Needs Assessment
Tujuan Pembelajaran
Membentuk sebuah kelompok perencanaan progam partisipatif yang
terdiri dari calon peserta dan pelaksana progam
Merencakan n dan melakukan needs assesment dengan menggunakan
PRECEDE model (Green & Kreuter, 2005)
Menyeimbangkan needs assesment dengan penilaian kapasitas masyarakat
Menghubungkan needs assesment perencanaan progam dan evaluais
progam dengan menentukan tujuan progam yang diinginkan
Tujuan dari bab ini adalah untuk memungkinkan pembaca melakukan needs
assesmen dan memfasilitasi partisipasi yang akan memberi pengaruh terhadap
keberhasilan progam. Intervention mapping atau perencanaan progam
pendidikan kesehatan lainnya harus berdasarkan dari penilaian kapasitas atau
kebutuhan masyarakat. Penilaian ini meliputi 2 komponen :
1. Epidemiologi, perilaku, dan prespektif sosial dari suatu masyarakat atau
populasi yang beresiko mengalami masalah kesehtan terkait
2. Upaya untuk mengetahui karakteristik dari suatu masyarakat
Pada Bab 1, mendiskusikan pre-assessment, dimana menyusun sebuah
kelompok kerja untuk mengembangkan implementasi. Kami melibatkan
elemen penting dalam mendorong partisipasi, manajemen kelompok kerja
dan praktik yang peka terhadap budaya.
Perspektif
Perspektif dalam Bab ini mengarisbawahi terdadap pentingnya need asesment
dan mempertimbangkan dari kekuatan masyarakat sebagai bagian dari
perencanaan intervensi
COLLABORATIVE PLANNING
PARTISIPASI DALAM PERENCANAAN PROGRAM
Pemetaan intervensi tidak secara eksplisit menggunakan penelitian
partisipatif yang berbasis komunitas. Namun, menggunakan beberapa prinsip
yang dikemukakan oleh para ahli. Partisipasi bermanfaat untuk membantu
memastikan bahwa proyek, program, atau kegiatan yang disusun dapat
menyelesaikan isu penting bagi masyarakat, program dapat relevan secara lokal
dan masyarakat dapat berpartisipasi untuk mengembangkan kapasitas dalam
pengembangan dan penelitian intervensi. Partisipasi dari pemangku kepentingan
atau stakeholder berperan penting pada pengembangan dan evaluasi program
promosi kesehatan. Anggota masyarakat merupakan perencana, dan perencanaan
menjadi bagian dari intervensi, seperti dalam model pemberdayaan masyarakat.
Perencana intervensi tidak selalu berperan untuk memenuhi setiap aspek prinsip
penelitian partisipatif yang berbasis masyarakat, tetapi perencanaan haruslah
saling bekerja sama. Prinsip-prinsip kolaborasi mencakup karakteristik proyek,
program, atau kegiatan berikut seperti yang dijelaskan oleh sejumlah penulis:
a. Mengakui sejarah pribadi dan institusional
b. Mengakui komunitas sebagai unit identitas dan mendorong keterlibatan
komunitas sejak awal proyek
c. Mencapai keseimbangan antara generasi pengetahuan dan intervensi dalam
masalah kesehatan masyarakat yang penting secara lokal untuk
keuntungan bersama semua mitra
d. Rencana dari perspektif ekologi yang mengenali dan memperhatikan
berbagai faktor penentu kesehatan
e. Melibatkan pengembangan sistem menggunakan proses siklis dan iteratif
f. Menyebarkan hasil kepada semua mitra dan melibatkan mereka dalam
proses diseminasi
g. Memfasilitasi kolaboratif, pengaruh yang adil pada arah dan kegiatan
proyek melalui semua atau sebagian besar fase proyek
h. Memastikan bahwa proyek menghasilkan pembelajaran, pengembangan
kapasitas, dan keberlanjutan
i. Menunjukkan rasa hormat terhadap keahlian, nilai, perspektif, kontribusi,
dan kerahasiaan setiap orang dalam komunitas
j. Mengalokasikan waktu dan sumber daya untuk fungsi kelompok
k. Mengkompensasi peserta komunitas
Proses Keterangan
Komunikasi
Fungsi Tugas
Tugas proyek adalah apa pun yang harus diselesaikan untuk melakukan
pekerjaan kelompok. Namun, kecuali jika hubungan di antara anggota kelompok,
perasaan inklusivitas, norma kelompok, prosedur yang dapat diprediksi, dan
masalah partisipasi dan kepercayaan ditangani melalui pemeliharaan kelompok
dan pembangunan tim, pekerjaan kelompok akan terganggu. Penerapan
keterampilan manajemen tugas yang baik juga dapat memfasilitasi pembangunan
dan pemeliharaan tim kelompok, yang sering terjadi bersamaan dengan tugas
tetapi juga terkadang membutuhkan waktu, usaha, dan keterampilan khusus
kelompok (Becker, Israel, & Allen, 2005; Bradford, 1976).
Dalam hal ini perlu ditentukan definisi atau deskripsi dari permasalahan
yang ada serta dilakukan identifikasi level, setting, organisasi, dan pihak-pihak
mana saja yang terlibat dalam permasalahan yang terjadi. Beda stakeholder maka
persepsi atau pandangan mereka terhadap permasalahan yang terjadi juga akan
berbeda, bergantung pada posisi, peran, serta pengalaman. Oleh karena itu dialog
dengan stakeholder perlu untuk dilakukan.
Meskipun logic model seringkali dimulai dari kanan ke kiri, namun health
promotion planner seringkali tidak dapat memulai dari quality of life assessmen
karena seringkali fokus mereka adalah pada permasalahan kesehatan atau perilaku
berisiko dan kondisi lingkungan. Beberapa program planner memilih untuk
memulai need assessment dalam parameter yang luas, baik mendesain kesehatan
dan quality of life ataupun menentukan isu kesehatan yang mana yang akan
dikerjakan. Melalui asesmen quality of life maka edukator kesehatan akan dapat
mendeskripsikan permasalahan kesehatan yang terkait dengan isu quality of life
dan akan mendokumentasikannya. Mengingat akan terdapat list yang panjang
terkait dengan health related problems, maka nantinya akan ditentukan
permasalahan utama yang akan menjadi prioritas dalam komunitas. Oleh Karena
itu terkadang program planner langsung berfokus pada permasalahan kesehatan
spesifik beserta dengan perilaku kesehatan berisiko dan masalah lingkungan yang
terkait. Namun pada intinya, dimanapun titik dimulainya needs assessment semua
fase dalam model akan tetap dipertimbangkan atau digunakan oleh program
planner (di semua level). Mengingat kesehatan masih berkaitan dengan quality of
life serta perilaku dan lingkungan juga sama sama berkaitan dengan kesehatan.
Pada setiap bagian dari need assessment logic model, perencana akan
mengajukan pertanyaan, bertukar pikiran atau mencari tahu apa yang sudah
diketahui kelompok perencanaan sehubungan dengan pertanyaan yang diajukan,
mencari literatur untuk bukti empiris dan mengevaluasi kekuatan bukti, akses dan
penggunaan teori ketika sesuai pertanyaan menyangkut determinan dan
melakukan penelitian baru dan mengembangkan ringkasan akhir jawaban atas
pertanyaan yang diajukan.
● Interpersonal
● Organizational
● Community
● Societal
Tingkatan tersebut mirip dengan yang dikemukakan oleh Richard and colleagues
(1996). Penambahan tingkat interpersonal untuk memfasilitasi pemikiran tentang
intervensi, dan memasukan tingkat supranational kedalam societal untuk alasan
yang sama.
Masyarakat adalah sistem yang lebih besar yang memiliki sarana untuk
mengontrol beberapa aspek kehidupan dan pengembangan sistem penyusunannya.
Seringkali dalam penilaian masalah kesehatan, keterkaitan dalam populasi
berisiko mungkin karena semua anggota memiliki faktor risiko atau masalah
kesehatan yang sama. Terkadang individu-individu ini berkumpul dalam
organisasi untuk saling mendukung. Cakupan luas dari konteks lingkungan dari
masalah kesehatan menunjukan tidak hanya penyebab kompleks dari kesehatan
dan penyakit tetapi juga perlunya pendidikan kesehatan dan intervensi promosi di
berbagai tingkatan dan di berbagai tempat. Tugas penting dalam melakukan
penilaian kebutuhan adalah untuk menggambarkan individu yang memiliki
masalah kesehatan atau berisiko masalah kesehatan dan siapa serta apa akibatnya
merupakan penerima manfaat potensial dari intervensi promosi kesehatan.
Manfaat dari penerima program berupa pengurangan risiko atau peningkatan
status kesehatan atau kualitas hidup. Oleh karena itu, ketika melakukan penilaian
kebutuhan, analisis kesehatan dan kualitas hidup selalu difokuskan pada populasi
berisiko.
Environment
Lingkungan fisik dan sosial harus menjadi fokus utama dalam studi penilaian
kebutuhan. Misalnya, dalam suatu penelitian tentang lingkungan sosial dan fisik
yang berkaitan dengan nutrisi dan aktivitas fisik siswa sekolah menengah,
menemukan aspek lingkungan interpersonal siswa (interaksi dengan teman sebaya
dan guru) yang mungkin berhubungan dengan aktivitas fisik, khususnya
partisipasi dalam kelas olahraga. Schulz dan Northridge (2004) mengemukakan
tiga tingkat penentuan kesehatan lingkungan:
B. Data Arsip
Data arsip atau data sekunder merupakan data yang sudah dikumpulkan
untuk tujuan lain selain analisis kebutuhan. Lembaga pemerintahan, kesehatan,
jasa kemasyarakatan, dan agensi pendidikan mengumpulkan data yang
menggambarkan permasalahan kesehatan dan demografi yang bisa berguna untuk
peneliti. Data-data tersebut bisa dalam bentuk data sensus, dimana tujuannya
adalah untuk menjelaskan secara detail tiap kegiatan atau orang, seperti catatan
kelahiran dan kematian; atau bisa dalam bentuk data survei, dimana data tersebut
digunakan untuk mendapatkan sampel perwakilan dari populasi yang diteliti.
E. Metode Geografis
COMMUNITY CAPACITY
1. Citizen Participation
2. Leadership
3. Skills
6. Sense of community
8. Community power
9. Community values
10. Critical reflection
Aset komunitas yang paling mudah diakses adalah sumber daya yang terletak di
masyarakat dan sebagian besar berada di bawah kendalinya. Ini termasuk aset
individu, seperti: kapasitas individu, pendapatan pribadi, hadiah dari orang-orang
berlabel (seperti cacat fisik), bisnis lokal individu, perusahaan rumahan, dan aset
organisasi dan asosiasi. Yang terakhir termasuk asosiasi warga sebagai serta
organisasi bisnis, lembaga keuangan (misalnya, Gameen Bank di Bangladesh dan
South Shore Bank di Chicago), organisasi budaya. organisasi komunikasi, dan
organisasi keagamaan. Kretzmann dan McKnight juga menyertakan protokol
untuk menilai kapasitas pribadi di bidang-bidang seperti: konstruksi, operasi dan
perbaikan peralatan kantor, persiapan makanan, transportasi, dan penitipan anak
(Kretzmann & McKnight, 1993). Banyak domain lainnya kompetensi individu
dapat dibayangkan, termasuk kepemimpinan, proses kelompok, memecahkan
masalah, dan keterampilan partisipasi.
Baum & Ziersch (2003) menyarankan penilaian social capital dengan kualitatif.
Kualitatif menyediakan konteks dan ide manakan dari social capital yang telah
sesuai dan kompleksitas konsep tersebut. World Bank telah mengembangkan
instrumen penilaian kedua metode yakni kualitatif dan kuantitatif.