Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam persaingan global sekarang ini tuntutan pendidikan yang
bermutu sekaligus bisa menghadapi tantangan baru semakin ketat.
Indonesia sebagai negara yang berkembang mempunyai ambisi yang kuat
untuk menjadi negara yang maju dalam pendidikan berbasis ekonomi
inovatif. Pada Era peradaban dalam pandemi Covid-19, memaksa
pendidikan harus meninggalkan konsep pembelajaran lama yang masih
mengandalkan 100% tatap muka antara pendidik dan peserta didik
berpindah ke penggunaan basis teknologi informasi dan komunikasi.
(Rahmati, Nuraini, 2014)
Pembangunan jangka panjang Indonesia yang dilakukan secara
bertahap, bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mampu
menempatkan arti pekerjaan dalam urutan kehidupan. Tujuan
pembangunan jangka panjang adalah untuk menciptakan dasar negara
Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Dalam
mengembangkan negara, tenaga kerja sebagai sumber daya manusia
memiliki peran penting dalam pembangunan. Oleh karena itu, tenaga kerja
komponen yang paling menonjol dalam lingkungan kerja. Padahal,
pendidikan di Indonesia masih menghasilkan sumber daya manusia yang
perlu ditingkatkan pendidikannya.
Pendidikan_ harus menciptakan lingkungan belajar yang bukan
untuk sekolah, tetapi belajar seumur hidup. Dengan demikian, dalam
konteks ini siswa diberi cara untuk hidup, bukan cara untuk belajar. Ini
perlu baik manajemen untuk dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Hal
ini dapat dicapai, jika ada model manajemen jaminan kualitas yang tepat.

1
2

SMK sebagai salah satu pendidikan yang berorientasi dunia kerja


merupakan salah satu pendidikan vokasi untuk menghasilkan sumberdaya
manusia berkelas dunia. Sekolah Menengah Kejuruan sendiri salah satu
satuan pendidikan yang tujuannya mengembangkan sikap profesional,
mampu bersaing, dan mampu bekerja serta berkarir. Tujuan khususnya
dari pendidikan kejuruan ini adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia dan ketrampilan yang baik.
(Prihantoro, 2018)
Dalam pendidikan SMK ini peserta didik dituntut untuk dapat
menguasai keahlian sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan
sendiri. Peserta didik yang bersekolah di sekolah kejuruan ini supaya
peserta didik segera memperoleh pekerjaan setelah lulus dari pendidikan
kejuruan, dan dengan adanya pembelajaran kewiruasahaan setelah lulus
peserta didik memiliki minat untuk berwirausaha sesuai dengan
kompetensi yang dimilikii masing-masing peserta didik.
Salah satu pendidikan yang dapat diberikan peserta didik SMK
adalah kewirausahaan. Pendidikan kewirausahaan ini diarahkan pada
pencapaian tiga kompetensi yang meliputi penanaman karakter
kewirausahaan, pemahaman konsep dan keahlian, dengan bobot yang lebih
tinggi pada pencapaian kompetensi jiwa dan keahlian dibandingkan
dengan pemahaman konsep.
Tingkat pengangguran tinggi berasal dari lulusan sekolah kejuruan
sebanyak 10,24%. Padahal lulusan sekolah kejuruan lebih berpotensi
dalam mendapatkan pekerjaan dibanding lulusan sekolah menengah atas,
oleh karena itu lulusan kejuruan diharapkan menyiapkan diri supaya
setelah tamat mendapat pekerjaan. Selain itu lulusan kejuruan harus
kreatif karena lapangan kerja di Indonesia sangat terbatas apalagi dengan
adanya wabah covid-19.(Novitasari et al., 2021)
Pendidikan kewirausahaan dianggap sebagai cara penting untuk
mempengaruhi daya saing terhadap negara. Sehingga memberikan peluang
di masa pandemi covid-19 untuk maju ke lingkungan yang lebih maju.
3

Pendidikan kewirausahaan pada umumnya didefinisikan sebagai


pembelajaran yang mengajarkan ketrampilan untuk memulai dan
mengelola bisnis untuk pertumbuhan.
Pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan dalam masa pandemi
Covid-19 di sekolah masih mengalami kendala. Dikarenakan pembelajaran
saat ini dilakukan secara daring sejak Maret 2020. Semua pembelajaran
yang semula di lakukan secara tatap muka di sekolah kini dilakukan
dengan metode belajar daring yang mengharuskan sinyal jaringan untuk
tetap stabil. Namun, faktanya pembelajaran kewirausahaan yang dilakukan
secara daring ini masih kurang optimal dan masih beriorientasi kepada
guru dan belum berpusat pada peserta didik, selain hal tersebut belum ada
lembaga formal yang memproduksi tenaga pendidikan secara khusus
dalam pembelajaran kewirausahaan.
Selama pembelajaran kewirausahaan dilakukan secara daring
melalui media whatsapp, zoom meeting, google meet, dsb. Terdapat
beberapa persoalan dalam pengelolaan pembelajaran kewirausahaan yang
belum tercapai secara optimal (Pramesti et al., 2021). Disamping lulusan
sekolah kejuruan mereka harus kreatif karena lapangan pekerjaan di
Indonesia masih sangat terbatas belum lagi karena ada pandemi Covid-19
ini, lapangan pekerjaan semakin sempit di masa yang akan datang.
Permasalahan ini dirasakan juga oleh peserta didik dalam pembelajaran
kewirausahaan yang dilakukan secara daring, meski pembelajaran saat ini
melalui daring namun kebutuhan pembelajaran peserta didik belum
tercapai . Untuk tercapainya pembelajaran kewirausahaan seharusnya
dapat membantu peserta didik berperilaku wirausaha.
Namun demikian, hal tersebut sekolah masih memakai model
pendidikan di sekolah kejuruan yang memakai sistem ganda yaitu belajar
di sekolah dan belajar di industri. Kenyataannya, banyak peserta didik
yang melakukan praktek kerja industri (prakerin) tersebut dilakukan di
tempat industri yang tidak sesuai dengan program keahlian yang sudah
ditempuh oleh peserta didik di sekolah kejuruan, apalagi dalam situasi
4

masa pandemi Covid-19 seperti ini membuat pengaruh besar dalam proses
pembelajaran.
Dengan demikian, perlu disiapkan sumber daya manusia yang
dapat meningkatkan daya saing termasuk kualitas produksi dan layanan.
Meningkatnya daya saing diawali dari sumber daya manusia yang
berkualitas termasuk pendidikan, keahlian dan keterampilan, terutama
pekerja dalam jumlah yang memadai. Apalagi di masa pandemi Covid-19
Indonesia perlu menyiapkan sumber daya manusia di sesuai dengan
kebutuhan dunia usaha dan industri. Sumber daya manusia tersebut harus
disiapkan oleh pemerintah. Sudah waktunya bagi dunia pendidikan untuk
menjadi lebih fleksibel dengan kebutuhan dunia global saat ini, untuk
berbaur dan maju. Keberadaan sekolah kejuruan menjadi sangat penting.
Bertolak dari paparan diatas, peneliti tertarik untuk mengangkat
permasalahan tersebut dalam judul penelitian: “PENGELOLAAN
PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DI SMK BATIK 1
SURAKARTA”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang diatas, peneliti memandang suatu
permasalahan yang berkaitan dengan pengelolaan pembelajaran
kewirausahan:
a. Bagaimana perencanaan pembelajaran kewirausahaan di SMK Batik 1
Surakarta?
b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan di SMK Batik 1
Surakarta?
c. Bagaimana evaluasai pembelajaran kewirausahaan di SMK Batik 1
Surakarta?

C. Tujuan Penelitian
Sesuai pada rumusan masalah penelitian tersebut, maka tujuan penelitian
ini sebagai berikut:
5

a. Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran kewirausahaan di SMK


Batik 1 Surakarta
b. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan di SMK
Batik 1 Surakarta
c. Mendeskripsikan evaluasi pembelajaran kewirausahaan di SMK Batik
1 Surakarta

D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah mendeskripsikan tentang
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi dalam
pengelolaan pembelajaran kewirausahaan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi para guru, sebagai bahan masukan khususnya untuk guru
kewirausahaan dalam upaya meningkatkan keterampilan peserta
didik dibidang pembelajaran kewirausahaan
b. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam pengajaran dan
pengelola pembelajaran kewirausahaan khususnya.
c. Bagi peneliti, sebagai acuan pengetahuan dan pengalaman dalam
menerapkan pengetahuan pengelolaan pembelajaran
kewirasuahaan.

Anda mungkin juga menyukai