Anda di halaman 1dari 6

Nama : Nydia Almira

NIM : P17324421050

Dosen : M. Januar Ibnu Adham

 Perkembngan konstitusi di Indonesia setelah merdeka hingga sekarang.


Sejarah konstitusi Indonesia dapat dikatakan telah melewati berbagai  tahap
perkembangan. Tiap tahap memunculkan model ketatanegaraan yang khas,
sampai  karena trauma masa lalu terutama akibat praktik politik Orde Baru
yang  menyalahgunakan konstitusi untuk tujuan kekuasaannya yang
sentralistik dan otoriter, memunculkan ide untuk mengamandemen UUD
1945.
Tahap perkembangan konstitusi di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi
beberapa periode. Periode pertama berlaku UUD 1945, periode kedua berlaku
Konstitusi RIS 1949, periode ketiga berlaku UUDS 1950, Periode keempat
berlaku kembali UUD 1945 beserta Penjelasannya. Setelah itu UUD 1945
diubah berturut-turut pada tahun 1999, 2000, 2001, 2002 dengan
menggunakan naskah yang berlaku mulai 5 Juli 1959 sebagai standar dalam
melakukan perubahan di luar teks yang kemudian dijadikan lampiran yang tak
terpisahkan dari naskah UUD 1945.
Mengamandemen konstitusi (undang-undang dasar) jelas bukan urusan
sederhana. Sebab undang-undang dasar merupakan desain utama negara untuk
mengatur berbagai hal fundamental dan strategis, dari soal struktur kekuasaan
dan hubungan antar kekuasaan organ negara sampai hak asasi manusia. Proses
amandemen UUD 1945 terjadi secara bertahap selama empat kali. Ada
berbagai kekurangan dalam empat tahap amandemen tersebut yang mendapat
sorotan tajam di antara para pengamat, yang memunculkan ide perlunya
dibentuk Komisi Konstitusi yang akan membantu melakukan koreksi dan
mengatasi kekurangan-kekurangan itu untuk amandemen mendatang.
Indonesia sebagai negara hukum, memiliki konstitusi yang dikenal dengan
Undang-Undang Dasar 1945. Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi
mengalami perkembangan sejarah yang sangat panjang hingga akhirnya
diterima sebagai landasan hukum bagi pelaksanaan ketatanegaraan di
Indonesia. Konstitusi di Indonesia mengalami perkembangan cukup radikal
dari Undang-Undang Dasar 1945 yang merupakan hasil komitmen para
pendiri Negara, muncul Konstitusi RIS, Undang-Undang Dasar Sementara
1950 dan kembali ke Undang- Undang Dasar 1945. Pada masa Orde Lama
dan masa Orde Baru kelemahan pada Undang-Undang Dasar 1945
dipergunakan Presiden sebagai alat kekuasaan yang menimbulkan
pemerintahan otoriterisme. Pemerintahan otoriterisme memicu keinginan
melakukan amandemen Undang-Undang Dasar 1945. Masa reformasi sebagai
momen untuk melakukan amandernen Undang-Undang Dasar 1945 sebanyak
4 kali dari tahun 1999 -2002 dan mengalami perubahan paradigma kekuasaan
dari executive heavy ke arah legislative heavy. Amandemen Undang-Undang
Dasar 1945 kehidupan ketatanegaraan bergeser ke arah individualisme,
materialisme dan liberalisme menyimpang dari Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945. Gagasan amandemen ulang untuk menata kembali dan
menyempurnakan, sehingga mampu menciptakan sistem ketatanegaraan yang
demokratis yang berakar pada budaya dan karakter Bangsa Indonesia.
Sampai saat ini, konstitusi yang berlaku di Indonesia yaitu Undang-Undang
Dasar 1945, telah mengalami empat kali perubahan.

 Skema pembagian kekuasaan di pusat dan daerah dengan konsep trias politica
berdasarkan UUD 1945.
Konsep Trias Politica, berasal dari bahasa Yunani yang artinya Politik Tiga
Serangkai. Menurut Montesquieu, ajaran Trias Politica dikatakan bahwa
dalam tiap pemerintahan negara harus ada 3 (tiga) jenis kekuasaan yang tidak
dapat dipegang oleh satu tangan saja, melainkan harus masingmasing
kekuasaan itu terpisah. Pada pokoknya ajaran Trias Politica isinya tiap
pemerintahan negara harus ada 3 (tiga) jenis kekuasaan yaitu Legislatif,
Eksekutif dan Yudikatif, sebagai berikut:

a. Kekuasaan Legislatif (Legislative Power)


Kekuasaan Legislatif (Legislative Power) adalah kekuasaan membuat undang-
undang. Kekuasaan untuk membuat undang-undang harus terletah dalam
suatu badan khusus untuk itu. Jika penyusunan undang-undang tidak
diletakkan pada suatu badan tertentu , maka akan mungkin tiap golongan atau
tiap orang mengadakan undang-undang untuk kepentingannya sendiri. Suatu
negara yang menamakan diri sebagai negara demokrasi yang peraturan
perundangan harus berdasarkan kedaulatan rakyat, maka badan perwakilan
rakyat yang harus dianggap sebagai badan yang mempunyai kekuasaan
tertinggi untuk menyusun undang-undang dan dinamakan “Legislatif”.
Legislatif adalah yang terpenting sekali dalam susunan kenegaraan karena
undang-undang adalah ibarat tiang yang menegakkan hidup perumahan
Negara dan sebagai alat yang menjadi pedoman hidup bagi bermasyarakat dan
bernegara. Sebagai badan pembentuk undangundang, maka Legislatif itu
hanyalah berhak untuk mengadakan undangundang saja, tidak boleh
melaksanakannya. Untuk menjalankan undang-undang itu haruslah diserahkan
kepada suatu badan lain. Kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang
adalah “Eksekutif”

b. Kekuasaan Eksekutif (Executive Power)


Kekuasaan “Eksekutif” adalah kekuasaan untuk melaksanakan undangundang.
Kekuasaan melaksanakan undang-undang dipegang oleh Kepala Negara.
Kepala Negara tentu tidak dapat dengan sendirinya menjalankan segala
undang-undang ini. Oleh karena itu, kekuasaan dari kepala Negara
dilimpahkan (didelegasikan) kepada pejabat-pejabat pemerintah/Negara yang
bersama-sama merupakan suatu badan pelaksana undang-undang (Badan
Eksekutif). Badan inilah yang berkewajiban menjalankan kekuasaan
Eksekutif.

c. Kekuasaan Yudikatif atau Kekuasaan


Kehakiman (Yudicative Powers) Kekuasaan Yudikatif atau Kekuasaan
Kehakiman (Yudicative Powers adalah kekuasaan yang berkewajiban
mempertahankan undang-undang dan berhak memberikan peradilan kepada
rakyatnya. Badan Yudikatif adalah yang berkuasa memutus perkara,
menjatuhkan hukuman terhadap setiap pelanggaran undang-undang yang telah
diadakan dan dijalankan. Walaupun pada hakim itu biasanya diangkat oleh
Kepala Negara (Eksekutif) tetapi mereka mempunyai kedudukan yang
istimewa dan mempunyai hak tersendiri, karena hakim tidak diperintah oleh
Kepala Negara yang mengangkatnya, bahkan hakim adalah badan yang
berhak menghukum Kepala Negara, jika Kepala Negara melanggarnya.

 Jelaskan dan bedakan konstitusi yang bersifat presidensial dan parlementer.


Sistem pemerintahan presidensial adalah sistem pemerintahan di mana kepala
pemerintahan dipegang oleh presiden dan tidak memiliki tanggung jawab
terhadap parlemen (legislatif). Sementara itu, menteri bertanggung jawab
kepada presiden karena presiden memiliki kedudukan sebagai kepala Negara
sekaligus kepala pemerintahan.
Menurut Rod Hague, pemerintahan presidensial memiliki beberapa tiga unsur
pokok, yaitu presiden dipilih oleh rakyat dan bisa mengangkat para pejabat
pemerintahan, presiden memiliki masa jabatan yang tetap, dan tidak ada status
tumpang tindih antara badan eksekutif dan badan legislatif.
Sistem pemerintahan parlementer adalah sistem pemerintahan di mana
pemerintah (eksekutif) bertanggung jawab kepada parlemen. Dalam sistem
pemerintahan parlementer, parlemen memiliki kekuasaan dan kewenangan
yang besar dalam mengawasi kebijakan eksekutif.
Salah satu ciri sistem pemerintahan parlementer adalah anggota parlemen
terdiri atas orang-orang dari partai politik yang memenangkan pemilihan
umum. Selain itu, kabinet atau pemerintah terdiri atas para menteri dan
perdana menteri sebagai pemimpin kabinet.
Ada beberapa perbedaan dari sistem presidensial dan parlementer. Di mana
kedua sistem memiliki unsur, ciri, dan kelebihannya masing-masing. Secara
umum, berikut beberapa perbedaan sistem presidensial dan parlementer:
1. Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan
2. Pemilihan Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan
3. Masa Jabatan
4. Kekuasaan Eksekutif dan Legislatif
5. Lembaga Supermasi Tertinggi

 GBHN (Garis – garis Besar Haluan Negara) adalah Haluan negara tentang
penyelenggaraan negara dalam garis – garis besar sebagai pernytaan kehendak
rakyat secara menyeluruh dan terpadu.
GBHN ditetapkan oleh MPR untuk jangka waktu 5 tahun. Dengan adanya
amandemen UUD 1945 dimana terjadi perubahan peran MPR dan presiden,
GBHN tidak berlaku lagi.
Daftar Pustaka

https://bpip.go.id

https://dsdan.go.id

https://journal.uny.ac.id

https://m.merdeka.com

https://repository.ubaya.ac.id

https://repository.usm.ac.id

https://www.kemhan.go.id

Anda mungkin juga menyukai