Anda di halaman 1dari 28

RINGKASAN MATERI

DASAR-DASAR BIOKIMIA

“METABOLISME KARBOHIDRAT”

DISUSUN OLEH :

DEBY CHINTIA

FINNI AULIA SARI

RACHNA DELLIFACHRIN

KRISWANTO

VINA SAFITRI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2019
A. PROSES FOTOSINTES
a. Pengertian Fotosintesis
Fotosintesis berasal dari kata 'foton' yang berarti cahaya, dan 'sintesis' yang berarti
penyusunan. Fotosintesis dapat diartikan sebagai peristiwa pembentukan karbohidrat dan
oksigen dari karbondioksida dan air dengan bantuan energi cahaya matahari. Energi matahari
yang ditangkap oleh proses fotosintesis merupakan lebih dari 90% sumber nergi yang dipakai
oleh manusia untuk pemansan, cahaya, dan tenaga.

Fotosintesis berperan penting bagi kehidupan organisme karena menyediakan oksigen


yang diperlukan oleh organisme untuk proses pernapasan dan mendaur karbon dioksida
(CO2) yang dihasilkan dari proses pernapasan. Laju fotosintesis dipengaruhi oleh faktor
dalam dan faktor luar. Faktor dalam yang mempengaruhi laju fotosintesis adalah keadaan
struktur daun yang memungkinkan resistensi terhadap difusi CO2 dari atmosfer ke permukaan
kloroplas dan penimbunan sejumlah besar hasil fotosintesis di dalam kloroplas. Faktor luar
yang mempengaruhi laju fotosintesis adalah konsentrasi CO2, intensitas cahaya, air dan suhu,
serta tersedianya unsur hara. Perhatikan reaksi fotosintesis di bawah ini.

Cahaya matahari
6 CO2 + 6 H2O C6H12O6 + 6 O2
Karbon dioksida air klorofil (glukosa) oksigen
Fotosintesis terjadi di dalam kloroplas. Kloroplas merupakan organel plastida yang
mengandung pigmen hijau daun (klorofil). Seluruh bagian dari tumbuhan, termasuk batang
dan buah, memiliki kloroplas. Akan tetapi, daun merupakan tempat utama berlangsungnya
fotosintesis pada tumbuhan. Warna pada daun disebabkan adanya klorofil, pigmen berwarna
hijau yang terletak di dalam kloroplas. Klorofil dapat menyerap energi cahaya yang berguna
dalam sintesis molekul makanan pada tumbuhan. Kloroplas banyak ditemukan pada mesofil.
Setiap sel mesofil dapat mengandung 10 hingga 100 butir kloroplas.

Kloroplas sebagai tempat klorofil berada, merupakan organel utama dalam proses
fotosintesis. Jika dilihat menggunakan mikroskop SEM (Scanning Electrone Microscope),
dapat diketahui bentuk kloroplas yang berlembar-lembar dan dibungkus oleh membran.
Bagian di sebelah dalam membran dinamakan stroma, yang berisi enzim-enzim yang
diperlukan untuk proses fotosintesis. Di bagian ini, terdapat lembaran-lembaran datar yang
saling berhubungan, disebut tilakoid. Beberapa tilakoid bergabung membentuk suatu
tumpukan yang disebut grana.
Pada tumbuhan, terdapat dua pusat reaksi fotosintesis yang berbeda, yakni fotosistem I
dan fotosistem II. Keduanya dibedakan berdasarkan kemampuannya dalam menyerap cahaya
dengan panjang gelombang yang berbeda. Perbedaan kemampuan tersebut disebabkan oleh
perbedaan kombinasi antara klorofil a dan klorofil b. Perbedaan kombinasi antara klorofil a
dan klorofil b berpengaruh terhadap panjang gelombang yang diterima oleh klorofil.
Fotosistem I dapat menerima cahaya dengan panjang gelombang antara 680–700 nm,
sedangkan fotosistem II dapat menerima cahaya dengan panjang gelombang antara 340–680
nm.

b. Tahap Reaksi Proses Fotosintesis

Fotosintesis berlangsung dalam 2 tahap reaksi, yaitu reaksi terang (light-dependent


reaction) dan reaksi gelap (light-independent reaction). Reaksi terang berlangsung jika ada
cahaya, sedangkan reaksi gelap berlangsung tanpa memerlukan cahaya.

1. Reaksi Terang

Reaksi terang merupakan salah satu langkah dalam fotosintesis untuk mengubah energi
matahari menjadi energi kimia. Reaksi terang ini berlangsung di dalam grana. Perlu diingat
bahwa cahaya juga memiliki energi yang disebut foton. Jenis pigmen klorofil berbeda-beda
karena pigmen tersebut hanya dapat menyerap panjang gelombang dengan besar energi foton
yang berbeda.Klorofil berfungsi menangkap foton dari cahaya matahari dan mengubahnya
menjadi energi penggerak elektron. Pada proses ini, terjadi pemecahan molekul air oleh
cahaya sehingga dilepaskan elektron, hidrogen dan oksigen. Proses ini dinamakan fotolisis.

Reaksi terang dibagi menjadi 2 tahapan yaitu:

a) Aliran Elektron non siklik


Mekanisme reaksi terang diawali daengan tahap dimana fotosistem II menyerap cahaya
matahari sehingga elektron klorofil pada fotosistem II tereksitasi menuju molekul
khusus yang disebut akseptor elektron primer dan menyerahkan muatan menjadi tidak
stabil. Untuk menstrabilkan kembali fotosistem II akan mengambil elektron dari
molekul H2O yang ada disekitarnya.

b) Aliran Elektron siklik


Pada aliran siklik ini bermula dari P700 yang menerima cahaya elektron yang kerja
dari akseptor primer fotosintesis I diterima feredoksin tetepi tidak diberikan ke NADP
melainkan ke sitokrom dan plastosianin. Oleh karena itu pada aliran siklik ini
menyebabkan produksi ATP bertambah tetapi tidak terbentuk NADPH serta tidak
terjadi pelepasan molekul O2. Proses ini pengembalian ATP melalui aliran siklik ini
disebut fotofosfosilasi siklik.dengan demikian. Dari reaksi menghasilkan ATP dan
NADPH dan O2.
2. Reaksi Gelap

Reaksi gelap merupakan tahap sebenarnya dalam pembuatan bahan makanan pada
fotosintesis. Energi yang telah dihasilkan selama reaksi terang akan digunakan sebagai bahan
baku utama pembentukan karbohidrat proses fiksasi CO2 di stroma. Reaksi gelap tidak
membutuhkan cahaya matahari, tetapi tidak dapat berlangsung jika belum terjadi siklus
terang karena energi yang dipakai berasal dari siklus terang.

Tumbuhan mengambil karbon dioksida melalui stomata. Karbon dioksida diikat oleh suatu
molekul kimia di dalam stroma yang bernama ribulosa bifosfat (RuBP). Karbon dioksida
akan berikatan dengan RuBP yang mengandung 6 gugus karbon dan menjadi bahan utama
dalam pembentukan glukosa yang dibantu oleh enzim rubisko. Reaksi ini pertama kali
diamati oleh Melvin Calvin dan Andrew Benson sehingga reaksi ini disebut juga dengan
siklus Calvin-Benson.

RuBP yang berikatan dengan karbon dioksida akan menjadi molekul yang tidak stabil
sehingga akan membentuk fosfogliserat (PGA) yang memiliki 3 gugus C. Energi yang
berasal dari ATP dan NADPH akan digunakan oleh PGA menjadi fosfogliseraldehid (PGAL)
yang mengandung 3 gugus C. Dua molekul PGAL ini akan menjadi bahan utama
pembentukan glukosa yang merupakan produk utama fotosisntesis, sedangkan sisanya akan
kembali menjadi RuBP dengan bantuan ATP. Jadi, reaksi gelap terjadi dalam tiga tahap,
yakni fiksasi CO2, reduksi, dan regenerasi.

1. Fiksasi CO2
CO2 diikat (fiksasi) oleh senyawa rebulosa bifosfat (RuBP) yang memiliki atom C
sebanyak 5 (C-5), karena hanya mengikat satu atom C (C-1) maka terbentuk senyawa RuBP
dengan atom C sebanyak 6 (C-6) dalam keadaan yang tidak stabil dan pecah menjadi 2
senyawa gliseraldehid 3-fosfat (G3P).

2. Reduksi
Selanjutnya 2 senyawa gliseraldehid 3-fosfat (G3P) bereaksi dengan ATP, membentuk
asam fosfogliseraldehid yang masih berikatan dengan H2 berasal dari NADPH2. Siklus
reaksinya harus berjalan 3 kali, baru terbentuk hasil akhir yaitu 6 senyawa gliseraldehid 3-
fosfat (G3P).

3. Regenerasi
Regenerasi atau pembentukan kembali senyawa rebulosa bifosfat (RuBP) digunakan untuk
mengikat CO2. Pembentukan kembali senyawa rebulosa bifosfat (RuBP) dan pecah menjadi
2 senyawa (G3P) bereaksi dengan ATP membentuk asam fosfogliseraldehid dan NADPH2.
Siklus reaksinya berjalan 3 kali, dan kembali regenerasi lagi. Jadi untuk membentuk 1
molekul glukosa maka dibutuhkan sebanyak 6 kali siklus (siklus Calvin) dengan menangkap
sebanyak 6 molekul 6CO2. reaksi sebagai berikut : 6CO2 + 6H2O C6H12O6 + 6O6

B. PROSES GLIKOLISIS

Glikolisis adalah rangkaian reaksi kimia penguraian glukosa (yang memiliki 6 atom
C) menjadi asam piruvat (senyawa yang memiliki 3 atom C),NADH, dan ATP. NADH
(Nikotinamida Adenina Dinukleotida Hidrogen) adalah koenzim yang mengikat elektron (H),
sehingga disebut sumber elektron berenergi tinggi. ATP (adenosin trifosfat) merupakan
senyawa berenergi tinggi. Setiap pelepasan gugus fosfatnya menghasilkan energi. Pada
proses glikolisis, setiap 1 molekul glukosa diubah menjadi 2 molekul asam piruvat, 2 NADH,
dan 2 ATP.

Glikolisis memiliki sifat-sifat, antara lain: glikolisis dapat berlangsung


secara aerob maupun anaerob, glikolisis melibatkan enzim ATP dan ADP, serta peranan ATP
dan ADP pada glikolisis adalah memindahkan (mentransfer) fosfat dari molekul yang satu ke
molekul yang lain. Pada sel eukariotik, glikolisis terjadi di sitoplasma(sitosol). Glikolisis
terjadi melalui 10 tahapan yang terdiri dari 5 tahapan penggunaan energi dan 5 tahapan
pelepasan energi. Berikut ini reaksi glikolisis secara lengkap: Dari skema tahapan glikolisis
menunjukkan bahwa energi yang dibutuhkan pada tahap penggunaan energi adalah 2 ATP.
Sementara itu, energi yang dihasilkan pada tahap pelepasan energi adalah 4 ATP dan 2
NADH. Dengan demikian, selisih energi atau hasil akhir glikolisis adalah 2 ATP + 2 NADH.

Tahapan Glikolisis

Glikolisis secara harfiah berarti pemecahan glukosa atau dekomposisi. Melalui proses
ini, satu molekul glukosa sepenuhnya dipecah untuk menghasilkan dua molekul asam piruvat,
dua molekul ATP dan dua NADH (Reduced nikotinamida adenin dinukleotida) radikal yang
membawa elektron yang dihasilkan. Butuh waktu bertahun-tahun penelitian melelahkan
dalam biokimia yang mengungkapkan tahap-tahap glikolisis yang membuat respirasi selular
mungkin. Berikut adalah berbagai tahap yang disajikan dalam urutan awal terjadinya dengan
glukosa sebagai bahan baku utama. Seluruh proses melibatkan sepuluh tahap dengan
membentuk produk pada setiap tahap dan setiap tahap diatur oleh enzim yang berbeda.
Produksi berbagai senyawa di setiap tahap menawarkan entry point yang berbeda ke dalam
proses. Itu berarti, proses ini dapat langsung mulai dari tahap peralihan jika senyawa yang
reaktan pada tahap yang langsung tersedia.
Langkah Proses Glikolisis

Tahap 1: Fosforilasi Glukosa oleh ATP

Tahap pertama adalah fosforilasi glukosa atau penambahan gugus fosfat pada
glukosa. Reaksi ini dibantu oleh enzim heksokinase yang memisahkan satu kelompok fosfat
dari ATP dan menambahkannya ke glukosa, mengubahnya menjadi glukosa 6-fosfat. Proses
glikolisis ini memerlukan satu molekul ATP dan diubah menjadi ADP karena pemisahan satu
kelompok fosfat. Reaksi keseluruhan dapat diringkas sebagai berikut:

C6H12O6 + ATP + heksokinase → C6H11O6P1 + ADP


\
Tahap 2: Produksi Fruktosa 6 Fosfat

Tahap kedua adalah pembuatan fruktosa 6-fosfat. Proses glikolisis yang ke dua
dibantu oleh enzim fosfoglukosaisomerase. Tahap ini mengubah produk dari tahap
sebelumnya, yaitu glukosa 6-fosfat yang diubah menjadi fruktosa 6-fosfat. Fruktosa 6-fosfat
merupakan isomer (Isomer adalah molekul yang berbeda dengan rumus molekul yang sama
tetapi susunan atomnya berbeda. Reaksi kimia tahap ini sebagai berikut:

C6H11O6P1 + Enzim Phosphoglucoisomerase → C6H11O6P1

Tahap 3: Produksi Fruktosa 1, 6-difosfat

Pada tahap berikutnya, Fruktosa isomer 6-fosfat diubah menjadi fruktosa 1, 6-difosfat
dengan penambahan kelompok fosfat. Konversi ini dibantu oleh enzim fosfofruktokinase
yang memanfaatkan satu molekul ATP. Reaksi ini diringkas sebagai berikut:

C6H11O6P1 + enzim fosfofruktokinase + ATP → C6H10O6P2

Tahap 4: Pemecahan Fruktosa 1, 6-difosfat

Pada tahap keempat, enzim aldolase memisahkan Fruktosa 1, 6-difosfat menjadi dua
molekul gula yang berbeda, keduanya isomer satu sama lain. Adapun gula yang terbentuk
adalah gliseraldehida fosfat dan fosfat dihidroksiaseton. Reaksinya sebagai berikut:

C6H10O6P2 +  Enzim aldolase → C3H5O3P1 + C3H5O3P1


Tahap 5: interkonversi Dua Glukosa

Fosfat dihidroksiaseton adalah molekul hidup pendek. Dibuat secara cepat, kemudian
diubah menjadi fosfat gliseraldehida oleh enzim fosfat triose. Jadi dalam totalitas, tahap
keempat dan kelima dari glikolisis menghasilkan dua molekul fosfat gliseraldehida.

C3H5O3P1 +  enzim fosfat triose → C3H5O3P1

Tahap 6: Pembentukan NADH & 1,3-Bifosfogliserat

Tahap keenam melibatkan dua reaksi penting. Pertama adalah pembentukan NADH
dari NAD + dengan menggunakan enzim fosfat dehidrogenase triose dan kedua adalah
penciptaan 1,3- asam  bifosfogliserat dari dua molekul fosfat gliseraldehida yang dihasilkan
pada tahap sebelumnya. Reaksi keduanya adalah sebagai berikut:

 Enzim Fosfat dehidrogenase Triose + 2 NAD + + 2 H-→ 2NADH + 2 H + Enzim fosfat


dehidrogenasi Triose + fosfat gliseraldehida + 2 (C3H5O3P1) + 2P → 2 molekul asam 1,3-
Bifosfogliserat (C3H4O4P2)

Tahap 7: Produksi ATP & 3-fosfogliserat Asam

Tahap ketujuh melibatkan pembuatan 2 molekul ATP bersama dengan dua molekul
asam 3-fosfogliserat dari reaksi fosfogliserokinase pada dua molekul asam 1,3-
diphoshoglyceric yang dihasilkan dari tahap sebelumnya
.
C3H4O4P2 + 2ADP phosphoglycerokinase → C3H5O4P1 + 2ATP

Tahap 8: Relokasi Atom Fosfor

Tahap delapan adalah reaksi penataan ulang sangat halus yang melibatkan relokasi
dari atom fosfor dalam asam 3-fosfogliserat dari karbon ketiga dalam rantai untuk karbon
kedua dan menciptakan asam 2 - fosfogliserat. Reaksi seluruh diringkas sebagai berikut:

 2 molekul C3H5O4P1 + enzim fosfoogliseromutase → 2 molekul C3H5O4P1


Tahap 9: Menghilangkan Molekul Air

Enzim enolase datang ke dalam untuk menghilangkan sebuah molekul air dari asam
2-fosfogliserat untuk membentuk asam yang lain yaitu asam fosfoenolpirupat (PEP). Reaksi
ini mengubah kedua molekul asam 2-fosfogliserat yang terbentuk pada tahap sebelumnya.

 2 molekul C3H5O4P1 + enzim enolase  -> 2 molekul (PEP (C3H3O3P1) + H2O 2

Tahap 10: Pembentukan asam piruvat dan ATP

Tahap ini menghasilkan dua molekul ATP dan dua molekul asam piruvat dengan bantuan
enzim piruvatkinase pada dua molekul asam fosfoenolpiruvat dihasilkan pada tahap
sebelumnya. Hal ini dimungkinkan setelah terjadi transfer dari atom fosfor dari asam
fosfoenolpiruvat (PEP) untuk ADP.

2 molekul PEP (C3H3O3P1) + + 2ADP + enzim piruvatkinase → 2ATP + 2 molekul asam


piruvat

C. SIKLUS ASAM SITRAT

Siklus asam sitrat atau yang dikenal juga dengan sebagai (siklus krebs) atau siklus
asam trikarboksilat merupakan lintasan akhir bersama oksidasi karbohidrat, lipid dan protein.
HA Krebs(1937) yang telah memberikan sumbangan percobaan eskperimental dan
konseptual agar siklus ini dapat dipahami. Siklus Krebs terkait dengan segi metabolisme
biokimia yang sebenarnya; bahan yang masuk berasal dari karbohidrat dan keluar
membentuk lemak, sedangkan bahan yang masuk berasal dari asam amino dan keluar
membentuk karbohidrat. Namun, jarang sekali dari lemak menuju karbohidrat. Glukosa,
asam lemak dan banyak asam amino akan dimetabolisasi menjadi asetil koA atau intermediet
yang ada pada siklus asam sitrat. Asetil koA selanjutnya dioksidasi yang akan menghasilkan
hidrogen atau elektron sebagai ekuivalen pereduksi. Hidrogen tersebut kemudian memasuki
rantai respirasi tempat sejumlah besar ATP dihasilkan dalam prses fosforilasi oksidatif.
Enzim enzim yang berperan pada siklus asam sitrat terdapat didalam mitokondria.
Siklus krebs disebut siklus asam sitrat karena menggambarkan langkah pertama dari
siklus tersebut, yaitu penyatuan asetil KoA dengan asam oksaloasetat untuk membentuk asam
sitrat. Siklus ini juga berperan sentral dalam glukoneogenesis, liogenesis, dan interkonversi
asam-asam amino. Banyak proses ini berlangsung di sebagian besar jaringan, tetapi hati
adalah satu-satunya jaringan tempat semuanya berlangsung dengan tingkat yang signifikan.
Jadi,akibat yang timbul dapat parah, contohnya jika sejumlah sel hati rusak, seperti pada
hepatitis akut atau diganti oleh jaringan ikat (seperti pada sirosis). Beberapa defek genetik
pada enzim-enzim siklus asam sitrat yang pernah dilaporkan menyebabkan kerusakan saraf
berat karena sangat terganggunya pembentukan ATP di sistem saraf pusat.
Selain disebut dengan siklus asam sitrat, siklus krebs juga disebut siklus asam
trikarboksilat (─COOH) karena hampir di awal-awal siklus krebs, senyawanya tersusun dari
asam trikarboksilat. Trikarboksilat itu merupakan gugus asam (─COOH). Kelebihan asetil-
KoA dalam hati digunakan untuk menghasilkan benda keton, yang mengarah ke keadaan
ketosis. Selama proses ini, konsentrasi glukagon tinggi hadir dalam serum, yang inactivates
heksokinase dan fosfofruktokinase-1 (regulator dari glikolisis) secara tidak langsung,
menyebabkan sel-sel yang paling dalam tubuh untuk menggunakan asam lemak sebagai
sumber energi utama mereka. Otak tidak dapat menggunakan asam lemak untuk energi
karena asam lemak tidak dapat melewati sawar darah-otak. Namun, badan-badan keton yang
dihasilkan dalam hati dapat melintasi penghalang darah-otak. Di otak, badan-badan keton ini
kemudian dimasukkan ke dalam asetil-KoA dan digunakan dalam siklus Krebs.

Asetil KoA + 3 NAD + FAD + ADP + HPO 42- —> 2 CO2 + KoA + 3 NADH+ +
FADH+ + ATP

Tujuan Siklus Krebs


Adapun tujuan dari siklus krebs adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan reaksi-reaksi metabolik akhir yang umum terdapat pada jalur biokimia
utama katabolisme tenaga
2. Menggambarkan bahwa CO2 tidak hanya merupakan hasil akhir metabolisme, namun
dapat berperan sebagai zat antara, misalnya untuk proses lipogenesis.
3. Mengenali peran sentral mitokondria pada katalisis dan pengendalian jalur-jalur
metabolik tertentu, mitokondria berfungsi sebagai penghasil energi.
Fungsi Siklus Krebs
Fungsi siklus krebs adalah sebagai berikut:
1. Menghasilkan sebagian besar CO2.
2. Metabolisme lain yang menghasilkan CO2 misalnya jalur pentosa phospat atau P3
(pentosa phospat pathway) atau kalau di harper heksosa monofosfat.
3. Sumber enzim-enzim tereduksi yang mendorong RR ( Rantai Respirasi).
4. Merupakan alat agar tenaga yang berlebihan dapat digunakan untuk sintesis lemak
sebelum pembentukan TG untuk penimbunan lemak.
5. Menyediakan prekursor-prekursor penting untuk sub-sub unit yang diperlukan dalam
sintesis berbagai molekul.
6. Menyediakan mekanisme pengendalian langsung atau tidak langsung untuk lain-lain
sistem enzim.

Tahap-tahap Daur Siklus Krebs

Reaksi 1: Pembentukan Sitrat

Reaksi pertama dari siklus krebs adalah kondensasi asetil-KoA dengan oksaloasetat
untuk membentuk sitrat dikatalisasis oleh sitrat sintase yang membentuk ikatan karbon-ke-
karbonan antara karbon metal pada asetil-KoA dan karbon karbonil pada oksaloasetat. Ikatan
tiotester pada sitril-KoA yang terbentuk mengalami hidrolisis dan membebaskan sitrat dan
KoASH suatu reaksi eksotermik.
Reaksi 2: Pembentukan Isositrat

Sitrat yang disusun kembali untuk membentuk bentuk isomer, isositrat oleh enzim
acontinase. Dalam reaksi ini, molekul air akan dihapus dari asam sitrat dan kemudian
dimasukkan kembali di lokasi lain. Efek keseluruhan dari konversi ini adalah bahwa gugus-
OH dipindahkan dari posisi 3 ‘ke 4’ pada molekul. Transformasi ini menghasilkan molekul
isositrat.

Reaksi 3: Oksidasi Isositrat menjadi α-ketoglutarat

Pada langkah ini, dehidrogenasi isositrat mengkatalisis dekarboksilasi oksidatif dari


isositrat untuk membentuk α-ketoglutarat. Dalam reaksi, turunan NADH dari NAD terlihat.
Enzim isositrat dehidrogenase mengkatalisis oksidasi dari gugus -OH pada posisi 4 ‘dari
isositrat untuk menghasilkan perantara yang kemudian memiliki molekul karbon dioksida
dihapus dari itu untuk menghasilkan alpha-ketoglutarat.
Reaksi 4: Oksidasi α-ketoglutarat menjadi suksinil –KoA

Alpha-ketoglutarat teroksidasi, karbon dioksida akan dihapus, dan koenzim A


ditambahkan untuk membentuk senyawa 4-karbon suksinil-KoA. Selama oksidasi ini, NAD
+ direduksi menjadi NADH + H +. Enzim yang mengkatalisis reaksi ini adalah alpha-
ketoglutarat dehidrogenase.

Reaksi 5: Mengubah suksinil -KoA menjadi suksinat

KoA dihapus dari suksinil-KoA untuk menghasilkan suksinat.Energi yang dilepaskan


digunakan untuk membuat guanosin trifosfat (GTP) dari guanosin difosfat (GDP) dan Pi oleh
fosforilasi tingkat substrat. GTP kemudian dapat digunakan untuk membuat ATP. Enzim
suksinil-KoA sintase mengkatalisis reaksi ini dari siklus asam sitrat.

Reaksi 6: Oksidasi suksinat menjadi fumarat

Suksinat dioksidasi menjadi fumarat. Selama oksidasi ini, FAD direduksi menjadi
FADH2. Enzim suksinat dehidrogenase mengkatalisis pemindahan dua hidrogen dari
suksinat.
Reaksi 7: Hidrasi Fumarat menjadi Malat

Hidrasi reversibel fumarat menjadi L-malat dikatalisis oleh fumarase (fumarat


hidratase). Fumarase berlanjut ke proses penataan ulang dengan menambahkan hidrogen dan
oksigen kembali ke substrat yang telah dihapus sebelumnya.

Reaksi 8: Oksidasi Malat menjadi oksaloasetat

Malat dioksidasi untuk menghasilkan oksaloasetat, senyawa awal dari siklus asam
sitrat oleh dehidrogenase malat. Selama oksidasi ini, NAD + direduksi menjadi NADH + H+.

Jumlah ATP yang dihasilkan selama siklus krebs adalah 12 ATP

3 NAD + = 9 ATP

1 FAD = 2 ATP

1 ATP = 1 ATP

D. RESPIRASI SEL

Respirasi sel adalah proses penguraian senyawa organik kompleks secara kimia dengan
bantuan oksigen (aerob) maupun tanpa oksigen (anaerob) yang menghasilkan energi yang di
gunakan untuk kegiatan hidup makhluk hidup. Respirasi sel adalah salah satu contoh dari
proses katabolisme. Respirasi sel menghasilkan energi dalam bentuk Adenosin Trifosfat
(ATP) yang merupakan sumber energi untuk seluruh kegiatan dan aktivitas makhluk hidup.
Bahan baku yang digunakan dalah respirasi sel adalah sejenis gula yang dikenal dengan
istilah gula heksosa. Respirasi sel berlangsung di dalam mitokondria melalui proses
 Glikolisis : proses pengubahan atom C6 menjadi C3
 Dekarboksilasi Oksidatif : mengubah senyawa C3 menjadi senyawa C2 dan C1 (CO2)
 Daur Krebs : mengubah senyawa C2 menjadi senyawa C1 (CO2).
Pada setiap tingkatan ini dihasilkan energi berupa ATP (Adenosine Tri Phospat) dan
Hidrogen. Hidrogen yang berenergi bergabung dengan akseptor hidrogen untuk dibawa ke
transport elektron, energinya di lepaskan dan hidrogen diterima oleh O2 menjadi H2O.
Reaksi keseluruhan dapat ditulis sebagai berikut :
C6 h 12 O6 + 6 O 2 6CO2 + 6H 2 O + 675 kal

1. Glikolisis
Adalah rangkaian reaksi pengubahan molekul glukosa menjadi asam piruvat dengan
menghasilkan NADH dan ATP.
Sifat – sifat glikolisis ialah :
 Dapat berlangsung secara aerob maupun anaerob
 Dalam glikolisis terdapat kegiatan enzimatis dan Adenosine Trifosfat (ATP) serta
Adenosine Difosfat (ADP)
 ADP dan ATP berperan dalam pemindahan fosfat dari molekul satu ke molekul lainnya.

2. Dekarboksilasi Oksidatif
Senyawa hasil dari tahapan glikolisis akan masuk ke tahapan dekarboksilasi oksidatif, yaitu
tahapan pembentukan CO2 melalui reaksi oksidasi reduksi (redoks) dengan O2 sebagai
penerima elektronnya. Dekarboksilasi oksidatif ini terjadi di dalam mitokondria sebelum
masuk ke tahapan siklus Krebs. Pada tahapan ini, asam piruvat (3 atom C) hasil glikolisis
dari sitosol diubah menjadi asetil koenzim A (2 atom C) di dalam mitokondria.
 Pada tahap 1, molekul piruvat (3 atom C) melepaskan elektron (oksidasi) membentuk
CO2 (piruvat dipecah menjadi CO2 dan molekul berkarbon 2).
 Pada tahap 2, NAD+ direduksi (menerima elektron) menjadi NADH + H+. 
 Pada tahap 3, molekul berkarbon 2 dioksidasi dan mengikat Ko-A (koenzim A)
sehingga terbentuk asetil Ko-A.
Hasil akhir tahapan ini adalah asetil koenzim A, CO2, dan 2NADH.
3. Siklus Krebs (Siklus Asam Sitrat)
Siklus Krebs adalah tahapan selanjutnya dari respirasi seluler. Siklus Krebs adalah reaksi
antara asetil ko-A dengan asam oksaloasetat, yang kemudian membentuk asam sitrat.
Tahap-tahap Siklus Krebs :
1) Tahap I
Enzim sitrat sintase mengkatalisis reaksi kondensasi antara asetil koenzim-A dengan
oksaloasetat menghasilkan sitrat. Reaksi ini merupakan suatu reaksi kondensasi aldol
antara gugua metal dan asetil koenzim-A dan gugus karbonil dari oksaloasetat dimana
terjadi hidrolisis ikatan tioester dan pembentukan senyawa koenzim-A bebas. Reaksi ini
adalah suatu hidrolisis eksergonik yang menghasilkan energi dan merupakan reaksi
pendorong pertama untuk daur krebs.
2) Tahap II
Merupakan pembentukan isositrat dari sitrat melalui cas-akonitat, dikatalisis secara
reversible oleh enzim akonitase. Enzim ini mengkatalisis reaksi reversible penambahan
H2O pada ikatan rangkap cis-akonitat dalam 2 arah, yang satu ke pembentukan sitrat dan
yang lain ke pembentukan isositrat.
3) Tahap III
Oksidasi isositrat menjadi α-ketoglutarat berlangsung melalui pembentukan enyawa antara
oksalosuksinat yang berikatan dengan enzim isositrat dehidrogenase dengan NAD
berperan sebagai koenzimnya. Enzim yang pertama mengkatalisis proses oksidasi isositrat
menjadi oksalosuksinat dan dekarboksilasi oksalosuksinat menjadi α-ketoglutarat.
Pengubahan isositrat ke oksaloasetat dapat dihambat oleh difenilkloroarsin, sedangkan
dekarboksilasi oksaloasetat dihambat oleh pirofosfat.
4) Tahap IV
Adalah oksidasi α-ketoglutarat menjadi suksinat melalui pembentukan suksinil koenzim-
A, yang merupakan reaksi yang ieversibel dan dikatalisis oleh enzim kompleks α-
ketoglutarat dehidrogenase. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim suksinil koenzim-A sintetase
yang khas untuk GDP. Selanjutnya GTP yang terbentuk dari reaksi ini dipakai untuk
sntesis ATP dari ADP dengan enzim nukleosida difosfat kinase.
5) Tahap V
Suksinat dioksidasi menjadi fumarat oleh enzim suksinat dehidrogenase yang berikatan
dengan flavin adenine dinukleotida (FAD) sebagai koenzimnya. Enzim ini terikat kuat
pada membrane dalam mitokondrion. Dalam reaksi ini FAD berperan sebagai penerima
hydrogen.
6) Tahap VI
Merupakan reaksi reversible penambahan satu molekul H2O ke ikatan rangkap fumarat,
meghasilkan L-malat, dengan dikatalisis enzim fumarase tanpa koenzim. Enzim ini
bersifat stereoospesifik, bertindak hanya terhadap bentuk L-stereoisomer dari malat.
Dalam reaksi ini fumarase mengkatalisis proses penambahan tras atom H dan gugus OH
ke ikatan rangkap fumarat.
7) Reaksi VII (akhir)
L-malat doksidasi menjadi oksaloasetat oleh enzim L-malat dehidrogenase yang berikatan
dengan NAD. Reaksi ini adalah endergonik tetapi laju rekasinya berjalan lancer ke kanan.
Hal ini dimungkinkan karena reaksi berikutnya, yaitu reaksi kondensasi oksaloasetat
dengan asetil koenzim-A adalah reaksi eksergonik yang ireversibel.

4. Sistem Transport Electron


Transport elektron disebut sebagai reaksi pemanenan energi kimia. Hal tersebut
disebabkan karena transport elektron menghasilkan molekul ATP sebanyak 30 molekul dari
elektron yang dibawa oleh NADH dan FADH2. Reaksi transport elektron terjadi pada
membran dalam mitokondria. Transport elektron merupakan reaksi yang membutuhkan
oksigen sebagai akseptor elektron terakhir. Reaksi penangkapan elektron oleh oksigen akan
menyebabkan terbentuknya molekul air (H2O).
Kompleks transport elektron tersusun atas lima kompleks protein, yang masing-masing
memiliki fungsi spesifik.
1) Kompleks I
Kompleks I dinamakan NADH reduktase. Fungsi dari kompleks I adalah memecah NADH
menjadi NAD+ dan H+. Pemecahan tersebut akan menyebabkan elektron dibebaskan dari
NADH. Setiap elektron yang dibebaskan akan bergerak melintasi kompleks I, yang
mengakibatkan ion H+ bergerak dari matriks menuju ruang intermembran. Elektron yang
melintasi kompleks I selanjutnya akan ditangkap oleh ubiquinon da dibawa menuju kompleks
III.
2) Kompleks II
Kompleks II dinamakan suksinat dehidrogenase. Fungsi dari kompleks II adalah
membebaskan elektron yang ada pada FADH2, diikuti dengan reaksi perubahan suksinat
menjadi fumarat. Elektron yang melintasi kompleks II tidak menyebabkan pergerakan ion
hidrogen menuju ruang intermembran. Elektron juga akan ditangkap oleh ubiquinon, yang
akan dibawa menuju kompleks III.
3) Kompleks III
Kompleks III dinamakan dengan sitokrom reduktase. Elektron dari ubiquinon (golongan
benzoquinones lemak yang mudah larut) akan dilalukan melalui kompleks ini. Pergerakan
elektron melintasi kompleks ini menyebabkan ion hidrogen bergerak dari matriks menuju
ruang intermembran. Elektron selanjutnya akan dibawa oleh sitokrom C menuju kompleks
IV.
4) Kompleks IV
Pergerakan ion pada kompleks IV menyebabkan aliran ion hidrogen dari matriks menuju
ruang intermembran. Selain itu, elektron akan dikembalikan ke matriks. Proses ini
membutuhkan oksigen. Oksigen berperan sebagai penangkap elektron terakhir. Reaksi
penangkapan tersebut menyebabkan terbentuknya molekul air (H2O).
5) Kompleks V
Kompleks V merupakan enzim ATP sintase. Enzim tersebut berfungsi untuk membentuk
molekul berenergi, ATP, dari ADP dan Pi. Ion hidrogen yang bergerak menuju ruang
intermembran menimbulkan gradien elektrokimia dari ruang intermembran dengan matriks
mitokondria. Matriks kehilangan ion hidrogen karena bergerak ke ruang intermembran
menyebabkan konsentrasi ion H+ yang lebih rendah. Akibatnya, ion hidrogen akan bergerak
menuju kembali ke matriks untuk menyeimbangkan konsentrasi. Akan tetapi, membran
dalam mitokondria impermeabel (tidak bisa dilalui) terhadap ion H+. Satu-satunya lintasan
yang ada adalah kompleks V. Pergerakan ion H+ melintasi kompleks V digunakan untuk
membentuk ATP. Setiap ion hidrogen masuk, maka akan dibentuk ATP. Jadi, ada kaitannya
antara proses lewatnya elektron dalam kompleks-kompleks sebelumnya dengan pembentukan
ATP. Aliran elektron menyebabkan ion H+ bergerak ke ruang intermembran, akibatnya
konsentrasi berbeda dan ion hidrogen yang kembali ke matriks melalui Kompleks V
digunakan untuk membentuk ATP.

Setiap satu molekul NADH yang teroksidasi menjadi NAD akan melepaskan energi yang
digunakan untuk pembentukan 3 molekul ATP. Sedangkan oksidasi FADH menjadi FAD,
energi yang lepas hanya bisa digunakan untuk membentuk 2 ATP. Jadi, satu mol glukosa
yang mengalami proses respirasi dihasilkan total 38 ATP.
Tabel berikut menjelaskan perhitungan pembentukan ATP per mol glukosa yang dipecah
pada proses respirasi.
Proses ATP NADH FADH
Glikolisis 2 2 -
Dekarboksilasi oksidatif - 2 -
Daur Krebs 2 6 2
Rantai transpor elektron 34 - -
Total 38 10 2
Respirasi Anaerob
Oksigen diperlukan dalam respirasi aerob sebagai penerima H yang terakhir dan
membentuk H2O. Bila berlangsung aktivitas respirasi yang sangat intensif seperti pada
kontraksi otot yang berat akan terjadi kekurangan oksigen yang menyebabkan
berlangsungnya respirasi anaerob. Contoh respirasi anaerob adalah fermentasi asam laktat
pada otot, dan fermentasi alkohol yang dilakukan oleh jamur Sacharromyces (ragi).
a. Fermentasi Asam Laktat
Asam piruvat yang  terbentuk pada glikolisis tidak memasuki daur Krebs dan rantai
transpor elektron karena tak ada oksigen sebagai penerima H yang terakhir. Akibatnya asam
piruvat direduksi karena menerima H dari NADH yang terbentuk saat glikolisis, dan
terbentuklah asam laktat yang menyebabkan rasa lelah pada otot. Peristiwa ini hanya
menghasilkan 2 ATP untuk setiap mol glukosa yang direspirasi.
 CH3.CO.COOH + NADH —–> CH3.CHOH.COOH + NAD + E
(asam piruvat)                           (asam laktat)
b. Fermentasi Alkohol
Pada fermentasi alkohol asam piruvat diubah menjadi asetaldehid yang kemudian
menerima H dari NADH sehingga terbentuk etanol. Reaksi ini juga menghasilkan 2 ATP.
CH3.CO.COOH —–> CH3.CHO + NADH —–> C2H50H + NAD + E
(asam piruvat)           (asetaldehid)                             (etanol)

E. GLIKOGENESIS
a. Pengertian Glikogenesis
Glikogenesis adalah proses anabolic pembentukan glikogen untuk simpanan glukosa saat
kadar gula darah menjadi tinggi seperti setelah makan,glikogenesis terjadi terutama dalam
sel-sel hati dan sel-sel otak rangka, tetapi tidak terjadi dalam sel-sel otak yang sangat
bergantung pada pada persendian konstan gula darah untuk energy. (Ethel Sloane, 2003)
Glikogenesis adalah sintesis protein dari glukosa, seperti yang di temukan pada otot,
tempat glukosa di simpan sebagai glikogen. Glikogenesis adalah proses pembentukan
glikogen dari glukosa kemudian disimpan dalam hati dan otot. Glikogen merupakan bentuk
simpanan karbohidrat yang utama di dalam tubuh dan analog dengan amilum pada tumbuhan.
Unsur ini terutama terdapat didalam hati (sampai 6%), otot jarang melampaui jumlah 1%.
Akan tetapi karena massa otot jauh lebih besar daripada hati, maka besarnya simpanan
glikogen di otot bisa mencapai tiga sampai empat kali lebih banyak.
b. Tujuan Glikogenesis
Proses glikogenesis terjadi jika kita membutuhkan energi, misalnya untuk berpikir,
mencerna makanan, bekerja dan sebagainya. Jika jumlah glukosa melampaui kebutuhan,
maka dirangkai menjadi glikogen untuk menambah simpanan glikogen dalam tubuh sebagai
cadangan makanan jangka pendekmelalui proses glikogenesis.
Jika kadar glukosa darah meningkat (hiperglikemia) glukosa akan di ubah dan di
simpan sebagai sebagai glikogen atau lemak, glikogenesis (produksi glikogen) terjadi
terutama dalam sel otot dan hati. Glikogenesis akan menurunkan kadar glukosa darah dan
proses ini di stimulasi oleh insulin yang disekresi dari pangkreas.
c. Proses Glikogenesis
Proses glikogenesis di dalam tubuh adalah sebagai berikut:

 Fosforilasi glukosa oleh ATP menjadi glukosa 6-fosfat, dikatalisis oleh enzim
glukokinase/hexokinase.
 Berikutnya glukosa 6-fosfat mengalami reaksi isomerasi menjadi glukosa 1-fosfat,
dikatalisis oleh enzim fosfoglukomutase.
 Glukosa 1-fosfat bereaksi dengan uridin transferase (UTP) menjadi uridil di phosphate
glukosa (UDP-glukosa), dikatalisis oleh enzim glukosa 1-fosfat uridil transferase.
 UDP-glukosa kemudian akan diikatkan pada rantai glikogen yang sudah ada, dikatalisis
oleh enzim glikogen sintase.
 Penambahan glukosa terus berlangsung pada kedua cabang hingga semakin panjang dan
akan terbentuk banyak cabang-cabang baru di berbagai lokasi.
 Glikogenesis akan berakhir apabila gula dalam darah telah mencapai kadar yang normal.

Proses pembentukan glikogen melalui glikogenesis merupakan langkah penting dalam


menjaga kadar gula dalam darah tetap normal. Ketidakmampuan tubuh untuk menjalankan
glikogenesis dengan wajar dapat mengakibatkan timbulnya penyakit diabetes melitus.
Diabetes melitus dapat menjadi penyakit yang berbahaya dan mematikan karena memicu
berbagai komplikasi seperti stroke, kerusakan jaringan, dan kebutaan.
F. GLIKOGENOLISIS
a. Pengertian Glikogenolisis
Kata "Glikogenolisis" di jabarkan menjadi Glikogen yaitu glikogen dan lisis
yaitu pemecahan atau penguraian. Sehingga Glikogenolisis merupakan proses pengubahan
dari polisakarida yaitu glikogen menjadi monosakarida yaitu glukosa.Glikogenolisis
adalah proses pemecahan glikogen. Tempat penyimpanan glikogen adalah hati dan
otot. Glikogenolisis juga dapat berarti lintasan metabolisme yang digunakan oleh tubuh,
selain glukoneogenosis untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa di dalam plasma darah.
Glikogenolisis terjadi jika asupan makanan tidak cukup memenuhi energi yang
dibutuhkan tubuh sehingga untuk mendapatkan energi, tubuh mengambil alternative lain
yaitu dengan menggunakan simpanan glikogen yang terdapat dalam hati atau otot.
Glikogenolisis adalah reaksi hidrolisis glikogen menjadi glukosa, perubahan
glikogen menjadi sumber energi merupakan proses katabolisme cadangan sumber energi.
Enzim utama yang berperan dalam glikogenolisi ini adalah glikogen fosforilase.
Proses glikogenolisis terkandang menyebabkan meningkatnya kadar gula dalam darah
yang dapat menyebabkan penyakit diabetes.
b. Tempat Terjadinya Glikogenolisis
Proses glikogenolisis ini terjadi dalam tubuh karena kadar glukosa dalam tubuh
sudah mulai kekurangan akan kandungan glukosa akibat berbagai aktivitas baik dalam
maupun luar tubuh. Aktivitas dari luar tubuh seperti berlari, berjalan,bersepeda,
berenang, dll. Sedangkan aktivitas dari dalam tubuh sendiri meliputi proses respirasi,
pencernaan, sistem kerja syaraf, dll. Tujuan dari glikogenolisis ini terbagi menjadi dua
yaitu:
a.Di otot : proses ini digunakan untuk keperluan menghasilkan energi
b.Di hati: proses ini dilakukan untuk mempertahankan kadar gula dalam darah pada saat
jeda waktu makan.
Enzim utama yang berperan dalam glikogenolisis ini adalah glikogen
fosforilase. Proses glikogenolisis terkadang menyebabkan meningkatnya kadar gula
dalam darah yang dapat menyebabkan penyakit diabetes. Proses glikogenolisis yang
terjadi secara terus-menerus akan dapat menyebabkan kerusakan pada liver.
Glikogenolisis dirangsang oleh hormon glukagon dan aderenalin. Glukagon (glucagon)
adalah suatu hormon yang dikeluarkan oleh pankreas yang berguna untuk meningkatkan
kadar glukosa darah. Sedangkan hormon adrenalin adalah hormon yang merangsang
glukagon untuk bekerja. Proses glikogenolisis jika terjadi secara terus menerus akan
dapat menyebabkan kerusakan pada fungsi liver.
Berikut tahap-tahap glikogenolisis :

1. Tahap pertama penguraian glikogen adalah pembentukan glukosa 1-fosfat. Berbeda


dengan reaksi pembentukan glikogen, reaksi ini tidak melibatkan UDP-glukosa, dan
enzimnya adalah glikogen fosforilase. Selanjutnya glukosa 1-fosfat diubah menjadi
glukosa 6-fosfat oleh enzim yang sama seperti pada reaksi kebalikannya (glikogenesis)
yaitu fosfoglukomutase.
2. Tahap reaksi berikutnya adalah pembentukan glukosa dari glukosa 6-fosfat. Berbeda
dengan reaksi kebalikannya dengan glukokinase, dalam reaksi ini enzim lain, glukosa 6-
fosfatase, melepaskan gugus fosfat sehigga terbentuk glukosa. Reaksi ini tidak
menghasilkan ATP dari ADP dan fosfat.

3.  Glukosa yang terbentuk inilah nantinya akan digunakan oleh sel untuk respirasi sehingga
menghasilkan energi, yang energi itu terekam / tersimpan dalam bentuk ATP

G. GLUKONEOGENESIS
Glukoneogenesis adalah sintesis glukosa dari senyawa bukan karbohidrat, misalnya asam
laktat dan beberapa asam amino. Proses glukoneogenesis berlangsung terutama dalam hati.
Asam laktat yang terjadi pada proses glikolisis dapat dibawa oleh darah ke hati. Di sini asam
laktat diubah menjadi glukosa kembali melalui serangkaian reaksi dalam suatu proses yaitu
glukoneogenesis (pembentukan gula baru).
Glukoneogenesis yang dilakukan oleh hati atau ginjal, menyediakan suplai glukosa yang
tetap. Kebanyakan karbon yang digunakan untuk sintesis glukosa akhirnya berasal dari
katabolisme asam amino. Laktat yang dihasilkan dalam sel darah merah dan otot dalam
keadaan anaerobik juga dapat berperan sebagai substrat untuk glukoneogenesis.
Glukoneogenesis mempunyai banyak enzim yang sama dengan glikolisis, tetapi demi alasan
termodinamika dan pengaturan, glukoneogenesis bukan kebalikan dari proses glikolisis
karena ada tiga tahap reaksi dalam glikolisis yang tidak reversibel, artinya diperlukan enzim
lain untuk reaksi kebalikannya.
1. Glukosa + ATP Glukosa-6-fosfat + ADP
fosfofruktokinase
2. Fruktosa-6-fosfat + ATP fruktosa-1,6-difosfat + ADP
Piruvatkinase
3. Fosfenol piruvat + ADP asam piruvat + ATP
Enzim glikolitik yang terdiri dari glukokinase, fosfofruktokinase, dan piruvat kinase
mengkatalisis reaksi yang ireversibel sehingga tidak dapat digunakan untuk sintesis glukosa.
Dengan adanya tiga tahap reaksi yang tidak reversibel tersebut, maka proses glukoneogenesis
berlangsung melalui tahap reaksi lain. Reaksi tahap pertama glukoneogenesis merupakan
suatu reaksi kompleks yang melibatkan beberapa enzim dan organel sel (mitokondrion), yang
diperlukan untuk mengubah piruvat menjadi malat sebelum terbentuk fosfoenolpiruvat.
Tiga reaksi pengganti yang pertama mengubah piruvat menjadi fosfoenolpiruvat (PEP),
jadi membalik reaksi yang dikatalisis oleh piruvat kinase. Perubahan ini dilakukan dalam 4
langkah. Pertama, piruvat mitokondria mengalami dekarboksilasi membentuk oksaloasetat.
Reaksi ini memerlukan ATP (adenosin trifosfat) dan dikatalisis oleh piruvat karboksilase.
Seperti banyak enzim lainnya yang melakukan reaksi fiksasi CO2, pada reaksi ini
memerlukan biotin untuk aktivitasnya. Oksaloasetat direduksi menjadi malat oleh malat
dehidrogenase mitokondria. Pada reaksi ini, glukoneogenesis secara singkat mengalami
overlap (tumpang tindih) dengan siklus asam sitrat. Malat meninggalkan mitokondria dan
dalam sitoplasma dioksidasi membentuk kembali oksaloasetat. Kemudian oksaloasetat
sitoplasma mengalami dekarboksilasi membentuk PEP pada reaksi yang tidak memerlukan
GTP (guanosin trifosfat) yang dikatalisis oleh PEP karboksikinase. Reaksi pengganti kedua
dan ketiga dikatalisis oleh fosfatase. Fruktosa-1,6-bisfosfatase mengubah fruktosa-1,6-
bisfosfat menjadi fruktosa-6-fosfat, jadi membalik reaksi yang dikatalisis oleh
fosfofruktokinase. Glukosa-6-fosfatase yang ditemukan pada permulaan metabolisme
glikogen, mengkatalisis reaksi terakhir glukoneogenesis dan mengubah glukosa-6-fosfat
menjadi glukosa bebas.
Dengan penggantian reaksi-reaksi pada glikolisis yang secara termodinamika ireversibel,
glukoneogenesis secara termodinamika seluruhnya menguntungkan dan diubah dari lintasan
yang menghasilkan energi menjadi lintasan yang memerlukan energi. Dua fosfat berenergi
tinggi digunakan untuk mengubah piruvat menjadi PEP. ATP tambahan digunakan untuk
melakukan fosforilasi 3-fosfogliserat menjadi 1,3-bisfosfogliserat. Diperlukan satu NADH
pada perubahan 1,3-bisfosfogliserat menjadi gliseraldehida-3-fosfat. Karena 2 molekul
piruvat digunakan pada sintesis satu glukosa, maka setiap molekul glukosa yang disintesis
dalam glukoneogenesis, sel memerlukan 6 ATP dan 2 NADH. Glikolisis dan
glukoneogenesis tidak dapat bekerja pada saat yang sama. Oleh karena itu, ATP dan NADH
yang diperlukan pada glukoneogenesis harus berasal dari oksidasi bahan bakar lain, terutama
asam lemak.
Walaupun lemak menyediakan sebagian besar energi untuk glukoneogenesis, tetapi lemak
hanya menyumbangkan sedikit fraksi atom karbon yang digunakan sebagai substrat. Ini
sebagai akibat struktur siklus asam sitrat. Asam lemak yang paling banyak pada manusia
yaitu asam lemak dengan jumlah atom karbon genap didegradasi oleh enzim -oksidasi
menjadi asetil-KoA. Asetil KoA menyumbangkan fragmen 2-karbon ke siklus asam sitrat,
tetapi pada permulaan siklus 2 karbon hilang sebagai CO2. Jadi, metabolisme asetil KoA
tidak mengakibatkan peningkatan jumlah oksaloasetat yang tersedia untuk glukoneogenesis.
Bila oksaloasetat dihilangkan dari siklus dan tidak diganti, kapasitas pembentukan ATP dari
sel akan segera membahayakan. Siklus asam sitrat tidak terganggu selama glukoneogenesis
karena oksaloasetat dibentuk dari piruvat melalui reaksi piruvat karboksilase.
Kebanyakan atom karbon yang digunakan pada sintesis glukosa disediakan oleh
katabolisme asam amino. Beberapa asam amino yang umum ditemukan mengalami degradasi
menjadi piruvat. Oleh karena itu masuk ke proses glukoneogenesis melalui reaksi piruvat
karboksilase. Asam amino lainnya diubah menjadi zat antara 4 atau 5 karbon dari siklus asam
sitrat sehingga dapat membantu meningkatkan kandungan oksaloasetat dan malat
mitokondria. Dari 20 asam amino yang sering ditemukan dalam protein, hanya leusin dan
lisin yang seluruhnya didegradasi menjadi asetil-KoA yang menyebabkan tidak dapat
menyediakan substrat untuk glukoneogenesis.
Pengaturan Glukoneogenesis
Hati dapat membuat glukosa melalui glukoneogenesis dan menggunakan glukosa melalui
glikolisis sehingga harus ada suatu sistem pengaturan yang mencegah agar kedua lintasan ini
bekerja serentak.Sistem pengaturan juga harus menjamin bahwa aktivitas metabolik hati
sesuai dengan status gizi tubuh yaitu pembentukan glukosa selama puasa dan menggunakan
glukosa saat glukosa banyak. Aktivitas glukoneogenesis dan glikolisis diatur secara
terkoordinasi dengan cara perubahan jumlah relatif glukagon dan insulin dalam sirkulasi. Bila
kadar glukosa dan insulin darah turun, asam lemak dimobilisasi dari cadangan jaringan
adipose dan aktivitas -oksidasi dalam hati meningkat. Hal ini mengakibatkan peningkatan
konsentrasi asam lemak dan asetil-KoA dalam hati. Karena asam amino secara serentak
dimobilisasi dari otot, maka juga terjadi peningkatan kadar asam amino terutama alanin.
Asam amino hati diubah menjadi piruvat dan substrat lain glukoneogenesis. Peningkatan
kadar asam lemak, alanin, dan asetil-KoA semuanya memegang peranan mengarahkan
substrat masuk ke glukoneogenesis dan mencegah penggunaannya oleh siklus asam sitrat.
Asetil-KoA secara alosterik mengaktifkan piruvat karboksilase dan menghambat piruvat
dehidrogenase. Oleh karena itu, menjamin bahwa piruvat akan diubah menjadi oksaloasetat.
Piruvat kinase dihambat oleh asam lemak dan alanin, jadi menghambat pemecahan PEP yang
baru terbentuk menjadi piruvat.
Pengaturan hormonal fosfofruktokinase dan fruktosa-1,6-bisfosfatase diperantarai oleh
senyawa yang baru ditemukan yaitu fruktosa 2,6-bisfosfat. Pembentukan dan pemecahan
senyawa pengatur ini dikatalisis oleh enzim-enzim yang diatur oleh fosforilasi dan
defosforilasi. Perubahan konsentrasi fruktosa-2,6-bisfosfat sejajar dengan perubahan untuk
glukosa dan insulin yaitu konsentrasinya meningkat bila glukosa banyak dan berkurang bila
glukosa langka. Fruktosa-2,6- bisfosfat secara alosterik mengaktifkan fosfofruktokinase dan
menghambat fruktosa 1,6-bisfosfatase. Jadi, bila glukosa banyak maka glikolisis aktif dan
glukoneogenesis dihambat. Bila kadar glukosa turun, peningkaan glukagon mengakibatkan
penurunan konsentrasi fruktosa-2,6-bisfosfat dan penghambatan yang sederajat pada
glikolisis dan pengaktifan glukoneogenesis.
1. Pembentukan Zat antara Glukoneogenik dari Sumber Karbon

A. Laktat, asam amino, dan gliserol


Piruvat dibentuk di hati dari prekursor glukoneogenik. Laktat dehidrogenase mengoksidasi
laktat menjadi piruvat dan menghasilkan NADH. Asam amino seperti alanin dan serin dapat
membentuk piruvat. Sebagian asam amino membentuk zat antara siklus trikarboksilat yang
dapat masuk ke dalam jalur glukoneogenik
B. Propionat
Propionat, asam lemak dengan jumlah atom karbon ganjil, yang terutama diperoleh dari
sayuran dalam makanan, menghasilkan propionil KoA. Propinil KoA diubah menjadi
metilmalonil KoA, yang mengalami penyusunan ulang menbentuk suksinil KoA, suatu zat
antara 4-karbon pada siklus asam trikarboksilat yang dapat digunakan untuk
glukoneogenesis. Oksidasi-β asam lemak menghasilkan asetil KoA. Asetil KoA tidak
membentuk piruvat, asetil KoA akan masuk ke dalam siklus asam trikarboksilat dan diubah
menjadi malat. Untuk setiap 2 karbon pada asetil KoA yang diubah menjadi malat,
dibebaskan 2 karbon sebagai karbon dioksida : satu dalam reaksi yang dikatalis oleh isositrat
dehidrogenase dan yang lain dalam reaksi yang dikatalis oleh α-ketoglutarat dehidrogenase
2. Jalur Glukoneogenesis
Piruvat mengalami karboksilasi oleh piruvat karboksilase membentuk oksaloasetat.
Enzim ini memerlukan biotin, adalah katalisasi anaplerotik pada siklus asam trikarboksilat.
Pada glukoneogenesis, reaksi ini melengkapi lagi oksaloasetat yang digunakan untuk sintesis
glukosa. Karbon dioksida yang dibebaskan oleh fosfoenolpiruvat karboksikinase (PEPCK)
ditambahkan ke piruvat untuk membentuk oksaloasetat. Oksaloasetat akan mengalami
dekarboksilasi oleh fosfoenolpiruvat karboksikinase menghasilkan fosfoenolpiruvat. Untuk
reaksi ini, GTP merupakan sumber energi serta sumber gugus fosfat fosfoenolpiruvat. Enzim-
enzim yang mengkatalisis kedua langkah ini terletak di dua kompartemen yang berbeda.
Piruvat karboksilase dijumpai di mitokondria manakala fosfoenolpiruvat karboksikinase
terletak di sitosol atau mitokondriaOksaloasetat tidak mudah menembus membran
mitokondria maka dapat diubah menjadi malat atau aspartat. Perubahan oksaloasetat menjadi
malat memerlukan NADH. Fosfoenolpiruvat, malat, dan aspartat dapat dipindahkan ke dalam
sitosol. Setelah menembus membran mitokondria dan masuk ke dalam sitosol, terjadi
perubahan kembali malat kepada oksaloasetat membebaskan NADH dan perubahan aspartat
kepada oksaloasetat. Di sitosol, oksaloasetat diubah kembali menjadi fosfoenolpiruvat oleh
fosfoenolpiruvat karboksikinase sitosol. Langkah glukoneogenesis selanjutnya berlangsung di
dalam sitosol. Fosfoenolpiruvat membentuk gliseraldehida 3-fosfat, berkondensasi untuk
membentuk fruktosa 1,6-bifosfat. Enzim fruktosa 1,6-bifosfotase membebaskan fosfat
inorganik dari fruktosa 1,6-bifosfat untuk membentuk fruktosa 6-fosfat. Dalam reaksi
glukoneogenik berikutnya, fruktosa 6-fosfat diubah menjadi glukosa 6-fosfat oleh isomerase
Glukosa 6-fosfatase memutuskan Pi dari glukosa 6-fosfat, dan membebaskan glukosa
bebas untuk masuk ke dalam darah. Glukosa 6-fosfatase terletak di membran retikulum
endoplasma. Glukosa 6-fosfatase digunakan tidak saja pada glukoneogenesis, tetapi juga
menghasilkan glukosa darah dari pemecahan glikogen hati.
Glukoneogenesis berlangsung selama puasa, juga dapat dirangsang olahraga yang lama,
diet tinggi protein, dan keadaan stres. Faktor yang mendorong secara keseluruhan aliran
karbon dari piruvat ke glukosa meliputi ketersediaan substrat dan perubahan aktivitas atau
jumlah enzim kunci tertentu pada glukoneogenesis
Selama reaksi glukoneogenik, terjadi penguraian 6 mol ikatan fosfat berenergi tinggi.
Diperlukan dua mol piruvat untuk sintesis 1 mol glukosa. Sewaktu 2 mol piruvat mengalami
karboksilasi oleh piruvat karboksilase, terjadi hidrolisis 2 mol ATP. Fosfoenolpiruvat
karboksikinase memerlukan 2 mol GTP untuk mengubah 2 mol oksaloasetat menjadi 2 mol
fosfoenolpiruvat. Digunakan tambahan 2 mol ATP untuk melakukan 2 mol fosforilasi 3-
fosfogliserat yang membentuk 2 mol 1,3-bifosfogliserat. Diperlukan juga energi dalam
bentuk ekuivalen reduksi (NADH) untuk perubahan 1,3-bifosfogliserat menjadi
gliseraldehida 3-fosfat. Pada keadaan puasa, energi yang diperlukan untuk glukoneogenesis
diperoleh dari oksidasi-β asam lemak
Substrat untuk glukoneogenesis adalah :

 Asam laktat yang berasal dari otot, sel darah merah, medulla dari glandula supra-
renalis,retina dan sumsum tulang
 Gliserol, yang berasal dari jaringan lemak
 Asam propionat, yang dihasilkan dalam proses pencernaan pada hewan memamah biak.

Dilihat secara keseluruhan, glikolisis terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama meliputi
tahap reaksi enzim yang memerlukan ATP yaitu tahap reaksi dari glukosa sampai dengan
pembentukan fruktosa 6-fosfat, yang menggunakan dua molekul ATP untuk tiap satu molekul
glukosa yang dioksidasi. Bagian kedua meliputi tahap reaksi yang menghasilkan energy
(ATP dan NADH), yaitu dari gliseraldehida 3-fosfat sampai dengan piruvat. Dari bagian
kedua ini dihasilkan dua molekul NADH dan empat molekul ATP untuk tiap molekul
glukosa yang dioksidasi (atau untuk dua molekul gliseraldehida 3-fosfat yang dioksidasi).
Karena satu molekul NADH yang masuk rantai pengangkutan electron dapat menghasilkan
tiga molekul ATP, maka tahap reaksi bagian kedua ini menghasilkan 10 molekul ATP.
Dengan demikian keseluruhan proses glikolisis menghasilkan 10-2 = 8 molekul ATP untuk
tiap molekul glukosa yang dioksidasi. Sebaliknya, untuk mengsintesis satu molekul glukosa
dari dua molekul piruvat dalam proses Glukoneogenesis diperlukan energi dari 4 molekul
ATP, 2 GTP (sebanding dengan 2 ATP) dan 2 NADH (=6ATP) atau sebanding dengan 12
molekul ATP.
Daftar Pustaka
Lamer, J., 1997. Intermediary Metabolism and its Regulation. Precentice-Hall, Inc. New
Jersey.

McKee, Trudy. McKee, James R. 2003. Biochemistry the Molecular Basis of Life Third
Edition. McGraw-Hill, Inc. New York.

Montgomery, R., R.L. Dryer, T.W. Conway and A.A. Spector. 1983. Biokimia. Jilid
1.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. 2003. Biokimia Harper, Edisi XXV,
Penerjemah Hartono Andry. Jakarta: EGC.

Poedjiadi, A. 2005. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press.

Poedjiani, Anna. Supriyanti, F. M. Titin. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Penerbit


Universitas Indonesia.

Poedjiadi, A. 1994. Dasar-dasar Biokimia. UI Press. Jakarta.Wirahadikusumah,


M.1985.Biokimia:metabolisme energi, karbohidrat, dan lipid. Penerbit ITB, Bandung.

Wirahadikusuma, M. 1985. Biokimia: Metabolisme Energi, Karbohidrat, dan Lipid.


Bandung: Penerbit ITB.

Anda mungkin juga menyukai