Anda di halaman 1dari 2

PEMBAHASAN SOAL 1

 Jika terjadi cacat mutu pada saat Pelaksanaan Pekerjaan


a. Kontraktor perlu memperbaiki cacat mutu tersebut, dan meminta perpanjangan waktu
untuk memperbaiki.
 Jika terjadi cacat mutu pada saat Provision Hand Over (PHO)
a. Panitia perlu membuat daftar kekurangan-kekurangan dan cacat-cacat (List of Defects
& Deficiencies) dan melampirkan hasil test tersebut dalam Berita Acara.
b. Memberi waktu bagi kontraktor untuk memperbaiki kekurangankekurangan dan
cacat-cacat tersebut. Panitia harus memberikan tenggang waktu sebagaimana diatur
dalam syarat-syarat umum dan khusus kontrak.
c. Apabila defects & deficiencies tersebut. akibat kesalahan kontraktor yang disebabkan
karena material dan atau workmanship kontraktor yang kurang baik, maka perbaikan
sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor
d. Apabila bukan karena kesalahan kontraktor, maka perbaikan harus dikerjakan
kontraktor dan merupakan pekerjaan tambah dalam kontrak.
e. Konfirmasi bahwa defects & deficiencies telah diperbaiki semuanya oleh kontraktor,
dilampirkan lagi dalam Berita Acara dan Tanggal PHO dicertified. Dengan sendirinya
konfirmasi harus didahului kontraktor melalui surat permohonan persetujuan yang
merupakan pekerjaan Tambah dalam kontrak.
 Jika terjadi cacat mutu pada saat masa Pemeliharaan
a. Apabila terdapat kerusakan–kerusakan dan cacat-cacat selama masa pemeliharaan
(WP), karena penggunaan material dan cara kerja kontraktor, maka kontraktor wajib
memperbaiki dan membiayainya. Sebaliknya apabila bukan karena kesalahan
kontraktor, maka kontraktor wajib memperbaiki dan dimasukkan dalam pekerjaan
tambah.
b. Apabila kontraktor tidak bisa memperbaiki selama masa pemeliharaan (WP) karena
berbagai sebab, maka Pemilik dapat menunjuk pihak lain untuk memperbaiki
kerusakan-kerusakan tersebut. dan biayanya dibebankan kepada kontraktor dengan
dipotong dari uang kontraktor yang masih ditahan oleh Employer yang berupa
Retention of Money.
c. Pada akhir masa pemeliharaan dilakukan kembali serah terima didahului pemeriksaan
pemenuhan persyaratan serah terima kedua yaitu infrastruktur dalam keadaan kondisi
fisik & fungsi yang baik sehingga dapat dioperasikan dengan tepat untuk
pemanfaatan.

PEMBAHASAN SOAL II
Excusable : Merupakan keterlambatan yang disebabkan oleh suatu peristiwa yang tak
terduga di luar kontraktor atau kontrol subkontraktor.
Compensable : Keterlambatan yang disebabkan oleh client, maka pada saat seperti ini
kontraktor berhak atas perpanjangan waktu dan kompensasi tambahan.
Tabel 1. Pengajuan Exusable Kontraktor dan Persetujuan Compensabel
No Exusable Compensable Hasil Analisis Kritis
(%) (%)
1 100 100 Perpanjangan waktu dan kompensasi tambahan di setuji
100% oleh penerima jasa atau owner
2 100 50 Pada saat ini hanya penerima jasa atau owner hanya
memberikan atau menyetujui 50% dari Perpanjangan
waktu dan kompensasi tambahan yang diajukan oleh
penyedia jasa.
3 100 0 Perpanjangan waktu dan kompensasi tambahan ditolak
atau tidak diterima.
4 70 10 Dari 100% keerlambatan kerja 70% nya disebabkan
faktor tak terduga. Selanjutnya penerima jasa hanya
memberikan 10% perpanjangan waktu dan kompensasi
tambahan yang diajukan oleh penyedia jasa.

PEMBAHASAN SOAL III


Isi Pasal mengenai Bencana Alam/Force Majeure:
1) Yang dimaksud keadaan Force Majeure adalah berbagai keadaan yang mengganggu
kelancaraan pelaksanaan proyek seperti:
a. Bencana alam (gempa bumi, angina topan, banjir, dll) yang bisa menyebabkan
terganggunya jalannya proses konstruksi.
b. Kebijakan pemerintah di bidang moneter (devaluasi) atau kenaikan harga BBM yang
mengakibatkan proyek tersebut terganggu secara teknis maupun anggaran biaya.
c. Peperangan atau huru-hara yang mengakibatkan proyek tidak bisa dilanjutkan.
2) Pihak Penyedia Jasa harus memberitahukan pada Pengguna Jasa tentang gangguan yang
dimaksud beserta kendala dan akibat yang ditimbulkan sesuai ketentuan waktu yang
dibatasi dan terhitung sejak peristiwa tersebut terjadi, jika tidak maka akan dianggap tidak
terjadi force majeure.
3) Jika terjadi force majeure, Pengguna Jasa harus memberikan itikad baik mengenai
kelanjutan proyek.
4) Dalam keadaan yang disebutkan dalam ayat 1, maka kedua belah pihak bisa
bermusyawarah untuk kesepakatan dalam memutuskan keberlanjutan proyek.

Anda mungkin juga menyukai