Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MATAKULIAH

PENGANTAR KEWARGANEGARAAN

RINGKASAN BUKU TUHAN MEMBERKATI INDONESIA

DOSEN PENGAMPU : MERPHIN PANJAITAN

Nama : NINIK SRI SUHARNI

NIM : 1911037
IDENTITAS BUKU :

Judul : TUHAN MEMBERKATI INDONESIA

Pengarang : Merphin Panjaitan

Penerbit : bpk gunung mulia

Jumlah halaman : 203 halaman

PRAKATA
Melalui buku ini Penulis ingin mengajak para pembaca berdiskusi tentang bagaimana sebaiknya
kita berpikir, berperilaku dan bertindak sebagai orang percaya di Indonesia; berdialog secara tulus
dengan saudara-saudara sebangsa dan setanah air, dengan berbagai kelompok masyarakat dan
Pemerintah; mengidentifikasi tantangan bangsa, kemudian menjawabnya bersama-sama.
Bergotongroyong mewujudkan kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan yang lebih maju, damai,
demokratis, berkecukupan, lestari dan adil bagi semua ciptaan.
Untuk itu, Penulis ingin mengajak pembaca melihat kembali pemikiran Reformasi Protestan
lima abad yang lalu di Eropa; dan kemudian melihat Indonesia kini, dan mendiskusikan pembaruan yang
dibutuhkan untuk kemajuan bersama bangsa dan negara Indonesia.

BAB 1.Pendahuluan.
Tuhan pencipta dan pemilik dan pemelihara segala ciptaan. Tuhan berdaulat atas segala
ciptaan, atas waktu dan ruang, atas keberadaan jagadnya, atas bumi dan segala isinya, atas kehidupan
manusia dan makhluk hidup lainnya, atas keberadaan peradapan –peradapan,atas perkembangan ilmu
dan teknologi,atas perekomian masyarakat dan dunia dan atas segala pemerintahan dan semua revolusi
di muka bumi. Tuhan yang mencipta, Dia juga memelihara ciptaanNya dengan keteraturan.Tuhan juga
enganugerahkan kecukupan bagi semua manusia dan makhluk hidup lainnya. Tuhan juga
menganugerahkan akal dan nuarani kepada manusia ciptaannya untuk berpikir, mengembangkan ilmu
dan teknologi dan untuk mewujudkan dunia yang penuh kasih, adil dan dan saling menghidupi.Tuhan
menganugerahkan iman kepada manusia dan dnegan iman manusia megenal Tuhan.
Tuhan yang pencipta juga hadir sebagai sumber pertolongan, oleh karena itu kita datang kepada
Tuhan untuk memohon pertolongan. Tuhan juga sumber perdamian dan damai sejahteraNya
memelihara hati dan pikiran manusia dalam Yesus Kristus.Tuhan juga sebagi sumber kebenaran dimana
kebenaran Tuhan diikuti oleh orang-orang percaya tetapi juga mendapat perlawanan dari parapengikut
kegelapan yang tidak pernah berhenti melawan kebenaran.Tuhanlah yang memanggil seisi bumi untuk
menjalankan kehendakNya dan Tuhan memberkati orang benar,yang bersih tanganya,murni
hatinya,jujur,dan tidak menipu,pekerja keras yang setia menjalankan tugas-tugasnya dan
tanggungjawabnya,pemimpin yang melayani masyarakat dengan adil,guru yang mendidik murid-
muridnya menjadi cerdas dan beretika,Tuhan memberkati bangsa bangsa yang berjuang demi
kemerdekaan,perdamaian dan keadilan.

BAB II. Hidup yang melayani.


Tuhan memanggil manusia untk melayaniNya didunia, di dalam masyarakat dan negara, di
jagatraya ini.Tugas panggilan kepada manusia membutuhkan jawaban, antara lain dalam bentuk
doa,ucapan syukur,berpikir dan belajar, ilmu dan teknologi, kerja keras dan kreasi,iman dan perbuatan.
Para reformator berpendapat bahwa panggilan sesungguhnya bagi orang Kristen adalah
melayani Tuhan di dunia ini. Pelayanan Kristen adalah di kota,pasar dan dewan di dunia secular,bukan
isolasi di dalam biara.Max Weber dalam penelitiannnya tentang Etika Protestan menemukan hubungan
antara kerja keras warga protestan dengan ibadah dalam rangka memuliakan Tuhan. Kerja keras
merupakan bagian pentingdari ibadah,bukan sekadar cara untuk meningkatkan pendapatan ,tetapi lebih
dari itu sebagai sikap memuliakan Tuhan danungkapan syukur.
Tuhan tidak hanya memberkati manusia,Tuhan juga memberkati hewan, dan bahkanTuhan lebih
dulu menciptakan dan memberkati hewan.Secara khusus Tuhan menciptakan manusia menurut
gambarNya, juga dalam keadaan baik. Tuhan memberikan kuasa kepada manusia untuk menatalayani
segala ciptaan itu sesuai dengan kehendakNya untuk kemuliaan Tuhan dan keutuhan ciptaan.
Persaudaraan segala ciptaan adalah pengakuan manusia bahwa manusia dengan ciptaan lainnya
bersaudara sebagai sesame ciptaan Tuhan, dan persaudaraan ini diwujudkan dalam kehidupan,pola pikir
dan perilaku manusia yang memikirkan dan memperlakukan segala ciptaan sebagai
saudara.Persaudaraan segala ciptaan menuntut pembaharuan pola pikir dan perilaku manusia antara
lain : Pertama, Masyarakat manusia harus denga sepenuh hati memlihara bumi agar bumi selalu
baik;Kedua, Penghormatan kepada kehidupan harus disertai dengan penghormatan terhadap makhluk
hidup lain;Ketiga, masyarakat meninggalkan gaya hidup hedonitis dan menggantikannya dengan gaya
hidup baru yang lebih bertanggungjawab;Keempat, Masyarakat dan negara berhemat menggunakan
sumberdaya bumi,;Kelima, Masyarakat dan negara mengurangi kecepatan pertumbuhan
penduuduk;Keenam, masyarakat dan negara perlu lebih giat melaksanakan penangkaran hewan dan
tumbuhan langka; Ketujuh, masyarakat perlu sadar bahwa ketamakan adalah kesalahan berat.
Persaudaraan umat manusia harus terus dipelihara,semua warga masyarakat dapat berbagi rasa
dan berbagi beban, penderitaan sseorang atau suatu masyarakat dapat dirasakan yang lain dan
kemudian bersama sama menanggulanginya. Sayangnya dalam kehidupan bersama di Indonesia,konflik
lebih sering terjadi.Sejarah Indonesia pernah memperlihatkan kebencian dan permusuhan di antara
kelompok-kelompok bangsa Indonesia sendiri. , dimana hal itu menunjukkan persaudaraan bangsa
Indonesia terkoyak. Kondisi ini perlu dipulihkan dan kebencian dan permusuhan terhadap sesame warga
bangsa dihentikan.
Dengan menjadi orang percaya,seseorang akan menjadi murid Yesus Kristus yang mengetahui
kebenaran dan kebenaran itu akan memerdekakannya.Hidup bersama dalam semangat persaudaraan
adalah bagian dari tangungjawab bersama bangsa Indonesia. Menghadapi tantanganbangsa sekarang
ini, Indonesia harus bngkit memberikan jawaban bersama, bergotong royong menanggulangi
permasalahan.
Manusia mendapat martabat dan hak yang sama langsung dari Pencipta.Hak kodrati manusia
atau hak asasi manusia antara lain hak hidup,hak kebebasan,hak memiliki dan mengejar
kebahagiaan.Dalam politik, semua mendapak hak yang sama. Dan dalam bidang ekonomi ,sosial dan
budaya manusia juga mendapat hak yang sama.Diskriminasi dalam bentuk apapun tidak diperbolehkan
karena semua orang berkedudukan sama di muka hokum dan pemerintahan dan negara tidak
diperbolehkan melakukan diskriminasi dalam bentuk apapun.

BAB III. Kebebasan, perdamaian dan pertanggungjawaban.


Tuhan menganugerahkan akal dan nurani kepada manusi dan dengan menggunakan akal dan
nurani manusia mampu berpikir.Manusia dengan kemapuan berpikir mengembangkan
dirinya,meningkatkan pengetahuan,mempelajari apa yang benar dan apa yag salah,mempelajari apa
yang baik dan apa yang buruk, menentukan apa yang perlu dilakukan dan apa yang tidak
perlu.Kebebasan dna perdamaian harus hadir bersama sama, dimana tidak ada kebebaan, tidak
perdamaian, dan dimana tidak ada perdamain tidak ada kebebasan.
Kebebasan manusia mengikuti kehendak Tuhan, dimana manusia menerima kebebasan dari
Tuhandan manusia harus menggunakan kebebasan tersebut untuk kemulianan Tuhan dan keutuhan
ciptaan.Kebebasan membutuhkan toleransi yaitu mengakui hak menentukan sendiri yang dimiliki orang
lain.Kebebasan mendukung kreatifitas manusia dan kreatifitas itu harus diarahkan sesuai kehendak
tuhan. Kreatifitas manusia diarahkan untuk melayani Tuhan dan ciptaanNya.Kebebasan beragama
mengamanatkan bahwa semua orang berhak menganut agama atau tidak beragama, hidup sesuai
dengan keyakinannya,mengamalkan dan mengkomunikasikannya dengan orang lain.
Perdamaian dapat diwujudkan kalaumata rantai kebencian, permusuhan dan kekerasan
diputus.Setiap orang percaya terpanggil untuk memelihara perdamaian.Tuhan menghendaki kehidupan
bersama yang damai, yang menyembah dan memuliakan Tuhan dan mendatangkan damai sejahtera
untuk penghuni bumi.
Tuhan memberi kuasa kepada manusia agar mampu menjalankan tanggungjawab dan pada
akhirnya manusia harus mempertanggungjawabkan penggunaan kekuasaan tersebut.Dengan demikian ,
kerja keras manusia adalah menjalankan kehendak Tuhan yangharus disyukuri dan dijalankan dengan
sungguh-sungguh.
Tuhan memanggil kita untuk menyesali ketamakan dan egoism kita dengan memperbaiki relasi
dengan sesame manusia dan ciptaan lainnya.Ketamakan segelintir orang di muka bumi ini telah
menimbulkan kemiskinan dan pengangguran massal,ketimpangan ekonomi,ketidakadilan dan kerusakan
bumi. Dan dalam upaya mengeluarkan orang-orang tamak dari perangkap yang menjeratnya,dibutuhkan
peranan orang –orang percaya untuk menyadarkan mereka.

BAB IV. Mewujudkan keadilan sosial


Tuhan itu adil dan setia, keadilan dankasih setiaNya menjadi pengharapan bagi manusia dan
ciptaan lainnya,keadilan Tuhan menajdi tempat mengadu bagi orang-orang yang tertindas kasih setia
Tuhan menjadi jaminan bagi pemenuhan janjiNya kepada manusia,menjadi jaminan untuk keutuhan
ciptaanNya.
Keadilan sosial adalah kondisi dimana semua pihak mendapatkan haknya,manusia mendapatkan
hak asasi manusia,warganegara mendapatkan hak warganegara,rakyat mendapatkan hak rakyat, para
pekerja mendapatkan hak atas prestasi kerjanya dan bersamaan dengan itu negara memberi jaminan
sosial bagi warga miskin.Negara harus sungguh-sungguh menegakkan keadilan karena penegakan
keadilan adalah fungsi utama negara.Jika negara bersalah kepada masyarakat, maka negara juga bisa
“dihukum”.Dalam upaya mewujudkan keadilansosial,negara perlu menyiapkan kondisi yang kondusif.
Korupsi adalah penyalahgunaan kekuasaan negara oleh pejabt negara atau apparat negara atau
siapapun yang dipercaya menjalankan kekuasaan negara,untuk memperkaya diri sendiri atau keluarga
atau pihak lain.Korupsi merupakan penyebab utama merajalelanya ketidakadilan sosial.Melihat berbagai
dampak buruk dari korupsi,kita perlu membuat strategi pemberantaan korupsi yang tepat dan kuat.
Kemiskinan dapat didefisnisikan sebagai tingkat hidup yang rendah,yaitu suatukeadaan
kekurangan materi pada sejumlah orang dibandingkan dengan kehidupan yang umum dalam
masyarakat tersebut.Kemiskinan structural adalah ketidakadilan sosial yang menindas kaum miskin
dengan menjauhkan mereka dari sumber daya ekonomi, politik,hokum,sosial,budaya dan berbagi
sumberdaya lainnya.Negara harus mencari jalan keluar untuk mengatasi kemiskinan ini sehingga
tercipta keadilan sosial.
Penguatan koperasi bisa mnejadi salah satu jalan untuk membantu kaum miskin.Dengan
penguatan koperasi di seluruh Indonesia, perekonomian nasional akan tumbuh lebih cepat, merata dan
adil,pengangguran dank au mmiskin berkurang, daya saing produksi nasional di pasar global meningkat,
dan ketimpangan ekonomi berkurang.
Menghadapi luas dan dalamnya kemiskina nasional yang terjadi sekarangini, perlu kebiajkan
nasional yang kuat antara lain prioritas dalam APBN dan APBD dalam perluasan lapangan kerja,
pengurangan gaji pejabat pemerintahan,pengurangan import peralatan perang dan bangun pabrik
sejata di dalam negeri, dan penerimaan pajak negara ditingkatkan dengan cepat.
Ekonomi dalam suatu negara tidak boleh dijalankan hanya untuk melayani keserakahan
segelintir kaum tamak.Ekonomi kehidupan harus melawan ketidakadilan dengan keadilan bagi
semua.Danuntuk mewujudkan keasilan bagi segala ciptaan, dunia perlumenggerakkan revolusi lanjutan
untuk memperbarui pola pikir dan perilaku manusia menjadi sadar dan mengetahui segala seluk beluk
tentan gkeadilan bagi segal a ciptaan.

BAB V. Menjadi bangsa merdeka.


Gotongroyong adalah kerjasama sukarela dalam semangat persaudaraan, setara, bantu
membantu dan tolong menolong untuk kebaikan bersama. Nilai persaudaraan bertolak dari pengakuan
bahwa semua manusia bersaudara, dan diwujudkan dalam sikap: “semua bertanggung jawab untuk
semua”. Semua warga dapat berbagi rasa dan berbagi beban, berbagi suka dan berbagi duka; dan tolong
menolong adalah penerapan nilai persaudaraan yang paling mudah dan manusiawi. Penerapan nilai
persaudaraan dalam kehidupan bersama memberi rasa aman, karena ada jaminan dalam keadaan sulit
akan ada warga masyarakat yang datang membantu.
Manusia gotongroyong adalah manusia merdeka, dan keikutsertaannya dalam gotongroyong
adalah sukarela, tanpa paksaan dari pihak manapun. Manusia merdeka derajatnya setara, tidak ada yang
lebih tinggi dan tidak ada yang lebih rendah, dan tidak ada yang bisa memaksakan kehendaknya
terhadap orang lain.
Masyarakat gotongroyong adalah masyarakat egaliter dengan organisasi sosial berdasarkan
kerjasama kekeluargaan. Gotongroyong diawali dengan musyawarah karena gotongroyong adalah
kerjasama manusia merdeka yang setara; musyawarah adalah proses pengambilan keputusan dengan
mendengarkan, memperhatikan dan mempertimbangkan berbagai pendapat dari peserta pertemuan.
Persaudaraan dalam masyarakat gotongroyong diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya,
dan bertahan sampai sekarang. Dibagian akhir pidato 1 Juni 1945 dalam Sidang BPUPKI, Soekarno
menyatakan bahwa Negara Indonesia haruslah Negara gotongroyong.
Raja dan penguasa lain di Nusantara sebelum kedatangan Peradaban India kekuasaannya kecil
dengan wilayah tidak luas. Diperkirakan negara-negara ini pengembangan awal dari pemerintahan desa,
yang pemimpinnya di pilih dari dan oleh penduduk setempat. Peradaban India yang datang dari India
Selatan menambah kemampuan memerintah para raja dan bawahannya; dan ditambah dengan
kepercayaan tentang kedudukan raja sebagai keturunan dewa, membuat negara menjadi lebih besar,
lebih kuat, dengan wilayah yang lebih luas. Dilihat dari besarnya kekuasaan pemimpin dan luasnya
wilayah negara, kehadiran Peradaban India membawa kemajuan besar. Raja-raja Nusantara mengadopsi
berbagai unsur Peradaban India, terutama tentang upacara keagamaan dan organisasi negara, tetapi
hanya dilapisan atas masyarakat dan disekitar istana. Pada masa itu, Peradaban India mempunyai
pengaruh besar di Asia Tenggara, antara lain tentang struktur negara yang sangat hirarkis; dan Raja
dianggap keturunan dewa, yang bersifat keramat, merupakan puncak segala hal dalam negara, dan
merupakan pusat alam semesta.
Pada masa kontak dengan Peradaban India, Nusantara telah cukup maju, dan memiliki
pengetahuan dan teknologi, serta tradisi yang cukup untuk menerima beberapa unsur Peradaban India.
Diduga India tidak pernah membangun kolonisasi di Indonesia, dan penyerapan unsur-unsur Peradaban
India dilakukan secara selektif oleh cendekiawan Nusantara. Kehadiran Peradaban India membawa
kemajuan besar dilihat dari besarnya kekuasaan pemimpin dan luasnya wilayah negara. Perubahan ini
meningkatkan interaksi antar penduduk, antar pedagang dan penguasa di berbagai wilayah di
Nusantara, dan interaksi ini ikut bekerja dalam proses integrasi bangsa Indonesia. Jauh sebelum
Peradaban Barat datang, masyarakat Nusantara telah terlatih dengan beberapa kerajaan besar, seperti
Sriwijaya dan Majapahit.
Tahun 1511: Portugis merebut Malaka, dan menjadikannya pusat kegiatan mereka di Nusantara.
Tahun 1522 Portugis mendirikan benteng di Ternate, dan dijadikan pusat kegiatan mereka di Maluku;
tahun 1546-1547 Fransiskus Xaverius bekerja di Maluku; tahun 1561 NTT menjadi daerah misi Ordo
Dominikan. Tahun 1605 Benteng Portugis di Ambon diserahkan kepada VOC, dan warga Katolik dijadikan
Protestan. Disini berlaku hukum “Siapa menguasai negara, dia menentukan agama”. Tahun 1666 VOC
membangun benteng di Menado, warga Katolik menjadi Protestan; tahun 1675 seorang pendeta
ditempatkan di Menado. Tahun 1677 Belanda merebut pulau-pulau Sangir dan Siau, warga Kristen
dijadikan Protestan. Tahun 1799 VOC dibubarkan; tahun 1807 kebebasan beragama mulai berlaku di
Hindia Belanda.
Pekabaran Injil adalah jawaban Gereja dan orang percaya terhadap panggilan Tuhan, untuk
mengabarkan Injil Yesus Kristus kepada semua bangsa, demi Kemuliaan Tuhan dan keselamatan
manusia. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan
dihukum. Para Pekabar Injil mendapat kuasa, dan Pekabaran Injil berlangsung sepanjang masa dan di
segala tempat. Tahun 1820 NZG mengutus rombongan zendeling berjumlah 5 orang. Tahun 1823 Joseph
Kam mengunjungi Maluku Selatan. Tahun 1831 Zending menetap di Minahasa, dan tahun 1836 Zending
menetap di Kalimantan. Tahun 1843 sejumlah orang Jawa dibaptis di GPI Surabaya. Tahun 1845:
Mojowarno didirikan. Tahun 1861 babtisan pertama di Tapanuli Selatan. Tahun 1862 Nommensen tiba
di Sumatera. Tahun 1865 RMG mulai bekerja di Nias. Tahun 1866 UZV mulai bekerja di Bali dan
Halmahera. Tahun 1878 Seminari Depok dibuka. Tahun 1890 NZG mulai bekerja di Tanah Karo. Tahun
1901 RMG mulai bekerja di Mentawai. Tahun 1927 Huria Christen Batak, yang kemudian berubah
menjadi Huria Kristen Indonesia (HKI) berdiri. Tahun 1928 Sumpah Pemuda. Tahun 1931 GKJ dan GKJW
mandiri. Oktober 1933 KGPM berdiri. Tahun 1934 GMIM, GKP, dan GKI Jatim mandiri. Tahun 1935 GPM
dan GKE mandiri. Juli 1940 HKBP mengadakan “Sinode Kemerdekaan” dan memilih Pendeta K.Sirait
menjadi Ephorus yang pertama dari suku Batak. 17 Agustus 1945 Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Tahun 1947, GMIT, GKS, GMIST, GT, dan GKST mandiri, dan tahun 1948 pembentukan GPIB. Pada 1860
Kristen Protestan di Indonesia antara 100.000- 120.000 orang, kurang dari 1 % penduduk Indonesia.
Masyarakat Kristen Protestan pribumi di Indonesia telah hadir di Maluku, Minahasa, Sangir Talaud, dan
NTT. Belum ada masyarakat Kristen pribumi di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Jumlah
warga Kristen pribumi di masing-masing wilayah tersebut hanya ratusan orang. Tahun 1938 Kristen
Protestan di Indonesia: 1.665.771 orang, sekitar 2,5 % penduduk Indonesia, terdiri dari: GPI: 700.000
orang; HKBP: 415.000; Nias: 125.000; Sangir Talaud: 120.000. Pulau Jawa: 98.000, termasuk GPI: 27.000.
Kristen telah menyebar ke seluruh Nusantara. Lebih dari setengah warga Kristen Indonesia tinggal atau
berasal dari daerah yang telah menjadi Kristen di masa VOC, dan sepertiga warga Kristen Indonesia
adalah anggota gereja-gereja yang lahir dari RMG. Tahun 2010 Penduduk Indonesia: 237,5 juta;
penduduk Pulau Jawa: 58% dari penduduk Indonesia; Kristen Protestan diperkirakan sekitar 10 % .
Kristen Protestan di Indonesia tahun 1860 kurang dari 1 %, 1938 sekitar 2,5 %, dan 2010 sekitar 10 %.
Kristen Protestan di Jawa juga berkembang dengan cepat; Kristen Protestan di Jawa pada 1900 kurang
dari satu perseribu dan 1938 dua perseribu. A.Kruyt (di Mojowarno 1882-1916) menyatakan: Apabila
waktu yang ditetapkan Tuhan telah tiba, maka orang banyak bahkan para pembesar pun akan datang
kepada Tuhan, lalu pulau Jawa akan memasuki masa serba indah dan serba gemilang.
Di Tanah Jawa muncul beberapa orang Penginjil Jawa, antara lain Ibrahim Tunggul Wulung, Kiai
Sadrach dan Paulus Tosari, yang menjalankan pekabaran Injil dengan menggunakan budaya Jawa; dan
walaupun pengetahuan mereka tentang Kristen masih sedikit, tetapi mereka berhasil menghimpun
banyak pengikut, bahkan lebih banyak dari hasil kerja Penginjil dari Eropa. Tunggul Wulung (1803-1885)
berasal dari daerah Juwono dekat gunung Muria. Pada masa itu penduduk Jawa Tengah mengalami
kesulitan ekonomi, dan Tunggul Wulung berkenalan dengan agama Kristen. Pada tahun 1853 Tunggul
Wulung muncul di Mojowarno, dan 2 tahun kemudian ia dibaptis oleh Jellesma. Setelah itu ia
mengadakan perjalanan PI ke Pasuruan, Malang, Rembang, kawasan gunung Muria, dan kemudian juga
Jawa Barat. Di beberapa tempat ia menjadi perintis jemaat-jemaat Kristen baru. Pada waktu itu,
pemerintah Hindia Belanda dan juga para zendeling menilai negatif pekerjaan Tunggul Wulung.
Kekristenan Tunggul Wulung dianggap sinkretis dan berisi unsur-unsur Jawa; misalnya, mengobati orang
sakit seperti cara dukun, dengan menggunakan Doa Bapa Kami seperti mantera. Pemerintah Hindia
Belanda takut penyiaran agama Kristen oleh Tunggul Wulung akan menimbulkan gangguan keamanan;
dan para pengikut Tunggul Wulung juga mengharapkan pembebasan dari kerja rodi. Tunggul Wulung
memperlihatkan harga diri yang cukup besar, ia tidak mau berjongkok bila berhadapan dengan orang
Eropa, apalagi kalau orang tersebut seorang utusan zending. Walaupun menghadapi berbagai
hambatan, Tunggul Wulung terus berkeliling menjalankan PI, selama 20 tahun. Dan pada waktu ia
meninggal dunia, pengikutnya dalam arti sempit saja ditaksir lebih dari seribu orang.
Gereja hadir di Indonesia bukan suatu kebetulan, tetapi sesuai dengan rencana Tuhan untuk
kelimpahan berkat bagi Indonesia. Keberadaan Gereja di Indonesia sebagai alat Tuhan untuk
menyatakan kasih-setia-Nya, yang menjamin kehidupan dan keselamatan manusia. Gereja dan orang
percaya berjuang sebagai “Garam dan Terang dunia” di dalam masyarakat dan negara; melawan korupsi
dengan kejujuran; menggantikan ketamakan dengan kecukupan; melawan hedonisme dan kemalasan
dengan kerja keras dan kreatifitas; mengubah ketimpangan ekonomi menjadi pemerataan dan keadilan
sosial; serta menghadapi kebencian dan permusuhan dengan kasih. Gereja dan orang percaya harus
masuk ke masyarakat dan negara untuk mencegah pembusukan dan membawa pencerahan dalam
semua bidang kehidupan; garam tidak berfungsi kalau diam saja di tempatnya. Kekacauan nilai dalam
masyarakat, terutama tentang apa yang baik dan apa yang buruk, membuat bangsa ini berjalan dalam
kegelapan; dan sebagai “Terang Dunia”, Gereja dan orang percaya harus masuk ke kegelapan tersebut
dan meneranginya, walaupun sering ditolak. Gereja dan orang percaya, sebagai saksi Yesus Kristus
menjadi nurani bangsa dan dunia; dan berjuang bersama berbagai kelompok masyarakat lain untuk
kebaikan bersama. Di dalam dunia yang gelap ini, gereja mendidik dan mengarahkan nurani banyak
orang untuk mengenal dan merindukan Tuhan. Gereja tidak berhak memaksakan kehendaknya, tetapi
Gereja mendapat “kuasa” untuk mendidik masyarakat menjadi lebih cerdas dan berhikmat.
Masyarakat Kristen adalah warga negara Indonesia; yang lahir, hidup dan mati di Indonesia;
yang nasibnya banyak ditentukan oleh kondisi masyarakat dan negara Indonesia; dan oleh karena itu
harus ikutserta berjuang di semua bidang kehidupan: politik, ekonomi, budaya, ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta agama dan kepercayaan. Masyarakat Kristen, walaupun sering teraniaya harus tetap
hidup dan berjuang sebagai bagian integral bangsa Indonesia. Berjuang di semua bidang kehidupan:
politik, ekonomi, budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta agama dan kepercayaan.. Tuhan
menempatkan Gereja di Indonesia dengan sengaja, untuk kemuliaan Tuhan dan damai sejahtera
Indonesia.
Sejarah mencatat bahwa perlawanan masyarakat dan raja-raja Nusantara akhirnya gagal;
pemerintah kolonial Belanda justru semakin kuat, dan terus menjalankan perang kolonial untuk
memperluas daerah kekuasaan, sehingga di awal abad ke-20, hampir semua wilayah Indonesia telah
dikuasainya. Kenyataan ini menghadirkan suatu komunitas kreatif di Indonesia, yang terdiri dari kaum
terpelajar, yang melihat penguasa Hindia Belanda berlaku tidak adil, diskriminatif dan eksploitatif.
Mereka menyadari bahwa Kerajaan Belanda tidak berhak memerintah di Indonesia. Mereka sampai
pada kesimpulan bahwa masyarakat Nusantara adalah satu bangsa, yakni bangsa Indonesia, dan sama
dengan bangsa-bangsa lainnya, berhak menjadi bangsa merdeka dan mendirikan negara sendiri. Mereka
mengubah cara melawan penguasa penjajah, dengan berjuang, belajar dan mengambil sebagian unsur-
unsur Peradaban Barat. Disadari bahwa kegagalan perlawanan selama ini adalah akibat dari penggunaan
cara perjuangan yang lemah. Komunitas kreatif ini menciptakan habitat dan cara hidup baru; dimulai
dengan kesadaran sebagai suatu bangsa merdeka, yakni bangsa Indonesia; dan bergotongroyong
mendirikan suatu negara berdaulat, yakni Republik Indonesia, dan mereka adalah kaum pergerakan
nasional. Melalui perjumpaan dengan ideologi nasionalisme yang datang dari Peradaban Barat, timbul
kesadaran kebangsaan Indonesia, yang menjiwai para tokoh pergerakan nasional, dan kemudian meluas
ke berbagai kelompok masyarakat. Persaudaraan kebangsaan Indonesia menyadarkan bahwa bangsa
Indonesia itu ada, merupakan persekutuan manusia merdeka yang sederajat, dan bersatu menjadi
bangsa Indonesia. Hidup bersama dalam suatu negara dapat terwujud kalau ada kesadaran akan cita-
cita bersama, kesetaraan, kebebasan dan toleransi, dan dijiwai oleh semangat persaudaran, sebagai
suatu bangsa yang telah memilih hidup bersama; seberat apapun permasalahan dihadapi, karena
masyarakat berjuang bersama beban itu menjadi ringan.
Pergerakan Nasional Indonesia adalah proses pertumbuhan nasionalisme Indonesia, yang antara
lain mewujud dalam berbagai organisasi pergerakan, melahirkan banyak tokoh pergerakan, dan
menghasilkan banyak gagasan tentang Indonesia merdeka. Membangkitkan kesadaran nasional dan
mendorong munculnya kemauan bersama untuk menjadi bangsa Indonesia. Pergerakan nasional
Indonesia adalah suatu fenomena sejarah hasil integrasi dari berbagai faktor, yaitu sosial, kultural,
ekonomi, dan politik. Pergerakan ini bisa saja dimulai dengan gerakan sosial, atau kultural, atau
ekonomi, tetapi semua itu akhirnya bermuara pada gerakan politik, karena penyebab dari semua
permasalahan itu adalah politik kolonial Belanda. Perilaku kolektif masyarakat dalam berbagai organisasi
pergerakan nasional membuat organisasi tersebut menjadi wahana perjuangan politik. Kondisi ini
mendorong proses integrasi kaum terpelajar, melintasi batas-batas profesi, golongan, daerah, etnis, dan
agama. Meskipun banyak perbedaan di antara mereka, seperti perbedaan politik dan ideologi, tetapi
kaum pergerakan komunikatif satu dengan yang lain. Komunikasi politik di antara kaum pergerakan
cukup lancar, walaupun banyak pembatasan oleh penguasa kolonial; bahkan semakin represif penguasa
kolonial, semakin kuat solidaritas antar organisasi pergerakan. Perjuangan kemerdekaan semakin
terintegrasi, dan kaum pergerakan bersama semua komponen bangsa sepakat untuk segera merdeka.
Dimulai dengan tumbuhnya kesadaran sosial melihat penderitaan masyarakat, kemudian secara
bertahap meningkat menjadi kesadaran politik. Penderitaan masyarakat dilihat sebagai akibat dari
ketidakadilan penguasa kolonial, dan oleh karena itu penderitaan ini hanya akan dapat disingkirkan
kalau kekuasaan negara berada ditangan bangsa Indonesia sendiri. Kesadaran ini mendorong kaum
pergerakan mendirikan organisasi modern sebagai alat pergerakan nasional. Dr. Sutomo dan kawan-
kawan mendirikan Budi Utomo (BU) di Jakarta pada tanggal 20 Mei 1908. Budi Utomo memperkenalkan
kesadaran lokal yang diformulasikan dalam wadah organisasi modern, yaitu organisasi yang mempunyai
pimpinan, ideologi yang jelas dan anggota. Hampir semua pimpinan terkemuka dari gerakan-gerakan
nasionalis Indonesia pada permulaan abad ke-20 pernah ada di Budi Utomo, atau paling kurang telah
mempunyai kontak dengan Budi Utomo. Peranan Budi Utomo dalam kemajuan politik di Indonesia
sangat besar, khususnya dalam mendorong terjadinya integrasi nasional. Itulah sebabnya mengapa hari
kelahiran Budi Utomo tanggal 20 Mei disebut sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Dari sini tumbuh cita-
cita pembentukan nasion Indonesia, dilanjutkan dengan Sumpah Pemuda 1928, yang dipakai sebagai
tonggak integrasi bangsa Indonesia.
Di negeri Belanda, para mahasiswa Indonesia membentuk Indische Vereeniging (IV) pada 1908;
pada awalnya melaksanakan kegiatan sosial dan kebudayaan sebagai ajang tukar pikiran tentang situasi
tanah air. Dalam perjalanannya IV berkembang menjadi perkumpulan yang mengutamakan masalah
politik. Semangat kebangsaannya semakin kuat, dan pada 1922 berganti nama menjadi Indonesische
Vereeniging, dan pada 1925 berganti nama lagi menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). Pimpinan PI yang
menonjol pada waktu itu adalah Iwa Kusuma, Sumantri, J.B.Sitanala, Hatta, Sastramulyono, dan
D.Mangunkusumo. Mereka juga menerbitkan majalah “Indonesia merdeka”. Pergantian nama
perkumpulan yang terakhir menjadi Perhimpunan Indonesia dan penerbitan majalah “Indonesia
Merdeka” memperlihatkan munculnya identitas bangsa Indonesia di luar negeri. Sejak 1925 PI
mengembangkan empat pikiran pokok yang mencakup. Pertama, Kesatuan Nasional:
mengenyampingkan perbedaan berdasarkan daerah dan membentuk kesatuan aksi melawan Belanda
serta menciptakan negara-bangsa Indonesia yang merdeka dan bersatu; Kedua; Solidaritas:
pertentangkan kepentingan nasional dengan penjajah dan mempertajam konflik antara kulit putih
dengan sawo matang; Ketiga, Nonkooperasi: kemerdekaan bukan hadiah dari Belanda, tetapi harus
direbut dengan mengandalkan kekuatan sendiri; Keempat, Swadaya: mengandalkan kekuatan sendiri
dengan mengembangkan struktur alternatif dalam kehidupan nasional, politik, sosial, ekonomi, dan
hukum yang sejajar dengan administrasi kolonial. PI menggabungkan semua unsur ini sebagai satu
kebulatan yang belum pernah dikembangkan oleh organisasi-organisasi sebelumnya. Mereka percaya
bahwa semua orang Indonesia dapat menerimanya dan dapat menciptakan gerakan yang kuat dan
terpadu untuk mewujudkan kemerdekaan.
Pergerakan Nasional Indonesia adalah perlawanan terhadap kolonialisme Belanda. Dibawah
penjajahan Belanda masyarakat Indonesia sangat menderita, dan penderitaan ini menjadi tantangan
yang membutuhkan jawaban yang setimpal; dan untuk menjawabnya muncul kaum pergerakan nasional
yang menyadari bahwa penjajahan menjadi penyebab penderitaan. Komunitas kreatif di Indonesia
mampu mengidentifikasi tantangan yang menghambat kemajuan masyarakatnya, yakni penjajahan oleh
bangsa lain. Masyarakat Indonesia adalah suatu bangsa, yang sama dengan bangsa-bangsa lain berhak
untuk merdeka dan memiliki suatu negara berdaulat. Pembukaan UUD 1945 antara lain menyatakan:
Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di
atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan. Atas
kesadaran tersebut, kaum pergerakan nasional Indonesia mengajak masyarakat luas berjuang menjadi
bangsa merdeka dan mendirikan negara berdaulat. Pergerakan nasional memperjuangkan
kesederajatan manusia, kemerdekaan, keadilan, dan mengarahkan pembentukan suatu unit geopolitik
baru sebagai wadah bersama masyarakat Indonesia yang majemuk. Perlawanan terhadap penguasa
kolonial dengan cara tradisional yang berideologi religio-magis dan kepemimpinan kharismatik telah
gagal; dan dibutuhkan cara perjuangan modern, dan untuk itu perlu mengambil beberapa unsur
Peradaban Barat. Habitat dan cara hidup perlu diubah; Hindia Belanda di ganti dengan Republik
Indonesia; dan masyarakat feodalistik-hirarkis diubah menjadi masyarakat gotongroyong yang egaliter.
Cara perjuangan tradisional diganti dengan cara perjuangan baru yang rasional dengan ideologi
nasionalisme dan organisasi modern.
Mei 1926, di Jakarta dilaksanakan Kongres Pemuda I, yang dihadiri oleh Jong Java, Jong Sumatra,
Jong Ambon, Jong Minahasa, Jong Batak, Jong Islamieten Bond, dan Perkumpulan Pemuda Theosofi.
Kongres Pemuda I ini mengetengahkan faham persatuan, kebangsaan, dan mempererat hubungan antar
organisasi pemuda. Pada 26-28 Oktober 1928, di Jakarta dilaksanakan Kongres Pemuda II, yang
menggabung semua organisasi pemuda menjadi satu kekuatan nasional. Kongres ini membawa
semangat nasionalisme ke tingkat yang lebih tinggi, dan semua utusan yang datang mengucapkan
sumpah setia “Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa Indonesia”. Sumpah tersebut berbunyi sebagai
berikut: 1. Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia; 2.
Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia; 3. Kami putra dan
putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Dalam penutupan Kongres
dinyanyikan lagu Indonesia Raya ciptaan W.R.Supratman, dan bendera Merah Putih juga dikibarkan
mengiringi lagu kebangsaan itu, sehingga tercipta kesan yang mendalam bagi para peserta.
Lagu Indonesia Raya yang dinyanyikan pada 28 Oktober 1928, kata Merdeka belum disebutkan,
tetapi diganti dengan kata Moelia. Sumpah Pemuda, yang dicetuskan dalam Kongres Pemuda II, pada 28
Oktober 1928, adalah pernyataan terbuka tentang keberadaan bangsa Indonesia di tanah air Indonesia.
Pernyataan terbuka ini disampaikan kepada masyarakat Indonesia; dan juga kepada masyarakat dunia,
khususnya kepada penguasa kolonial Belanda.
Revolusi Indonesia dimulai dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, di
Jakarta; dan sejak itu, kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan Indonesia bergerak dan berubah
cepat. Pada 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia diwakili Soekarno dan Hatta memproklamirkan
kemerdekaan Indonesia; 18 Agustus 1945 negara-bangsa Republik Indonesia didirikan, dengan
menetapkan UUD 1945 dan memilih Soekarno menjadi Presiden dan Hatta menjadi Wakil Presiden.
Sejak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, bangsa Indonesia bangun dari tidur lamanya, muncul ke
permukaan sebagai bangsa merdeka yang mendirikan suatu negara berdaulat. Kesadaran nasional
membuat masyarakat Nusantara berubah menjadi satu bangsa, yakni bangsa Indonesia; dan
sebagaimana layaknya bangsa-bangsa lain, bangsa Indonesia berhak mendapatkan kemerdekaannya,
dan mendirikan suatu negara berdaulat.
Puncak pencapaian peradaban di bidang politik adalah pendirian negara-bangsa yang
demokratis. Negara adalah satu-satunya persekutuan manusia yang diberi kekuasaan menjalankan
keputusannya dengan menggunakan kekerasan, di wilayah kekuasaan negara tersebut; dengan
demikian negara bisa menjalankan fungsinya, antara lain mengatur ketertiban, memelihara keamanan
dan menegakkan keadilan. Kekuasaan negara dibuat besar, karena dibutuhkan untuk mengatur
masyarakat yang jumlahnya sangat banyak, dengan pemikirannya beraneka ragam, kepentingan yang
tidak selalu sama, kekuatan berbeda, dan sebagian dari mereka punya kecenderungan berbuat jahat. Itu
pula sebabnya, sejak jumlah penduduk di suatu wilayah bertambah banyak, masyarakat secara bersama-
sama sepakat memilih sebagian dari mereka menjadi pemimpin yang diberi kepercayaan mengatur
mereka. Pada awalnya adalah masyarakat egaliter, dengan hak dan martabat yang sama, dan oleh
karena itu kepemimpinan yang berlaku adalah kepemimpinan primus inter pares (yang pertama dari
yang sama). Tetapi pada perkembangan selanjutnya, sentralisasi kekuasaan politik menimbulkan
diferensiasi kelas, dan sejak itu secara perlahan martabat manusia di buat berbeda. Tetapi beberapa
abad terakhir ini, kekeliruan pembedaan martabat manusia ini disadari dan dikoreksi. Disadari dan
diakui bahwa hanya ada satu martabat, yakni martabat manusia, dan hanya ada satu ras, yakni ras
manusia. Kesadaran ini mendorong masyarakat berjuang mewujudkan negara yang memperlakukan
manusia secara sama, dengan martabat yang sama, yakni martabat manusia, dan negara tersebut
adalah negara demokrasi. Nilai kesetaraan, yang sempat dilupakan selama ribuan tahun, diberlakukan
kembali. Perubahan tatanan kenegaraan ini adalah bagian dari perkembangan peradaban, dan
merupakan capaian yang sangat mendasar, strategis, dan manusiawi. Sejarah umat manusia pernah
melalui masa kelam dalam waktu yang sangat lama, terutama dengan kehidupan kemasyarakatan dan
kenegaraan yang membedakan martabat manusia. Tetapi sekarang ini, manusia kembali menerapkan
nilai kesetaraan dalam kehidupan kenegaraan, dan hampir semua negara di dunia sekarang ini
menggunakan sistem demokrasi. Puncak capaian suatu revolusi politik adalah negara-bangsa yang
demokratis, dan Republik Indonesia telah mencapainya. Republik Indonesia adalah suatu negara-bangsa.
Naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diproklamirkan pada 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB
bertempat di rumah Sukarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 (sekarang Gedung Perintis Kemerdekaan, di
Jalan Proklamasi), oleh Sukarno dan Hatta, atas nama bangsa Indonesia menyatakan: Kami bangsa
Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang mengenai pemindahan
kekuasaan dll, diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

BAB VI. Menjadi negara demokrasi.


Reformasi Politik di Indonesia sukses dan membawa banyak kemajuan dibidang politik, antara
lain: Konstitusi menjamin hak asasi manusia; hak-hak politik dan kebebasan sipil dipenuhi; kebebasan
pers dijamin; pemilihan umum berlangsung adil, bebas, kompetitif dan berkala; Presiden, gubernur,
bupati, walikota, dan semua anggota legislatif dipilih secara langsung oleh rakyat dalam pemilihan
umum; militer mundur dari politik; dan Presiden hanya boleh dipilih satu kali lagi. Sistem Politik
Indonesia di era reformasi ini lebih memperkuat prinsip check and balances, yang mencegah dominasi
lembaga negara yang satu terhadap yang lain. Reformasi Politik telah mempunyai dasar yang jelas dalam
UUD 1945 yang dari tahun 1999 sampai dengan 2002 telah mengalami empat kali perubahan.
Perubahan UUD 1945 telah membawa banyak kemajuan dibidang politik, antara lain: konstitusi
menjamin pemenuhan martabat manusia serta hak-hak politik dan kebebasan sipil; kebebasan pers;
pemilihan umum yang adil, bebas dan demokratis; Presiden, gubernur, bupati, walikota, dan semua
anggota legislatif dipilih secara langsung oleh rakyat dalam pemilihan umum; militer mundur dari politik;
dan masa jabatan Presiden dibatasi. Menurut Jakob Tobing, Wakil Ketua PAH III BP MPR (1999 – 2000)
dan Ketua PAH I BP MPR (2000 – 2002), setelah Perubahan UUD 1945 Indonesia menjadi negara
demokrasi terbesar ketiga di dunia setelah India dan Amerika Serikat. Kebebasan berpendapat, HAM,
supremasi hukum dan sistem politik checks and balances telah dimeteraikan. Ditinjau dari perspektif
peradaban, revolusi politik di Indonesia telah berhasil mengantarkan bangsa Indonesia menjadi bangsa
merdeka; dan menyelenggarakan suatu negara kebangsaan, yaitu Republik Indonesia yang demokrasi,
damai dan stabil; dan kemajuan ini adalah suatu prestasi besar yang belum dapat diwujudkan oleh
banyak negara di bumi ini. Tuhan Memberkati Indonesia.

BAB VII. Kita bersyukur kepada Tuhan.


Kita bersyukur kepada Tuhan atas segala ciptaanNya,termasuk keberadaan manusia di dalamnya
dan atas pengendalianNya hingga tercipta ketertiban damn keteraturan segala ciptaan yang
memungkinkannya langgeng. Kita bersyukur pada Tuhan atas pemeliharaanNya terhadap makhluk
ciptaanNya.Kita bersyukur kepada Tuhan atas pemberian akal dan nurani kepada manusia, atas
pemberian kepercayaan kepada manusia untuk melanggengkan bangsa manusia dan menatalayani
jagatraya serta isinya.Kita bersyukur kepada Tuhan atas keselamatan yang dianugerahkanNya
kepadamanusia. Kita bersyukur kepada Tuhan atas pemberian martabat yang sama kepada semua
manusia.Kita bersyukur kepada Tuhan atas keadilanNya bagi segala ciptaan termasuk untuk masyarkat
manusia.Kita bersyukur kepada Tuhan atas tugas panggilanNya kepada manusia, yang memberi
kesempatan kepada manusia untuk ikut ambil bagian dalam menjalankan rencanaNya.Kita bersyukur
kepada Tuhan atas Injil Yesus Kristus yang telah sampai ke Indonesia dna telah menjadi berkat bagi
bangsa ini.Kita bersyukur kepada Tuhan atas penyertaanNya kepada rakyat Indonesia dan negara
Indonesia dan dnegan penyertaanNya Indonesia mampu menjawab berbagi tantangan yang
dihadapinya.Tuhan memberkati Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai