Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Pneumonia merupakan proses inflamasi parenkim paru yang terjadi
pengisian rongga alveoli dan eksudat, yang disebabkan oleh bakteri, virus,
jamur, dan benda-benda asing (Ardiansyah, 2012). Salah satu penyebab
kematian pada anak usia balita karena infeksi adalah penyakit pneumonia.
Setiap tahun pneumonia membunuh sekitar 1,6 juta anak balita. (WHO, 2009).
Pneumonia adalah inflamasi paru yang ditandai dengan konsulidasi
karena eksudat yang mengisi alveoli dan bronkiolus (Terry & Sharon, 2013).
Pneumonia adalah keadaan akut pada paru yang disebabkan oleh karena infeksi
atau iritasi bahan kimia sehingga alveoli terisi oleh eksudat peradangan
(Mutaqin, 2008). Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh
bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing
(Ngastiyah, 2015). Pneumonia adalah peradangan pada baru yang tidak saja
mengenai jaringan paru tapi dapat juga mengenai jaringan paru tapi dapat juga
mengenai bronkioli (Nugroho, 2011).

B. ETIOLOGI
Menurut Nugroho.T (2011), pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-
macam etiologi seperti :
1. Bakteri : stapilococus, sterptococcus, aeruginosa.
2. Virus : virus influenza, dll
3. Micoplasma pneumonia
4. Jamur : candida albicans
5. Benda asing
Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia ialah daya tahan tubuh
yang menurun misalnya akibat Malnutrisi Energi Protein (MEP), penyakit
menahun, trauma pada paru, anestesia, aspirasi, dan pengobatan dengan
antibiotik yang tidak sempurna (Ngastiyah, 2015)
C. PATOFISIOLOGI
Pneumonia merupakan inflamasi paru yang ditandai dengan
konsulidasi karena eksudat yang mengisi elveoli dan brokiolus. Saat saluran
nafas bagian bawah terinfeksi, respon inflamasi normal terjadi, disertai dengan
jalan obstruksi nafas (Terry & Sharon, 2013).
Sebagian besar pneumoni didapat melalui aspirasi partikel inefektif seperti
menghirup bibit penyakit di udara. Ada beberapa mekanisme yang pada
keadaan normal melindungi paru dari infeksi.Partikel infeksius difiltrasi
dihidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia
disaluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paruparu , partikel tersebut
akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun
sistemik dan humoral. Infeksi pulmonal bisa terjadi karena terganggunya salah
satu mekanisme pertahanan dan organisme dapat mencapai traktus respiratorius
terbawah melalui aspirasi maupun rute hematologi.
Ketika patogen mencapai akhir bronkiolus maka terjadi penumpahan
dari cairan edema ke alveoli, diikuti leukosit dalam jumlah besar. Kemudian
makrofag bergerak mematikan sel dan bakterial debris. Sisten limpatik mampu
mencapai bakteri sampai darah atau pleura viseral. Jaringan paru menjadi
terkonsolidasi. Kapasitas vital dan pemenuhan paru menurun dan aliran darah
menjadi terkonsolidasi, area yang tidak terventilasi menjadi fisiologis right-to-
left shunt dengan ventilasi perfusi yang tidak pas dan menghasilkan hipoksia.
Kerja jantung menjadi meningkat karena penurunan saturasi oksigen dan
hiperkapnia (Nugroho.T, 2011).
D. PATHWAY

Sistem
pertahanan

Organisme
Saluran nafas bagian bawah pneumokokus
Stapilokokus

Virus

Eksudat masuk ke alveoli

Kuman patogen Trombus


mencapai bronkioli,
terminalis merusak sel
epitel bersilia, sel Toksin, coagulase
goblet
Alveoli

Permukaan lapisan
Cairan edema + pleura tertutup tebal
Sel darah merah leukosit
leukosit ke alveoli pneumokokus mengisi alveoli eksudat trombus vena
pulmoalis

Konsulidasi paru
Leukosit + fibrin mengalami konsolidasi Nekrosis

Leukositosis
Kapasita vital

Ketidakefektif
an pola
Bersihan jalan Kekuranga Intoleran Defisiensi
nafas tidak n volume si pengetahu
E. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis pneumonia bervariasi, yang bergantung pada usia
anak, respon sitemik anak terhadap infeksi,agen etiologi, tingkat keterlibatan
paru, dan obstruksi jalan napas. Tanda dan gejala anak yang mengalami
pneumonia antara lain : takipnea, demam, dan batuk disertai penggunaan otot
bantu nafas dan suara nafas abnormal (Terry & Sharon, 2013).
Adanya etiologi seperti jamur dan inhalasi mikroba ke dalam tubuh
manusia melalui udara, aspirasi organisme, hematogen dapat menyebabkan
reaksi inflamasi hebat sehingga membran paru-paru meradang dan berlobang.
Dari reaksi inflamasi akan timbul panas, anoreksia, mual, muntah serta nyeri
pleuritis. Selanjutnya RBC, WBC dan cairan keluar masuk alveoli sehingga
terjadi sekresi, edema dan bronkospasme yang menimbulkan manifestasi klinis
dyspnoe, sianosis dan batuk, selain itu juga menyebabkan adanya partial oklusi
yang akan membuat daerah paru menjadi padat (konsolidasi). Konsolidasi paru
menyebabkan meluasnya permukaan membran respirasi dan penurunanrasio
ventilasi perfusi, kedua hal ini dapat menyebabkan kapasitas difusi menurun
dan selanjutnya terjadi hipoksemia.
Dari penjelasan diatas masalah yang muncul yaitu: nyeri (akut),
hipertermi, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, bersihan jalan nafas
tidakk efektif, gangguan pola tidur, pola nafas tidak efekif dan intoleransi
aktivitas.

F. KLASIFIKASI
Menurut Nurarif (2015), klasifikasi pneumonia terbagi berdasarkan anatomi
dan etiologis dan berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia
melalui usia:
a. Pembagian anatomis
1) Pneumonia lobularis, melibat seluruh atau suatu bagian besar dari satu
atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena maka dikenal sebagai
pneumonial bilateral atau ganda.
2) Pneumonia lobularis(Bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir
bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk
bercak konsulidasi dalam lobus yang berada didekatnya, disebut juga
pneumonia lobularis.
3) Pneumonia Interstitial (Bronkiolitis) proses inflamasi yang terjadi di
dalam dinding alveolar (interstinium) dan jaringan peribronkial serta
interlobular.
b. Pembagian etiologis
1) Bacteria :
Diploccocus pneumonia, pneumococcus, streptokokus hemolytikus,
streptococcus aureus, Hemophilus infuinzae, Bacilus Friedlander,
Mycobacterium tuberculosis.
2) Virus :
Respiratory Syncytial Virus, Virus Infuinza, Adenovirus.
3) Jamur :
Hitoplasma Capsulatum, Cryptococus Neuroformans, Blastornyces
Dermatitides.
4) Aspirasi :
Makanan, Kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda asing.
5) Pneumonia Hipostatik
6) Sindrom Loeffler
c. Berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia melalui usia:
1) Usia 2 bulan – 5 tahun
a) Pneumonia berat, ditandai secara klinis oleh sesak nafas yang dilihat
dengan adanya tarikan dinding dada bagian bawah.
b) Pneumonia, ditandai secara klinis oleh adanya nafas cepat yaitu pada
usia 2 bulan – 1 tahun frekuensi nafas 50 x/menit atau lebih, dan pada
usia 1-5 tahun 40 x/menit atau lebih.
c) Bukan pneumonia, ditandai secara klinis oleh batuk pilek biasa dapat
disertai dengan demam, tetapi tanpa tarikan dinding dada bagian
bawah dan tanpa adanya nafas cepat.
2) Usia 0 – 2 bulan
a) Pneumonia berat, bila ada tarikan kuat dinding dada bagian bawah
atau nafas cepat yaitu frekuensi nafas 60 x/menit atau lebih.
b) Bukan pneumonia, bila tidak ada tarikan kuat dinding dada bagian
bawah dan tidak ada nafas cepat.

G. KOMPLIKASI
Menurut Mutaqin (2008), komplikasi yang dapat terjadi pada anak dengan
pneumonia adalah:
1. Pleurisi
2. Atelektasis
3. Empiema
4. Abses paru
5. Edema pulmonary
6. Infeksi super perikarditis
7. Meningitis dan Arthritis

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Mutaqin (2008), pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada
orang dengan masalah pneumonia adalah:
1. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar,
bronchial); dapat juga menyatakan abses.
2. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat
mengidentifikasi semua organisme yang ada.
3. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis
organisme khusus.
4. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru,menetapkan luas
berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
5. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
6. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
7. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.
I. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan kasus pneumonia menurut Mutaqin (2008) antara lain:
1. Manajemen Umum
a. Humidifikasi: humidifier atau nebulizer jika sekret yang kental dan
berlebihan.
b. Oksigenasi: jika pasien memiliki PaO2 <60 mmHg.
c. Fisioterapi: berperan dalam mempercepat resolusi pneumonenia pasti;
pasien harus didorong setidaknya untuk batuk dan bernafas dalam
untuk memaksimalkan kemampuan ventilator.
d. Hidrasi: Pemantauan asupan dan keluaran; cairan tambahan untuk
mempertahankan hidrasi dan mencairkan sekresi.
2. Operasi
Thoracentesis dengan tabung penyisipan dada: mungkin diperlukan jika
masalah sekunder seperti empiema terjadi.
3. Terapi Obat
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena
hal itu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya:
Penicillin G untuk infeksi pneumonia staphylococcus, amantadine,
rimantadine untuk infeksi pneumonia virus. Eritromisin, tetrasiklin,
derivat tetrasiklin untuk infeksi pneumonia.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan dilakukan dengan cara pengumpulan data secara
subjektif (data yang didapatkan dari pasien/keluarga) melalui metode anamnesa
dan data objektif (data hasil pengukuran atau observasi). Menurut Nurarif
(2015) pengkajian yang harus dilakukan adalah :

1. Biodata
Nama, usia, jenis kelamin, alamat, asal suku bangsa, nama orangtua, pekerjaan
oarangtua dan penghasilan orangtua.
2. Riwayat sakit dan kesehatan
a) Keluhan utama: pasien mengeluh batuk dan sesak napas.
b) Riwayat penyakit sekarang : pada awalnya keluhan batuk tidak produktif, tapi
selanjutnya akan berkembang menjadi batuk produktif dengan mukus
purulen kekuning-kuningan, kehijauhiajuan, kecokelatan atau kemerahan,
dan serring kali berbau busuk. Klien biasanya mengeluh mengalami demam
tinggi dan menggigil (onset mungkin tiba-tiba dan berbahaya). Adanya
keluhan nyeri dada pleuritits, sesak napas, peningkatan frekuensi pernapasan,
dan nyeri kepala.
c) Riwayat penyakit dahulu: dikaji apakah pasien pernah menderita penyakit
seperti ISPA, TBC paru, trauma. Hal ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya faktor predisposisi.
d) Riwayat penyakit keluarga: dikaji apakah ada anggota keluarga yang
menderita penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai penyebab pneumoni
seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain sebagainya.
e) Riwayat alergi: dikaji apakah pasien memiliki riwayat alergi terhadap
beberapa oba, makanan, udara, debu.
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum: tampak lemas, sesak napas
b. Kesadaran: tergantung tingkat keprahan penyakit, bisa somnolen
c. Tanda-tand vital:
- TD : biasanya normal
- Nadi : takikardi
- RR : takipneu, dipsneu, napas dangkal
- Suhu : hipertermi
d. Kepala : tidak ada kelainan
e. Mata : konjungtiva nisa anemis
f. Hidung : jika sesak, ada pernapasan cuping hidung
g. Paru :
- Inspeksi : pengembangan paru berat dan tidak simetris, ada penggunaan
otot bantu napas
- Palpasi : adanya nyeri tekan, peningkatan vocal fremitus pada daerah
yang terkena.
- Perkusi : pekak bila ada cairan, normalnya timpani
- Auskultasi : bisa terdengar ronchi.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan intake
cairan
3. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kurang intake
4. Bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi yang tertahan
5. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas

C. Intervensi
1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

SLKI SIKI

Setelah dilakukan tindakan asuhan Observasi :


keperawatan selama…. Diharapkan
suhu tubuh pasien membaik 1. Identifikasi penyebab hipertermia
dengan kriteria hasil: 2. Monitor suhu tubuh
a. Mengigil menurun 3. Monitor kadar elektrolit
b. Kulit merah menurun
4. Monitor haluan urine
c. Akrasianosis menurun
5. Monitor komplikasi akibat hipertermia
d. Pucat menurun Terapeutik :
e. Piloereksi menurun 1. Sediakan lingkunga yang dingin
f. Kejang meurun 2. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
g. Suhu tubuh membaik
3. Berikan cairan oral
h. Suhu kulit membaik 4. Ganti linen setiap hari atau lebih sering
jika terjadi hyperhidrosis
i. Kadar glukosa darah membaik
5. Hindari pemberian antipiretik dan
j. Pengisian kapiler membaik aspirin
6. Berikan oksigen
k. Ventilasi membaik Edukasi :
l. Tekanan darah membaik
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi :

1. Kolaborasi pemberian cairan dan


elektrolit intravena

2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan intake


cairan

SLKI SIKI

Setelah dilakukan tindakan Manajemen hypovolemia (I.03116)


keperawatan selama......
Observasi:
diharapkan Status cairan (L.0328)

membaik dengan kriteria hasil : 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia.

1 Kekuatan nadi meningkat. 2. Monitor intake dan output cairan.

2 Membrane mukosa lembap. Terapeutik:

3 Frekuensi nadi membaik. 1. Berikan asupan cairan oral

4 Tekanan darah membaik. Edukasi:

5 Turgor kulit membaik. 1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan


oral.

2. Anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak.

Kolaborasi:
1. Kolaborasi peberian cairan IV.

3. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kurang intake


SLKI SIKI

Status nutrisi membaik Observasi

1. Identifikasi status nutrisi

2. Monitor asupan makanan

3. Monitor berat badan

Terapeutik

1. Lakukan oral hygiene sebelum


makan, jika perlu.

2. Berikan makan tinggi serat untuk


mencegah konstipasi

3. Berikan makanan tinggi kalori


dan tinggi protein

Edukasi

1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu


Kolaborasi

2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk


menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika
perlu

4. Bersihan jalan napas b.d sekresi yang tertahan

SLKI SIKI

bersihan jalan napas pasien efektif Observasi

1. Identifikasi kemampuan batuk


2. Monitor adanya retensi sputum
Terapeutik

1. Atur posisi semi fowler atau fowler


2. Pasang perlak dan bengkok di
pangkuan pasien
3. Buang sekret pada tempat sputum
4. Berikan minum hangat
Edukasi

1. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif


Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian bronkodilator, jika


perlu

5. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya napas

SLKI SIKI

Pola napas pasien efektif Observasi

1. Monitor frekuensi napas, kedalaman, dan


upaya napas
2. Monitor pola napas
3. Monitor kemampuan batuk efektif
4. Monitor adanya produksi sputum
5. Monitor adanya sumbatan jalan napas
6. Auskultasi bunyi napas g. Monitor
saturasi oksigen
Terapeutik

1. Atur interval pemantauan respirasi


sesuai kondisi pasien
2. Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu
Edukasi

1. Jelaskan tujuan dan proedur pemantauan


2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

D. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
telah di tetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan
data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dansesudah
pelaksaan tindakan, serta menilai data yang baru. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan keperawatan antara lain:
1) Kemampuan intelektual, teknikal, dan interpersonal.
2) Kemampuan menilai data baru.
3) Kreativitas dan inovasi dalam membuat modifikasi rencana tindakan.
4) Penyesuaian selama berinteraksi dengan klien.
5) Kemampuan mengambil keputusan dalam memodifikasi pelaksanaan.
6) Kemampuan untuk menjamin kenyamanan dan keamanan serta
efektivitas tindakan.(Olfah & Ghofur, 2016)
E. EVALUASI
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses
keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang
telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan
mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan
yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien. Penilaian adalah tahap
yang menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi selalu berkaitan dengan
tujuan yaitu pada komponen kognitif, afektif, psikomotor, perubahan fungsi
dan tanda gejala yang spesifik (Olfah & Ghofur, 2016)
DAFTAR PUSTAKA

Kusuma, N. &. (2016). dengan menggunakan Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia.

PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan


Indikator Diagnostik (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Nugroho T. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit Dalam


cetakan 1. Yogyakarta : Penerbit Nuha Medika

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Pernapasan, Salemba Medika, Jakarta.

Christian T. 2016 . Gambaran Karakteristik Pneumonia Pada Anak Vol 4 No 2.


Jurnale-Clinic

Anda mungkin juga menyukai