Anda di halaman 1dari 3

Nama : Irfannul Ulum

Nim : F0319064
Kelas :A
Rmk Ekis Bab Akad-akad dalam transaksi syariah
A. Definisi Akad
Kata Aqad berasal dari bahasa Arab yag berarti ikatan atau kewajiban, biasa juga
diartikan dengan kontrak atau perjanjian. Akad menurut Hasbi Ash-Shiddieqy adalah
mengumpulkan dua tepi/ujung tali yang mengikat salah satunya dengan ujung yang
lain hingga tersambung. Akad juga merujuk pada suatu seba dari sebab-sebab yang
ditetapkan syara’ yang karenanya timbullah beberapa hukum.
B. Unsur-unsur Akad
Definisi dari akad adalah pertalian antara ijab dan qobul yang dibenarkan oleh Syara’
dan menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya. Berdasarkan definisi tersebut,
maka diperoleh tiga unsur yang terkandung dalam akad. Yaitu sebagai berikut:
1. Pertalian Ijab dan Qabul. Ijab adalah pernyataan kehendak oleh suatu pihak
(mujib) untuk melakukan sesuatu atau tidak melaukan sesuatu. Qabul adalah
pernyataan menerima atau menyetujui kehendak mujib tersebut oleh pihak
lainnya (qabil). Ijab Qobul ini harus ada dalam melasanakan suatu perikatan.
2. Dibenarkan oleh syara’. Akad yang dilakukan tidak boleh bertentangan
dengan syara’ atau hal-hal yang diatur oleh Allah swt dalam Al-qur’an
maupun hadist Nabi Muhammad Saw. Syarat ini berlaku untuk pelaksanaan
akad, tujuan akad, maupun obyek akad itu sendiri.
3. Mempunyai akibat hukum terhadap objeknya. Akad merupakan salah satu dari
tindakan hukum. Adanya akad dapat menimbulkan akibat hukum terhadap
objek hukum yang diperjanjikan oleh para pihak dan juga juga memberikan
konsekuensi hak dan kewajiban yang mengikat para pihak.
C. Sumber Hukum Akad
Sumber hukum akad terdapat dalam Al-Qur’an, hadist Nabi, dan Itjihad Ulama.
Sumber hukum akad dalam Al-Qur’an terdapat dalam Qs. Al-Baqarah ayat 188, Qs.
Al-Baqarah ayat 275, Qs. Al-Maidah ayat 1 dan Qs. Al-Jumuah ayat 9. Dalam hadist
Nabi, Nabi Muhammad saw juga memberikan prinsip-prinsip akad dalam Islam
seperti tidak boleh membeli barang yang sedang dibeli saudaranya dan lain
sebagainya. Ijtihad juga menjadi salah satu sumber hukum yang penting dalam hal
muamalah salah satunya mengenai akad. Ijtihad ulama memberikan penjelasan yang
lebih detail dan rinci mengenai hukum-hukum muamalah yang didasarkan pada Al-
Qur’an da hadist.
D. Syarat dan Rukun Akad
1. Syarat Akad
 Ahliyati Ahdiyaini (kedua belah pihak harus cakap dan mampu dalam
berbuat)
 Qabilliatul Mahalil aqdili hukmihi (yang dijadika objek dalam suatu
akad dapat menerima hukumnya)
 Akad tersebut dilakukan oleh orang yang mempunyai hak
 Akad tersebut buka akad yang terlarang dan dilarang oleh syara’
 Akad tersebut akan memberikan manfaat, dan tidak membawa
kerugian atau kerusakan pada orang yang terlibat dalam akad tersebut.
 Ijab yang dilakukan berjalan terus menerus dan tida akan terputus
sebelum terjadi qabul.
 Akad itu terjadi dalam suatu majelis.
2. Rukun Akad
 Aqidun (pelaku perikatan, baik hanya terdiri dari satu orang atau
sejumlah tertentu)
 Mahalul Aqdi (Benda yang dijadikan objek)
 Maudhu’ul Aqdi (tujuan dan masud pokok dari adanya akad)
 Ijab (perkataan yang menunjukkan kehendak mengenai akad)
 Qabul (perkataan yang menunjukkan persetujuan terhadap kehendak
akad)
E. Akad Tijari dan Akad Tabarru’
1. Akad Tijari
Akad Tijari atau Tijarah adalah transaksi yag digunakan untuk mencari
keuntungan bisnis (profit transaction). Akad Tijarah dibagi menjadi 2, yakni:
a. Natural Certainty Contract (NCC)
NCC adalah akad yang mempunyai tingkat pendapatan yang pasti baik
jumlah maupun waktunya (akad dengan keuntungan pasti). Contoh
dari NCC antara lain:
 Murabahah adalah jual beli dimana besarnya keuntungan
secara terbuka dapat diketahui oleh penjual dan pembeli.
 Salam adalah akad jual beli barang dengan cara pemesanan dan
pembayaran harga lebih dahulu dengan syarat-syarat tertentu.
 Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan
tertentu.
 Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas suatu barang
atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau
upah tanpa melalui pemindahan kepemilikan barang tersebut.
b. Natural Uncertainty Contract (NUC)
NUC adalah akad yang mempunyai tingkat pendapatan tidak pasti baik
jumlah maupun waktunya. Contoh akad NUC adalah :
 Mudharabah adalah akad kerjasama dimana satu pihak
menginvestasikan dana lalu pihak yang lain menggunakan dana
tersebut untuk usaha.
 Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau
lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan pembagian
keuntungan dan resiko.
 Musaqah adalah akad syirkah di bidang pertanian dimana
pekerja atau penggarap hanya diberi kewajiban untuk
mengelola lahan.
 Muzaraah adalah kerja sama pengolahan pertanian antara
pemilik lahan dan penggarap dimana pemilik lahan
memberikan lahan kepada penggarap untuk ditanami dan
dipelihara dengan imbalan bagian tertentu dari hasil panen.
(Benih diberikan oleh pemilik lahan).
 Mukhabarah adalah kerja sama pengolahan pertanian seperti
Muzaraah. Perbedaannya terletak pada siapa yang memberikan
benih apakah pemilik lahan atau penggarapnya.
2. Akad Tabarru’
Akad Tabaru adalah akad dalam transaksi yang tujuannya untuk saling
menolong dalam berbuat kebajikan (tidak ada unsur untuk memperoleh
keuntungan). Contoh dari Akad Tabaru:
 Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang ditagih atau
diminta kembali tanpa mengharapkan imbalan.
 Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai
jaminan atas pinjaman yang diberikan.
 Hawalah adalah pengalihan utang dari satu pihak yang berutang
kepada pihak lain yang wajib menanggungnya.
 Wakalah adalah akad pemberian kuasa kepada penerima kuasa untuk
melasanakan suatu tugas.
 Kafalah adalah akad pemberian jaminan yang diberikan oleh
penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak
kedua atau yang ditanggung.
 Wadiah adalah akad seseorang kepada pihak lain dengan menitipkan
suatu barang untuk dijaga secara layak.

Anda mungkin juga menyukai