Latar belakang
Prinsip dalam self assessment adalah wajib pajak diwajibkan untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar sendiri, dan mrlaporkan paak yang terutang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan sehingga penentuan
besarnya pajak yang terutang dipercayakan pada wajib pajak sendirir melalui Surat
Pemberitahuan (SPT) yang disampaikannya.
Penerbitan suatu surat ketetapan pajak hanya terbatas kepada wajib pajak
tertentu yang disebabkan oleh ketidakbenaran dalam pengisian SPT atau karena
ditemukannya data fisik yang tidak dilaporkan oleh waib pajak.
- Imbalan bunga
Imbalan bunga diberikan kepada wajib pajak
Apabila surat ketetapan pajak lebih bayar terlambat diterbitkan, kepada wajib
pajak diberi imbalan bunga sebesar 2% / bulan dihitung sejak berakhirnya
jangka waktu 1 bulan setelah berakhirnya jangka waktu 12 bulan sampai
dengan saat diterbitkan surat ketetapan pajak lebih bayar.
Apabila pemeriksaan bukti permulaan tindak pidana dibidang pepajakan
tidak dilanjutkan dengan penyidikan, tetapi tidak dilanjutkan dengan
penyidikan dan penuntutan tindak pidana dibidang perpajakan, tetapi diputus
bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum berdasarkan putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap,dan ika kepada wajib pajak
diterbitkan surat ketetapan pajak lebih bayar, kepada wajib pajak diberikan
imbalan bunga sebesar 2% per bulan untuk paling lama 24 bulan, dihitung
sejak berakhirnya jangka waktu 12 bulan sampai dengan saat diterbitkan
surat ketetapan pajak lebih bayar, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1
bulan.
5. Surat Ketetapan Pajak Nihil [ SKPN ]
Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yang menentukan
jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak
tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
Direktur Jenderal Pajak,setelah melakukan pemeriksaan,menerbitkan SKPN
apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar sama dengan
jumlah pajak yang terutang,atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit
pajak atau tidak ada pembayaran pajak .
6. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang [ SPPT ]
a. Kedaluwarsa
b. Imbalan Bunga
Pemberian imbalan bunga merupakan salah satu hak yang dimiliki Wajib
Pajak disamping hak-hak lainnya. Ketentuan mengenai imbalan bunga yang
berlaku pada intinya menyebutkan apabila wajib pajak mempunyai kelebihan
pembayaran pajak atas putusan pengadilan pajak yang mengabulkan sebagian
atau seluruh bandingnya maka wajib pajak tersebut berhak atas Imbalan
Bunga,dan Direktorat Jenderal Pajak berkewajiban untuk memberikan hak
Wajib Pajak tersebut.
A. Pengertian
• Pajak penghasilan diartikan sebagai denda atau bayaran yang dikenakan kepada
seseorang atau badan usaha atas hasil yang diperoleh atas usaha atau pekerjaannya.
• Pajak sebesar 5% akan dikenakan pada warna negara yang memiliki penghasilan
Rp 50.000.000,00 per tahun.
• Pajak sebesar 15% akan dikenakan pada warga negara yang memiliki penghasilan
Rp 50.000.000,00 sampai dengan Rp 250.000.000,00
• Pajak sebesar 25% akan dikenakan pada warga negara yang memiliki penghasilan
Rp 250.000.000,00 sampai dengan Rp 500.000.000,00
• Pajak sebesar 30% akan dikenakan pada warga negara yang memiliki penghasilan
Rp 500.000.000,00 ke atas
• Untuk warga negara yang telah bekerja yang memenuhi kriteria untuk membayar
pajak tetapi tidak mempunyai NPWP, maka ia akan dikenai pajak 20% lebih tinggi.
1. Hitung penghasilan bruto kalian dalam setahun, seperti gaji pokok ditambah
dengan tunjangan-tunjangan lainnya.
2. Hitung Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), sesuai dengan statusmu.
3. Hitung pengurang lainnya seperti : Tunjangan Biaya Jabatan 5% & Iuran
Pensiun 5% dari penghasilan bruto, catatan: Tunjangan Biaya Jabatan
Maksimal Rp. 6 juta per tahun, dan Tunjangan Iuran Pensiun maksimal 2,4
juta per tahun.
4. Hitung Penghasilan netto kalian : Penghasilan Bruto – PTKP – Iuran
Jabatan & Pensiun.
5. Kalikan Penghasilan Netto dengan tarif Pajak Penghasilan yang berlaku.
Pajak Penghasilan 1 tahun : PKP 1 tahun x tarif BUT (Bentuk Usaha Tetap)
Review Kelompok 2
Undang-undang ini mulai berlaku sejak 1 Januari 1984 bersamaan dengan Undang-
undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Indonesia serta Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
Namun dasar hukum PPN ini baru disahkan pada 1 April 1985.
Selanjutnya, dasar hukum PPN ini menjelaskan adanya sistem Muli Stage Tax
sebagai pajak yang yang dikenakan secara bertingkat, pada rantai produksi dan
distribusi.
Setiap penyerahan barang yang menjadi objek PPN sejak dari pabrik, pedagang
besar sampai pengecer dikenakan PPN. Peraturan ini juga mengatur mengenai indirect
subtraction/invoice method yaitu cara menghitung pajak dengan metode tidak langsung
terhadap pajak atas konsumsi dalam negeri sebagai pajak yang yang dikenakan secara
definitif terhadap barang konsumsi di Indonesia.
UU No. 11 Tahun 1994 ini juga membahas mengenai consumption type VAT
sebagai pajak yang dipungut atas nilai tambah, penerapan Non cummulative tax yaitu
sistem pengenaan pajak pada barang/jasa yang telah dikenakan terhadap barang/jasa
yang telah dikenakan pajak daerah.
Penerapan tarif tunggal 10% diberlakukan untuk pungutan PPN dan pajak objektif
sebagai pajak yang dikenakan atas barang/jasa tanpa melihat orang/badan yang
melakukan transaksi.
UU No. 42 tahun 2009 adalah perubahan ketiga atas UU PPN. Dengan kata lain,
peraturan ini merupakan dasar hukum terbaru yang mengatur tentang PPN.
Berdasarkan peraturan ini, PPN dikenakan atas penyerahan BKP di dalam daerah
pabean yang dilakukan oleh pengusaha, impor BKP, penyerahan JKP dalam daerah
pabean yang dilakukan oleh pengusaha, pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar
daerah pabean di dalam daerah pabean, ekspor BKP berwujud oleh PKP, ekspor BKP
tidak berwujud oleh PKP dan ekspor JKP oleh PKP.
UU No.42 tahun 2009 juga mengatur bahwa PPN atas penyerahan JKP yang
dibatalkan (sebagian/seluruhnya) dapat dikurangkan dari PPN terutang yang terjadi
dalam masa pajak terjadinya pembatalan.
Contoh PPN 1
PT. Gragas merupakan PKP yang menjual elektronik di Palembang. Selama
Agustus 2016, PT Gragas melakukan berbagai transaksi sebagai berikut:
1. Penjualan secara langsung kepada konsumen sebesar Rp1.600.000.000.
2. Penyerahan BKP, yakni barang elektronik kepada Pemerintah Kota Palembang
sebesar Rp660.000.000. Harga tersebut sudah termasuk PPN.
3. PT. Gragas juga membangun sebuah gudang elektronik seluar 500m2 di
kawasan pergudangan sendiri dengan biaya sebesar Rp550.000.000.
4. Menyumbang ke sebuah yayasan panti jompo 1 buah televisi dengan harga
Rp2.000.000 termasuk keuntungan Rp200.000.
Selain transaksi di atas, terdapat tambahan transaksi selama bulan Agustus
sebagai berikut:
Jawab:
PPN dan PPnBM setiap transaksi contoh PPN di atas adalah sebagai berikut.
Transaksi pertama:
Transaksi kedua:
Transaksi ketiga:
Transaksi keempat:
Transaksi tambahan:
PPN masukannya:
Rp50.000.000
Jadi, total PPn yang perlu PT. Gragas setorkan atas transaksi yang dilakukan
selama Agustus 2016 tersebut adalah sebesar Rp271.800.000.
Sementara yang dikatakan sebagai dasar hukum PPnBM yang akan menjadi
pembahasan tulisan ini adalah PMK, baik PMK untuk kendaraan bermotor dan non
kendaraan bermotor.
1. PMK Nomor 64/PMK.011/2014 sebagai Dasar Hukum PPnBM Kendaraan
Bermotor
PMK Nomor 64/PMK.011/2014 merupakan dasar hukum PPnBM
kendaraan bermotor yang secara rinci menjabarkan tarif PPnBM yang dikenakan
atas beberapa klasifikasi kendaraan bermotor serta penghitungan Dasar Pengenaan
Pajak (DPP) PPnBM BKP yang tergolong mewah.
1. Kendaraan CKD
2. Kendaraan sasis
3. Kendaraan pengangkutan barang
4. Kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas isi silinder sampai dengan
250 cc
5. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan 16 orang atau lebih termasuk
pengemudi
Sementara, Pasal 8 menyebutkan kendaraan bermotor yang mendapat
fasilitas dibebaskan dari pungutan PPnBM adalah kendaraan bermotor yang
memenuhi kriteria berikut ini:
1. Tarif PPnBM untuk non kendaraan bermotor sebesar 20% diberlakukan pada:
Rumah dan town house dari jenis nonstrata title dengan harga jual sebesar Rp
20 miliar atau lebih.
Apartemen, kondominium, town house dari jenis strata title dan sejenisnya
dengan harga jual sebesar Rp 10 miliar atau lebih.
2. Tarif PPnBM untuk non kendaraan bermotor sebesar 40% diberlakukan pada:
Kelompok balon udara dan balon udara yang dapat dikemudikan, pesawat
udara lainnya tanpa tenaga penggerak.
Kelompok peluru senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan
negara, yang terdiri dari peluru dan bagiannya, tidak termasuk peluru senapan
angin.
3. Tarif PPnBM untuk non kendaraan bermotor sebesar 50% diberlakukan pada:
Kapal pesiar, kapal ekskursi, dan kendaraan air semacam yang dirancang
untuk pengangkutan orang, kapal feri dari semua jenis, kecuali untuk
kepentingan negara atau angkutan umum.
Yacht, kecuali untuk kepentingan negara atau angkutan umum.
Pendahulu PMK Nomor 35/PMK.010/2017 sebagai dasar hukum PPnBM
adalah PMK Nomor 106/PMK.010/2015 yang di dalamnya juga hanya mengatur
mengenai jenis barang mewah selain kendaraan bermotor yang dikenai pungutan
PPnBM.
REVIEW MATERI KELOMPOK 3
Pajak Bumi dan Bangunan adalah pungutan atas tanah dan bangunan yang muncul
karena adanya keuntungan dan/atau kedudukan sosial ekonomi bagi seseorang atau badan
yang memiliki suatu hak atasnya, atau memperoleh manfaat dari padanya.
Jika dilihat dari sifatnya, Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak yang bersifat
kebendaan. Artinya, besaran pajak terutang ditentukan dari keadaan objek yaitu bumi
dan/atau bangunan. Sedangkan keadaan subjeknya tidak ikut menentukan besarnya barang.
Subjek PBB adalah orang pribadi dan badan yang secara nyata memiliki hal-hal berikut
ini:
Ternyata, tidak semua objek bumi bangunan bisa dikenakan PBB. Terdapat juga objek
pajak yang tidak dapat dikenakan PBB. Namun, objek pajak tersebut harus memiliki
kriteria tertentu yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang
Pajak Bumi dan Bangunan. Berikut ini daftar kriteria tersebut:
Pada prinsipnya dokumen yang harus dikenakan materai adalah dokumen menyatakan
nilai nominal sampai jumlah tertentu, dokumen yang bersifat perdata dan dokumen yang
digunakan di muka pengadilan, antara lain :
1) Surat perjanjian dan surat-surat lainnya (antara lain: surat kuasa, surat hibah, surat
pernyataan) yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai alat pembuktian
mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata.
2) Akta-akta notaris termasuk salinannya.
SUBJEK PAJAK BEA MATERAI
· konosemen;
Saat terutang bea materai adalah saat sebelum dokumen yang terutang bea materai
tersebut digunakan. Dalam Pasal 5 UU No. 13 Tahun 1985 disebutkan saat terutangnya
bea materai sebagai berikut :
PT Angin Ribut memiliki dokumen rata-rata 100 buah perhari yang harus bermeterai.
Perusahaan ini biasanya menggunakan mesin teraan untuk
mempermudah pelunasan Bea Meterai. Apabila perusahaan ini lupa memeteraikan 100
dokumen yang merupakan tagihan untuk kliennya yang nilaitagihan untuk masing-masing
dokumen sebesar Rp 1.000.000,00 dan dokumentersebut telah dipergunakan, berapa bea
meterai yang harus dibayar PT Angin Ribut berikut sanksinya?
Jawab:
Pasal 16 ayat (1) UU No. 5 Tahun 1960 menyebutkan bahwa hak-hak atas tanah
1. hak milik;
4. hak pakai;
5. hak sewa;
8. hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut diatas yang akan ditetapkan
dengan undang-undang serta hak-hak yang sifatnya sementara.
Objek BPHTB
Dalam Pasal 2 UU BPHTB, yang menjadi objek BPHTB adalah perolehan hak atas
tanah dan atau bangunan. Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan tersebut meliputi
:
b. Tukar Menukar;
c. Hibah;
d. Hibah Wasiat;
e. Waris dll.
Subjek BPHTB
Yang menjadi subjek BPHTB adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak
atas Tanah dan atau Bangunan. Subjek pajak BPHTB sesuai dengan ketentuan tersebut
diatas menjadi wajib pajak BPHTB apabila dikenakan kewajiban membayar pajak.
Dasar Hukum BPHTB
UU No. 20 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas UU No. 21 Tahun 1997 Tentang Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
Tarif Pajak
( Pasal 5 UU No. 21 Tahun 1997 jo. UU No.20 Tahun 2000 ) Tarif pajak yang dikenakan
atas objek BPHTB adalah sebesar 5 % (lima persen).
Seorang cucu menerima hibah wasiat dari kakeknya sebidang tanah seluas 300 M2 dengan
nilai pasar pada waktu pendaftaran hak sebesar Rp300 juta. Terhadap tanah tersebut telah
diterbitkan SPPT PBB pada tahun pendaftaran hak dengan NJOP sebesar Rp250 juta.
Apabila NPOPTKP pada daerah tersebut ditentukan sebesar Rp50 juta maka BPHTB yang
terutang adalah sebesar?
Jawab :
Review Kelompok 4
pajak daerah
Pajak atau kontribusi wajib yang diberikan oleh penduduk suatu daerah kepada
pemerintah daerah ini akan digunakan untuk kepentingan pemerintah dan
kepentingan umum suatu daerah.
Pajak daerah dapat diambil dari pajak daerah asli atau pajak pusat yang
diserahkan ke daerah sebagai pajak daerah.
Pajak daerah hanya dipungut di wilayah administrasi yang dikuasainya.
Pajak daerah digunakan untuk membiayai pemerintahan / pengeluaran
untuk pembangunan dan pemerintahan daerah.
Pajak daerah dipungut berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) dan
Undang-undang sehingga pajaknya dapat dipaksakan untuk subjek
pajaknya.
Tidak termasuk pajak dalam pajak pada daerah yang sama dengan pajak
daerah, pajak daerah, dan pajak daerah.
Jenis-jenis dan Tarif Pajak Daerah
Sama seperti pajak pusat, pajak daerah pun banyak jenisnya.
Pajak daerah dibedakan menjadi dua bagian yaitu Pajak Provinsi dan Pajak
Kabupaten / Kota.
Pajak Provinsi
a. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air
Pajak Kendaraan Bermotor merupakan pajak terhadap seluruh kendaraan
beroda yang digunakan di semua jenis jalan darat maupun udara.
Pajak ini dibayarkan di muka dan dibayarkan kembali untuk masa 12 bulan
atau 1 tahun.
Khusus kendaraan dialihkan dengan alat dan alat besar yang tidak
menggunakan jalan umum, tarif pajak yang ditentukan masing-masing sebagai
berikut:
Pajak PBB-KB ini dipungut atas bahan bakar kendaraan yang disediakan atau
dianggap berguna untuk kendaraan bermotor, termasuk bahan bakar yang
digunakan untuk kendaraan yang beroperasi di atas udara.
Pajak PBB-KB dalam Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Pajak
Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.
Tarif PBB-KB:
Terjadi kenaikan harga minyak dunia melebihi 130% dari nilai harga
minyak dunia yang ditetapkan dalam Undang-undang tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara tahun berjalan.
Diperpanjang dari harga bahan bakar minyak untuk jangka waktu paling
lama 3 tahun sejak ditetapkannya Undang-undang Nomor 28 tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Dalam hal harga minyak dunia disetujui pada poin kedua huruf sudah
kembali normal, Peraturan Presiden dicabut dalam jangka waktu paling lama
2 bulan.
Nilai yang disetujui tanah yang diumumkan dalam satuan rupiah yang
dihitung berdasarkan faktor-faktor berikut:
e. Pajak Rokok
Pajak Rokok merupakan pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh
pemerintah pusat.
Objek pajak dari Pajak Rokok adalah jenis rokok yang dibungkus sigaret,
cerutu, dan rokok daun. Konsumen rokok telah membayar pajak bebas rokok WP
membayar pajak secara bersamaan dengan pembelian pita cukai.
Tarif pajak rokok sebesar 10% dari cukai rokok dipungut oleh instansi
pemerintah yang ikut memungut cukai bersamaan dengan pemungutan cukai
rokok.
Tarif pajak hotel sebesar 10% dari jumlah yang harus dibayarkan ke hotel
dan masa pajak hotel sebesar 1 bulan.
Pajak Restoran
Pajak Restoran merupakan pajak yang dikenakan atas jasa yang disediakan
oleh restoran.
Tarif pajak restoran sebesar 10% dari biaya pelayanan yang diberikan
restoran.
Pajak Hiburan
Pajak Hiburan adalah pajak yang dikenakan biaya layanan hiburan yang
memiliki biaya atau biaya pemungutan biaya tambahan.
Apalagi reklame ini diterbitkan papan, bilboard, kain reklame, dan lain
sebagainya.
Tarif untuk pajak reklame ini adalah 25% dari nilai sewa reklame yang dihargai.
- Tarif Pajak Penerangan Jalan yang disediakan oleh PLN atau bukan PLN
yang digunakan atau dikonsumsi oleh industri, minyak bumi dan gas
bumi, sebesar 3%.
- Tarif Pajak Penerangan Jalan yang bersumber dari PLN atau bukan PLN
yang digunakan atau dikonsumsi selain yang diminta pada poin pertama
sebesar 2,4%.
- Penggunaan Tenaga Listrik yang dihasilkan sendiri, tarif Pajak
Penerangan Jalan yang ditetapkan sebesar 1,5%.
Tarif dari pajak ini sebesar 5% dari nilai bangunan atau tanah yang
diperoleh orang pribadi atau badan tertentu.
Review Kelompok 5
1. Utang pajak
Utang pajak merupakan pajak yang masih harus dibayar, termasuk sanksi administrasi
berupa bunga, denda atau kenaikan yang tercantum dalam surat ketetapan pajak atau surat
sejenisnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Utang pajak
menjadi dasar dilakukannya penagihan pajak oleh juru sita pajak.Dilihat dari kondisinya,
timbulnya utang pajak dapat terjadi karena dua kondisi, yaitu:
1. Kondisi Formil
Dalam kondisi ini, utang timbul karena petugas pajak mengeluarkan surat
ketetapan.
Contoh: Pada pelunasan Pajak Bumi Bangunan, KPP merupakan pihak yang
mengeluarkan surat ketetapan pajak berisi besaran pajak terutang setiap tahunnya.
Anda sebagai wajib pajak tidak perlu lagi menghitung pajak terutang melainkan
membayar PBB berdasarkan surat yang diberikan KPP.
2. Kondisi Materil
Pada kondisi materil utang pajak timbul karena undang-undang atau karena adanya
sebab tertentu yang mengakibatkan suatu pihak dikenakan pajak, seperti
mendirikan bangunan, kegiatan impor ekspor, hingga mendapat hadiah undian.
Contoh: Ian merupakan seorang karyawan yang memenangkan hadiah undian dari
sebuah acara televisi. Dalam kasus ini, Ian terutang pajak atas hadiah undian
berupa uang tunai yang diterimanya. Suatu pihak dapat dibebaskan dari utang pajak
karena adanya kondisi-kondisi berikut ini:
Pembayaran = Utang pajak yang melekat pada wajib pajak akan dihapus karena
pembayaran pajak yang dilakukan ke kas negara.
Kompensasi = Kompensasi dalam kondisi ini merupakan keputusan yang
ditujukan kepada wajib pajak yang memiliki tagihan, di luar pajak tidak
diperkenankan dari penghasilan bruto. Seperti dividen yang dibayarkan oleh
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan biaya yang dibebankan atau
dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham. Kompensasi hanya
terjadi apabila wajib pajak memiliki tagihan berupa kelebihan pembayaran pajak.
Kedaluwarsa pajak = Kedaluwarsa pajak merupakan kondisi dimana masa
penagihan pajak telah melampaui waktu terutang pajak/masa pajak atau tahun
pajak bersangkutan. Dalam kondisi kedaluwarsa pajak biasanya telah tercantum
kepastian hukum, kapan utang pajak tidak dapat ditagih lagi. Kondisi
kedaluwarsa pajak ini dapat ditangguhkan apabila diterbitkan surat teguran atau
surat paksa untuk melunasi utak pajak.
Pembebasan = Utang pajak tidak berakhir dengan semestinya, tetapi karena
ditiadakan oleh salah satu pihak. Pembebasan biasanya tidak diberikan kepada
pokok pajaknya, tetapi terhadap sanksi administrasi
Penghapusan = Sifat penghapusan sama dengan pembebasan, tetapi diberikan
kepada wajib pajak. Penghapusan utang pajak bisa disebabkan karena kondisi
keuangan wajib pajak atau kematian
Daftar Kode Utang untuk SPT Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
Saat mengisi SPT Tahunan Orang Pribadi, wajib pajak akan diminta untuk mencantumkan
daftar utang yang dimililiki. Dalam pengisian ini terdapat kolom kode utang yang harus
diisi oleh wajib pajak. Beberapa kode utang yang harus diperhatikan oleh wajib pajak di
antaranya:
Kode Fungsi
Utang Bank/ Lembaga Keuangan Bukan Bank (KPR,Leasing, Kendaraan Bermotor dan
101
sejenisnya)
102 Kartu Kredit
Utang afiliasi (pinjaman dari pihak yang memiliki hubungan istimewa sebagaimana tercantum
103
dalam Pasal 18 ayat 4 UU PPh)
109 Utang lainnya
Selain itu ada beberapa kode utang pajak yang harus Anda perhatikan dalam melaporkan
SPT Tahunan Pph Orang Pribadi
Piutang Pajak
Jika ada utang pajak, maka tentu saja ada juga piutang pajak. Piutang pajak merupakan
piutang yang muncul karena adanya pendapatan pajak sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Perpajakan yang belum dilunasi sampai dengan akhir periode laporan keuangan.
Piutang pajak diakui pada saat diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak atau Surat Tagihan
Pajak dan telah dilaksanakan proses penagihannya.
Pengakuan piutang pajak ini disebabkan adanya potensi pendapatan negara yang
ditentukan oleh peraturan perundang-undangan sesuai dengan UU KUP No. 29 tahun
2007.
Piutang pajak merupakan hal yang wajib dilunasi oleh wajib pajak dalam periode berjalan
tahun berikutnya, sehingga tidak ada piutang pajak yang melampaui satu periode
berikutnya. Maka dari itu piutang pajak disajikan dalam neraca Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat sebagai aset lancar.
Kegiatan penagihan piutang pajak secara umum meliputi:
• Surat Teguran
• Surat Paksa
• Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan
• Lelang
Piutang pajak yang dihapuskan adalah piutang pajak yang jumlahnya masih harus ditagih
sebagaimana tercantum dalam STP, SKPKB, SKPKBT yang meliputi pokok pajak
kenaikan bunga dan denda.
Penagihan Pajak
Dalam prosedur penagihan pajak seorang penunggak pajak dapat disandera bahkan disita
hartanya. Sebagai wajib pajak, ada baiknya untuk memahami hal ini. Tujuannya agar wajib
pajak dapat mengantisipasi risiko yang timbul dari penagihan pajak.
Sekarang, mari kita mulai ulasannya dengan membahas pengertian penagihan pajak dan
penanggung pajak. Secara sederhana, penagihan pajak adalah serangkaian tindakan yang
dilakukan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajaknya.
Sementara, penanggung pajak adalah orang atau badan yang bertanggung jawab atas
pembayaran pajak. Dasar hukum penagihan pajak tercantum dalam UU Nomor 19 Tahun
2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
Penagihan pajak ternyata punya banyak jenis. Ada yang sifatnya pasif, aktif bahkan
seketika dan sekaligus. Apa bedanya dan apa konsekuensinya bagi wajib pajak?
Penjelasannya akan Anda peroleh pada poin di bawah ini.
Penagihan Pasif
Pada penagihan pajak pasif, DJP hanya menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP), Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
(SKPKBT), SK Pembetulan, SK Keberatan, dan Putusan Banding yang menyebabkan
pajak terutang lebih besar. Dalam penagihan pasif, fiskus hanya memberitahukan kepada
wajib pajak bahwa terdapat utang pajak. Jika dalam waktu satu bulan sejak diterbitkannya
STP atau surat sejenis, wajib pajak tidak melunasi utang pajaknya, maka fiskus akan
melakukan penagihan aktif.
Penagihan Aktif
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, penagihan aktif merupakan kelanjutan dari
penagihan pasif. dalam penagihan aktif, fiskus bersama juru sita Pajak berperan aktif
dalam tindakan sita dan lelang.
Penagihan seketika dan sekaligus ini merupakan penagihan pajak yang dilakukan oleh
fiskus atau juru sita pajak kepada wajib pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo
pembayaran pajak. Penagihan pajak juga meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis
pajak, masa pajak, dan tahun pajak.
Tujuannya penagihan jenis ini adalah untuk mencegah terjadinya utang pajak yang tidak
bisa ditagih. Jika saat dilakukan penagihan seketika dan sekaligus wajib pajak belum
membayar, maka juru sita pajak akan menunggu hingga tanggal jatuh tempo.
Langkah-langkah Penagihan Pajak
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, ada beberapa tindakan atau langkah yang
dilakukan juru sita pajak dalam melakukan penagihan pajak. Berikut ini tahapan dan
penjelasan setiap langkahnya.
1. Surat teguran
Surat teguran atau surat peringatan adalah surat yang diterbitkan untuk melaksanakan
penagihan pajak. Jika dalam waktu tujuh hari setelah tanggal jatuh tempo penanggung
pajak atau wajib pajak belum melunasi utang pajaknya, maka surat teguran ini akan
sampai ke tangan penanggung pajak.
Tujuannya adalah memberikan peringatan kepada penanggung pajak agar segera melunasi
utang pajak sehingga tidak perlu lagi dilakukan penagihan secara paksa.
2. Surat paksa
Surat paksa merupakan surat yang akan diterbitkan jika 21 hari setelah jatuh tempo surat
teguran, si penanggung jawab pajak tidak melunasi pajaknya.
Setelah datangnya surat paksa, wajib pajak wajib melunasi pajaknya dalam waktu 2 x 24
jam agar tidak ada tindakan pemblokiran rekening, pencegahan ke luar negeri, hingga
penyanderaan paksa badan (dengan catatan, diragukan itikad baiknya dan memiliki utang
pajak minimal Rp100.000.000). Penerbitan surat paksa ini dikenakan biaya senilai
Rp25.000.
3. Surat sita
Surat sita adalah surat yang diterbitkan jika dalam waktu 2 x 24 jam sejak diterbitkannya
surat paksa, penanggung pajak belum membayarkan pajaknya. Ada biaya yang dikenakan
untuk surat sita ini yakni Rp75.000. Biaya ini digunakan untuk pelaksanaan sita.
Penyitaan tidak semata-mata bertujuan untuk menjual barang milik penanggung pajak,
melainkan petugas menggunakan barang-barang tersebut sebagai jaminan agar
penanggung pajak melunasi pajaknya.
Jadi, penanggung pajak masih memiliki kesempatan untuk melunasi pajaknya selama 14
hari terhitung dari penyitaan harta penanggung pajak. Jika dalam 14 hari penanggung
pajak masih belum membayarkan utang pajaknya, maka akan diterbitkan pengumuman
lelang.
Penyitaan dilaksanakan oleh juru sita pajak dengan disaksikan oleh 2 orang yang dianggap
sudah dewasa sebagai saksi, berkewarganegaraan Indonesia, dikenal oleh juru sita pajak,
dan dapat dipercaya.
4. Lelang
Lelang akan dilakukan jika dalam waktu 14 hari setelah diterbitkan pengumuman lelang,
penanggung pajak tidak melunasi utang pajaknya.
Dasar penagihan pajak dibedakan berdasarkan jenis pajaknya. Berikut ini, dasar penagihan
pajak yang perlu Anda tahu:
Dasar penagihan pajak untuk PPh, PPN, dan PPnBM, serta bunga penagihan adalah:
• Surat Tagihan Pajak.
• Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar.
• Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan.
• Surat Keputusan Pembetulan.
• Surat Keputusan Pemberatan.
• Putusan Banding.
• Putusan Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang masih
hakrus dibayar bertambah.
Dasar penagihan pajak untuk PBB adalah:
• Surat Pemberitahuan Pajak Terutang.
• Surat Ketetapan.
• Surat Tagihan Pajak.
Penagihan pajak dikatakan daluarsa jika telah melampaui batas waktu penagihan, yaitu 5
tahun terhitung sejak penerbitan dasar penagihan pajak. Apabila penagihan pajak daluarsa,
maka penagihan pajak tidak bisa lagi dilaksanakan karena hak untuk penagihan atas utang
pajak tersebut sudah dianggap gugur.
Sekilas tentang Pemeriksaan Pajak
Ruang lingkup pemeriksaan pajak di Indonesia hanya dua jenis, yakni pemeriksaan
lapangan dan pemeriksaan kantor. Namun, sebelum membahas ruang lingkup pemeriksaan
pajak lebih jauh, mari pahami terlebih dahulu tentang pemeriksaan pajak itu sendiri.
Berdasarkan pasal 1 ayat 25 Undang-Undang No. 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan, pemeriksaan pajak merupakan rangkaian kegiatan yang
melakukan penghimpunan dan pengelolaan data, keterangan, juga bukti yang dilaksanakan
dengan cara-cara yang seobjektif dan seprofesional mungkin berdasarkan standar
pemeriksaan/pengujian terhadap kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan wajib
pajak.
Tujuan dari adanya pemeriksaan ini adalah untuk melaksanakan ketentuan perpajakan
yang berlaku di Indonesia berdasarkan peraturan perundang-undangan. Bisa dikatakan
kalau pemeriksaan pajak merupakan bagian akhir dari langkah pengendalian proses
perpajakan guna memastikan wajib pajak sudah menyampaikan seluruh kewajiban
perpajakannya, seperti penyerahan SPT dengan benar, jelas, dan lengkap.
Ruang Lingkup Pemeriksaan Pajak
Seperti yang sudah disebutkan di atas, ruang lingkup pemeriksaan pajak di Indonesia
dibedakan menjadi dua, yakni pemeriksaan lapangan dan pemeriksaan kantor. Mari simak
penjelasan lebih lengkapnya di bawah ini:
Pemeriksaan Lapangan