Anda di halaman 1dari 7

Cara Menentukan UKL-

UPL dan SPPL


11 Aspek Penapisan UKL-UPL atau SPPL

Jakarta (BIB) - Saat ini untuk mengetahui


apakah jenis usaha dan/atau kegiatan termasuk
wajib UKL-UPL atau hanya SPPL dapat mengacu
kepada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor :
P.25/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018 tentang
Pedoman Penetapan Jenis Rencana Usaha dan/atau
Kegiatan Yang Wajib Memiliki Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup (UPL)  dan Surat Pernyataan
Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan Hidup (SPPL).

Untuk menetapkan apakah wajib UKL-UPL dan SPPL


hal yang paling menentukan adalah berdasarkan
jenis kegiatan, skala/besaran/ukuran kegiatan,
kapasitas produksi kegiatan, luas lahan yang
dimanfaatkan, limbah/cemaran/dampak lingkungan
yang terjadi, teknologi yang
tersedia/digunakan, jumlah komponen lingkungan
yang terkena dampak, besaran investasi
kegiatan, konsentrasi kegiatan, jumlah tenaga
kerja, dan aspek sosial kegiatan (dampak
terhadap masyarakat sekitar dan hasil produksi
terhadap masyarakat umum).

Catatan :

Pengertian :
 UKL-UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan
Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup )
adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap
usaha dan/atau kegiatan yang tidak berdampak
penting terhadap lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan
tentang penyelenggaraan usaha dan/atau
kegiatan.
 SPPL (Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup )
adalah pernyataan kesanggupan dari penanggung
jawab usaha dan/atau kegiatan untuk melakukan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
dari usaha dan/atau kegiatan di luar usaha
dan/atau kegiatan yang wajib Amdal atau UKL-
UPL.
 AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup) adalah kajian mengenai dampak penting
suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan
tentang penyelenggaraan usaha dan/atau
kegiatan.
 USAHA DAN/ATAU KEGIATAN adalah segala
bentuk aktifitas yang dapat menimbulkan
perubahan terhadap rona lingkungan hidup serta
menyebabkan dampak terhadap lingkungan hidup.
Untuk menentukan jenis usaha dan/atau kegiatan
apakah termasuk kategori UKL-UPL atau SPPL,
maka yang melakukan dan menetapkannya adalah
Gubernur, Bupati dan Walikota melalui Instansi
di Bidang Lingkungan Hidup.

Sebab suatu usaha dan/atau kegiatan dalam


perencanaannya berdasarkan pembuatan dokumen
lingkungan hidup nya wajib mengkategorikan,
apakah termasuk AMDAL, UKL-UPL atau SPPL.

Saat ini untuk menetapkan jenis usaha dan/atau


kegiatan masuk kategori AMDAL menjadi
kewenangan Menteri. Sedangkan untuk UKL-UPL
dan SPPL masih menjadi kewenangan Gubernur dan
Bupati/Walikota.
Ada 2 cara yang harus dilakukan sebelum
ditetapkan sebagai UKL-UPL atau SPPL, yaitu
dengan cara melakukan penapisan dan menetapkan
jenis usaha dan/atau kegiatan tersebut.

A. TATA CARA PENAPISAN UKL-UPL DAN SPPL

Gubernur dan Bupati/Walikota sesuai dengan


kewenangannya dapat melakukan penapisan jenis
usaha dan/atau kegiatan apakah kategori UKL-
UPL atau SPPL. Penapisan oleh Gubernur
dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Provinsi
dan Penapisan oleh Bupati/Walikota dilakukan
oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota.

Beberapa Provinsi, Kabupaten dan Kota ada yang


sudah memiliki peraturan (Perda, Pergub,
Perbub, Perwal) tentang cara penapisan jenis
usaha dan/atau kegiatan wajib UKL-UPL dan
SPPL. Namun, secara umum proses penapisan
minimal 5 langkah berikut ini, yaitu :
1. memastikan berbagai sektor jenis usaha
dan/atau kegiatan tidak wajib Amdal;
2. memastikan potensi dampak dari rencana
usaha dan/atau kegiatan telah tersedia
teknologi untuk menanggulangi dampak
lingkungan hidup yang akan terjadi;
3. memeriksa seluruh peraturan menteri
atau non kementerian yang menetapkan jenis
usaha dan/atau kegiatan yang wajib UKL-
UPL;
4. tidak termasuk jenis rencana usaha
dan/atau kegiatan yang wajib Amdal yang
ditetapkan oleh Menteri (KLHK);
5. jenis rencana usaha dan/atau kegiatan
tidak berlokasi di dalam, berbatasan
langsung atau kawasan yang ditetapkan oleh
peraturan perundang-undangan.
Catatan Penting :
 bila saat penapisan tidak tersedia
teknologi dalam upaya pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup, maka jenis
rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut
menjadi wajib AMDAL;
 apabila Kementerian (KLHK) dan Non
Kementerian sudah menetapkan suatu rencana
jenis usaha dan/atau kegiatan dikategorikan
UKL-UPL dan SPPL, tetapi tidak dilengkapi
dengan skala/besaran, atau ditetapkan
skala/besaran namun tidak ada batas bawahnya,
proses penapisan dapat melibatkan kementerian
terkait, lembaga non kementerian dan pakar
terkait di bidangnya.
PENAPISAN

Penapisan jenis rencana usaha dan/atau


kegiatan dilakukan dengan menganalisis
komponen-komponen yang berdampak langsung
terhadap pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup, yaitu :
1. Jenis Kegiatan (jika dampak rencana
usaha dan/atau kegiatan memberikan dampak
lingkungan terhadap lingkungan hidup maka
wajib UKL-UPL, dan jika seluruh komponen
tidak berdampak lingkungan hidup maka
cukul SPPL);
2. Skala/Besaran/Ukuran;
3. Kapasitas Produksi;
4. Luas Lahan Yang Dimanfaatkan;
5. Limbah dan/atau Cemaran dan/atau
Dampak Lingkungan;
6. Teknologi Yang Tersedia dan/atau
Digunakan;
7. Jumlah Komponen Lingkungan Yang
Terkena Dampak;
8. Besaran Investasi;
9. Terkonsentrasi atau Tidaknya Kegiatan;
10. Jumlah Tenaga Kerja; dan
11. Aspek Sosial Kegiatan.
B. TATA CARA PENETAPAN JENIS USAHA YANG WAJIB
UKL-UPL DAN SPPL

Setelah dilakukan penapisan terhadap seluruh


komponen, maka diterbitkan oleh Gubernur,
Bupati/Walikota suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan apakah masuk kategori wajib UKL-UPL
atau wajib SPPL.

Tata cara penapisan dan penetapan tidak boleh


bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan sebaiknya seluruh
sektor rencana usaha disuatu daerah sudah
membuat dan menetapkan usaha dan/atau kegiatan
apakah masuk kategori UKL-UPL dan SPPL.

Peraturan penetapan di daerah dapat berbentuk


Peraturan Daerah, Peraturan Gubernur,
Peraturan Bupati dan Peraturan Walikota sesuai
dengan karakteristik daerahnya masing-masing.

Berikut ini adalah peraturan yang sudah ada :


 Peraturan Mneteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 05 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana
Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup;
 Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 157
Tahun 2013 tentang Izin Lingkungan;
 Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 3
Tahun 2017 tentang Izin Lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai