Keguruan.

Dewi, (2020). Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter Melalui Program

Ekstrakurikuler DiMIN 2 Jember Tahun Pelajaran 2019/2020. Skripsi.

Jember: Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan.

Emalfida, (2020). Internalisasi Nilai-nilai Karakter Siswa Di Mabrasah Ibtidalyah.

Jurnal Pendidikan. Vo. 2 No. 2, Hal.15-36.

Fuadi, (2020). Internalisasi Nilai-niali Kepahlawanan Soekarno Dalam P

embelajaran Sejarah Di SMA 9 Negeri Semarang. Kesimpulan Proses

Internalisasi Nilai-nilai Kepahlawanan Soekarno yang ditanamkan oleh

para guru melalui pembelajaran Sejarah di SMA Negeri 9 Semarang.

Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial.

Gulo, W, (2016). Metodelogi penelitian. Jakarta: Grasindo.

Hasanah,(2018). Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan

Badan Dakwah Islam Di SMA Negeri 7 Malang..skripsi. malang: Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

48
Marlina,(2016). internalisasi Nilai-nilai Pancasila dan Rasa Cinta Tanah Air

pada Remaja di perbatasan Malaysia (pulau sebatik kabupaten

Nunukan,Kalimantan Utara), jurna psikoborneo, Volume 4, nomor 4, Hal

76-107.

Meleong, L. J. (2019). Atletodologi Penelitian Kualitatif. Pt.Remaja Rosda Karya.

Bandung.

Nursobah, (2021). Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter Di Sekolah Pada

Peserta Didik Jurusan TBSM Melalui Keteladanan Dan Pembiasaan Guru

PAI Di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Jurnal

Pendidikan Islam. Vo.3 No. 2 Hal. 63-81.

Noho, Mubin, And Iswar Ismail Ohoitenan. 2019. “Konsep Sosiologi Pendidikan

(Analisis Makro, Meso Dan Mikro Sosiologi Pendidikan).”

Foramadiahi 11(1):65–79.

Putry, (2018). Nilai-niali Pendidikan Karakter Di Sekolah. Jurnal Pespektif

Kemendiknas Internasional.Vo. 4 No. 1 Hal. 39-54.

Rusyaid, (2020). Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter Dalam Proses

Pembelajaran Untuk Membentuk Karakter Peserta Didik (Studi Kasus Di

SMA Averos Kota Sorong Papua Barat). Jurnal Pendidikan. Vo.12 No. 1

Hal. 76-107.

Santika, Wayan Eka (2020) Pendidikan karakter pada pembelajaran Daring.

Indonesia values and character Education journal, Vo 4, No 1, Hal 8-19.

49
Subiyakto,(2019). Internalisasi Nilai Pendidikan Melalui Aktivitas Masyarakat

Sebagai Sumber BelajarIlmu Pengetahuan. Jurnal Studi Islam Dan

Humaniora. Vo. 17 No. 1 Hal. 138-166.

Sugiyono, (2019). Metode Penelitian-penelitian Pendekatan Kualitatif, dan

kuantitatif, D Bandung: Alfabeta.

Wathani, (2021). Internalisasi Nilai-nilai Karakter Melalui Budaya Sekolah Di

SMKN 41 Jakarta. Jurnal Pendidikan Islam Dan Isu-isu Soaial. Vo. 19 No.

2 Hal. 47-77.

Widana, (2021). Internalisasi Nilai Pendidikan Karakter Melalui Satu 1 Karunia.

Jurnal Sastra Agama dan Pendidikan Bahasa Bali. Vo. 2 No. 1 Hal. 1-10.

Zubaedi. (2019). Desain Pendidikan Karakter: Konsep dan Aplikasikanya Dalam

Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

50
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1

A. Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMAK Sint Carolus Penfui Kota

Kupang yang memiliki status akreditas B. Sekolah tersebut terletak di

jalan Adisucipto Nomor 44, Kelurahan Penfui, Kecamatan Maulafa, Kota

Kupang. Berdirinya SMAK Sint Carolus Penfui Kota Kupang pada tahun

pelajaran 1983. Dan Jumlah keseluruhan siswa IPS kelas X yang belajar di

SMA Sint Carolus Penfui Kota Kupang adalah 66 siswa yang terdiri dari

dua kelas saat ini SMAK Sint Carolus Penfui Kota Kupang memiliki 35

guru. Selain tenaga pengajar SMA Sint Carolus Penfui Kota Kupang, juga

dibantu oleh 1 orang tenaga kependidikan non guru yaitu satu orang

penjaga sekolah.

Yang menjadi informan Penelitian adalah siswa kelas X IPS satu

dan guru sosiologi kleas X. Pengambilan data penelitian yang

dilaksanakan pada tanggal 25 januari 2022 bertempat di SMAK Sint

Carolus Penfui Kota Kupang. Di sekitaran SMAK Sint Carolus juga

terdapat lembaga pendidikan mulai dari TK, SD, SMP yang tergabung

dalam satu Yayasan Pendidikan Santo Yoseph Penfui sehingga banyak

siswa ingin bersekolah dalam satu lembaga pendidikan maka dari itu lalu

lintas di sini juga cukup ramai dengan adanya aktivitas dari siswa-siswi

dengan itu membuat area di sekitar SMAK Sint Carolus Penfui Kota

Kupang semakin ramai.

51
B. Identitas Sekolah

No Identitas Sekolah

1 Nama Sekolah SMA Katolik Sint Carolus

2 Nomor Statistik Sekolah 302246002012 / NPSN. 50304937

3 Propinsi Nusa Tenggara Timur

4 Otonomi Daerah

5 Kecamatan Maulafa

6 Desa/ Kelurahan Penfui

7 Jalan Dan Nomor Adisucipto Nomor : 44

8 Kode Pos 85361

9 Telepon Kode Wilayah : 0380 Nomor :881550

10 Faxcimile /Fax Kode Wilayah : Nomor :

11 Daerah Perkotaan

12 Status Sekolah Swasta

13 Kelompok Sekolah Inti

14 Akreditasi Diakul /B

15 Surat Keputusan / Sk Nomor : Tgl :

16 Penerbit Sk (Ditandatangani

Oleh)

17 Tahun Berdiri Tahun : 1983

18 Tahun Penegerian Tahun :

19 Kegiatan Belajar Mengajar Pagi

20 Bangunan Sekolah Milik Sendiri

52
21 Lokasi Sekolah

22 Jarak Ke Pusat Kecamatan 6 KM.

23 Jarak Ke Pusat Otoda 10 KM.

24 Terletak Pada Lintasan KAB/KOD

25 Perjalanan / Perubahan Sekolah

26 Jumlah Keanggotaan Rayon Sekolah

27 Organisasi Penyelenggaran Yayasan

C. Visi Misi Sekolah

a. Visi

Terwujudnya lulusan yang berkualitas dalam bidang ilmu pengetahuan

dan teknologi, iman dan moralitas yang dijiwai oleh nilai-nilai kristiani

dan budaya luhur bangsa.

b. Misi

1. Menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang inovatif, yang

berorientasi pada pencapaian kompetensi lulusan yang berkualitas,

beriman, bermoral, dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

2. Menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler yang berorentasi pada

kecakapan hidup dalam bidang seni budaya,seni tarik suara, jurnalistik,

pramuka dan bela negara.

3. Menyelenggarakan kegiatan keagaman untuk meningkatkan iman dan

ketagwaan terhadap tuhan yang maha esa.

53
4. Melaksanakan kegiatan bimbingan konseling untuk mengenal diri

sendiri sesuai potensi, bakat dan intelektuanya serta untuk membentuk

kepribadian yang mandiri, utuh dan berintegritas.

5. Mendorong siswa/ menumbuhkan rasa peka, kerjasama, partisiatif dan

kreatif dalam menciptakan lingkungan yang sehat dan asribaik di

sekolah maupun di luar sekolah.

6. Mendorong siswa/ melakukan kegiatan penelitian dalam menciptakan

karya tulis dalam bidang sains, bahasa dan ilmu-ilmu sosial.

54
LAMPIRANWAWANCARA

Lampiran 2

Pedoman Wawancara

Pertanyaan untuk guru sosiologi di SMAK Sint Carolus Penfui Kota Kupang.

1. Apakah internalisasi nilai pendidikan karakter Gemar Membaca,

Tanggung Jawab, Cinta Damai dan Kerja Keras sudah terlaksanakan

dengan baik atau belum dalam lingkungan SMAK Sint Carolus Penfui

Kota Kupang ?

2. Bagaimana cara guru mata pelajaran sosiologi untuk dapat

memperhatikan dan menerapkan perkembangan nilai pendidikan Gemar

Membaca, Tanggung Jawab,Cinta Damai dan Kerja Keras agar peserta

didik lebih giat dalam menerapkan nilai tersebut dalam lingkungan

sekolah ?

3. Apakah sebagai guru mata pelajaran sosiologi sudah menerapkan

pendidikan Gemar Membaca, Tanggung Jawab, dan Kerja Keras dalam

proses pembelajaran sosiologi di dalam kelas ?

4. Bagaimana guru dapat mendorong siswa untuk dapat menerapkan nilai

pendidikan karakter Gemar Membaca, Tanggung Jawab, Cinta Damai

agar siswa dapat memahami pentingnya nilai pendidikan karakter dalam

pembelajaran sosiologi ?

Lampiran 3

55
Informan : Pak Paulus Kanisius Geli, S. Fil (Guru Sosiologi)

Lokasi : SMAK Sint Carolus Penfui Kota Kupang

Waktu : 25 Januari 2022, jam 10.15

Peneliti : Selamat pagi pak

Pak paulus : Iya pagi juga

Peneliti : Ini dengan saya Vemilia mahasiswa Muhammadiyah Kupang yang

kemarin janji dengan Pak untuk mewawancara pak mengenai

Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter Terhadap Peserta Didik

Di SMAK Sint Carolus Penfui Kota Kupang.

Pak Paulus : Oh iya ibu, silakan, proses wawancaranya

Peneliti : Baik pak saya mulai langsung dengan pertanyan pertama, Apakah

internalisasi nilai pendidikan karakter Gemar Membaca, Tanggung

Jawab, Cinta Damai dan Kerja Keras sudah terlaksanakan dengan

baik atau belum dalam lingkungan SMAK Sint Carolus Penfui Kota

Kupang.

Pak paulus : Untuk nilai-nilai pendidikan karakter seperti :

1. Gemar Membaca sangat kurang dilakukan oleh siswa karena

sekolah tidak memfasilitasi buku-buku untuk di baca oleh

siswa, tapi sekolah hanya memfasilitasi buku-buku mata

pelajaran saja, maka dari itu siswa sangat berkurang untuk

membaca buku.

2. Nilai tanggung Jawab juga belum terlaksanakan dengan baik

oleh siswa karena siswa-siswi tertentu saja yang bertanggung

56
jawab terhadap perbuatannya serta tugas-tugas yang diberikan

oleh Bapa ibu guru.

3. Nilai Cinta Damai guru sosiologi menyatakan bawha

hubungan antara siswa atau guru sangat baik di dalam kelas

dan di luar kelas maupun di luar jam sekolah, guru juga sering

momotivasi kedapa siswa agar mereka selalu belajar baik

disekolah maupun dirumah.

4. Nilai Kerja Keras untuk nilai satu ini sudah terlaksanakan

dengan baik di sekolah mengapa dikatakan seperti itu karena

hubungan antara siswa dengan guru-guru disekolah sangat

baik sehingga mempermudah guru mendorong siswa-

siswinya untuk selalu berprestasi dalam bidang apapun itu

dan guru sering memberikan penghargan bagi siswa-siswi

yang berprestasi.

Peneliti : Bagaimana cara guru mata pelajaran sosiologi untuk dapat

memperhatikan dan menerapkan perkembangan nilai pendidikan

Gemar Membaca, Tanggung Jawab,Cinta Damai dan Kerja Keras

agar peserta didik lebih giat dalam menerapkan nilai tersebut dalam

lingkungan sekolah ?

Pak paulus : Yang Pak sering terapkan dalam pembelajaran untuk meinternalisasi

nilai-nilai pendidikan karakter terhadap peserta didik sebagai berikut:

1. Gemar Membaca untuk nilai satu ini Pak sering terapkan

57
sebelum mulai pelajaran pak memberikan tes atau

memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai materi yang

sudah di terima sebelumnya disitulah siswa mau membaca

buku kalau pak tidak menerapkan seperti ini kepada siswa

mereka tidak akan mau membaca buku.

2. Tanggung Jawab yaitu pak memberikan penilaian-penilaian

terhadap tugas-tugas yang Bapa berikan kepada mereka

supaya mereka itu bertanggung jawab dengan tugas-tugas

yang diberikan oleh Bapa ibu guru.

3. Cinta Damai, guru-guru disini biasah memberikan motivasi

terhadap siswa-siswi suapaya mereka itu tidak membedakan

satu sama lain dan mendorong siswa suapaya selalu rukun

dalam ruangan kelas ataupun diluar kelas.

4. Kerja keras di sini guru selalu mempersiapkan mater dengan

matang dan menerapkan metode-metode tertentu suapaya

siswa itu tidak merasakan bosan pada saat mendengarkan

penjelasan dari Bapa Ibu guru, dan guru sering memberikan

penghargaan terhadap siswa-siswi yang berprestasi suapaya

memberikan dorongan terhadap siswa-siswi yang lain.

Peneliti : Apakah sebagai guru mata pelajaran sosiologi sudah menerapkan

pendidikan Gemar Membaca, Tanggung Jawab, dan Kerja Keras

dalam proses pembelajaran sosiologi di dalam kelas ?

58
Pak Paulus : Ia pak sudah menerapkan nilai-niali Gemar Membaca, Tanggung

Jawab, dan Kerja Keras dalam proses pembelajaran sosiologi di

dalam kelas

Peneliti : Bagaimana guru dapat mendorong siswa untuk dapat menerapkan

nilai pendidikan karakter Gemar Membaca, Tanggung Jawab, Cinta

Damai agar siswa dapat memahami pentingnya nilai pendidikan

karakter dalam pembelajaran sosiologi ?

Pak Paulus : Ada beberapa cara yang saya terapkan suapaya siwa selalu

memahami pentingnya pendidikan karakter dalam diri mereka

Memberikan motivasi kepada siswa tentang pentingnya kehidupan

yang akan datang dan selalu memberikan dorongan kepada siswa

suapay selalu membaca buku,bertanggung jawab terhadap tugas-

tugas yang diberikan bapa ibu guru dan memberikan motivasi

terhadap meraka untuk selalu kerja sama dalam segala yang berkaitan

dengan kepentingan sekolah.

Peneliti : Apa saja hambatan dalam internalisasi nilai pendidikan karakter

Gemar Membaca, Tanggung Jawab, Cinta Damai dan Kerja Keras Di

SMAK Sint Carolus Penfui Kota Kupang ?

Pak paulus : Untuk hambatan yang ada dilingkungan sekolah yaitu kurangnya

buku-buku karena diperpustakan hanya tersedia buku-buku pelajaran

saja maka dari itu siswa hanya mendapatkan sumber-sumber dari

59
buku mata pelajaran saja.

Peneliti : Apa sajakah kelebihan dan kekurangan yang bapak temukan pada

saat proses mendidik siswa dalam internalisasi nilai pendidikan

karakter Gemar Membaca, Tanggung Jawab,Cinta Damai dan Kerja

Keras dalam lingkungan sekolah

Pak paulus : yang bapa sering temukan pada saat mendidik siswa yang pertama

mental dari siswa itu sendiri karena sering kali kebiasan dari rumah

mereka membawah disekolah karena dirumah mereka berbuat lain

dan disekolah mereka berbuat lain, sedangkan yang kedua tidak ada

kemauan dari siswa untuk merubah perilakunya.

Peneliti : Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hambatan dan

faktor pendukung dalam internalisasi nilai pendidikan karakter

Gemar Membaca, Tanggung Jawab, Cinta Damai dan Kerja Keras

Pak paulus : dapat dikatakan berjalan dengan baik namun tidak menutup

kemungkinan bahwa berjalannya suatu kegiatan ada faktor

pendukung dan penghambat dalam pelaksanaannya. Faktor

pendukung internalisasi nilai-nilai karakter di SMAK Sint Carolus

Penfui Kota Kupang yaitu keluarga, kepala sekolah, pendidik,

lingkungan dan sarana prasarana, sedangkan faktor penghambat yaitu

keluarga, minimnya waktu di sekolah, dan lingkungan masyarakat.

Hambatan-hambatan tersebut dijadikan sebagai tantangan bagi

SMAK Sint Carolus dalam mengembangkan pendidikan karakter

untuk mencetak generasi yang berkepribadian.

60
Adapun faktor-faktor yang sering terjadi hambatan yaitu faktor dari

luar faktor lingkungan seperti pergaulan dari sisaw dan faktor dari

dalam seperti tidak ada perhatian dari orang tua terhadap anak-

anaknya.

Peneliti : Apa saja solusi dari hambatan-hambatan yang ditemui oleh guru

dalam internalisasi nilai pendidikan karakter Gemar Membaca,

Tanggung Jawab, Cinta Damai dan Kerja Keras

Pak paulus : Dari beberapa hambatan yang sering terjadi adapun solusi dari

hambatan tersebut yaitu guru-guru sering menerapkan beberapa

metode untuk dapat mengatasi hambatan-hambatan yang sering

dilakukan oleh siswa dengan memberikan bimbingan oleh piket yang

sudah ditentukan pada kelas masing-masing, dari guru juga ada

kunjungan dari rumah ke rumah untuk memantau kegiatan yang sering

dilakukan oleh siswa dan sekolah juga mengadakan kegiatan-kegiatan

yang akan merubah karakter dari siswa tersebut, kegiatan tersebut

seperti, pada hari sabtu mengadakan renungan pagi, dan mengadakan

olahraga bersama guru serta mengadakan kegiatan latihan drama

bermain musik sehingga siswa itu melatih diri untuk dapat

bertanggung jawab melalui kegiatan-kegiatan tersebut.

5. Apa saja hambatan dalam internalisasi nilai pendidikan karakter Gemar

Membaca, Tanggung Jawab, Cinta Damai dan Kerja Keras Di SMAK Sint

Carolus Penfui Kota Kupang ?

61
6. Apa sajakah kelebihan dan kekurangan yang bapak temukan pada saat

proses mendidik siswa dalam internalisasi nilai pendidikan karakter Gemar

Membaca, Tanggung Jawab,Cinta Damai dan Kerja Keras dalam

lingkungan sekolah ?

7. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hambatan dalam

internalisasi nilai pendidikan karakter Gemar Membaca, Tanggung Jawab,

Cinta Damai dan Kerja Keras ?

8. Apa saja solusi dari hambatan-hambatan yang ditemui oleh guru dalam

internalisasi nilai pendidikan karakter Gemar Membaca, Tanggung Jawab,

Cinta Damai dan Kerja Keras ?

Lampiran 4

Pertanyaan untuk siswa IPS kelas X

1. Apakah menurut siswa sudah diterapkan atau belum pendidikan nilai

karakter Gemar Membaca,Tanggung Jawab, Cinta Damai dan Kerja

Keras oleh guru mata pembelajaran sosiologi?

2. Apakah siswa perna menerima pendidikan nilai karakter Gemar

Membaca, Tanggung Jawab ,Cinta Damai dan kerja keras yang

diterapkan oleh guru pada saat KBM (kegiatan belajar mengajar)?

3. Bagaimana guru sosiologi menerapkan proses penerapan nilai

pendidikan karakter Gemar Membaca, Tanggung Jawab, Cinta Damai

dan Kerja Keras yang diterapkan oleh guru mata pelajaran sosiologi ?

62
4. Apa saja hambatan dalam proses peneriman internalisasi nilai

pendidikan karakter nilai Gemar Membaca, Tanggung Jawab, Cinta

Damai dan Kerja Keras yang diterima oleh siswa ?

5. Apa saja kelebihan dan kekurangan yang siswa temukan pada saat

proses belajar internalisasi nilai pendidikan karakter Gemar Membaca,

Tanggung Jawab,Cinta Damai dan Kerja Keras dalam lingkungan

sekolah ?

6. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hambatan dalam

internalisasi nilai pendidikan Gemar Membaca, Tanggung Jawab,

Cinta Damai dan Kerja Keras ?

Lampiran 5

Informan : Lidia Siswa

Lokasi : SMAK Sint Carolus Penfui Kota Kupang

Waktu : 25 Januari 2022, jam 11.00

Peneliti : Apakah menurut siswa sudah diterapkan atau belum pendidikan nilai

karakter Gemar Membaca,Tanggung Jawab, Cinta Damai dan Kerja

Keras oleh guru mata pembelajaran sosiologi

Siswa : Menurut saya nilai- nilai pendidikan karakter seperti

1. Nilai Gemar Membaca menurut saya siswa-siswi disini

kurang untuk membaca buku karena buku yang disediakan

diperpustakan hanya buku mata pelajaran saja.

2. Nilai Tanggung Jawab untuk nilai tanggung jawab ini kurang

karena kalau guru memberikan tugas kami sebagai siswa ada

63
yang kerja dan ada yang tidak kerja tugas yang diberikan oleh

bapa ibu guru.

3. Nilai Cinta Damai sangat kurang terutama didalam kelas

karena pada saat guru-guru menjelaskan materi ada yang

mendengarkan dan ada yang tidak mendengarkan penjelasan

dari bapa ibu guru.

4. Kerja keras kalau menurut saya guru-guru disini setiap kali

masuk kelas mereka sudah mempersiapkan materi dengan

baik dan pada saat menjelaskan materi juga mereka selalu

memberikan motivasi dan dorongan kepada semua siswa-

siswi disekolah serta memberikan penghargan bagi siswa

yang berprestasi .

Peneliti : Apakah siswa perna menerima pendidikan nilai karakter Gemar

Membaca, Tanggung Jawab ,Cinta Damai dan kerja keras yang

diterapkan oleh guru pada saat KBM (kegiatan belajar mengajar)

Siswa : Untuk penerapan nilai-nilai pendidikan karakter Gemar Membaca,

Tanggung Jawab ,Cinta Damai dan kerja keras yang diterapkan oleh

bapa ibu guru di SMAK Sint Carolus pada saat KBM, ada beberapa

guru saja yang menerapkan nilai pendidikan karakter di saat KBM

berlangsung dan tidak semua guru menerapkan yang sama.

Peneliti : Bagaimana guru sosiologi menerapkan proses penerapan nilai

pendidikan karakter Gemar Membaca, Tanggung Jawab, Cinta Damai

dan Kerja Keras yang diterapkan oleh guru mata pelajaran sosiologi

64
Siswa : Kalau menurut saya guru sosiologi sudah menerapkan proses dengan

baik tentang nilai pendidikan karakter didalam kelas misalnya pak

menjelaskan materi setelah itu pak memberikan kesempatan bagi

kami untuk membaca sedikit setelah itu pak memberikan pertanya

kepada kami mengenai materi yang disampekan tadi.

Peneliti : Apa saja hambatan dalam proses peneriman internalisasi nilai

pendidikan karakter nilai Gemar Membaca, Tanggung Jawab, Cinta

Damai dan Kerja Keras yang diterima oleh siswa

Siswa : Kalau mengenai hambatan yang dialami oleh siswa dalam proses

menerapkan nilai Gemar Membaca, Tanggung Jawab, Cinta Damai

kalau menurut saya lebih kepada kurangnya siswa bertanggung jawab

terhadap tugas-tugas yang diberika oleh guru dan kurangnya fasilitas

yang disediakan oleh sekolah.

Peneliti : Apa saja kelebihan dan kekurangan yang siswa temukan pada saat

proses belajar internalisasi nilai pendidikan karakter Gemar

Membaca, Tanggung Jawab,Cinta Damai dan Kerja Keras dalam

lingkungan sekolah

Siswa : Menurut saya kelebihan yang sering dilakukan oleh siswa yaitu siswa

mengikuti semua arahan yang diberikan oleh sekolah dan

mengerjakan tugas-tugas yang diberikan bapa ibu guru tepat waktu

sedangkan kekuranganya itu terlambat masuk sekolah dan terlambat

mengupulkan tugas yang diberikan oleh guru serta kurangnya

berkomunikasi dengan baik terhdap guru dan teman seperjuangan

65
yang berada dalam lingkungan sekolah.

Peneliti : Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hambatan

dalam internalisasi nilai pendidikan Gemar Membaca, Tanggung

Jawab, Cinta Damai dan Kerja Keras yang dialami siswa pada saat

pembelajaran didalam kelas

Siswa : Faktor yang menjadi hambatan yang dialami oleh siswa dalam proses

pembelajaran mengenai nilai pendidikan karakter dikelas yaitu

kurangnya motivasi dari orang tua, dorongan yang diberikan orang

tua masing-masing siswa tidak ada kemauan dari siswa untuk mau

berubah serta kurangnya fasilitas yang diberikan oleh sekolah

terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa sehingga itulah

kenapa kebanyakan siswa malas untuk merubah perilakunya dan

bertanggung jawab segalah perbuatanya .

66
LAMPIRAN DOKUMENTASI

67
1. Dokumentasi Wawancara dengan pak Paulus Kanisius Geli, S. Fil

selaku guru sosiologi IPS kelas X tanggal 25 januari 2022

68
2. Dokumentasi Wawancara dengan Siswa tanggal 25 januari 2022

69
70
71
72

Anda mungkin juga menyukai