Anda di halaman 1dari 10

TANTANGAN GURU DALAM MENGHADAPI ERA INDUSTRI 4.

Miskiah

Abstrak: Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan tantangan guru di era industri
4.0 dan kesiapan dalam menghadapi tantangan tersebut. Melalui kajian literatur,
penulis menjelaskan bahwa ada beberapa cara dalam menghadapi tantangan
pendidikan di era revolusi industry 4.0 melalui peningkatan kemampuan dan
keterampilan guru dengan berperan aktif di sekolah. Beberapa kompetensi yang
dianggap penting untuk dikuasai guru diabad 21 diantaranya adalah kemampuan
kreativitas, berpikir kritis, kolaborasi, komunikasi, inovasi, problem solving,
kecakapan ICT, dan berkarakter. Era globalisasi dengan segala aspeknya
menuntut guru untuk memiliki berbagai keterampilan yang mendukung daya
inovasi dan kreativitasnya agar dapat berkompetisi pada masyarakat global. Guru
haruslah memiliki kesadaran dan pandangan baru bahwa pendidik era saat ini tak
bisa lagi berperan sepenuhnya sebagai agen yang mentrasfer ilmu pengetahuan
tetapi juga melahirkan gerakan baru dan atau inovasi.

Kata kunci: Tantangan guru, Industri 4.0, dan kompetensi abad 21

Pendahuluan

Revolusi digital dan era disrupsi teknologi merupakan istilah lain dari
industri 4.0. Hal ini disebabkan oleh terjadinya proliferasi komputer dan
otomatisasi pencatatan di semua bidang. Industri 4.0 dikatakan era disrupsi
teknologi karena otomatisasi dan konektivitas di sebuah bidang akan membuat
pergerakan dunia industri dan persaingan kerja menjadi tidak linear. Salah satu
karakteristik unik dari industri 4.0 adalah pengaplikasian kecerdasan buatan atau
artificial intelligence (Tjandrawinata, 2016). Era revolusi industry 4.0 ini juga
memberikan perubahan besar pada struktur mental melalui cara berpikir, cara
meyakini, dan cara bersikap (Suwardana, 2017).
Untuk menghadapi era revolusi industry 4.0, dibutuhkan pendidikan yang
bisa membentuk generasi kreatif, inovatif, dan kompetitif. Selain itu juga butuh
Sumber Daya Manusia yang berwawasan unggul, profesional, berpandangan jauh
ke depan, dan percaya diri (Ginanjar, 2015). Senada dengan hal itu,
Menristekdikti (2018) mengungkapkan bahwa ada beberapa hal yang harus
dipersiapkan dalam menghadapi era revolusi industri 4.0: Sistem pembelajaran
inovatif untuk menghasilkan lulusan yang kompetitif dan terampil terutama dalam
aspek data literacy, technological literacy and human literacy; Rekonstruksi
kebijakan kelembagaan pendidikan tinggi yang adaptif dan responsif; Sumber
daya manusia yang responsive, adaptif dan handal, dan; Perbaikan sarana
prasarana dan pembangunan infrastruktur pendidikan, riset, dan inovasi.

Memasuki era globalisasi pada abad ke-21 ini, pendidikan di Indonesia


menghadapi tantangan besar, baik dilihat dari usaha pemerataan, perluasan akses,
peningkatan mutu, relevansi, daya saing, efisiensi manajemen pendidikan,
maupun optimalisasi sumber daya serta terwujudnya pencitraan publik. Indonesia
sendiri sudah menyadari pentingnya keterampilan abad 21 sebagaimana yang
dituangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan tahun 2010, sehingga,
dampak yang berkembang dari globalisasi dan masyarakat pengetahuan telah
membuat banyak orang berpendapat bahwa keterampilan abad ke-21 sangat
penting (Lewin dan McNicol, 2015: Van Laar, et. Al: 2017). Dengan demikian,
tantangan revolusi industri 4.0 ini harus ditanggapi secara bijak oleh para
pemangku kepentingan (stake holders) dengan dikuasainya kemampuan literasi
data, teknologi, dan manusia.
Berbagai tantangan dalam dunia revolusi industri 4.0. yang menjadikan
dunia pendidikan kita kesulitan beradaptasi. Pertama banyaknya SDM yang
kurang melek dalam literasi teknologi. Mereka disebut “Digital Immigrant”
yaitu sebutan bagi pendatang di dunia digital. Mereka menghadapi anak muda
yang sudah digital yang disebut dengan “Native Digital” istilah penduduk asli di
dunia digital. Mereka menganggap sulit untuk mengejar literasi data dan teknologi
karena kurangnya kemmapuan untuk mengadaptasi dua literasi ini. Akhirnya,
mereka menyerah dan terpaksa harus beradaptasi dengan native digital.

Kedua, literasi teknologi dan data merupakan literasi yang sangat luas dan
dinamis. Data yang pesat di dunia digital memerlukan energy yang sangat sulit
untuk dianalisis. Membedakan the truth dan hoax, menelusuri mana yang
referenced dan unreferenced, menyimpulkan kebenaran yang single atau yang
multiple merupakan hal rumit dalam literasi data. Hal inilah yang membuat
pendidik kesulitan untuk move up. Teknologi yang dahulu hanya computer
applied sederhana, sekarang sudah menjadi ribuan teknologi yang tidak terkejar
oleh pendidik. Android sebagi market leader dalam perangkat lunak telah
memberdayakan semua orang untuk berperan serta dalam membangun teknologi
perangkat lunak. Hingga produknya sangat banyak dan bervariasi. Begitupun,
teknologi hardware yang sangat cepat dan kadang kita tidak bisa berpikir untuk
menghentikannya.

Dua hal inilah yang merupakan tantangan terbesar bagi pendidik dalam
mengikuti trend revolusi industri 4.0. Kadang pendidik zaman old telah
melemparkan handuk untuk tidak berpartisipasi di dalamnya dan mempercayakan
segala “kemajuan” ini kepada mereka yang muda. Tidak jarang pendidik tua tidak
ambisius dalam mengimplementasikan model-model pembelajaran zaman Now,
mereka bahkan tidak sedikit yang menyinyiri kemajuan ini. Namun, bagi mereka
yang open minded pasti lebih memfasilitasi generasi muda yang native digital
citizen untuk mempelajari lebih dalam dan mereka mengikuti dari belakang.

Metode

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah non riset,
yakni penelitian studi pustaka, dengan mengumpulkan informasi dari beberapa
sumber yakni buku, jurnal, internet, dan informasi berupa pendapat yang
dikemukakan menteri pendidikan melalui beberapa acara yang penulis kutip dari
Youtube yang bertujuan untuk mendapatkan informasi lebih dalam di era revolusi
industri 4.0. (Sugiyono, 2008).
Pembahasan

Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0

Revolusi industri keempat terjadi di abad ke-21, dimana terjadi


perkembangan teknologi yang sangat pesat yang mampu meningkatkan kemajuan
diberbagai belahan dunia. Perubahan tuntutan kompetensi di abad 21 ditandai
dengan pemanfatan teknologi informasi dan komunikasi dalam segala segi
kehidupan, termasuk dalam proses pembelajaran. Sejalan dengan tuntutan
penguasaan kompetensi tersebut, kemampuan berpikir kritis, memecahkan
masalah, dan berkolaborasi menjadi kompetensi penting dalam memasuki
kehidupan abad 21.

Sebagai seorang profesional guru secara konseptual harus memiliki syarat


untuk mendukung mereka menjalankan tugas dan kewenangannya. Menurut
Hidayatullah (2007: 35) kompetensi pendukung itu di antaranya adalah: memiliki
kemampuan berbahasa Inggris; menguasai teknologi seperti computer, internet;
serta memiliki kemampuan manajerial. Sementara Suyanto & Jihad (2013)
berpendapat bahwa guna memperlancar tugas utamanya seorang guru harus
memiliki kompetensi penunjang yang meliputi: keahlian menulis, meneliti,
berbahasa asing, dan kemampuan untuk mendorong peserta didik untuk membaca.

Selain kompetensi-kompetensi yang telah disebutkan di atas, kompetensi


abad 21 yang juga perlu dimiliki oleh seorang guru untuk mentransfer kompetensi
tersebut kepada siswanya (Rust & Bergey, 2014; White & Chant, 2014).
Kompetensi abad 21 tersebut di antaranya adalah keterampilan berpikir, mengajar
sesuai disiplin ilmu, memanfaatkan teknologi, kreativitas dan kerjasama tim
(Saavedra and Opfer, 2012b). Tican, C., & Deniz, S. (2019) juga menambahkan
pemecahan masalah, empati, komunikasi yang efektif serta pengembangan
berkelanjutan. Kompetensi ini diperlukan untuk mengajar dan membangun
kekuatan peserta didik. Kompetensi abad 21 disini berfungsi untuk membantu
guru dalam mengajar dan mengembangkan potensi siswa, merancang
pembelajaran yang menarik, membangun pembelajaran menarik, dan memahami
gaya mengajar. Sedangkan kompetensi membangun kekuatan peserta didik
maksudnya adalah kompetensi yang membangun rasa percaya diri peserta didik,
membangun komunikasi, kolaborasi, dan empati, membangun kreativitas dan
inovasi dalam pembelajaran, membangkitkan daya kritis siswa, serta menguatkan
karakter.
Setiap guru dalam melaksanakan tugasnya bermuara pada kompetensi yang
mereka kuasai. Selain sebagai dorongan untuk melaksanakan kerja dengan
optimal diharapkan juga sebagai pedoman dan bahan pertimbangan dalam
melaksanakan perbaikan kompetensi abad 21 demi meningkatnya kualitas
pendidikan yang diharapkan. Dapat dijelaskan bahwa pada kompetensi abad 21
ditemukan ada enam kompetensi yang harus dimiliki oleh guru saat ini, yaitu:
kreativitas dan inovasi, komunikasi dan kolaborasi, ICT, berpikir kritis,
pendidikan karakter, dan pemecahan masalah.

Perkembangan informasi dan teknologi yang kian pesat tak dapat dihindari
dan menjadi bagian penting dari pendidikan dan pembelajran. Guru merupakan
inti dari pendidikan, tanpa guru pendidikan tidak akan berjalan dengan efektif.
Banyak guru kekurangan pengalaman dan/atau kompetensi, kurangnya waktu, dan
masalah tehnis lainnya untuk mengintegrasikan ICT ke dalam kelas (Honan, 2008;
Lei, 2009; Lim, Chai & Churchill, 2010; Lubis, 2018; Miskiah, dkk, 2019;
munawwarah, 2014; Russel, dkk, 2003). Oleh sebab itu, guru harus mampu
menyeimbangkan antara sistem pembelajaran dengan teknologi yang kian
semakin berkembang. Disini guru harus mampu menginovasi pembelajaran dari
yang klasik menuju modrenisasi. Menggabungkan metode pembelajaran dengan
teknologi, untuk membantu siswa memahami bahwa pendidikan dan teknologi
harus sejalan dan mampu menciptakan kegiatan belajar dalam keadaan diamana
saja. Dengan demikian, revolusi pembelajaran menjadi satu keniscayaan.

Menjawab Tantangan Pendidikan di Era Industri 4.0

Panggilan untuk pendidik di seluruh dunia untuk mempersiapkan siswa


untuk abad ke-21 telah ada selama beberapa dekade terakhir (American
Association of Colleges & Universities, 2007; Conley, 2005 & 2007; Dede, 2010;
Drew, 2012; P21st Century Skills, 2006; Trilling & Fadel, 2012). Saat ini kita
menghadapi gelombang evolusi ketiga dalam dunia pendidikan (Gidley, 2016),
dan membutuhkan paradigma yang jelas (Kennedy, Latham, & Jacinto, 2016).

Guru perlu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk


mengeksplorasi praktik mengajar mereka (Selvi, 2010: 167). Kompetensi guru
berfungsi sebagai bagian penting yang bisa digunakan untuk meningkatkan hasil
belajar (Kleickmann, Tro€bst, Jonen, Vehmeyer, & Mo€ller, 2016). Hal ini
senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kunter, dkk (2013) yang
menemukan bahwa kompetensi guru berhubungan positif dengan kualitas
pengajaran, yang pada gilirannya memiliki efek pada hasil belajar siswa. Namun,
seiring dengan adanya perkembangan teknologi, kompetensi yang dibutuhan guru
juga berubah. Pertama, guru diharapkan bisa menggunakan teknologi untuk
mendukung cara baru dalam belajar mengajar (Derent & Meelissen, 2008). Kedua,
untuk mempersiapkan siswa dalam abad 21, guru harus mengembangkan literasi
teknologi bagi siswanya (International Society for Technology in Education
[ISTE], 2008; United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization
[UNESCO], 2011; Voogt & Roblin, 2010). Tuntutan lainnya adalah pendidikan
guru yang dalam hal ini adalah guru perlu dididik untuk menggunakan teknologi
sebagai alat untuk mengajar, mendukung literasi teknologi siswa, dan pelatihan
merupakan bagian dari pengembangan profesionalisme guru (Lyles, 2015).
Sebagai seorang profesional guru secara konseptual harus memiliki syarat
untuk mendukung mereka menjalankan tugas dan kewenangannya. Menurut
Hidayatullah (2007: 35) kompetensi pendukung itu di antaranya adalah: memiliki
kemampuan berbahasa Inggris; menguasai teknologi seperti computer, internet;
serta memiliki kemampuan manajerial. Sementara Suyanto & Jihad (2013)
berpendapat bahwa guna memperlancar tugas utamanya seorang guru harus
memiliki kompetensi penunjang yang meliputi: keahlian menulis, meneliti,
berbahasa asing, dan kemampuan untuk mendorong peserta didik untuk membaca.

Kesimpulan
Kompetensi seorang guru juga memiliki peranan yang cukup besar dalam
melahirkan generasi yang berkualitas. Sebab guru bukan hanya salah satu sumber
pengetahuan bagi siswanya tetapi juga sebagai sosok teladan. Oleh karena itu,
sebagai pendidik guru diharapkan dapat melaksanakan peranannya dengan baik
sebagaimana diungkapkan oleh Heijden, Geldens, Beijaard, & Popeijus (2015),
pembelajaran akan memberikan manfaat hingga 90% jika dibarengi dengan
kemampuan guru dan pembelajaran yang berkualitas. Hal ini disebabkan karena
pada abad 21 kita ditantang bukan hanya mampu di bidang akademik saja, tetapi
juga pada pendidikan intelektual, emosional, moral dan akhlak.

DAFTAR PUSTAKA

American Association of Colleges and Universities (2007). College learning for


the new global century. Washington, DC: AACU.

Conley, D. T. (2005). College Knowledge: What it Really Takes for Students to


Succeed and What We Can Do to Get Them Ready. San Francisco: Jossey-
Bass. Conley, D. T. (2007). Toward a more comprehensive conception of
college readiness. Eugene, OR: Educational Policy Improvement Center.

Dede, C. (2010). Comparing frameworks for 21st century skills. In J. Bellanca, &
R. Brandt (Eds.). 21st century skills: Rethinking how students learn (pp. 51–
76). Bloomington, Indiana: Solution Tree Press.

Drew, S. V. (2012). Opening up the ceiling on the common core state standards:
Preparing students for 21st century literacy – Now. Journal of Adolescent
and Adult Literacy, 56(4), 321–330.

Forkosh-Baruch, A., Mioduser, D., & Nachmias, R. (2012). ICT innovation in the
international research. Journal of Theory and Research Ma'of u Ma'ase:
Teaching and Learning in the Internet Era, 14, 49-22. (in Hebrew)
Ginanjar, (2015). Tantangan dan peluang Lembaga Pendidikan islam di era
masyarakat ekonomi asean (MEA), Edukasi Islam. J. Pendidikan Islam, Vol.
04, 1012-1026.
Gidley, J. M. (2016). Postformal in education: Beyond the formal factory model.
In
Heijden, V. D. H., Geldens, J. J. M., Beijaard, D., & Popeijus, H. L. (2015).
Characteristics of teachers as change agents. Teachers and Teaching:
Theory and Practice, 21(6), 681–699.
https://doi.org/10.1080/13540602.2015.1044328

Hermann, M., Pentek, T., & Otto, B. (2016). Design Principles for Industrie 4.0
Scenarios. Presented at the 49th Hawaiian International Conference on
Systems Science.

Hidayatullah, M. F. (2007). Mengabdi kepada almamater. Mengantar calon


pendidik berkarakter di masa depan. Surakarta: Sebelas Maret University
Press.

Honan, 2008; Lei, 2009; Lim,; Lubis, 2018; Miskiah, dkk, 2019; munawwarah,
2014; Russel, dkk, 2003)
International Society for Technology in Education [ISTE]. (2008). ISTE
Standards for teachers. Retrieved from http://www.iste.org/standards/iste-
standards/ standards-for-teachers.
Jelantik, A. . K. (2019). Dinamika Pendidikan dan Era Revolusi Industri 4.0.
Yogyakarta: Penerbit Deepublish.
Kennedy, I. G., Latham, G., & Jacinto, H. (2016). Education skills for 21st century
teachers: Voices from a global online educators’ forum. Cham, Switzerland:
Springer. http://doi.org/10.1007/978-3-319-22608-8.

Kleickmann, T., Tro€bst, S., Jonen, A., Vehmeyer, J., & Mo€ller, K. (2016). The
effects of expert scaffolding in elementary science professional
development on teachers' beliefs and motivations, instructional practices,
and student achievement. Journal of Educational Psychology, 108, p. 21-42.

Krippendorff, K (2004). Content analysis: An introduction to its methodology


(Second Edition). SAGE Publications.
Kriyantono, R. (2012). Teknik praktis riset komunikasi.6th ed. Jakarta: Kencana
Prenada Media Grup, 232-233.

Kunter, M., Klusmann, U., Baumert, J., Richter, D., Voss, T., & Hachfeld, A.
(2013). Professional competence of teacher: Effects on instructional quality
and student development. Journal of Educational Psychology, 105, p.805-
820.
Lee, J., Lapira, E., Bagheri, B., Kao, H., (2013). Recent Advances and Trends in
Predictive Manufacturing Systems in Big Data Environment. Manuf. Lett. 1
(1), 38–41.
Lewin, C. and McNicol, S. (2015) Supporting the development of 21st century
skills through ICT. In Brinda, T., Reynolds, N., Romeike, R. and Schwill, A.
(2015) KEYCIT 2014: Key Competencies in Informatics and ICT (pp. 181-
98).

Liffler, M., & Tschiesner, A. (2013). The Internet of Things and the Future of
Manufacturing. McKinsey & Company.

Lyles, R. (2015). Teachers and professionalism. The learing House: A Journal of


Educational Strategies, Issues and Ideas, 30(9), 548–550.
https://doi.org/10.1080/00098655.1956.11476490

Menristekdikti. 2018. Pengembangan Iptek dan Pendidikan Tinggi di Era


Revolusi Industri 4.0. (Online) https://ristekdikti.go.id/pengembangan-
iptek-dan-pendidikan-tinggi-di-era-revo- lusi-industri-4-0-2/ diakses tanggal
6 Februari 2018.

Miskiah, Yoyon, S., & Sudrajat, A. (2019). Integration of information and


communication technology into Islamic religious education teacher training.
Cakrawala Pendidikan, Vol. 38(1). 130-140. Doi: 10.21831/cp.
V38i1.23439.

Rusadi, B. E., Widiyanto, R., & Lubis, R. R. (2019). Analisis Learning And
Inovation Skills Mahasiswa Pai Melalui Pendekatan Saintifik Dalam
Implementasi Keterampilan Abad 21. Conciencia, XIX(2), 112–131.
https://doi.org/https://doi.org/10.19 109/conciencia.v19i2.4323

Rust, F., & Bergey, N. (2014). Developing action-oriented knowledge among


preservice teachers. Teacher Education Quarterly, 41(1), 63–83.

Saavedra, A., & Opfer, D. (2012b). Learning 21st-century skills requires 21st-
century teaching. Phi Delta Kappan, 94(2), 8-13.

Selvi, K. (2010). Teachers’ Competencies. Cultura International Journal of


Philosophy of Culture and Axiology, 7(1), 167–175.
https://doi.org/10.5840/cultura20107133

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:


Alfabeta.
Susanto, A. (2013). Teori belajar dan pembelajaran di sekolah dasar. Jakarta:
Prenadamedia Grup.

Suwardana, H. (2017). Revolusi Industri 4.0 berbasis revolusi mental

Tican, C., & Deniz, S. (2019). Pre-service teachers’ opinions about the use of 21st
century learner and 21st century teacher skills. European Journal of
Educational Research, 8(1), 181-197. Doi: 10.12973/eu-jer.8.1.181

Tjandrawina, R.R. (2016). Industri 4.0: Revolusi industri abad ini dan
pengaruhnya pada bidang kesehatan dan bioteknologi. Jurnal Medicinus,
Vol 29, Nomor 1, Edisi April.

Trilling, B., & Fadel, C. (2012). 21st century skills: Learning for life in our times.
John Wiley & Sons.

UNESCO Office in Bangkok: ICT in Eductaion.


http://.www.unescobkk.org/education/ict/

Van Laar, E., van Deursen, A. J. A. M., Van Dijk, J. A. G. M., & de Haan, J.
(2017). The releation system 21st-century skills and digital skills: A
systematic literature review. Coputers in Human Behavior, 72,577-588. Doi:
10.1016/j.chb. 2017.03010

Voogt, J., & Roblin, N. P. (2010). 21st-century skills. Discussion paper. Enschede,
Netherlands: University of Twente
Widaningsih, I. (2019). Strategi dan Inovasi Pembelajaran Bahasa Indonesia di
Era Revolusi Industri 4.0. Uwais Inspirasi Indonesia

White, J. W., & Chant, R. H. (2014). Challenging idealism: Pre-service teachers’


core beliefs before, during, and after an extended field-based experience.
Teacher Education Quarterly, 41(2), 73–92.

Anda mungkin juga menyukai