Rev 1.1 Proposal Tek. Nugraha J.S
Rev 1.1 Proposal Tek. Nugraha J.S
MAGANG I
PROGRAM STUDI
Nugraha Jayeng S
(04.03.18.183)
JURUSAN PETERNAKAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2021
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL MAGANG
Menyetujui:
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui :
Penulis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Magang
Magang merupakan suatu sarana bagi mahasiswa untuk menambah
ilmu pengetahuan dan pengaplikasian ilmu yang telah diperoleh dengan cara
menerapkanya secara langsung ke dunia kerja baik di dunia perbankan,
perusahaan atau instansi lainnya (Erlin, 2016: 9). Program magang
merupakan salah satu upaya untuk menjebatani kesenjangan antara teori
yang diperoleh oleh mahasiswa di bangku perkuliahan dengan kondisi
profesi yang sebenarnya di lapangan. Kegiatan ini sebagai sarana yang
nantinya untuk menunjang dan memperkaya pengalaman mahasiswa
(Ismail, Hasan, dan Musdalifah, 2018: 3). Magang penting dilakukan untuk
relevansi nilai-nilai hasil pendidikan untuk memperkecil kesenjangan
keterampilan yang dimiliki lulusan dengan dunia kerja sehingga
meningkatkan daya serap lulusan (Suarta, 2010: 3).
Salah satu tujuan utama magang adalah untuk memastikan transisi
yang lancar dari dari masa pendidikan ke tempat kerja (Coco, 2000: 42).
Program magang memberikan mahasiswa kesempatan untuk menguji
kemampuan, kepercayaan, dan sikap mereka yang berkaitan dengan tugas
kerja tertentu atau jalur karier (Howery 1983: 324). Penerapan program
magang dapat membuat proses belajar menjadi lebih menarik dan relevan
sesuai dengan kebutuhan pembelajar sehingga mendorong peserta didik
untuk terlibat aktif dalam proses belajar. Peserta didik akan terhindar dari
rasa jenuh karena melakukan rutinitas pembelajaran, namun dengan
program magang peserta didik juga akan bergerak, berdiskusi, bertanya dan
menemukan banyak hal baru. Program magang akan mengantarkan peserta
didik mengenal berbagai macam profesi yang membuat mereka semakin
mengenali potensinya karena ketika magang peserta didik akan berinteraksi
dan terlibat langsung dalam sebuah peran dan profesi (Masitowati dan
Deritia, 2018: 17).
1.2. Ternak Sapi Perah
Sapi perah merupakan salah satu ternak yang produksi utamanya
adalah susu. Usaha sapi perah untuk menghasilkan susu segar sangat
prospektif karena masih terdapat kesenjangan yang cukup besar antara
ketersediaan dan permintaan susu di Indonesia (Wiky, 2018: 1). Sapi perah
adalah jenis sapi yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan air susu
(Blakely dan Bade, 1994: 22). Sapi perah adalah sapi yang diternakkan
terutama sebagai penghasil susu (Siregar, 1996: 14).
Produksi susu sapi perah dipengaruhi oleh faktor genetik (sifat
keturunan) dan faktor lingkungan. Kemampuan sapi perah dalam
memproduksi susu dipengaruhi oleh 30% genetik dan 70% lingkungan
(Prihanto, 2009: 9). Sapi perah yang banyak dipelihara yaitu jenis sapi
Friesian Holstein (FH), karena produksi susunya lebih tinggi dan mudah
beradaptasi dengan lingkungan dibandingkan jenis sapi perah lainnya
(Riska, 2020: 2). Ciri-ciri jenis sapi FH diantaranya warna belang hitam
putih,pada kaki bagian bawah dan juga ekornya berwarna putih, tanduknya
pendek dan menghadap ke depan, pada dahinya terdapat warna putih yang
berbentuk segitiga. Sapi FH mempunyai tubuh tegap dan sifat jinak sehingga
mudah dikuasai, tidak tahan panas, lambat dewasa, berat badan sapi jantan
850 kg dan sapi betina 625 kg, produksi susunya 4.500-5.000 liter per laktasi
(Muljana, 1983: 34).
1.3. Manajemen Pemeliharaan Sapi Perah
Dalam Manajemen Pemeliharaan Sapi perah untuk mewujudkan
peningkatan produktivitas dan kesejahteraan dari ternak sapi perah dapat
mengacu kepada Good Dairy Farming Practices (GDFP). Good Dairy
Farming Practices adalah tatalaksana peternakan sapi perah yang meliputi
segala aktivitas teknis dan ekonomis dalam hal pemeliharaan sehari-hari
seperti reproduksi, cara dan sistem pemberian pakan, sanitasi, serta
pencegahan dan pengobatan penyakit (Sani, 2016: 10). Produksi susu dapat
ditingkatkan apabila peternak dapat menerapkan GDFP (Good Dairy
Farming Practice) sapi perah yang baik. GDFP (Good Dairy Farming
Practice) adalah suatu standarisasi usaha peternakan sapi perah yang
apabila dilaksanakan dengan baik maka tingkat keuntungan peternak akan
selalu dapat dipertahankan (Siti dan M.Rondhi, 2019: 36). Good Dairy
Farming Practices adalah suatu standarisasi usaha peternakan sapi perah.
Aspek utama dalam GDFP yaitu reproduksi ternak, kesehatan ternak, higien
pemerahan, nutrisi (pakan dan air), kesejahteraan ternak, lingkungan, dan
manajemen sosial ekonomi (Nurdiana, M. Makin, dan Achmad, 2015: 2).
Manajemen kesehatan ternak pada peternakan sapi perah bertujuan
untuk menjamin susu yang dihasilkan aman dan layak di konsumsi serta
mengontrol penyakit pada ternak sapi perah. Manajemen pemerahan sapi
perah yang kurang baik akan menyebabkan menurunnya kualitas susu yang
dihasilkan, Oleh karena itu manajemen pemerahan yang baik dan benar
sangat dibutuhkan oleh peternak sapi perah saat melakukan proses
pemerahan susu sapi perah (Siti dan M.Rondhi, 2019: 38). Efisiensi
reproduksi adalah salah satu kriteria keberhasilan usaha peternakan sapi
perah. Manajemen pemberian pakan pada sapi perah sangat mempengaruhi
produksi susu ekonomi (Nurdiana, M. Makin, dan Achmad, 2015: 8).
Penerapan GDFP sebagai bentuk upaya meningkatkan produktivitas ternak
dengan memperbaiki teknis pemeliharaan dan pengelolaan ternak sehingga
akan terbentuk suatu usaha peternakan yang lebih produktif dan maju
(Riska, 2020: 2).
BAB III
METODE PELAKSANAAN