Anda di halaman 1dari 6

HEALTH BELIEF MODEL

a. Project report/summary

- Introduction of innovation projects/products

Virus corona merupakan virus yang penyebarannya sangat cepat.


Masyarakat harus mengutamakan tindakan pencegahan untuk memutus rantai
penularan dengan menerapkan protokol kesehatan. Di kota Bukittinggi per-
tanggal 23 Maret 2021 tercatat sebanyak 1200 kasus terkonfirmasi positif COVID-
19 dengan kasus terbanyak pada rentang usia 20-64 tahun. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor Health Belief Model yang berhubungan
dengan kepatuhan masyarakat melaksanakan protokol kesehatan Corona Virus
Disease 19.
Wabah virus korona (COVID-19)telah menyebabkan kekhawatiran
besarbagi seluruh dunia karena potensinya yang telah menjadi pandemi.
Sepertiyang kita ketahui bahwa COVID-19 sangat menular. Virus ini
diklasifikasikan sebagai jenis virusRNA, termasuk family virus korona, yang
menyebabkan infeksi sistem pernapasan (Huang et al., 2020; Li et al., 2020; Zhu
et al., 2020).
Virus korona bersifat zoonosis dimana dapat ditularkan dari hewan ke
manusia, tapi beberapa bukti telah ditemukan bahwa virus tersebut dapat
ditularkan dari manusia ke manusia melalui droplet, kontak dengan droplet dan
bahkan melalui penularan fekal-oral khususnya virus korona jenis baru ini yaitu
Severe Acute RespiratorySyndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV2)(Huang et al.,
2020).
Gejala awal COVID-19 tidak spesifik. Gejala umum muncul dengan
demam, batuk dan kelelahan, yang kemudian dapat sembuh secara spontan atau
berkembang menjadi sesak napas, dispnea, dan pneumonia, yang menyebabkan
ARDS, gagal ginjal, disfungsi koagulasi, multipel kegagalan organ bahkan
kematian. Gejala yang lebih jarang yaitu rasa nyeri, hidung tersumbat, sakit
tenggorokan, sakit kepala bahkan kehilangan indera penciuman atau rasa. Gejala
yang dialami oleh penderita biasanya bersifat ringan dan munculnya bertahap,
tetapi ada juga yang tidak memiliki gejala atau bahkan gejalanya lebih parah dan
serius pada beberapa orang (Chen et al., 2020; Guan et al., 2020).
Novel coronavirus atau biasa disebut 2019-nCoV pertama kali muncul di
Kota Wuhan, China pada akhir tahun 2019. Awal tahun 2020 seluruh dunia
dikejutkan dengan munculnya wabah virus corona yang menginfeksi hampir 216
negara di dunia. WHO menetapkan COVID-19 sebagai pandemi global pada
Bulan Maret 2020 (WHO,2020). Penetapan pandemi COVID-19 oleh WHO
didasarkan pada perkembangan kasus COVID-19 yang berkembang secara
signifikan atau eksponensial serta berkelanjutan. Data situation report COVID-19
terakhir tanggal 2 Maret tahun 2021 menyatakan bahwa sebanyak 113.820.168
kasus terkonfirmasi positif COVID-19 dengan angka kematian sebanyak
2.527.891 kasus dan negara dengan kasus tertingi di dunia adalah Negara
Amerika (WHO, 2021). WHO mencatat kasus konfirmasi di Amerika sejumlah
28.7 juta kasus dengan jumlah kasus kematian sebanyak 514 ribu kasus
(WHO,2021).
Indonesia sendiri mencatat kasus yang sangat signifikan setiap harinya.
Pada tanggal 03 Februari 2021COVID-19, mencatat kasus konfirmasi positif di
Indonesia sejumlah 1.099.687 kasus, per-tanggal 2 Maret 2021 tercatat kasus
konfirmasi positif COVID-19 di Indonesia sebanyak 1.341.314 kasus dengan
angka kematian sebanyak 36.325 kasus (SatGas COVID-19, 2021).
- Problem Statement

Di Sumatera Barat tercatat kasus terkonfirmasi positif COVID-19 sejumlah


29.182 kasus dan angka kematian akibat COVID-19 sejumlah 643 kasus per 28
Februari 2021 (SatGas COVID-19, 2021). Di Kota Bukittinggi sendiri pertanggal 18
Januari 2021 tercatat kasus terkonfirmasi positif COVID- 19 sejumlah 997 kasus
dengan jumlah angka kematian 17 kasus, per-tanggal 5 Maret 2021 tercatat kasus
terkonfirmasi positif COVID-19 sejumlah 1154 kasus dengan jumlah angka
kematian 19 kasus. Pada tanggal 23 Maret 2021 tercatat sebanyak 1200 kasus
terkonfirmasi positif COVID-19 dengan kasus terbanyak pada rentang usia 20-64
tahun dengan jumlah 887 kasus (Sumbarprov dan DinKes Kota Bukiittinggi, 2021).
Berdasarkan survey yang peneliti lakukan terhadap 20 orang masyarakat
Kota Bukittinggi, 10 orang memakai masker dan 10 orang tidak memakai masker.
Pada 10 orang yang memakai masker 5 diantaranya membawa hand sanitizer. 6
orang mengatakan bahwa mereka rentan dan khawatir terjangkit COVID-19. 4
orang mengatakan bahwa mereka melakukan protokol kesehatan (terutama
mengenai hal memakai masker) hanya karna ingin mendapatkan tujuan seperti
memakai masker hanya karna tempat mereka bekerja mewajibkan memakai
masker, tempat yang mereka tuju mewajibkan memakai masker jika tidak memakai
masker mereka tidak dilayani, merasa malu jika ditegur tidak memakai masker. 6
orang mengatakan bahwa mematuhi protokol kesehatan memberikan manfaat agar
terhindar dari COVID-19, mematuhi protokol kesehatan karena adanya kesadaran
dari diri sendiri, dorongan keluarga, adanya penyuluhan.
10 orang yang tidak memakai masker hanya 2 orang diantaranya yang
membawa hand sanitizer. 4 orang mengatakan bahwa selama mereka sehat tidak
akan terjangkit COVID-19. 6 orang diantaranya mengatakan merasa malas, sesak
nafas, terganggu saat menjalankan protokol kesehatan.

- Objective

Health Belief Model pertama dikembangkan pada tahun 1950-an oleh


sekelompok psikolog sosial pada US Public Health Service untuk menjelaskan
kegagalan orang berpartisipasi dalam program pencegahan atau pendeteksian
penyakit. Kemudian model tersebut diperluas agar dapat diterapkan pada respons
orang terhadap gejala dan perilakunya dalam respons pada diagnosis penyakit,
khususnya kepatuhan pada regimen medis. Meskipun model tersebut lambat laun
berkembang dalam respons terhadap masalah program praktis, diberikan dasar
teori psikologi sebagai bantuan untuk memahami sebab serta kekuatan dan
kelemahannya (Glanz, Rimer and Viswanath, 2008).
Teori perilaku The Health Belief Model digunakan dalam menjelaskan
perubahan perilaku kesehatan di masyarakat. Teori ini menekankan pada sikap dan
kepercayaan individu dalam berperilaku khususnya perilaku kesehatan. Keyakinan
dan persepsi individu terhadap sesuatu menumbuhkan rencana tindakan dalam diri
individu. Teori perilaku ini lebih menekankan pada aspek keyakinan dan persepsi
individu. Adanya persepsi yang baik atau tidak baik dapat berasal dari
pengetahuan, pengalaman, informasi yang diperoleh individu yang bersangkutan
sehingga terjadi tindakan dalam memandang sesuatu (Glanz, Rimer and Viswanath,
2008).

Health Belief Model menekankan pada persepsi yang kuat dan dugaan yang
kuat dari adanya dampak penyakit terhadap pengobatan. Hampir serupa dengan
persepsi manfaat dan persepsi kerugian dari perilaku kesehatan yang efektif (Glanz,
Rimer and Viswanath, 2008).
- The impotance of the product

Health Belief Model mempunyai konsep yaitu, perilaku sehat ditentukan oleh
kepercaaan individu atau presepsi tentang penyakit dan sarana yang tersedia untuk
menghindari terjadinya suatu penyakit. Health Belief Model (HBM) pada awalnya
dikembangkan dalam usaha untuk menjelaskan kegagalan secara luas partisipasi
masyarakat dalam program pencegahan atau deteksi penyakit. Kemudian, model
diperluas untuk melihat respon masyarakat terhadap gejala-gejala penyakit dan
bagaimana perilaku mereka terhadap penyakit yang didiagnosa, terutama
berhubungan dengan pemenuhan penanganan medis. Oleh karena itu, lebih dari
tiga dekade, model ini telah menjadi salah satu model yang paling berpengaruh dan
secara luas menggunakan pendekatan psikososial untuk menjelaskan hubungan
antara peril aku dengan kesehatan
- Product impact
Penerapan health belief model terhadap kepatuhan masyarakat
melaksanakan proker covid-19 di kota bukittinggi dapat memberikan dampak yang
positif, diantaranya yaitu terjadinya perubahan perilaku, dimana individu
membiarkan diri dengan menyuci tangan menggunakan sabun untuk kehidupan
yang lebih sehat atau penggunaan cairan pembersih tangan berbasis alkohol
seperti hand sanitaizer, penerapan PHBS untuk menjaga imunitas tubuh, agar
tubuh tetap sehat agar terhindar dari penyakit yang dilakukan dengan olahraga
teratur, ,mengkonsumsi makanan bergizi, dan menjaga istirahat.
Penerapan health belief model terhadap kerentanan yang dirasakan, health
belief model mampu meningkatkan keyakinan dalam diri seseorang terhadap
tindakan kesehatan bagaimana dan apa yang dipikirkan dan dianggap penting dan
memotivasi seseorang untuk mengikuti pikiran tersebut, seperti individu akan
melakukan tindakan pencegahan ketika dia merasa rentan untuk terjangkit terhadap
suatu penyakit. Semakin seseorang merasa rentan terhadap suatu penyakit maka
orang tersebut menjadi lebih baik untuk melakukan suatu tindakan pencegahan
agar dia tidak terjangkit.
Penerapan health belief model terhadap keparahan yang dirasakan, health
belief model mampu menyadari seseorang bahwa suatu penyakit dapat
membahayakan kesehatan dan lingkungan dan menyadari keparahan yang
dirasakan akibat penyakit tersebut maka akan meningkatkan kesadaran dirinya
untuk melakukan tindakan pencegahan.
Penerapan health belief model terhadap manfaat yang dirasakan, health
belief model mampu meningkatkan keyakinan bahwa manfaat yang dirasakan akan
suatu tindakan pencegahan yang dilakukan terhadap suatu penyakit akan membuat
seseorang bersungguh-sungguh dalam menjalankan tindakan tersebut.
Pebnerapan health belief model tehadap hambatan yang dirasakan,
hambatan yang dirasakan merupakan suatu gambaran pada masa depan yang
harus dihadapi jika seseorang memutuskan untuk melakukan suatu tindakan. Jika
individu tidak mampu melewati hambatan yang akan datang maka perilaku atau
keputusan yang dilakukan tidak akan menghasilkan hasil yang maksimal. Hambatan
dalam tindakan kesehatan bisa berasal dari rasa cemas, malu pelaksanan prosedur
kesehatan dan lain-lain yang dampak negatifnya nanti adalah menjadi penghambat
dalam melaksanakan suatu tindakan pencegahan.
Penerapan health belief model terhadap isyarat bertindak, isyarat bertindak
merupakan elemen penting untuk mendorong masyarakat dalam melaksanakan
suatu tindakan kesehatan dan ini juga mampu menjadi motivasi untuk tetap
konsisten dalam menjalankan tindakan tersebut. Dalam keadaan tertentu terkadang
membuat sesorang berada dalam keadaan cemas atau terjepit dalam suantu
pilihan, sehingga membutuhkan dukungan atau dorongan dari orang lain, maka
orang tersebut akan memilih untuk melakukan sendiri.
Penerapan health belief model terhadap keyakinan diri, ketika seseorang
memiliki keyakinan akan kemampuan dirinya unutk menyelesaikan suatu masalah,
maka seseorang tersebut akan cenderung untuk patuh menjalankan suatu tindakan
kesehatan dan perilaku yang ditampilkan juga akan mengarah pada perilaku
positive. Keyakinan yang dimilikinya akan menjadi pendorong untuk melakukan
tindakn kesehatan secara berkelanjutan

- Product Marketability
MODEL INOVASI

MODEL PENERAPAN “DUTA PROKES” UNTUK MENINGKATKAN

KEPATUHAN MELAKSANAKAN PROTOKOL KESEHATAN

CORONA VIRUS DISEASE 19

Pemberdayaan keluarga merupakan komponen penting dalam upaya


pencegahan penularan coronavirus disease 19. Mengingat keluarga merupakan init
dasar dimana kualitas kesehatan individu bisa diringkatkan, diabaikan, diperbaiki
ataupun dipengaruhi. Keluarga merupakan sebuah sistem yang saling tergantung
satu sama lainnya, keluarga juga merupakan tempat belajar utama individu untuk
mengembangkan nilai, keyakinan dan sikap yang akan dibawa dalam masyarakat.
Pemberdayaan keluarga dilakukan dalam bentuk menunjuk duta protocol
kesehatan dalam keluarga yang memiliki tugas meberikan informasi terkait COVID-
19 dan upaya pencegahannya, selalu mengingatkan untuk patuh terhadap protocol
kesehatan, memberikan dukungan, dan sebagainya.

Dukungan subjek dalam peningkatan kepatuhan menjalankan protokol


kesehatan coronavirus disease 19

Keluarga : Tetangga :
Teman :
1. Pemberian nasehat. 1. Saling
1. Memberikan
2. Saling informasi. mengingatkan.
mengingatkan. 2. Memberikan
2. Empati.
3. Empati dan cinta informasi.
3. Memberikan
4. Kasih sayang dan 3. Memberikan
motivasi.
perhatian. apresiasi.
4. Kepercayaan.
5. Kepercayaan.
6. Mendengarkan.

Tokoh Masyarakat : Tenaga kesehatan dan Pemerintah : Media massa :


Kader :
1. Empati. 1. Kebijakan. 1. Pemberian
2. Memberikan 1. Memberi edukasi. 2. Penyediaan sarana informasi yang
perhatian. 2. Pemantauan prasarana di benar.
3. Memberi bantuan. pelaksanaan tempat umum. 2. Edukasi lewat
4. Memberi nasehat prokes dan 3. Pemberian berbagai media.
dan petunjuk. kesehatan. informasi yang
5. Memberi 3. Memberikan benar.
apresiasi. apresiasi. 4. Apresiasi
5. Memberi bantuan.
7

Edukasi pentingnya protokol kesehatan saat


pandemi oleh Pemerintah dan Dinas Kesehatan
tingkat kota

NaKes dan Tokoh


Kader Masyarakat

Masyaraka
t
/Keluarga

Pendampingan oleh petugas :


KIE
Motivasi

Duta ProKes di setiap keluarga

Anda mungkin juga menyukai