Anda di halaman 1dari 5

“PERAN PERAWAT MENGHADAPI TRANSFORMASI BUDAYA

DALAM BIDANG KESEHATAN DI ERA 5.0”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Evaluasi Mata Kuliah Psikososial dan Budaya

Oleh :

Epa Ike Nurjanah

P1337420921194

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI PROFESI NERS

TAHUN 2022
Peran perawat menghadapi Transformasi budaya dalam bidang kesehatan di era 5.0

Kualitas pelayanan kesehatan akan banyak ditentukan oleh kualitas sumber daya

manusia, salah satunya adalah kualitas perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan. Perawat

dituntut untuk mempunyai kemampuan profesional dalam 3 aspek yaitu kognitif, afektif dan

psikomotorik, kepekaan terhadap perbedaan sosial budaya, serta mempunyai pengetahuan

yang luas tentang teknologi informasi. Perawat professional dapat dibangun berdasarkan tiga

fondasi, yaitu pertama, Evidence Based. Keperawatan dibangun berdasarkan keilmuan dan

bukti-bukti ilmiah dari suatu hasil penelitian sehingga perawat merupakan suatu profesi yang

mandiri.

Kedua, Quality of Practice. Perawat dengan berbekal ilmu dan hasil-hasil penelitian yang

ada akan selalu meningkatkan kompetensi, kemampuan berpikir kritis, kemampuan mengambil

keputusan yang tepat dan kepercayaan diri yang baik dalam praktik dan bekerjasama dengan

profesi lain. Kualitas praktik didukung adanya kebijakan, regulasi dan peraturan-peraturan yang

sinergi antara pemerintah, institusi pendidikan, institusi pelayanan dan organisasi profesi dan

yang ketiga, Patient Safety. Praktik keperawatan harus menjamin keamanan yang tinggi kepada

masyarakat yang dilayani. Untuk itu diperlukan adanya sistem pendidikan yang efektif, standar

praktik keperawatan, kode etik keperawatan, sertifikasi perawat, dan kejelasan regulasi

keperawatan. Pada era 5.0 ini, diperlukan perawat yang mampu memberikan asuhan

keperawatan secara berkualitas kepada pasien dengan memanfaatkan perkembangan teknologi

kecerdasan buatan yang akan membantu, memudahkan dan mempercepat kinerja perawat.

Peran perawat milenial sangat dibutuhkan di era revolusi 5.0. Perawat generasi milenial

membawa banyak hal positif untuk keperawatan. Generasi milenial adalah generasi yang paling

cerdas dalam memanfaatkan teknologi. Generasi ini terampil dalam menggunakan banyak jenis

teknologi karena teknologi adalah bagian integral dari kehidupan mereka. Tidak dapat
dipungkiri bahwa perkembangan teknologi telah mengubah industri kesehatan. Teknologi yang

semakin berkembang membuat ilmu keperawatan menjadi lebih kompleks dengan cara yang

tidak bisa dibayangkan oleh generasi-generasi yang lalu. Saat ini kewajiban perawat tidak

hanya bagaimana memberikan asuhan keperawatan yang baik tetapi juga bagaimana menjadi

innovator yang hebat.

Perawat dituntut untuk mampu menciptakan, menerapkan dan memanfaatkan

perkembangan teknologi dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan

professional serta dapat menyesuaikan teknologi dengan perawatan pasien. Pendidikan

keperawatan di Indonesia juga perlu dikembangkan sehingga mengarah pada pembangunan

sosial dan memiliki daya saing global. Peran penting perawat adalah memberikan asuhan

keperawatan yang berkualitas  kepada pasien secara berkesinambungan. Perawat diharapkan

dapat bersaing dan beradaptasi pada lingkungan yang berbasis teknologi sehingga pemberian

pelayanan sampai kepada pasien dengan baik.

Kemajuan teknologi ini tentu menimbulkan kecemasan pada para perawat bahwa

pelayanan keperawatan konvensional yang menekankan adanya tatap muka antara perawat

dan pasien akan hilang. Namun manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang

membutuhkan interaksi antarmanusia dengan manusia lainnya. Program kecerdasan buatan

tentu tidak dapat menggantikan peran perawat seutuhnya. Program kecerdasan buatan tidak

dibikin secara spesifik untuk menggantikan posisi perawat, tetapi untuk membantu dalam

pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan. dengan adanya pertumbuhan cepat pada

populasi manusia dan mengalami keterbatasan sumber daya perawat maka tujuan penggunaan

teknologi ini untuk membantu sehingga pelayanan asuhan keperawatan kepada pasien dengan

terpenuhi. Perawat adalah peran aktif sedangkan teknologi hanya membantu untuk
memudahkan dan mempercepat kinerja perawat. Manusialah yang akan memegang peranan

penting dalam penggunaan kecerdasan buatan dalam pelayanan kesehatan dan keperawatan.

Tuntutan masyarakat terkait pelayanan kesehatan yang semakin tinggi, mewajibkan

generasi milenial menjadi pemikir yang ingin menjadi agen inovasi dalam dunia keperawatan.

Masyarakat sebagai pelanggan layanan kesehatan saat ini semakin kritis dalam memilih layanan

kesehatan, mereka lebih berhati-hati sebelum menerima perawatan dan penanganan  dari

tenaga kesehatan terutama perawat. Perkembangan memaksa perawat harus mampu

mengimbangi hal tersebut dengan memiliki pengetahuan yang luas, mempunyai critical

thinking dan aware  terhadap teknologi informasi dengan mengutamakan keselamatan pasien

untuk peningkatan mutu layanan keperawatan.

Kemajuan teknologi menuntut perawat untuk selalu mencari ilmu-ilmu baru. Sebab

dunia kesehatan selalu berkembang. Setiap hari muncul penelitian-penelitian terbaru mengenai

intervensi yang bisa diberikan kepada klien, oleh karena itu perawat harus lebih terbuka,kreatif

dan inovatif. Selain itu pengembangan ilmu bukan hanya dalam bidang kesehatan, perawat

juga diharapkan bisa menjadi seorang nursepreneur yang bisa menciptakan lapangan kerja bagi

orang lain terutama untuk rekan-rekan sejawat. Peran merupakan seperangkat tingkah laku

yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu

system. Peran perawat dipengaruhi oleh keadaan social baik dari dalam maupun dari luar

profesi keperawatan dan bersifat konstan. Doheny (1982) mengudentifikasi beberapa elemen

peran perawat professional meliputi Care giver, Client advocate, Counsellor, Educator,

Collaborator, Coordinator, Change agent dan Consultan. Untuk menghadapi berbagai

fenomena kebudayaan yang ada di masyarakat, maka perawat dalam menjalankan

perannya harus dapat memahami tahapan pengembangan kompetensi budaya, yaitu:

Pertama:
1. Pahami bahwa budaya bersifat dinamis

2. Hal ini merupakan proses kumulatif dan berkelanjutan

3. Hal ini dipelajari dan dibagi dengan orang lain

4. Perilaku dan nilai budaya di tunjukkan oleh masyarakat

5. Budaya bersifat kreatif dan sangat bermakana dalam hidup

6. Secara simbolis terlihat dari bahasa dan interaksi

7. Budaya menjadi acuan dalam berpikir dan bertindak

Kedua:

1. Menjadi peduli dengan budaya sendiri.

2. Proses pemikiran yang terjadi pada perawat juga terjadi pada yang lain, tetapi

dalam bentuk atau arti berbeda.

3. Bias dan nilai budaya ditafsirkan secara internal

4. Nilai budaya tidak selalu tampak kecuali jika mereka berbagi secara sosial dengan orang

lain dalam kehidupan sehari-hari.

Ketiga:

1. Menjadi sadar dan peduli dengan budaya orang lain trerutama klien yang diasuh oleh

perawat sendiri

2. Budaya menggambarkan keyakinan bahwa banyak ragam budaya yang ada sudah

sesuai dengan budayanya masing-masing

3. Penting untuk membangun sikap saling menghargai perbedaan budaya dan apresiasi

keamanan budaya

4. Mengembangkan kemampuan untuk bekerja dengan yang lain dalam konteks budaya,

diluar penilaian etnosentris

Anda mungkin juga menyukai