PMT-P INOVASI
a. Project report/summary
- introduction of innovation projects/products
Wasting merupakan kondisi berat badan anak menurun, sangat
kurang, atau bahkan berada di bawah rentang normal. Berdasarkan data
yang di peroleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman 2020
terdapat 1.997 (7,7%) balitawasting, di puskesmas Guci terdapat 74
(13,78%) balita wasting.
Kesehatan menurut WHO adalah sebagai kondisi kesejahteraan fisik,
mental dan sosial dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kecacatan .
Kesehatan adalah keadaan seimbang yang dinamis, di pengaruhi faktor genetik,
lingkungan dan pola hidup sehari-hari seperti makan, minum, seks, kerja, istirahat,
hingga pengelolaan kehidupan emosional. Status kesehatan tersebut menjadi rusak
bila keadaan keseimbangan terganggu, tetapi kebanyakan kerusakan pada periode-
periode awal bukanlah kerusakan yang serius jika orang mau menyadarinya
(Nugroho, dkk. 2021).
Kehidupan anak, usia dibawah lima tahun merupakan bagian yang
sangat penting. Usia tersebut merupakan landasan yang membentuk masa
depan kesehatan, kebahagiaan, pertumbuhan, perkembangan, keberhasilan
pembelajaran anak di sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan secara
umum. Balita merupakan usia emas (golden period) terutama untuk
pertumbuhan sehingga bila terjadi gangguan pada masa kehidupan dan akan
berpengaruh negatif pada kualitas generasi penerus. Gizi pada lima tahun
pertama kehidupan merupakan hal yang sangat penting, dikarenakan pada
masa ini perkembangan fisik dan otak paling pesat. Gizi pada masa ini akan
mempengaruhi perkembangan di masa berikutnya (Rahayu et al. 2018).
Status gizi pada permasalahannya dipengaruhi oleh banyak faktor.
Kondisi sosial ekonomi merupakan salah satu faktor penting yang
mempengaruhi status gizi. Faktor yang meliputi kondisi sosial ekonomi
keluarga (orang tua), antara lain pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua,
jumlah anak, pengetahuan dan pola asuh ibu. Faktor lain yang juga
mempengaruhi status gizi seperti: asupan gizi yang tidak tercukupi dan
riwayat infeksi penyakit(Putri et al., 2015). Dampak dari masalah gizi yaitu
terjadinya penurunan kualitas sumber daya manusia yang berakibat pada
kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan mental, dan kecerdasan,
menurunnya produktivitas, meningkatnya kesakitan serta kematian balita
(Handayani, 2017).
Target SDGs yang ingin di capai pada tahun 2030, memastikan sistem
produksi pangan yang berkelanjutan, peningkatan kerja sama internasional
(mengenai cadangan pangan) untuk membantu membatasi perubahan
ekstrim harga pangan, mengakhiri kelaparan dan segala bentuk kekurangan
gizi yang diharapkan dapat meningkatan gizi masyarakat (WHO. 2016). Pada
tahun 2020, 45% kematian anak dibawah usia 5 tahun terkait dengan
kekurangan gizi. Sebagian besar hal ini terjadi diberbagai negara
berpenghasilan rendah dan menengah. Lebih dari setengah kematian balita
2
disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dan diobati melalui intervensi
sederhana dan terjangkau. Anak-anak yang kekurangan gizi, terutama
mereka yang kekurangan gizi akut, memiliki risiko kematian yang lebih
tinggi (WHO, 2018). Di Indonesia pada tahun 2017 terdapat kematian balita
32/1000 kh, kematian neonatus 15/1000 kh dan kematian bayi24/1000
kh(Kemenkes RI, 2020).
- Problem Statement
Masalah kesehatan masyarakat dianggap tinggi bila prevalensi
kependekan sebesar 30-39% dan prevalensi di katakan sangat tinggi bila
40%. Kejadian wasting dianggap serius bila prevaensi BB/TB kurus pada
balita 11.8% (Depkes RI, 2013). Di Indonesia, berdasarkan Riskesdas 2018
menunjukkan status gizi balita buruk 3,9%, gizi kurang 13,8%. Sedangkan di
Sumatera Barat pada tahun 2018 balita dengan gizi buruk sebesar 3,5% dan
gizi kurang 15,4%. Persentase gizi kurang di Sumatera Barat lebih tinggi
daripada persentasi gizi kurang di Indonesia (Kemenkes RI, 2019a).
Berdasarkan data yang di peroleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Padang
Pariaman dari 25.771 balita yang ada dan 25.199 balita yang di ukur
terdapat 2.675 (10,5%) anak dengan Underweight, 3.988 (15,5%) anak
dengan stunting, 1.997 (7,7%) anak dengan wasting. Kecamatan 2 x 11 enam
lingkung di puskesmas Guci terdapat 74 (13,78%) balita dengan kategori
wasting (Dinkes Kab. Padang Pariaman 2020).
Wasting atau yang selanjutnya disebut kurus adalah indikasi
kekurangan gizi berdasarkan indeks BB/PB atau BB/TB akibat dari
terjadinya dalam waktu singkat sebuah peristiwa yang bersifat akut seperti
kelaparan dan wabah penyakit yang mengakibatkan anak menjadi kurus.
Kurus pada anak dapat merusak fungsi sistem kekebalan tubuh,
menyebabkan peningkatan pada tingkat keparahan, durasi, dan kerentanan
anak terhadap penyakit menular, serta meningkatkan resiko kematian
(WHO. 2010 (Putri dan Trias. 2020)). Wasting ditunjukan dengan berat
badan balita yang tidak optimal atau sesuai dengan tinggi badannya atau
dapat ditandai dengan nilai Z-Score lebih dari -2 SD, wasting juga berdampak
pada timbulnya potensi kerugian ekonomi yakninya rendahnya produktifitas
(Renyoet & Hildagardis. 2019).
- Objective
Untuk mengatasi kekurangan gizi yang terjadi pada kelompok usia
balita perlu diselenggarakan Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
Pemulihan. PMT Pemulihan bagi anak usia 6-59 bulan dimaksudkan sebagai
tambahan, bukan sebagai pengganti makanan utama sehari-hari. PMT
Pemulihan dimaksud berbasis bahan makanan lokal dengan menu khas
daerah yang disesuaikan dengan kondisi setempat (Kemenkes RI, 2012).
Pemberian makanan tambahan (PTM) Pemulihan merupakan
program yang dilaksakan pemerintah pada kelompok usia balita yang di
tujukan sebagai tambahan selain makanan utama sehari-hari untuk
3
- Product Impact
PMT-P berbasis kurma, habbatussauda dan zaitun berpengaruh
terhadap kenaikan berat badan balita wasting. Pemberian Makanan
Tambahan Pemulihan (PMT-P) berbasis kurma, habbatussauda, dan zaitun
mengandung tinggi serat yang dapat membantu untuk mencegah konstipasi
atau sambelit, dapat memperlancar pencernaan dengan cara menyerap air ke
dalam usus besar sehingga tinja yang di hasilkan akan lebih lembut dan besar
yang membuat buang air besar lebih lancar dan teratur. Serat juga
memaksimalkan penyerapan nutrisi dari makanan, terutama nutrisi yang
jumlahnya sedikit, menjaga daya tahan tubuh dengan memilihara mikroba di
dalam usus, mikroba ini juga akan memecahkan serat menjadi asam yang
dapat meransang aktivitas sel-sel imun, dengan begitu sel imun akan lebih
kuat. Selain itu serat juga dapat mejaga berat badan ideal sehingga dapat
mencegah obesitas dan juga diabetes. Dimana pada kondisi ini serat mampu
mengembangkan dan mengumpulkan makanan di dalam lambung, sehingga
cepat merasa kenyang dan rasa kenyang akan bertahan lebih lama di
bandingkan makanan lainnya.
Selain dari pada tinggi serat, minyak yang terkandung dalam zaitun
pada MPT-P berbasis kurma, habbatussauda dan zaitun memiliki kualitas
lebih baik dibandingkan minyak nabati dan minyak hewani lainnya karena
tidak memiliki efek samping yang dapat menimbulkan penyakit pada
peredaran darah dan pembuluh darah arteri. Habbatussauda yang
terkandung dalam PMT-P ini membuat nafsu makan balita bertambah,
memperlancar pencernaan, menambah baik sistem imunitas karena
mengandung anti oksidan yang dapat melindungi tubuh dari radikal bebas.
Selain itu kandungan kurma pada PMT-P ini membantu peningkatkan kadar
sel darah merah dan membantu menambah berat badan melalui penurunan
asupan air dalam tubuh.
Bahan Kurma, Habbatusauda, dan Zaitun dapat dijadikan pangan
alternatif untuk meningkatkan berat badan balita yang mengalami
kekurangan berat badan. Dengan mengandung protein dapat meningkatkan
antibodi anak sehingga tidak mudah terkena penyakit infeksi.
5
- Product Marketability
Pemerintah mempunyai program PMT (pemberian makanan tambahan) pada
kelompok usia balita sebagai tambahan makanan utama sehari-hari untuk
mengatasi kekurangan gizi sebagaimana balita dianjurkan untuk mengkonsumsi 3
kemasan primer per hari sehingga totalnya 12 keping per hari (120 gr) tiap 100 gr.
PMT mengandung 450 kalori, 14 gr lemak, 9 gr protein dan 71 gr karbohidrat, dan
10 macam vitamin (A, D, E, K, B1, B2, B3, B6, B12, Folat) dan 7 mineral (Besi, Iodium,
Seng, Kalium, Natrium, Selenium, Fosfor). Dibandingkan dengan PMT-P berbasih
kurma, habbatussauda, dan zaitun dengan pemberian 15 keping (150gr) setiap hari
mengandung 27.0765 gr lemak, 11,799 gr protein, 61,7955 karbohidrat,
mengandung vitamin A, B1, B2, C, Niacin, foat, saponin, 10 macam mineral (kalium,
magnesium, tembaga, sulfur, besi, zinc, fosfor, kalsium, potasium, selenium) dan
omega 3 dan omega 6. Terlihat kelebihan zat gizi pada PMT-P berbasis kurma,
habbatussauda dan zaitun. Selain itu PMT-P berbasis kurma, habbatussauda dan
zaitun mengandung tinggi serat, tinggi lemak, mengandung minyak dengan kualitas
terbaik dari minyak hewani lainnya, dan juga meningkatkan nafsu makan pada
balita. Untuk itu dapat dikatakan bahwa Produk inovasi PMT-P lebih unggul
kandungan zat gizinya sehingga dapat dijadikan sebagai alternative pangan untuk
meningkatkan berat badan balita, meningkatkan imunitas balita sehingga tidak
mudah terkena penyakit infeksi.
Keunggulan yang dimiliki produk inovasi PMT-P berbasis Kurma,
Habbatusauda, dan Zaitun mampu menembus pasar dan bersaing dengan produk
PMT lainnya. Tingginya kandungan gizi menyebabkan para ibu balita lebih memilih
produk inovasi PMT-P berbasis Kurma, Habbatusauda, dan Zaitun untuk mengatasi
wasting pada balita