Anda di halaman 1dari 4

Nama: Ria Antika

NPM: 02271911012

Prodi: Akuntansi IIIA

MK: Koperasi dan UMKM

RINGKASAN

DAMPAK COVID-19 TERHADAP KEBERLANGSUNGAN HIDUP UMKM DI INDONESIA

UMKM Pertahanan Terakhir Ekonomi Dalam Negeri

Berdasarkan data kementerian koperasi dan UMKM sebanyak 98% usaha pada level
mikro sekitar 63 juta terkena dampak Covid-19. Jumlahnya tentu akan semakin membesar
seiring dengan lamanya pembatasan sosial berskala besar di sejumlah daerah. Menurut
catatan Organisation for Economy Co-operation and Development (OECO) hampir separuh
UMKM di Indonesia akan bangkrut pada Desember 2020. Walaupun data Indikator Kinerja
Kunci (IKK) Juni 2020 dirilis membaik ke level 83,8, namun sayangnya masih belum cukup
menopang optimisme masyarakat akan perbaikan ekonomi di kuartal selanjutnya. Tanpa
kekuatan daya beli dan keyakinan yang menopang pertumbuhan ekonomi tentu akan sulit bagi
UMKM untuk bertumbuh dikala pandemi ini.

A. Kontribusi UMKM Terhadap PDB 2010-2020

Kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) saat ini mencapai kisaran
kurang lebih diangka 60% ditargetkan di tahun 2020, tetapi angka dari tahun 2019 dan 2018
memang sudah mencapai dikisaran 60% kontribusinya terhadap PDB. Sebelumnya
memang masih berada di bawah 58% tetapi tidak berbeda tipis pertumbuhannya, karena di
tahun 2017 angkanya dikisaran 57%. Secara kasar 60% kontribusi pada PDB artinya 6 dari
10 rekan kerja adalah mereka yang berkontribusi di bidang UMKM dan saat ini
kemungkinan membutuhkan bantuan agar dapat bertahan dikala pandemi. Berdasarkan
dari beberapa data yang Consumer News and Business Chanel (CNBC) Indonesia himpun
dari berbagai sumber UMKM Indonesia menyumbang hingga kurang lebih Rp.8.500 Triliun
kepada PDB atas dasar harga berlaku pada tahun 2018, dimana PDB Indonesia pada tahun
2018 saat itu berada dikisaran Rp.14.838,3 Triliun, maka kontribusi UMKM pada saat itu
mencapai kisaran 57,8% terhadap PDB dan bertumbuh kekisaran angka 60% di tahun-
tahun selanjutnya. Tentu ini selaras dengan faktor pendorong ekonomi dalam negeri yaitu
konsumsi rumah tangga yang berkontribusi kurang lebih 60% juga untuk PDB. Apabila
pemerintah tidak memperhatikan UMKM maka sama saja halnya dengan membunuh roda
perekonomian di dalam negeri. Terganggunya sektor UMKM harus diwaspadai karena akan
menimbulkan dampak lebih buruk lagi bagi perekonomian nasional, sebab sejauh ini UMKM
mampu menyerap kurang lebih 96% tenaga kerja atau sekitar 117 orang. Jadi, dapat di
bayangkan angka ini apabila UMKM terdampak UMKM signifikan akibat Covid, maka
tentunya angka pengangguran yang awalnya berada di bawah 10 Juta akan meroket di atas
10 Juta. Disisi lain serapan tenaga kerja yang begitu besar maka bila sektor UMKM
terganggu akan berdampak juga pada banyaknya masyarakat yang kehilangan pendapatan
karena banyak dari perusahaan tersebut tidak dapat membayar upah secara penuh, bahkan
banyak yang melakukan pemutusan hubungan kerja secara sepihak karena sudah
kehabisan nafas akibat pandemi. Kondisi UMKM juga semakin terpuruk.

B. Stimulus Pemerintah Untuk UMKM

Dampak pandemi terhadap UMKM diyakini lebih besar karena tingginya tingkat
kerentanan dan juga minimnya ketahanan akibat keterbatasan likuiditas, suplayer, dan juga
opsi dalam merombak bisnis modalnya sendiri. Dari suplay banyak UMKM mengalami
pengurangan aktivitas karena adanya kebijakan pembatasan interaksi sosial yang berujung
pada terhentinya proses produksi. Dari sisi dimensi sendiri ini berkurangnya permintaan
atas barang dan jasa mengakibatkan banyak UMKM yang tidak dapat memaksimalkan
keuntungan sehingga menyababkan berkurangnya likuiditas perusahaan. Untuk menolong
sektor UMKM ini dari terpaan pandemi covid-19, pemerintahpun telah megeluarkan lima
skema, yaitu:

1. Bantuan Langsung Tunai (BLT)


Di dalam BLT tersebut ada kartu prakerja untuk UMKM yang masuk kategori miskin
dan kelompok rentan.
2. Insentif Perpajakan
Pemberian insentif perpajakan bagi pelaku UMKM yang omsetnya masih di bawah
4,8 Miliar pertahun.
3. Relaksasi dan Restrukturisasi UMKM
Akan dilakukan dengan berbagai program, keringanan yang diberikan antara lain
dalam bentuk penundaan angsuran dan subsidi bunga penerima kur, kredit ultra
mikro, dan sebagainya.
4. Perluasan Modal Kerja Darurat
Perluasan pembiayaan bagi 23 Juta UMKM berupa stimulus bantuan modal kerja
darurat.
5. BUMN Penopang UMKM
Menjadikan kementrian atau lembaga BUMN dan PEMDA sebagai penopang dalam
ekosistem usaha UMKM terutama dalam tahap awal pemulihan.

C. Fokus Keselamatan UMKM 2020

Mengingat salah satu program strategis pemerintah periode ke-2 Joko Widodo adalah
pemberdayaan UMKM, tinggal bagaimana implementasinya di lapangan agar sesuai
dengan harapan hal yang terpenting tentunya yang diperhatikan dalam implementasi
kebijakan tersebut adalah akurasi, relaksasi yang diberikan kepada UMKM sesuai dengan
Peraturan Otoritas Jasa keuangan (POJK) no. 11/2020 tentang stimulus perekonomian
nasional yang harus dipastikan jatuh kepada UMKM itu sendiri sebagai targetnya dan bukan
jatuh kepada para pengusaha besar. Mengingat selama ini pengusaha besar lebih
berpeluang mengakses relaksasi dari perbankan, karena memiliki kedekatan yang baik
dengan pihak perbankan, apalagi pihak perbankan kerap menginginkan pinjaman kredit
yang jauh lebih besar untuk menjaga likuiditasnya dengan jaminan kredit yang mungkin
lebih baik dibandingkan dengan pemberian kredit bagi UMKM. Selain itu, perlu pula
kesungguhan pemerintah untuk melakukan pembinaan agar makin banyak UMKM yang
mampu terhubung dengan ekosistem digital. Ekosistem digital tentunya mencangkup
kondisi konektivitas digital seperti kecepatan internet hingga pembinaan digital. Mengingat
mereka yang berhasil tumbuh dengan baik dimasa pandemi ini adalah yang sudah
terhubung ke dalam ekosistem bisnis digital. Adanya program pembinaan ini sangat penting
karena sudah saatnya UMKM mengerti digitalisasi seperti program pemasaran online
misalnya, apalagi dimasa pandemi yang menghendaki pembatasan interaksi sosial secara
langsung, karena berdasarkan data dari CN side UMKM yang sudah go digital mampu
meningkatkan pendapatannya hingga 165% dan tidak hanya itu, produktivitasnya juga
dapat meningkat hingga kurang lebih 117%. Dari hal ini, dapat dipahami bahwa di era
pandemi go digital sebenarnya adalah jalan paling efektif untuk menyelamatkan UMKM,
namun sayangnya hal ini masih terhambat oleh berbagai tantangan.
D. Tantangan dan Peluang UMKM Go Digital
1. Tantangan Waktu
Mengingat saat ini ekosistem UMKM sudah terhubung dengan ekosistem digital
hanya kurang lebih 13%, artinya sekitar 8 jutaan UMKM dan tentunya 87% sifatnya
masih offline.
2. Cicilan Ringan
Cicilan ringan akan digunakan UMKM untuk beradaptasi ke arah digital diakal
pandemi, entah untuk memperbahrui sistem ataupun restrukturisasi setidaknya
UMKM membutuhkan likuiditas yang dapat dipergunakan untuk bertahan ataupun
beradaptasi.

Dimasa pandemic ini tentu menjadi sebuah keharusan bagi pemerintah untuk terus menjaga
sektor UMKM dari keterpurukan yang makin dalam dengan berbagai instrumen kebijakan
sehingga UMKM dapat berjalan dengan baik dan menghindari terjadiya PHK.

Anda mungkin juga menyukai