Anda di halaman 1dari 26

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)


Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 1dari 26 27 Februari 2017

BAB I
HAKIKAT BAHASA INDONESIA

A. Deskripsi singkat
Bab ini berisi ulasan singkat mengenai pokok-pokok materi mengenai
1) sejarah bahasa Indonesia, 2) kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia,
dan 3) penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

B. Capaian pembelajaran matakuliah


1. CPMK 1: menerima, bangga, dan menyukuri bahasa Indonesia
sebagai sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi Negara sebagai
perwujudan jiwa nasionalisme untuk menjaga keutuhan NKRI
2. CPMK 2: menempatkan bahasa Indonesia dalam kedudukannya
sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi negara sebagai
perwujudan jiwa nasionalisme untuk menjaga keutuhan NKRI
3. CPMK 3: terampil menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar secara santun dalam berbagai kesempatan pertemuan resmi
sebagai perwujudan pengembangan kepribadian sebagai cermin
kepribadian bangsa Indonesia.
4. CPMK 4: terampil menggunakan berbagai ragam bahasa Indonesia
secara baik dan benar sebagai cermin penghargaan terhadap
keragaman bangsa dan budaya Indonesia.

| BAHASA INDONESIA | 1
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 2dari 26 27 Februari 2017

5. CPMK 5: taat azas terhadap kaidah penggunaan diksi dan kata baku
bahasa Indonesia dalam penulisan karya ilmiah sebagai perwujudan
warga negara Indonesia yang taat hukum.
6. CPMK 6: taat azas terhadap kaidah penggunaan kalimat efektif
bahasa Indonesia dalam penulisan karya ilmiah sebagaiperwujudan
warga negara Indonesia yang taat hukum.

C. Isi Materi perkuliahan


1. Sejarah Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Negara Republik Indonesia
(UUD 1945 pasal 36) dan bahasa persatuan bangsa Indonesia (Butir ketiga
Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928). Bahasa Indonesia diresmikan
penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya
sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi.
Bahasa Indonesia merupakan salah satu ragam bahasa Melayu
(Kridalaksana 1991). Bahasa Indonesia yang dipakai saat ini didasarkan
pada bahasa Melayu Riau (Provinsi Kepulauan Riau sekarang) yang telah
menjadi lingua franca sejak abad ke-19.
Orang Indonesia yang mula-mula menggunakan istilah Indonesia
adalah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Ketika dibuang ke
negeri Belanda tahun 1913 ia mendirikan sebuah biro pers dengan nama
Indonesische Pers-bureau. Pada dasawarsa 1920-an, nama Indonesia yang
merupakan istilah ilmiah dalam etnologi dan geografi itu diambil alih oleh
tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia, sehingga nama

| BAHASA INDONESIA | 2
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 3dari 26 27 Februari 2017

Indonesia akhirnya memiliki makna politis, yaitu identitas suatu bangsa


yang memperjuangkan kemerdekaan.
Mengapa bahasa Indonesia diangkat dari bahasa Melayu?. Ada
beberapa alasan mengapa yang dipilih untuk diangkat menjadi bahasa
Indonesia adalah bahasa Melayu dan bukan bahasa daerah lain di
Indonesia yang cukup banyak pemakainya seperti bahasa Jawa dan bahasa
Sunda? Ada sederet alasan yang dapat dikemukakan. Dari beberapa
referensi alasanalasan tersebut antara lain sebagai berikut.
(1) Bahasa Melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa
perhubungan, dan bahasa perdagangan.
(2) Bahasa Melayu sudah dikenal oleh banyak masyarakat.
(3) Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena dalam
bahasa ini tidak dikenal tingkatan bahasa, seperti dalam bahasa Jawa.
(4) Bahasa Melayu memiliki sifat terbuka untuk menerima pengaruh
bahasa lain.
(5) Suku Jawa, suku Sunda, dan suku-suku yang lain dengan sukarela
menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional.
(6) Bahasa Melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai
bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.
Dalam perkembangnya, bahasa Indonesia yang secara istilah baru
lahir memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mencapai
kemerdekaan. Bahasa Indonesialah yang digunakan sebagai pembangkit
semangat kebangsaan dan rasa nasionalisme bersama. Bahasa Indonesia
pula yang menjadi sarana pencerdasan bangsa melalui lembaga-lembaga

| BAHASA INDONESIA | 3
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 4dari 26 27 Februari 2017

pendidikan yang berkembang di tanah air. Bahasa Indonesialah yang


akhirnya menjadi sarana perjuangan merebut kemerdekaan.
Selanjutnya, setelah Indonesia merdeka, bahasa Indonesia
dikukuhkan sebagai bahasa negara seperti yang tertuang dalam
UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Bab XV,
Pasal 36 yang berbunyi bahasa Negara adalah bahasa Indonesia.
Keberadaan bahasa Indonesia merupakan kebanggaan tersendiri bagi
bangsa Indonesia karena merupakan bahasa asli milik pribumi dan telah
mengakar di seluruh wilayah Indonesia.

2. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia


Bahasa sebagai alat komunikasi, baik secara terlisan maupun tertulis.
Ini adalah fungsi dasar bahasa yang tidak dihubungkan dengan status dan
nilai-nilai sosial. Setelah dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari, yang
di dalamnya selalu ada nilai-nilai dan status, bahasa tidak dapat
ditinggalkan. Ia selalu mengikuti kehidupan manusia sehari-hari, baik
sebagai manusia anggota suku maupun anggota bangsa. Karena kondisi
dan pentingnya bahasa itulah, maka ia diberi “label‟ secara eksplisit oleh
pemakainya yang berupa kedudukan dan fungsi tertentu.
Kedudukan dan fungsi bahasa yang dipakai oleh pemakainya (baca:
masyarakat bahasa) perlu dirumuskan secara eksplisit, sebab kejelasan
“label‟ yang diberikan akan mempengaruhi masa depan bahasa yang
bersangkutan. Pemakainya akan menyikapinya secara jelas terhadapnya.
Pemakaiannya akan memperlakukannya sesuai dengan “label‟ yang
dikenakan padanya.

| BAHASA INDONESIA | 4
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 5dari 26 27 Februari 2017

2.1 Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional


Hasil Perumusan Seminar “Politik Bahasa Nasional” yang
diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25-28 Februari 1975 antara lain
menegaskan bahwa dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa
Indonesia berfungsi sebagai (1) lambang kebanggaan nasional, (2)
lambang identitas nasional, (3) alat pemersatu berbagai-bagai masyarakat
yang berbeda-beda latar belakang sosial budaya dan bahasanya, dan (4)
alat perhubungan antarbudaya antardaerah.
Sebagai lambang kebanggaan nasional, bahasa Indonesia
“memancarkan‟ nilai-nilai sosial budaya luhur bangsa Indonesia. Dengan
keluhuran nilai yang dicerminkan bangsa Indonesia, kita harus bangga
dengannya; kita harus menjunjungnya; dan kita harus
mempertahankannya. Sebagai realisasi kebanggaan kita terhadap bahasa
Indonesia, kita harus memakainya tanpa ada rasa rendah diri, malu, dan
acuh tak acuh. Kita harus bngga memakainya dengan memelihara dan
mengembangkannya.
Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia merupakan
“lambang‟ bangsa Indonesia. Ini beratri, dengan bahasa Indonesia akan
dapat diketahui siapa kita, yaitu sifat, perangai, dan watak kita sebagai
bangsa Indonesia. Karena fungsinya yang demikian itu, maka kita harus
menjaganya jangan sampai ciri kepribadian kita tidak tercermin di
dalamnya. Jangan sampai bahasa Indonesia tidak menunjukkan gambaran
bangsa Indonesia yang sebenarnya.
Dengan fungsi yang ketiga memungkinkan masyarakat Indonesia
yang beragam latar belakang sosial budaya dan berbeda-beda bahasanya

| BAHASA INDONESIA | 5
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 6dari 26 27 Februari 2017

dapat menyatu dan bersatu dalam kebangsaan, cita-cita, dan rasa nasib
yang sama. Dengan bahasa Indonesia, bangsa Indonesia merasa aman dan
serasi hidupnya, sebab mereka tidak merasa bersaing dan tidak merasa lagi
“dijajah‟ oleh masyarakat suku lain. Apalagi dengan adanya kenyataan
bahwa dengan menggunakan bahasa Indonesia, identitas suku dan nilai-
nilai sosial budaya daerah masih tercermin dalam bahasa daerah masing-
masing. Kedudukan dan fungsi bahasa daerah masih tegar dan tidak
bergoyah sedikit pun. Bahkan, bahasa daerah diharapkan dapat
memperkaya khazanah bahasa Indonesia.
Dengan fungsi keempat, bahasa Indonesia sering kita rasakan
manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Bayangkan saja apabila kita
ingin berkomunikasi dengan seseorang yang berasal dari suku lain yang
berlatar belakang bahasa berbeda, mungkinkah kita dapat bertukar pikiran
dan saling memberikan informasi? Bagaimana cara kita seandainya kita
tersesat jalan di daerah yang masyarakatnya tidak mengenal bahasa
Indonesia? Bahasa Indonesialah yang dapat menanggulangi semuanya itu.
Dengan bahasa Indonesia kita dapat saling berhubungan untuk segala
aspek kehidupan. Bagi pemerintah, segala kebijakan dan strategi yang
berhubungan dengan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan, dan kemanan (disingkat: ipoleksosbudhankam) mudah
diinformasikan kepada warganya. Akhirnya, apabila arus informasi
antarkita meningkat berarti akan mempercepat peningkatan pengetahuan
kita. Apabila pengetahuan kita meningkat berarti tujuan pembangunan
akan cepat tercapai.

| BAHASA INDONESIA | 6
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 7dari 26 27 Februari 2017

2.2 Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara


Sebagaimana kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa
Indonesia sebagai bahasa negara/resmi pun mengalami perjalanan sejarah
yang panjang. Hal ini terbukti pada uraian berikut.
Secara resmi adanya bahasa Indonesia dimulai sejak Sumpah
Pemuda, 28 Oktober 1928. Ini tidak berarti sebelumnya tidak ada. Ia
merupakan sambungan yang tidak langsung dari bahasa Melayu.
Dikatakan demikian, sebab pada waktu itu bahasa Melayu masih juga
digunakan dalam lapangan atau ranah pemakaian yang berbeda. Bahasa
Melayu digunakan sebagai bahasa resmi kedua oleh pemerintah jajahan
Hindia Belanda, sedangkan bahasa Indonesia digunakan di luar situasi
pemerintahan tersebut oleh pemerintah yang mendambakan persatuan
Indonesia dan yang menginginkan kemerdekaan Indonesia. Demikianlah,
pada saat itu terjadi dualisme pemakaian bahasa yang sama tubuhnya,
tetapi berbeda jiwanya: jiwa kolonial dan jiwa nasional.
Dalam “Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional” yang
diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25 s.d. 28 Februari 1975
dikemukakan bahwa di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara,
bahasa Indonesia befungsi sebagai
(1) bahasa resmi kenegaraan,
(2) bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan,
(3) bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk
kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta
pemerintah, dan

| BAHASA INDONESIA | 7
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 8dari 26 27 Februari 2017

(4) bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan


ilmu pengetahuan serta teknologi modern.
Keempat fungsi itu harus dilaksanakan, sebab minimal empat fungsi
itulah memang sebagai ciri penanda bahwa suatu bahasa dapat dikatakan
berkedudukan sebagai bahasa negara.
Pemakaian pertama yang membuktikan bahwa bahasa Indonesia
sebagai bahasa resmi kenegaran ialah digunakannya bahasa Indonesia
dalam naskah proklamasi kemerdekaan RI 1945. Mulai saat itu dipakailah
bahasa Indonesia dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan
kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun tulis.
Keputusan-keputusan, dokumen-dokumen, dan surat-surat resmi
yang dikeluarkan oleh pemerintah dan lembaga-lembaganya dituliskan di
dalam bahasa Indonesia. Pidato-pidato atas nama pemerintah atau dalam
rangka menunaikan tugas pemerintahan diucapkan dan dituliskan dalam
bahasa Indonesia. Sehubungan dengan ini kita patut bangga terhadap
mantan presiden kita, Soeharto yang selalu menggunakan bahasa
Indonesia dalam situasi apa dan kapan pun selama beliau
mengatasnamakan kepala negara atau pemerintah. Bagaimana dengan
kita?
Sebagai bahasa resmi, bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa
pengantar di lembagalembaga pendidikan mulai dari taman kanak-kanak
sampai dengan perguruan tinggi. Hanya saja untuk kepraktisan, beberapa
lembaga pendidikan rendah yang anak didiknya hanya menguasai bahasa
ibunya (bahasa daerah) menggunakan bahasa pengantar bahasa daerah

| BAHASA INDONESIA | 8
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 9dari 26 27 Februari 2017

anak didik yang bersangkutan. Hal ini dilakukan sampai kelas tiga Sekolah
Dasar.
Sebagai konsekuensi pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa
pengantar di lembaga pendidikan tersebut, maka materi pelajaran yang
berbentuk media cetak hendaknya juga berbahasa Indonesia. Hal ini dapat
dilakukan dengan mengalihbahasakan berbagai referensi yang berbahasa
asing ke bahasa Indonesia. Apabila hal ini dilakukan, sangatlah membantu
peningkatan perkembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu
pengetahuan dan teknolologi (iptek). Mungkin pada saat mendatang
bahasa Indonesia berkembang sebagai bahasa iptek yang sejajar dengan
bahasa
Inggris.
Sebagai fungsinya di dalam perhubungan pada tingkat nasional
untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta
pemerintah, bahasa Indonesia dipakai dalam hubungan antarbadan
pemerintah dan penyebarluasan informasi kepada masyarakat.
Sehubungan dengan itu hendaknya diadakan penyeragaman sistem
administrasi dan mutu media komunikasi massa. Tujuan penyeragaman
dan peningkatan mutu tersebut agar isi atau pesan yang disampaikan dapat
dengan cepat dan tepat diterima oleh orang kedua (baca: masyarakat).
Akhirnya, sebagai fungsi pengembangan kebudayaan nasional, ilmu,
dan teknologi, bahasa Indonesia terasa sekali manfaatnya. Kebudayaan
nasional yang beragam itu, yang berasal dari masyarakat Indonesia yang
beragam pula, rasanya tidaklah mungkin dapat disebarluaskan kepada dan
dinikmati oleh masyarakat Indonesia dengan bahasa lain selain bahasa

| BAHASA INDONESIA | 9
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 10dari 26 27 Februari 2017

Indonesia. Apakah mungkin guru tari Bali mengajarkan menari Bali


kepada orang Jawa, Sunda, dan Bugis dengan bahasa Bali? Tidak
mungkin! Hal ini juga berlaku dalam penyebarluasan ilmu dan teknologi
modern. Agar jangkauan pemakaiannya lebih luas, penyebaran ilmu dan
teknologi, baik melalui buku-buku pelajaran, buku-buku populer, majalah-
majalah ilmiah maupun media cetak lain, hendaknya menggunakn bahasa
Indonesia. Pelaksanaan ini mempunyai hubungan timbal-balik dengan
fungsinya sebagai bahasa ilmu yang dirintis lewat lembaga-lembaga
pendidikan, khususnya di perguruan tinggi.

3. Penggunaan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar


3.1 Kaidah Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia mengenal empat ragam bahasa, yaitu ragam
bahasa hukum (undang-undang), ragam bahasa ilmiah, ragam bahasa
jurnalistik, dan ragam bahasa sastra. Keempat ragam tersebut diuraikan
berikut ini.
1) Ragam Undang-Undang
Ragam undang-undang disebut juga ragam hukum, yaitu bahasa
Indonesia yang digunakan pada kalangan hukum atau pada
undangundang. Ragam hukum mempunyai ciri khusus pada pemakaian
istilah dan komposisinya. Ragam ini biasa dipakai dalam undang-undang,
peraturanperaturan, atau pada hal-hal yang berkaitan dengan hukum,
seperti surat dinas.
Kekhususan-kekhususan tersebut dapat dilihat, misalnya, pada surat
keputusan. Konsideran dalam surat keputusan, dari menimbang,

| BAHASA INDONESIA | 10
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 11dari 26 27 Februari 2017

mengingat, memutuskan, sampai menetapkan susunannya selalu tetap,


tidak boleh diubah dan tidak boleh dikurangi atau ditambah. Dalam
lapangan kepolisian kita juga mengenal sebutan-sebutan khusus yang tidak
lazim digunakan dalam bahasa sehari-hari, misalnya dirumahkan, dibunuh
dengan senjata tajam, kemasukan benda tumpul, dan sebagainya.

2) Ragam Jurnalistik
Ragam jurnalistik adalah ragam bahasa yang dipakai dalam dunia
jurnalistik. Karena fungsi media massa sebagai media informasi, kontrol
sosial, alat pendidikan, dan alat penghibur; ragam bahasa jurnalistik
setidaknya harus mempunyai ciri komunikatif, sederhana, dinamis, dan
demokratis.
Ciri komunikatif berarti mudah dipahami dan tidak menimbulkan
salah tafsir kalau dibaca. Ciri ini merupakan ciri utama bahasa jurnalistik
karena fungsi utama media massa memang memberikan informasi.
Dikatakan ciri utama karena ciri-ciri yang lain harus mengacu pada ciri
komunikatif. Bahasa jurnalistik harus bersifat sederhana, dinamis, dan
demokratis. Namun kesederhanaan, kedinamisan, dan kedemokratisan ini
harus mendukung fungsi komunikatif. Seandainya kita memakai bahasa
yang sederhana dan demokratis, misalnya, namun bahasa tersebut tidak
komunikatif, dalam prinsip jurnalistik penggunaan bahasa yang demikian
harus dihindarkan. Bahkan kadang-kadang untuk mewujudkan ciri
komunikatif ini bahasa jurnalistik tidak menaati kaidah bahasa Indonesia
yang benar. Sepanjang penyimpangan itu ditujukan untuk lebih
komunikatif, penyimpangan tersebut diperbolehkan. Misalnya,

| BAHASA INDONESIA | 11
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 12dari 26 27 Februari 2017

pengguaan kata-kata atau istilah-istilah daerah. Dalam kasuskasus tertentu


kata-kata daerah akan lebih komunikatif untuk daerah tertentu tersebut
dibandingkan dengan kata-kata bahasa Indonesia.
Ciri sederhana berarti tidak menggunakan kata-kata yang bersifat
teknis dan tidak menggunakan kalimat yang berbelit-belit atau berbunga-
bunga. Apabila memang diperlukan, katakata teknis harus diikuti
penjelasan maknanya. Hal ini harus dlakukan agar pembaca dapat
memahami kata-kata tersebut. Dalam bahasa sehari-hari sederhana sama
artinya dengan prinsip singkat dan padat.
Ciri dinamis berarti bahasa jurnalistik harus menggunakan katakata
yang hidup di tengahtengah masyarakat. Kata-kata yang tidak lazim atau
kata-kata yang sangat asing seyogyanya tidak dipergunakan. Sebagai
contoh sederhana jika kata efektif dan efisien sudah diterima masyarakat,
kita tidak perlu memaksakan menggunakan kata sangkil dan mangkus
untuk menggantikannya. Kalimat yang dinamis dalam bahasa jurnalistik
adalah kalimat-kalimat yang mampu memberikan semangat dan sesuai
dengan situasi masyarakat pembacanya.
Ciri demokratis berarti mengikuti konsensus umum dan tidak
menghidupkan kembali feodalisme. Kata bujang, misalnya, dalam bahasa
Indonesia mempunyai makna seorang laki-laki yang belum menikah.
Selain kata bujang, untuk hal yang sama kita juga memiliki kata lajang.
Kata lajang dalam hal ini lebih demokratis daripada kata bujang, karena di
daerah Sumatra Utara kata bujang berarti pembantu. Hal ini berarti makna
kata bujang yang berarti laki-laki yang belum menikah tidak berlaku
secara umum untuk seluruh masyarakat Indonesia. Penggunaan kata-kata

| BAHASA INDONESIA | 12
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 13dari 26 27 Februari 2017

yang masih terasa feodal dalam bahasa jurnalistik juga dikatakan tidak
demokratis. Penyebutan Yang Mulia, kami haturkan, dan sebagainya
merupakan wujud kata-kata zaman feodal.

3) Ragam Ilmiah
Ragam ilmiah adalah ragam bahasa Indonesia yang digunakan
dalam penulisan karya ilmiah. Ragam inilah yang disebut dengan ragam
baku. Ragam ini ditandai dengan adanya ketentuanketentuan baku, seperti
aturan ejaan, kalimat, atau penggunaannya. Dalam bahasa Indonesia
kebakuan bahasa dibarometeri oleh Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI), Tata Bentukan Istilah, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Penjelasan lebih
lanjut masalah ragam ilmiah disampaikan pada subbab bahasa dalam karya
ilmiah.

4) Ragam Sastra
Ragam sastra adalah bahasa yang digunakan dalam penulisan karya
sastra. Ragam sastra mempunyai ciri khusus dengan adanya licencia
poetica, yakni kebebasan menggunakan bahasa untuk mencapai
keindahan. Oleh karena itu secara umum bahasa sastra selalu disebut
bahasa yang indah. Prinsip licencia poetica adalah memperbolehkan
pemakai bahasa menyimpang atau menyalahi kaidah bahasa demi
keindahan karyanya. Dalam penggunaan licentia poetica ini, misalnya,
penulis bleh menggunakan kalimat yang tidak lengkap, kata-kata yang

| BAHASA INDONESIA | 13
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 14dari 26 27 Februari 2017

tidak baku, bahasa daerah; membalik susunan kata atau struktur kalimat;
dan sebagainya.
Atas dasar pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum
cirri ragam bahasa ilmiah adalah sebagai berikut.
1) Menggunakan diksi yang tepat
Untuk mendayagunakan diksi atau pilihan kata secara tepat perlu
diperhatikan ketepatan dan kesesuaian diksi.
Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata
untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca,
seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis. Ketepatan diksi
akan menyangkut pula masalah makna kata. Ketepatan makna kata
menuntut kesadaran penulis untuk mengetahui bagaimana hubungan
antara bentuk bahasa (kata) dan referensinya, yaitu apakah bentuk yang
dipilih sudah cukup lengkap untuk mendukung maksud penulis atau masih
memerlukan penjelasan tambahan.
Persoalan kedua dalam pendayagunaan kata adalah kecocokan atau
kesesuaian. Perbedaan antara ketepatan dan kecocokan pertamatama
mencakupi soal kata mana yang akan digunakan dalam kesempatan
tertentu. Kedua, dalam persoalan ketepatan kita bertanya apakah pilihan
kata yang dipakai sudah setepat-tepatnya, sehingga tidak akan
menimbulkan interpretasi yang berlainan antara penulis dan pembaca;
sedangkan dalam persoalan kecocokan atau kesesuaian kita
mempersoalkan apakah pilihan kata dan gaya bahasa yang dipergunakan
tidak merusak suasana atau menyinggung perasaan orang yang hadir.

| BAHASA INDONESIA | 14
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 15dari 26 27 Februari 2017

Untuk mencapai syarat ketepatan dan kesesuaian ini yang pertama


harus dilakukan adalah menggunakan kata dan idiom yang baku.

2) Menggunakan ejaan yang benar


Ejaan yang benar dalam bahasa Indonesia adalah ejaan yang sesuai
dengan PUEBI. PUEBI terbaru telah diresmikan penggunaannya tanggal
28 Juli 2021 yang lalu melalui Permendikbud Nomor 18 Tahun 2021. Hal-
hal yang berkaitan dengan PUEBI antara lain mencakupi penggunaan
huruf (kapital, miring, tebal), penggunaan tanda baca (titik, koma, titik
koma), penggunaan angka dan bilangan, dan penggunaan unsur serapan.
Contoh penggunaan ejaan:
EJAAN YANG BENAR EJAAN YANG SALAH
Acara perpisahan kelas IX dibuka Acara perpisahan kelas IX dibuka
oleh Kepala Sekolah. oleh kepala sekolah.
Ia sekarang menjadi kepala Ia sekarang menjadi Kepala
sekolah. Sekolah.
Widodo, S.H. merupakan Widodo S.H. merupakan
angkatan pertama di universitas angkatan pertama di universitas
itu. (S.H. = sarjana hukum) itu. (S.H. = sarjana hukum)
Widodo S.H. tinggal di Patebon, Widodo SH tinggal di Patebon,
Kendal. Kendal. (SH =
(S.H. = Slamet Haryadi) Slamet Haryadi)
Ia membeli ikan, tempe, dan tahu. Ia membeli ikan, tempe dan tahu.

| BAHASA INDONESIA | 15
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 16dari 26 27 Februari 2017

Meskipun masih muda, Pak Meskipun masih muda, Pak


Hisyam sudah memiliki sepuluh Hisyam sudah memiliki 10 anak.
anak.
Ia memiliki kambing 254 ekor. Ia memiliki kambing dua ratus
lima puluh empat ekor.
Ia tidak menyimpan kuitansi Ia tidak menyimpan kwitansi yang
yang saya berikan. saya berikan.

3) Menggunakan kalimat efektif


Diksi yang tepat akan membantu membentuk kalimat yang efektif.
Kalimat dikatakan efektif apabila mampu membuat proses penyampaian
dan penerimaan pesan berlangsung dengan sempurna. Bila kalimat itu
sanggup menciptakan daya khayal dalam diri pembaca seperti atau
sekurang-kurangnya mendekati yang dibayangkan oleh penulis, dapatlah
dikatakan bahwa kalimat yang mendukung gagasan itu cukup efektif.
Sebagai alat komunikasi, kalimat dikatakan efektif bila dapat mencapai
sasarannya dengan baik. Anton M. Moeliono menyebut kalimat efektif
sebagai kalimat yang menimbulkan pengaruh, meninggalkan kesan, atau
menerbitkan akibat.
Sebuah kalimat yang efektif mempersoalkan bagaimana ia dapat
mewakili secara tepat isi pikiran atau perasaan penulis atau pembicara;
bagaimana ia dapat mengungkapkan pikiran atau perasaan penulis atau
pembicara secara segar dan sanggup menarik perhatian pembaca atau
pendengar terhadap apa yang dibicarakan. Kalimat yang efektif memiliki
kemampuan atau tenaga menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada
| BAHASA INDONESIA | 16
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 17dari 26 27 Februari 2017

pikiran pendengar atau pembaca identik dengan apa yang dipikirkan


pembicara atau penulis.

4) Menggunakan paragraf yang padu dan koherensif


Paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu
gagasan atau topik. Paragraf merupakan perpaduan kalimatkalimat yang
memperlihatkan kesatuan pikiran atau kalimat-kalimat yang berkaitan
dalam membentuk gagasan atau topik tersebut. Jadi, paragraf adalah
bagian karangan yang terdiri atas kalimat-kalimat yang berhubungan
secara utuh dan padu serta merupakan satu kesatuan pikiran. Paragraf yang
baik hendaknya memenuhi tiga syarat, yaitu (1) memiliki kesatuan, dan (2)
memiliki kepaduan, dan (3) memiliki isi yang memadai.

3.2 Kesantunan Bahasa Indonesia


Kesantunan berbahasa merupakan kesadaran penutur akan martabat
orang lain dalam berbahasa lisan mapun tulis. Dalam berbahasa lisan,
penutur sadar terhadap martabat mitra tuturnya yang diwujudkan dengan
pemilihan kata-kata yang tidak menyinggung perasaan atau
mempermalukan mitra tutur baik diikuti gerak air muka (mimik) dan gerak
anggota tubuh (gesture) maupun tidak. Dalam berbahasa tulis, penulis
sadar terhadap martabat pembaca yang diwujudkan dengan pemilihan
kata-kata yang tepat yang tidak menunjukkan kekuasaan atau
menyinggung perasaan pembaca.
Kesantunan merupakan fenomena kultural. Hal-hal yang dianggap
santun pada budaya tertentu belum tentu santun dalam budaya yang

| BAHASA INDONESIA | 17
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 18dari 26 27 Februari 2017

berbeda. Suatu ujaran bisa dikatakan santun di dalam kelompok tertentu


akan tetapi di dalam kelompok masyarakat lain bisa dikatakan tidak
santun. Kesantunan merupakan aturan perilaku yang ditetapkan dan
disepakati bersama oleh suatu masyarakat tertentu sehingga kesantunan
sekaligus menjadi prasyarat yang disepakati oleh perilaku sosial.
Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi
lewat tanda verbal atau tatacara berbahasa. Ketika berkomunikasi,
seseorang tunduk pada norma-norma budaya, tidak hanya sekadar
menyampaikan ide yang kita pikirkan. Tatacara berbahasa harus sesuai
dengan unsur-unsur budaya yang ada dalam masyarakat tempat hidup
dan dipergunakannnya suatu bahasa dalam berkomunikasi. Apabila
tatacara berbahasa seseorang tidak sesuai dengan norma-norma budaya,
maka ia akan mendapatkan nilai negatif, misalnya dituduh sebagai orang
yang sombong, bahkan tidak berbudaya.
Lakoff (dalam Rustono, 2000:51) berpendapat bahwa ada tiga kaidah
yang harus ditaati agar tuturan dianggap santun. Ketiga kaidah tersebut
adalah formalitas, ketaktegasan, dan persamaan atau kesekawanan.
Formalitas berarti jangan memaksa atau jangan angkuh. Jadi, tuturan yang
memaksa dan angkuh dianggap tidak santun. Kaidah ketaktegasan
maksudnya adalah hendaknya penutur bertutur sedemikian rupa sehingga

| BAHASA INDONESIA | 18
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 19dari 26 27 Februari 2017

mitra tutur dapat menentukan pilihan. Kaidah persamaan atau kesekawanan berarti
buatlah mitra tutur senang.
Brown dan Levinson (dalam Gunarwan, 1992:185) mengemukakan teori
kesantunan berkaitan dengan nosi muka positif dan muka negatif. Muka positif adalah
muka yang mengacu pada citra diri setiap orang yang berkeinginan agar apa yang
dilakukannya, apa yang dimilikinya dan apa yang diyakininya menyenangkan dan
patut dihargai. Sedangkan muka negatif adalah mengacu pada citra diri setiap orang
yang berkepentingan agar ia dihargai dengan jalan penutur membiarkan bebas
melakukan tindakan atau membiarkannya bebas dari keharusan mengerjakan sesuatu.
Tarigan (1986:82) dan Leech (1993:206-207) ada enam maksim kesantunan. Prinsip
kesantunan dalam maksim-maksim tersebut berpasangpasangan. Keenam maksim
tersebut sebagai berikut.
1. Maksim kebijaksanaan
a. Kurangi kerugian orang lain
b. Tambah keuntungan orang lain
Rahardi (2005: 60) mengungkapkan gagasan dasar dalam maksim
kebijaksanaan dalam prinsip kesantunan adalah bahwa para peserta pertuturan
hendaknya berpegang pada prinsip untuk selalu mengurangi keuntungan dirinya
sendiri dan memaksimalkan keuntungan pihak lain dalam kegiatan bertutur.
Orangyang berpegang dan melaksanakan maksim kebijaksanaan akan dapat
dikatakan sebagai orang santun. Wijana (1996: 56) menambahkan bahwa semakin
panjang tuturan seseorang semakin besar pula keinginan orang itu untuk bersikap
sopan kepada lawan bicaranya. Demikian pula tuturan yang diutarakan secara tidak
langsung lazimnya lebih sopan dibandingkan dengan tuturan yang
diutarakansecara langsung. contoh:
Tuan rumah : “Silakan makan saja dulu, Nak! tadi kami semua sudah
mendahului.” Tamu : “Wah, saya jadi tidak enak, Bu.”
Informasi Indeksial:
Dituturkan oleh seorang Ibu kepada seorang anak muda yang sedang bertamu di
rumah Ibu tersebut. Pada saat itu, ia harus berada di rumah Ibu tersebut sampai
malam karena hujan sangat deras dan tidak segera reda (Rahardi, 2005: 60).
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 20dari 26 27 Februari 2017

Dalam tuturan di atas, tampak dengan jelas bahwa apa yang dituturkan si
tuan rumah sungguh memaksimalkan keuntungan bagi sang tamu. Lazimnya,
tuturan semacam itu ditemukan dalam keluarga pada masyarakat tutur desa. Orang
desa biasanya sangat menghargai tamu, baik tamu yang datangnya secara kebetulan
maupun tamu yang sudah direncanakan terlebih dahulu kedatangannya (Rahardi,
2005: 60-61).

2. Maksim kedermawanan
a.Kurangi keuntungan diri sediri
b. Tambahi pengorbanan diri sendiri
Menurut Leech (1993: 209) maksud dari maksim
kedermawanan ini adalah buatlah keuntungan diri sendiri sekecil mungkin;
buatlah kerugian diri sendiri sebesar mungkin. Rahardi (2005: 61) mengatakan
bahwa dengan maksim kedermawanan atau maksim kemurahan hati, para peserta
pertuturan diharapkan dapat menghormati orang lain. Penghormatan terhadap
orang lain akan terjadi apabila orang dapat mengurangi keuntungan bagi dirinya
sendiri dan memaksimalkan keuntungan bagi pihak lain. Chaer (2010: 60)
menggunakan istilah maksim penerimaan untuk maksim kedermawanan Leech.
Rahardi (2005: 62) memberikan contoh sebagai berikut.
Anak kos A : “Mari saya cucikan baju kotormu! Pakaianku tidak banyak, kok,
yang kotor.”
Anak kos B : “Tidak usah, Mbak. Nanti siang saya akan mencuci juga, kok!”
Informasi Indeksial:
Tuturan ini merupakan cuplikan pembicaraan antar anak kos pada sebuah
rumah kos di kota Yogyakarta. Anak yang satu berhubungan demikian erat
dengan anak yang satunya.
Dari tuturan yang disampaikan si A di atas, dapat dilihat dengan jelas bahwa ia
berusaha memaksimalkan keuntungan pihak lain dengan cara menambahkan beban
bagi dirinya sendiri. Orang yang tidak suka membantu orang lain, apalagi tidak
pernah bekerja bersama dengan orang lain, akan dapat dikatakan tidak sopan dan
biasanya tidak akan mendapatkan banyak teman di dalam pergaulan keseharian
hidupnya (Rahardi, 2005: 62).
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 21dari 26 27 Februari 2017

3. Maksim penghargaan
a.Kurangi cacian pada orang lain
b. Tambahi pujian pada orang lain
Menurut Wijana (1996: 57) maksim penghargaan ini diutarakan dengan
kalimat ekspresif dan kalimat asertif. Dalam maksim ini menuntut setiap peserta
pertuturan untuk memaksimalkan rasa hormat kepada orang lain, dan
meminimalkan rasa tidak hormat kepada orang lain. Rahardi (2005: 63)
menambahkan, dalam maksim penghargaan dijelaskan bahwa orang akan dapat
dianggap santun apabila dalam bertutur selalu berusaha memberikan penghargaan
kepada pihak lain. Dengan maksim ini, diharapkan agar para peserta pertuturan
tidak saling mengejek, saling mencaci, atau saling merendahkan pihak lain. Dalam
maksim ini Chaer menggunakan istilah lain, yakni maksim kemurahan. contoh:
Dosen A : “ Pak, aku tadi sudah memulai kuliah perdana untuk kelas Bussines
English.”
Dosen B : “Oya, tadi aku mendengar Bahasa Inggrismu jelas
sekali dari sini.” Informasi Indeksial:
Dituturkan oleh seorang dosen kepada temannya yang juga seorang dosen
dalam ruang kerja dosen pada sebuah perguruan tinggi (Rahardi, 2005:
63).Pemberitahuan yang disampaikan dosen A terhadap rekannya dosen B pada contoh
di atas, ditanggapi dengan sangat baik bahkan disertai pujian atau penghargaan
oleh dosen A. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa di dalam pertuturan itu,
dosen B berperilaku santun (Rahardi, 2005: 63).

4. Maksim kesederhanaan
a.
Kurangi pujian pada diri sendiri
b. Tambahi cacian pada diri sendiri
Rahardi (2005: 63) mengatakan bahwa di dalam maksim kesederhanaan
atau maksim kerendahan hati, peserta tutur diharapkan dapat bersikap rendah hati
dengan cara mengurangi pujian terhadap dirinya sendiri. Dalam masyarakat
bahasa dan budaya Indonesia, kesederhanaan dan kerendahan hati banyak
digunakan sebagai parameter penilaian kesantunan seseorang. Wijana (1996: 58)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 22dari 26 27 Februari 2017

mengatakan maksim kerendahan hati ini diungkapkan dengan kalimat ekspresif


dan asertif. Bila maksim kemurahan atau penghargaan berpusat pada orang lain,
maksim kerendahan hati berpusat pada diri sendiri. Maksim ini menuntut setiap
peserta pertuturan untuk memaksimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri, dan
meminimalkan rasa hormat pada diri sendiri. contoh:
Sekretaris A : “Dik, nanti rapatnya dibuka dengan doa dulu, ya!”
Sekretaris B : “Ya, Mbak. Tapi saya jelek, lho.” Informasi Indeksial:
Dituturkan oleh seorang sekretaris kepada sekretaris lain yang masih junior
pada saat mereka bersama-sama bekerja di ruang kerja mereka (Rahardi,2005:
64).
Dari tuturan sekretaris B di atas, dapat terlihat bahwa ia bersikap rendah hati dan
mengurangi pujian untuk dirinya sendiri. Dengan demikian, tuturan tersebut terasa
santun.

5. Maksim kemufakatan
a. Kurangi ketidakseesuaian antara diri sendiri dan orang lain
b. Tingkatkan persesuaian antara diri sendiri dan orang lain
Menurut Rahardi (2005: 64) dalam maksim ini, ditekankan agar para peserta
tutur dapat saling membina kecocokan atau kemufakatan di dalam kegiatan
bertutur. Apabila terdapat kemufakatan atau kecocokan antara diri penutur dan
mitra tutur dalam kegiatan bertutur, masing-masing dari mereka akan dapat
dikatakan bersikap santun. Wijana (1996: 59) menggunakan istilah maksim
kecocokan dalam maksim permufakatan ini. Maksim kecocokan ini diungkapkan
dengan kalimat ekspresif dan asertif. Maksim kecocokan menggariskan setiap
penutur dan lawan tutur untuk memaksimalkan kecocokan di antara mereka, dan
meminimalkan ketidakcocokan di antara mereka.contoh:
Noni : “Nanti malam kita makan bersama ya, Yun!” Yuyun
: “Boleh. Saya tunggu di Resto.” Informasi Indeksial:
Dituturkan oleh seorang mahasiswa kepada temannya yang juga mahasiswa
pada saat mereka sedang berada di sebuah ruangan kelas (Rahardi, 2005: 65).Tuturan
di atas terasa santun, karena Yuyun mampu membina kecocokan dengan Noni.
Dengan memaksimalkan kecocokan di antara mereka tuturan akan menjadi santun
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 23dari 26 27 Februari 2017

6. Maksim simpati
a.kurangi antipati antara diri sendiri dan orang lain
b. perrbesar simpati antara diri sendiri dan orang lain
Dalam maksim ini diharapkan agar para peserta tutur dapat memaksimalkan
sikap simpati antara pihak yang satu dengan pihak lainnya. Sikap antipati terhadap
salah seorang peserta tutur akan dianggap sebagai tindakan tidak santun. Orang yang
bersikap antipati terhadap orang lain, apalagi sampai bersikap sinis terhadap pihak
lain, akan dianggap sebagai orang yang tidak tahu sopan santun di dalam masyarakat
(Rahardi, 2005: 65). Menurut Wijana (1996: 60), jika lawan tutur mendapatkan
kesuksesan atau kebahagiaan, penutur wajib memberikan ucapan selamat. Bila
lawan tutur mendapatkan kesusahan, atau musibah, penutur layak turut berduka, atau
mengutarakan ucapan bela sungkawa sebagai tanda kesimpatian. contoh:
Ani : “Tut, nenekku meninggal.”
Tuti : “Innalillahiwainailaihi rojiun. Ikut berduka cita.”

Informasi Indeksial:
Dituturkan oleh seorang karyawan kepada karyawan lain yang sudah
berhubungan erat pada saat mereka berada di ruang kerja mereka (Rahardi, 2005:
66).
Dari tuturan tersebut, terlihat Tuti menunjukkan rasa simpatinya kepada Ani.
Orang yang mampu memaksimalkan rasa simpatinya kepada orang lain akan
dianggap orang yang santun
Dengan menerapkan prinsip kesantunan, orang tidak lagi menggunakan
ungkapan-ungkapan yang merendahkan orang lain sehingga komunikasi akan
berjalan dalam situasi yang kondusif. Selain mengunakan prinsip kesopanan tersebut,
kesantunan berbahasa juga bisa dilakukan dengan menggunakan eufemisne (ungkapan
penghalus) dan pilihan kata honorifik (ungkapan hormat untuk menyapa orang lain).
Eufemisme merupakan ungkapan halus untuk menggantikan acuan yang dirasa
menghina atau merendahkan martabat orang lain. Di mana kamar kecilnya? Kata
kamar kecil digunakan untuk menggantikan kata tempat buang air karena penyebutan
tersebut di rasa kurang sopan. Dalam komunikasi politik, eufemisme diperlukan untuk
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 24dari 26 27 Februari 2017

menghindari ketidakberterimaan dari sasarn komunikasi. Seperti contoh kata


pemekaran wilayah yang arti sebenarnya pemecahan wilayah. Kata pemecahan
wilayah tidak dipilih karena dimungkinkan maknanya mengganggu fungsi negara
kesatuan. Walaupun bahasa Indonesia tidak mengenal tingkatan, sebutan kata diri
Engkau, Anda, Saudara, Bapak/bu mempunyai efek kesantunan yang berbeda
ketika kita pakai untuk menyapa orang. Keempat kalimat berikut menunjukkan
tingkat kesantunan ketika seseorang pemuda menanyakan seorang pria yang lebih
tua.
(1) Engkau mau ke mana?
(2) Saudara mau ke mana?
(3) Anda mau ke mana?
(4) Bapak mau ke mana?
Dalam konteks ini, kalimat ke-1 dan ke-2 tidak atau kurang sopan diucapkan
oleh orang yang lebih muda, tetapi kalimat ke-4 yang sepatutnya diucapkan jika
penuturnya ingin memperlihatkan kesantunan. Kalimat ke-3 lazim diucapkan kalau
penuturnya kurang akrab dengan orang yang disapanya, walaupun lebih patut
penggunaan kalimat ke-4.

D. Rangkuman
1. Kita harus memahami sejarah dan perkembangan bahasa Indonesia. Dalam
perkembangnya, bahasa Indonesia yang secara istilah baru lahir memiliki peran
yang sangat strategis dalam upaya mencapai kemerdekaan. Bahasa
Indonesialah yang digunakan sebagai pembangkit semangat kebangsaan dan
rasa nasionalisme bersama. Bahasa Indonesia pula yang menjadi sarana
pencerdasan bangsa melalui lembaga-lembaga pendidikan yang berkembang di
tanah air. Bahasa Indonesialah yang akhirnya menjadi sarana perjuangan
merebut kemerdekaan.
2. Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, berfungsi sebagai (1)
lambang kebanggaan nasional, (2) lambang identitas nasional, (3) alat
pemersatu berbagai-bagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial
budaya dan bahasanya, dan (4) alat perhubungan antarbudaya antardaerah.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 25dari 26 27 Februari 2017

3. Dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia befungsi


sebagai 1)bahasa resmi kenegaraan, 2) bahasa pengantar resmi di lembaga-
lembaga pendidikan, 3) bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat
nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta
pemerintah, dan 4) bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan
pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi modern.
4. Untuk menerapkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar,
pengguna harus memilih ragam bahasa yang tepat sesuai dengan sarana
komunikasi. Selain itu, ciri ragam yang baik adalah 1) menggunakan ejaan yang
benar, 2) memiliki diksi yang tepat, 3) disusun menggunakan kalimat yang
efektif, dan 4) menggunakan paragraf yang koheren.
5. Kesantunan berbahasa merupakan kesadaran penutur akan martabat orang lain
dalam berbahasa lisan mapun tulis. Dalam berbahasa lisan, penutur sadar
terhadap martabat mitra tuturnya yang diwujudkan dengan pemilihan kata-kata
yang tidak menyinggung perasaan atau mempermalukan mitra tutur baik diikuti
gerak air muka (mimik) dan gerak anggota tubuh (gesture) maupun tidak.
Dalam berbahasa tulis, penulis sadar terhadap martabat pembaca yang
diwujudkan dengan pemilihan kata-kata yang tepat yang tidak menunjukkan
kekuasaan atau menyinggung perasaan pembaca.

E. Pertanyaan/Diskusi
1. Mengapa pemuda Indonesia memilih bahasa Melayu sebagai bahasa nasional?
2. Sebutkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia!
3. Sebutkan dan berikan contoh prinsip-prinsip kesantunan berbahasa!
4. Suntinglah paragraf berikut agar menjadi paragraf yang kohesi dan koherensi!
Pantai jumiang merupakan sebuah Pantai yang ada di pulau Madura,
tepatnya di desa tanjung, kecamatan pademawu, kabupaten pamekasan. Pantai
ini berjarak sekitan 12 km dari pusat kota pamekasan. Jalan menuju obyek
wisata ini kondisinya beraspal cukup baik. Kendaraan yang berlalu lalang tidak
terlalu banyak, sehingga perjalanan menggunakan mobil dapat di tempuh
dalam waktu 10 menit dari pusat kota pamekasan.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Rektorat UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Warek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: rektor@mail.unnes.ac.id
FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 26dari 26 27 Februari 2017

Pantai jumiang memiliki pemandangan alam yang tidak jauh berbeda


dengan wisata Tanah Lot di Bali. Di Pantai jumiang terdapat banyak batu
karang yang sangat kokoh walaupun berkali-kali di terpa ombak lautan. Ombak
yang menghantam karang-karang tersebut menyuguhkan pemandangan yang
sangat indah untuk di lihat. Ombak yang ber gulung saling berkrjaran dari laut
lepas.

Anda mungkin juga menyukai