Anda di halaman 1dari 5

1. Lakukan pharafrase pada bagian pendahuluan.

Penelitian ini menguji pengaruh variabel terhadap pendidikan moral (asosiasi kognitif-
emosional), kepercayaan (emosional) dan hasil belajar (kognitif), sebagai indikator konstruksi teoritis
aspek ganda, pada kapasitas penalaran etis dalam pengambilan keputusan akuntansi. Penelitian ini
menggunakan model pengembangan kognitif-emosional dalam pengembangan penalaran moral. Lind
(2008) menggunakan teori aspek ganda perkembangan moral di seluruh domain kognitif dan afektif.
Teori perkembangan kognitif menempatkan moralitas sebagai hasil kognitif dari penalaran dan teori
kepribadian sebagai pengembangan komprehensif dari semua faktor yang berkontribusi pada
perkembangan manusia, dengan demikian perilaku etis akan ditentukan oleh keterampilan penalaran
moral (moral judgement). Sementara itu, sangat sedikit penelitian sebelumnya dengan secara bersama-
sama meneliti peran variabel kognitif-afektif pada kemampuan penalaran moral dengan hasil yang tidak
konsisten (di mana Banowitz, 2002; Porco, 2003, Fleming et al., 2009; dan Adawiyah et al., 2011 ).

Mercier (2010) menyatakan bahwa penalaran etis memainkan peran penting dalam membuat
keputusan etis. Penalaran etis juga dianggap sebagai faktor penting dalam pengambilan keputusan
auditor (akuntan) ketika dilema etika muncul (Thorne, 2000). Semakin tinggi penalaran moral
seseorang, maka semakin baik pula proses pengambilan keputusan yang dilakukannya karena yang
diperhitungkan dalam proses pengambilan keputusan bukan hanya peraturan tetapi keputusan baik
atau buruk yang diberikan (Maroney et al., 2008).

Fleming dkk. (2009) meneliti dampak profesionalisme pada tingkat penalaran etis dari
mahasiswa akuntansi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara statistik profesionalisme
berpengaruh terhadap tingkat penalaran etis mahasiswa akuntansi. Fleming dkk. (2009) menguji
profesionalisme pada tingkat penalaran etis dengan membandingkan kasus etika audit yang dinilai
memiliki tingkat profesionalisme lebih tinggi dan kasus etika bisnis. Namun Fleming dkk. (2009)
membatasi profesionalisme hanya untuk bisnis dan audit dan tidak mencakup semua bidang akuntansi,
sehingga generalisasi terbatas pada bidang akuntansi lainnya. Pengajaran etika telah banyak digunakan
sebagai variabel independen dalam studi penalaran etis seperti Banowitz (2002), Porco (2003), dan
Adawiyah et al. (2011). Penelitian ini mengkaji mata kuliah etika bisnis tentang penalaran etis
mahasiswa. Namun, ada 4.444 pendapat yang berbeda dari penelitian ini. Banowitz (2002) dan
Adawiyah dkk. (2011) menyimpulkan bahwa adanya intervensi etika atau pendidikan moral berpengaruh
positif terhadap perkembangan moral (penalaran) siswa. Sedangkan Porco (2003) menyimpulkan
sebaliknya.
Inkonsistensi yang terjadi pada penelitian-penelitian sebelumnya disebabkan perbedaan
pemberian pendidikan moral di masing-masing lembaga, ada yang sesuai, ada yang kurang memadai.
Disarankan bahwa jika pendidikan moral di lembaga pendidikan disampaikan dan disampaikan dengan
baik dan benar, maka pendidikan moral dapat secara positif mempengaruhi penalaran moral. Menurut
Mayhew dan Murphy (2008), pendidikan etika dianggap berhasil atau cukup jika orang yang mengambil
kursus etika bisnis mampu mengidentifikasi dilema etika, membuat keputusan etika , menunjukkan
sikap etis dan melakukan tindakan etis, terutama ketika isu melibatkan tinggi perilaku moral. intensitas. .
Penelitian tentang pengaruh keyakinan terhadap pengambilan keputusan etis juga telah dilakukan
beberapa kali dalam beberapa tahun terakhir (misalnya, Walker et al., 2011; Gaarfland et al., 2006;
Worden, 2005). Namun, ada inkonsistensi dalam penelitian terkait dengan keyakinan dengan moralitas.
Clark dan Dowson (1996) menemukan bahwa orang yang religius membuat keputusan yang lebih tidak
etis daripada orang yang tidak menganggap dirinya religius. Berbeda dengan Conroy dan Emerson
(2004), mereka menemukan bahwa seseorang yang secara teratur menghadiri ibadah keagamaan tidak
menunjukkan moral yang lebih tinggi daripada seseorang yang jarang hadir. Sementara itu, Longenecker
dkk. (2004) menemukan pengaruh yang lebih kuat antara agama dan moralitas dalam 4.444 sampel dari
1.234 manajer bisnis dan profesional. Tidak konsisten dalam variabel independen agama Datang karena
perbedaan dalam alat untuk menghitung tingkat agama seseorang. Selain itu,

Penelitian tentang agama menangkap orang-orang Kristen seperti sampel (misalnya Walker dan

al., 2011, Conroy dan Emerson, 2004). Kinerja pembelajaran dijelaskan oleh indeks yang sukses yang
jarang digunakan sebagai perangkat keras pencarian pada tingkat penalaran moral. Bahkan, para
peneliti sering menggunakan tingkat intelektual sebagai peralatan penelitian. Seperti BlogOod et al.
(2007) yang meneliti pengaruh intelektual terhadap tingkat menyontek siswa. Namun, Pascarella dan
Terenzini (2005) menyatakan bahwa prestasi yang ditunjukkan dengan nilai merupakan indikator
kecerdasan siswa yang paling menonjol. Hasil yang konsisten juga menunjukkan bahwa Indeks Kinerja
adalah prediktor terkuat dari prestasi akademik (Trail et al., 2006). Inkonsistensi pengaruh variabel
kognitif-afektif dalam penelitian sebelumnya mungkin disebabkan oleh fakta bahwa penggunaan
variabel dan alat yang terpisah kurang cocok untuk kondisi dilema kesehatan mental moralitas.
Penelitian ini menggabungkan pengaruh tiga variabel pendidikan pada etika (afektif kognitif), keyakinan
(afektif) dan prestasi sekolah (kognitif) terhadap kompetensi penalaran moral. Kajian ini menggunakan
alat untuk mengukur sejauh mana agama sesuai dengan kondisi mayoritas Muslim Indonesia sehingga
dapat lebih akurat mencerminkan tingkat agama seseorang. Berdasarkan responden terdapat 135
mahasiswa akuntansi dari PTN Yogyakarta, dengan rincian 69 (51,1%) mahasiswa pernah mendapatkan
pelatihan etika dan 66 (48,9%) mahasiswa belum mendapatkan pelatihan etika. hubungan positif antara
pendidikan moral dan agama dan keterampilan penalaran etis. Namun, hasil penelitian ini tidak
mendukung hubungan positif antara kinerja akademik dan kemampuan penalaran moral. Secara
teoritis, penelitian ini berkontribusi pada tes konsep teori aspek ganda dalam mengembangkan
keterampilan penalaran etis.

2. Dalam paper tesebut, apa yang menjadi indentifikasi masalah.


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah
utama yang terjadi :

1. Pendidikan etika berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat penalaran moral pada
pengambilan keputusan akuntansi.
2. Religiosity berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat penalaran moral pada
pengambilan keputusan akuntansi
3. Masih banyak ditemukannya praktik creative accounting yang terjadi di perusahaan, meskipun
sudah terdapat aturan mengenai standar laporan keuangan.
4. Praktik creative accounting yang melibatkan profesi akuntan mencerminkan adanya krisis etis
yang melanda dunia etika bisnis dan profesi serta menyebabkan menurunnya kepercayaan
masyarakat terhadap profesi akuntan.
5. Pelanggaran etika yang dilakukan profesi akuntan menjadi salah satu pertimbangan mahasiswa
dalam menentukan karir dibidang akuntansi.
6. Masih terdapat perbedaan pendapat mengenai etis dan tidaknya praktik creative accounting
untuk dilakukan.
7. Masih kurangnya Pengetahuan Etika profesi akuntan dan pemahaman mengenai praktik creative
accounting pada mahasiswa akuntansi.
8. Masih adanya kecurangan yang dilakukan mahasiswa dalam proses perkuliahan. Terdapat
dilema etis yang terjadi pada mahasiswa, mereka menyadari tindakan meminjam tugas teman
tidak baik dilakukan namun mereka tetap melakukan. Hal tersebut membuktikan rendahnya
perilaku etis mahasiswa
9. Performa akademik berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat penalaran moral pada
pengambilan keputusan akuntansi.
3. Dalam paper tesebut, apa yang menjadi rumusan masalah.
Maka rumusan masalah dalam paper ini sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaruh hubungan antara Pendidikan etika, religiosity dan performa akademik
terhadap tingkat penalaran moral pada pengambilan keputusan akuntansi?
2. Bagaimanakah pengaruh Pendidikan etika berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat
penalaran moral pada pengambilan keputusan akuntansi?
3. Bagaimanakah pengaruh Religiosity berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat
penalaran moral pada pengambilan keputusan akuntansi?
4. Bagaimanakah pengaruh Performa akademik berpengaruh positif dan signifikan terhadap
tingkat penalaran moral pada pengambilan keputusan akuntansi?

4. Dalam paper tesebut, apa yang menjadi tujuan dari penelitian.


Tujuan dari paper tersebut adalah:
Tujuan penelitian ini adalah menguji hubungan antara pendidikan etika, religiosity, dan performa
akademik terhadap tingkat penalaran moral pada pengambilan keputusan akuntansi. Sampel dari
penelitian ini adalah 135 mahasiswa muslim akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Perguruan Tinggi di Yogyakarta yang terdiri dari 69 mahasiswa yang sudah mengambil mata
kuliah etika bisnis dan 66 mahasiswa yang belum mengambil mata kuliah etika bisnis. Metode
analisis data menggunakan regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa
yang sudah mengambil mata kuliah etika bisnis akan memiliki tingkat penaralaran moral pada
pengambilan keputusan akuntansi. Sama halnya dengan mahasiswa yang lebih religius akan
memiliki tingkat penalaran moral pada pengambilan keputusan akuntansi yang lebih tinggi.
Namun, mahasiswa dengan indeks pretasi yang tinggi tidak menunjukkan bahwa mahasiswa
tersebut memiliki tingkat penalaran moral yang tinggi pada pengambilan keputusan akuntansi.

5. Dalam paper tesebut, kategori jenis penelitian apa berdasarkan analisisnya. Berikan

argumentasi Anda !
Dalam paper tersebut jenis penelitian adalah dengan metode kuantitatif, karena Pengumpulan data
dalam penelitian tentunya harus dilakukan secara ilmiah dan sistematis. Peneliti melakukan survey
dengan cara menyebar kuesioner atau angket sebagai instrumen penelitian, kuesioner menjadi wadah
yang efektif dan efesien untuk mengumpulkan data yang akan diukur secara numerik.

Anda mungkin juga menyukai