Anda di halaman 1dari 13

PENYELENGGARAAN SISTEM PRESIDENSIL BERDASARKAN KONSTITUSI

YANG PERNAH BERLAKU DI INDONESIA

Oleh:
Laurensius Arliman S
laurensiusarliman@gmail.com
Dosen pada Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Padang (STIH Padang) dan Mahasiswa Doktor Ilmu Hukum
Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat.

Abstrak
Pemerintahan sistem presidensil adalah suatu pemerintahan dimana kedudukan eksekutif tidak
bertanggung jawab kepada badan perwakilan rakyat, dengan kata lain kekuasaan eksekutif berada
diluar pengawasan (langsung) parlemen. Presidensialisme dan sistem multipartai bukan hanya
merupakan “kombinasi yang sulit”, melainkan juga membuka peluang terjadinya deadlock dalam
relasi eksekutif dan legislatif yang kemudian berdampak pada instabilitas demokrasi presidensial.
Sistem pemerintahan dalam lintasan konstitusi yang berlaku adalah sebanyak 5 kali, hal ini terbagi
dari: tiga kali memakai sisten presidensil, satu kali Parlementer Semu (Quasi Parlementer), dan satu
kali memakai sistem presidensil. Dalam koalisi pemerintahan, parpol tidak bertanggung jawab
menaikkan presiden dalam pemilu sehingga parpol cenderung meninggalkan presiden yang tidak lagi
popular. Pemilu presiden selalu ada di depan mata sehingga partai politik berusaha sebisa mungkin
menjaga jarak dengan berbagai kebijakan presiden, yang mungkin baik, tetapi tidak populis. Alasan
ketidakcocokan, kemungkinan akan menjatuhkan pemerintah secara inkonstitusional. Besarnya
peluang pergantian pemerintah secara inkonstitusional amat relatif karena dalam sistem
presidensialisme amat sulit menurunkan presiden terpilih. Akibat multi partai di Indonesia dapat kita
rasakan bersama, yaitu sulitnya Presiden untuk membuat keputusan berkaitan dengan masalah
kehidupan berbangsa dan negara yang strategis. Sebenarnya posisi Presiden sangat kuat karena
presiden dipilih langsung oleh rakyat bukan dipilih oleh DPR. Tetapi dalam hal penerbitan dan
pengesahan perundang-undangan presiden perlu dukungan DPR.
Kata Kunci: Presidensil. Konstitusi, Indonesia.
Abstract
A presidential system government is a government in which the executive position is not accountable
to the representative body of the people, in other words the executive power is outside (direct)
parliamentary oversight. Not only is presidentialism and a multiparty system a "difficult
combination", it also opens up opportunities for deadlocks in executive and legislative relations which
then impact on the instability of presidential democracy. The government system in the constitutional
trajectory that applies is as much as 5 times, it is divided into: three times using a presidential system,
one time Quasi Parliamentary (Quasi Parliamentary), and one time using a presidential system. In a
coalition government, political parties are not responsible for raising the president in the election so
political parties tend to leave the president who is no longer popular. Presidential elections are always
there before the eyes so that political parties try as much as possible to keep distance from various
presidential policies, which may be good, but not populist. The reason for the incompatibility, is likely
to bring down the government unconstitutionally. The magnitude of the opportunity for
unconstitutional change of government is very relative because in a presidential system it is very
difficult to reduce an elected president. We can feel the multi-party effects in Indonesia, namely the
difficulty of the President to make decisions relating to the problems of national life and strategic
state. Actually the position of the President is very strong because the president is directly elected by
the people not elected by the DPR. But in the case of the issuance and ratification of the presidential
legislation the DPR needs support.
Keywords: Presidential. The Constitution, Indonesia.

[77]
P-ISSN : 2528-651X
Muhakkamah Vol. 4 No. 2 November 2019 E-ISSN : 2598-8042

A. PENDAHULUAN
Latar Belakang kelompok sistem, yaitu: Sistem parlementer
Berpatokan kepada konstitusi suatu (parliamentary executive) dan sistem
negara, umumnya digunakan untuk presidensil dengan fixed executive atau non
mengatur dan sekaligus untuk membatasi parliamentary executive.
kekuasaan negara. Melalui konstitusi, dapat Pemerintahan sistem presidensil adalah
dilihat sistem pemerintahan, bentuk negara, suatu pemerintahan dimana kedudukan
sistem kontrol antara kekuasaan negara, eksekutif tidak bertanggung jawab kepada
jaminan hak-hak warga negara dan tidak badan perwakilan rakyat, dengan kata lain
kalah penting mengenai pembagian kekuasaan eksekutif berada diluar
kekuasaan antar unsur pemegang kekusaan pengawasan (langsung) parlemen. Presiden
negara seperti kekuasaan pemerintahan dalam sistem ini memiliki kekuasaan yang
(eksekutif), kekuasaan legislatif, dan kuat, karena selain sebagai kepala negara
kekuasaan yudisial. 1 juga sebagai kepala pemerintahan yang
Perkembangan demokrasi modern mengetuai/mengepalai kabinet (dewan
5
menurut Kranenburg, demokrasi modern menteri). Oleh karena itu, agar tidak
dapat dibagai dalam tiga kelas, tergantung menjurus kepada diktatorisme, maka
pada hubungan antara organ-organ diperlukan checks and balances, antara
pemerintahan yang mewakili tiga fungsi lembaga tinggi negara inilah yang disebut
yang berbeda. 2 Klasifikasi tersebut yaitu: (1) checking power with power.6
pemerintahan rakyat melalui perwakilan Menurut Rod Hague, di dalam
dengan sistem parlementer. (2) pemerintahan pemerintahan presidensil, setidaknya terdiri
rakyat melalui perwakilan dengan sistem dari tiga unsur yaitu: 7
pemisahan kekuasaan. (3) pemerintahan a) Presiden yang dipilih rakyat memimpin
rakyat melalui perwakilan dengan disertai pemerintahan dan mengangkat pejabat-
pengawasan langsung oleh rakyat.3 pejabat pemerintahan yang terkait;
Sedangkan Miriam Budiardjo 4 b) Presiden dengan dewan perwakilan
membedakan hal di atas, kedalam dua memiliki masa jabatan yang tetap, tidak
bisa saling menjatuhkan; dan
1
Laurensius Arliman S, Polemik Sistem
c) Tidak ada status yang tumpang tindih
Presidensil dalam Penyelenggaraan Pemerintahan di antara badan eksekutif dan badan
Indonesia, Makalah yang disampaikan dalam seminar legislatif.
nasional yang diadakan oleh Fakultas Hukum
Universitas Ekasakti bekerjasama dengan Presiden dalam sistem presidensil,
Perhimpunan Hukum Progresif Universitas Ekasakti memiliki posisi yang relatif kuat dan tidak
pada tanggal 19 November 2019 di Auditorium
dapat dijatuhkan karena rendahnya
Universitas Ekasakti, Padang, Sumatera Barat, hlm. 1.
2
M Taufiqurahman, Peran Perancang dukungan politik. Namun masih ada
Peraturan Perundang-Undangan Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam Pengawasan
Produk Hukum Daerah Melalui Executive Preview,
5
Soumatera Law Review, Volume 2, Nomor 2, 2019, Inu Kencana Syafiie, Sistem Pemerintahan
10.22216/soumlaw.v2i2.4341. Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hlm. 53.
3 6
Joeniarto, Demokrasi dan Sistem Inu Kencana Syafiie dan Azhari, Sistem
Pemerintahan Negara, Bina Aksara, Yogyakarta, Politik Indonesia, Refika Aditama, Bandung,
1982, hlm. 69. 2005, hlm. 14.
4 7
Miriam Budardjo, Dasar-Dasar Ilmu Rod Hague-et al, Comparative Government
Politik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2009, hlm. and Politics, MacMillan Press, London, 1998, hlm.
301-303 26.

[78]
Laurensius Arliman S : Penyelenggaraan Sistem Presidensil………………………………………….........….…77-89

mekanisme untuk mengontrol presiden. 8 Jika memberikan beberapa keuntungan


presiden melakukan pelanggaran konstitusi, (dibanding sistem parlementer) yaitu: a)
pengkhianatan terhadap negara, dan terlibat Stabilitas eksekutif yang didasarkan oleh
masalah kriminal, posisi presiden bisa jaminan terhadap kepastian lamanya jabatan
dijatuhkan. Bila presiden diberhentikan presiden. Hal ini berbeda dengan sistem
karena pelanggaran-pelanggaran tertentu, parlementer yang lebih memungkinkan
biasanya seorang wakil presiden akan terjadinya instabilitas eksekutif yang
menggantikan posisinya. disebabkan oleh besarnya memungkinan
Presiden bertanggungjawab kepada penggunaan kekuasaan parlemen untuk
pemilihnya (kiescollege). Sehingga seorang menjatuhkan kabinet melalui mosi tidak
presiden diberhentikan atas tuduhan House percaya atau juga tanpa mosi tidak percaya
of Representattives (Dewan Perwakilan secara formal ketika kabinet telah
Amerika Serikat yang di Indonesia adalah kehilangan dukungan mayoritas anggota
Dewan Perwakilan Rakyat RI) misal, sistem parlemen; b) pemilihan umum terhadap
pemerintahan presidensial di USA setelah presiden dapat dianggap lebih demokratis
diputuskan oleh senat.9 dari pada pemilihan secara tidak langsung
Adapun ciri-ciri dari sistem baik formal maupun secara informal
10
presidensial adalah: a) Presiden adalah sebagaimana eksekutif dalam sistem
kepala eksekutif yang memimpin kabinetnya parlementer; dan c) adanya pemisahan
yang semuanya diangkat olehnya dan kekuasaan yang berarti pembatasan terhadap
bertanggungjawab kepadanya. Ia sekaligus kekuasaan eksekutif yang merupakan
sebagai kepala negara (lambang negara) proteksi yang sangat berharga untuk
dengan masa jabatan yang telah ditentukan kebebasan individu terhadap pemerintahan
dengan pasti oleh UUD; b) Presiden tidak tirani.
dipilih oleh badan legislatif, tetapi dipilih Namun di sisi lain, sistem presidensil
oleh sejumlah pemilih. Oleh karena itu, ia juga mengandung beberapa kelemahan,
bukan bagian dari badan legislatif seperti yaitu:12 a) konflik antara parlemen dan
dalam sistem pemerintahan parlementer; c) eksekutif yang dapat menyebabkan ke-
Presiden tidak bertanggung jawab kepada buntuan (deadlock) dan kelumpuhan. Hal ini
badan legislatif dan tidak dapat dijatuhkan dapat saja tidak terhindarkan akibat
oleh badan legislatif; dan d) Sebagai kedudukan kedua lembaga yang sama- sama
imbangannya, presiden tidak dapat independen. Ketika konflik atau
membubarkan badan legislatif. ketidaksepakatan terjadi, maka tidak ada
Arend Lijphart11 memandang dari segi institusi yang dapat menyelesaikan masalah
praktek, sistem presidensil memang tersebut; b) kekakuan pemerintahan dalam
batas waktu tertentu (temporal rigidity). Hal
8
Arni Sabit, Perwakilan Politik Indonesia, ini disebabkan oleh masa jabatan Presiden
CV. Rajawali, Jakarta, 1985, hlm. 12.
9
Titik Triwulan Tutik, Pokok-Pokok Hukum
yang tetap dapat menyebabkan proses politik
Tata Negara Indonesia, Prestasi Pustaka, Jakarta, menjadi terhambat dan tidak menyisakan
2006, hlm. 101. ruang untuk penyesuaian sesuai kebutuhan;
10
C. F. Strong, Konstitusi-Konstitusi Politik
Modern, Nuansa Nusa Media, Bandung,
12
2004, hlm. 381. Dinoroy Marganda Aritonang, Penerapan
11
Arend Lijphart, Parliamentary versus Sistem Presidensil Di Indonesia Pasca Amandemen
Presidential Government, Oxford University Press, UUD 1945, Jurnal Mimbar Hukum, Volume 22,
New York, 2002,hlm. 11-15. Nomor 2, 2010, hlm. 394.

[79]
P-ISSN : 2528-651X
Muhakkamah Vol. 4 No. 2 November 2019 E-ISSN : 2598-8042

dan c) berlakunya sistem “the winner takes mengurangi hukuman, memberikan


all” yang menyebabkan hanya satu kandidat pengampunan, ataupun menghapuskan
dan partai yang menang, dan yang lain tuntutan yang terkait erat dengan
kalah. Selain itu, sistem ini menyebabkan kewenangan pengadilan. Dalam sistem
Presiden akan susah untuk bernegosiasi atau parlementer yang mempunyai kepala
berkoalisi dengan oposisi jika dalam waktu negara, ini biasanya mudah dipahami
tertentu muncul masalah yang membutuhkan karena adanya peran simbolik yang
penyelesaian. berada di tangan kepala negara. Tetapi
Melalui sistem presidensil dapat dalam sistem presidensil, kewenangan
disimpulkan beberapa kewenangan Presiden untuk memberikan grasi, abolisi dan
yang biasa dirumuskan dalam Konstitusi amnesti itu ditentukan berada di tangan
berbagai negara, yang mencakup lingkup Presiden;
kewenangan sebagai berikut:13 d) Kewenangan yang bersifat diplomatik,
a) Kewenangan yang bersifat eksekutif atau yaitu menjalankan perhubungan dengan
menyelenggarakan sistem pemerintahan negara lain atau subjek hukum
berdasarkan Konstitusi (to govern based internasional lainnya dalam konteks
on the constitution). Bahkan dalam sistem hubungan luar negeri, baik dalam
yang lebih ketat, semua kegiatan pe- keadaan perang dan damai;
merintahan yang dilakukan oleh presiden e) Kewenangan yang bersifat adminstratif
haruslah didasarkan atas perintah untuk mengangkat dan mem- berhentikan
konstitusi dan peraturan perundang- orang dalam jabatan- jabatan kenegaraan
undangan yang berlaku. Sehingga dan jabatan-jabatan administrasi negara.
kecenderungan discretionary power Hal ini disebabkan pula karena presiden
dibatasi sesempit mungkin wilayahnya; juga merupakan kepala eksekutif; dan
b) Kewenangan yang bersifat legislatif atau f) Kewenangan dalam bidang keamanan,
untuk mengatur kepentingan umum atau yakni untuk mengatur polisi dan angkatan
publik (to regulate public affair based on bersenjata, menyelenggarakan perang,
the law and the constitution). Dalam pertahanan negara, serta keamanan dalam
sistem pemisahan kekuasaan (separation negeri.
of power), kewenangan untuk mengatur Problematika sistem presidensial pada
ini dianggap ada di tangan lembaga umumnya terjadi ketika ia dikombinasikan
perwakilan, bukan di tangan eksekutif. dengan sistem multipartai, apalagi dengan
Jika lembaga eksekutif merasa perlu tingkat fragmentasi dan polarisasi yang
mengatur, maka kewenangan mengatur di relatif tinggi. Presidensialisme dan sistem
tangan eksekutif itu bersifat derivatif dari multipartai bukan hanya merupakan
kewenangan legislatif. Artinya, Presiden “kombinasi yang sulit”, melainkan juga
tidak boleh menetapkan suatu peraturan membuka peluang terjadinya deadlock
yang bersifat mandiri; dalam relasi eksekutif dan legislatif yang
c) Kewenangan yang bersifat judisial dalam kemudian berdampak pada instabilitas
rangka pemulihan keadilan yang terkait demokrasi presidensial. 14 Sistem multipartai
dengan putusan pengadilan, yaitu untuk
14
Laurensius Arliman S, Lembaga-
13
Jimly Asshiddiqie, Format Kelembagaan Lembaga Negara (Di Dalam Undang-Undang Dasar
Negara dan Pergeseran Kekuasaan dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945), Deepublish,
1945, FH UII Press, Yogyakarta, 2005, hlm. 75-77. Yogyakarta, 2016, hlm. 31.

[80]
Laurensius Arliman S : Penyelenggaraan Sistem Presidensil………………………………………….........….…77-89

dewasa ini, ternyata gagal memberikan (DPR), Dewan Pertimbangan Agung (DPA)
sumbangan kepada negara karena tidak belum dapat dibentuk. Pasal IV Aturan
mengkondisikan pembentukan kekuatan Peralihan UUD 1945 menyebutkan bahwa
oposisi yang diperlukan untuk menopang sebelum lembaga-lembaga seperti MPR,
rezim dan pemerintahan yang kuat, stabil, DPR, atau DPA dibentuk, kekuasaannya
dan efektif secara demokratik.15 Bersamaan dipegang oleh Presiden yang dibantu oleh
dengan itu, sistem multipartai tidak pula komite nasional (KNIP). Inilah yang
berfungsi untuk melandasi praktik politik menyebabkan kekuasaan Presiden pada saat
check and balances, baik diantara lembaga itu sangat besar.
negara maupun fraksi pemerintah dengan Oleh karena itu, demi menghindari
fraksi lainnya di lembaga perwakilan rakyat. absolutisme/kemutlakan kekuasaan presiden
B. RUMUSAN MASALAH maka dilahirkan kebijakan-kebijakan yang
Berdasarkan latar belakang yang telah memungkinkan pelaksanaan pemerintahan
diuraikan di atas dapat dirumuskan beberapa negara tetap berjalan demokratis. Kebijakan-
permasalahan yang akan dibahas dalam kebijakan tersebut antara lain adalah sebagai
penelitian yaitu: berikut: a) Maklumat Pemerintah No. X
1. Bagaimana sistem pemerintahan dalam Tanggal 16 Oktober 1945 tentang Perubahan
lintasan konstitusi yang berlaku? Fungsi KNIP menjadi Fungsi Parlemen;16 b)
2. Bagaimana polemik sistem Presidensil Maklumat Pemerintah Tanggal 3 November
dalam penyelenggaraan pemerintahan di 1945 mengenai Pembentukan Partai
Indonesia? Politik;17 dan c) Maklumat Pemerintah
C. PEMBAHASAN Tanggal 14 November 1945 mengenai
1. Sistem Pemerintahan dalam Lintasan Perubahan dari Kabinet Presidensial ke
Konstitusi yang Berlaku di Indonesia
 Sistem Pemerintahan Periode 1945 –
1949 (18 Agustus 1945 – 27 Desember 16
Maklumat Pemerintah tersebut memuat
1949) diktum yang intinya, sebagai berikut: a) Komite
Nasional Pusat sebelum terbentuk MPR dan DPR
Sistem pemerintahan yang dikehendaki (hasil pemilihan umum) diserahi kekuasaan legislatif
oleh UUD 1945 orisinil ini adalah dan menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara;
dan b) Menyetujui bahwa pekerjaan Komite Nasional
presidensial. Akan tetapi dua bulan setelah
Pusat sehari-hari berhubung dengan gentingnya
penetapan UUD 1945 sebagai hukum dasar keadaan dijalankan oleh sebuah badan pekerja yang
negara Indonesia, sistem pemerintahannya dipilih diantara mereka dan yang bertanggung jawab
kepada Komite Nasional Pusat. Dengan lahirnya
mengalami pergeseran menjadi parlementer. maklumat tersebut menegaskan bahwa kekuasaan
Hal ini diakibatkan karena pada periode ini legislatif dipegang oleh KNIP. Hal tersebut tentunya
kekuasaan pemerintahan cenderung tidak lagi sejalan dengan amanah Pasal IV Aturan
Peralihan UUD 1945 yang menugasi KNIP sebagai
tersentralisasi. Hal yang demikian itu pembantu presiden. Dengan adanya maklumat ini
dikarenakan lembaga-lembaga legislatif berarti pula kekuasaan presiden dalam bidang
legislatif berkurang.
seperti Majelis Permusyawaratan Rakyat 17
Maklumat Pemerintah Tanggal 3
(MPR) ataupun Dewan Perwakilan Rakyat November 1945 tentang Pembentukan Partai Politik
merupakan upaya pemerintah saat itu dalam
memberikan kesempatan rakyat berpartisipasi dalam
15
Laurensius Arliman S, Keterbukaan pemerintahan. Dengan lahirnya maklumat ini, ide
Keuangan Partai Politik Terhadap Praktik Pencucian untuk mendirikan partai-partai politik sebagai bentuk
Uang Dari Hasil Tindak Pidana Korupsi, Jurnal Cita pemberian kesempatan partisipatif rakyat seluas-
Hukum, Vol. 4, No. 2, 2016, doi: 10.15408/jch.v4i2.3 luasnya melalui sistem multi partai mendapatkan
433. tempat.

[81]
P-ISSN : 2528-651X
Muhakkamah Vol. 4 No. 2 November 2019 E-ISSN : 2598-8042

Kabinet Parlementer.18 Kontradiksinya, 1949 berdasarkan poin pertama dan kedua.


sistem parlementer membawa konsekuensi Pemberlakuan Konstitusi Republik
bahwa kekuasaan parlemen lebih kuat Indonesia Serikat tidak serta merta mencabut
daripada kekuasaan eksekutif, maka Undang-Undang Dasar Tahun 1945 karena
penerapan demokrasi sulit untuk perbedaan ruang lingkup penerapan.
berkembang. Sistem Pemerintahan yang berlaku
 Sistem pemerintahan Periode 1949 – pada konstitusi RIS adalah Parlementer
1950 (27 Desember 1949 – 15 Agustus Semu (Quasi Parlementer). Dimana
1950) berdasarkan pasal 118 ayat 2 menyebutkan
Undang-Undang Republik Indonesia sebagai berikut “ Presiden tidak dapat
Serikat, Konstitusi Republik Indonesia diganggu gugat. Tanggung jawab
Serikat atau lebih dikenal dengan sebutan kebijaksanaan pemerintah berada ditangan
Konstitusi RIS adalah konstitusi yang menteri, tetapi apabila kebijakan
berlaku di Republik Indonesia Serikat menteri/para menteri ternyata tidak dapat
(federasi) sejak tanggal 27 Desember 1949 dibenarkan oleh DPR, maka menteri/para
(yakni tanggal diakuinya kedaulatan menteri-menteri itu harus mengundurkan
Indonesia dalam bentuk RIS) hingga diri, atau DPR dapat membubarkan menteri-
diubahnya kembali bentuk negara federal menteri (kabinet) tersebut dengan alasan
RIS menjadi negara kesatuan Republik mosi tidak percaya, jadi kedudukan kabinet
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1950. sangat tergantung pada parlemen (DPR).
Konstitusi Republik Indonesia Serikat Ciri-ciri dari sistem pemerintahan
disahkan sebagai undang-undang dasar parlementer adalah sebagai berikut:
negara berkaitan dengan pembentukan a) Badan legislatif atau parlemen adalah
Republik Indonesia Serikat oleh hasil satu-satunya badan yang anggotanya
Konfrensi Meja Bundar, sejak 27 Desember dipilih langsung oleh rakyat melalui
pemilihan umum. Parlemen memiliki
18
kekuasaan besar sebagai badan
Selanjutnya, Maklumat Pemerintah
Tanggal 14 November 1945 mengenai Perubahan perwakilan dan lembaga legislatif;
Kabinet Presidensial menjadi Kabinet Parlementer b) Anggota parlemen terdiri atas orang-
membawa konsekuensi bahwa sistem
orang dari partai politik yang
pertanggungjawaban Presiden yang semula kepada
MPR menjadi Presiden bersama-sama Menteri- memenangkan pemiihan umum. Partai
menteri bertanggungjawab kepada parlemen (KNIP). politik yang menang dalam pemilihan
Berdasarkan maklumat ini berarti sistem
pemerintahan yang semula presidensial mengalami umum memiliki peluang besar menjadi
perubahan menjadi sistem pemerintahan parlementer. mayoritas dan memiliki kekuasaan besar
Presiden tidak lagi merangkap jabatan sebagai kepala di parlemen;
negara dan kepala pemerintahan melainkan hanya
kepala negara saja. Dari pernyataan tersebut sekali c) Pemerintah atau kabinet terdiri dari atas
lagi kekuasaan presiden mengalami pengurangan. para menteri dan perdana menteri sebagai
Gagasan pluralistik atau demokrasi yang pluralistik
terwakili oleh lahirnya Maklumat Pemerintah
pemimpin kabinet. Perdana menteri
Tanggal 14 Nopember 1945. Maklumat tersebut dipilih oleh parlemen untuk melaksakan
secara mendasar telah merubah sistem ketatanegaraan kekuasaan eksekutif. Dalam sistem ini,
kearah pemberian porsi yang besar kepada peranan
rakyat dalam partisipasinya menyusun kebijakan kekuasaan eksekutif berada pada perdana
pemerintahan negara. Lebih lanjut lihat dalam: Benny menteri sebagai kepala pemerintahan.
Bambang Irawan, Perkembangan Demokrasi di Anggota kabinet umumnya berasal dari
Negara Indonesia, Jurnal Hukum dan Dinamika
Masyarakat, Vol. 5 No.1, 2007 hlm. 54-64. parlemen;
[82]
Laurensius Arliman S : Penyelenggaraan Sistem Presidensil………………………………………….........….…77-89

d) Kabinet bertanggung jawab kepada Konstituante hasil pemilihan umum yang


parlemen dan dapat bertahan sepanjang akan menyusun konstitusi baru. Pemilihan
mendapat dukungan mayoritas anggota Umum 1955 berhasil memilih Konstituante
parlemen. Hal ini berarti bahwa sewaktu- secara demokratis, tetapi Konstituante gagal
waktu parlemen dapat menjatuhkan membentuk konstitusi baru hingga berlarut-
kabinet jika mayoritas anggota parlemen larut. Pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden
menyampaikan mosi tidak percaya Soekarno mengeluarkan Dekret Presiden 5
kepada kabinet; Juli 1959, yang antara lain berisi kembali
e) Kepala negara tidak sekaligus sebagai berlakunya UUD 1945.
kepala pemerintahan. Kepala Pemilihan Umum 1955 berhasil
pemerintahan adalah perdana menteri, memilih Konstituante secara demokratis,
sedangkan kepala negara adalah presiden namun Konstituante gagal membentuk
dalam negara republik atau raja/sultan konstitusi baru hingga berlarut-larut. Pada 5
dalam negara monarki. Kepala negara Juli 1959 pukul 17.00, Presiden Soekarno
tidak memiliki kekuasaan pemerintahan. mengeluarkan dekrit yang diumumkan
Ia hanya berperan sebgai symbol dalam upacara resmi di Istana Merdeka. Isi
kedaulatan dan keutuhan negara; dan dekrit presiden 5 Juli 1959 antara lain: 19 a)
f) Sebagai imbangan parlemen dapat Kembali berlakunya UUD 1945 dan tidak
menjatuhkan kabinet maka presiden atau berlakunya lagi UUDS 1950; b) Pembubaran
raja atas saran dari perdana menteri dapat Konstituante; dan c) Pembentukan MPRS
membubarkan parlemen. Selanjutnya, dan DPAS. Dikeluarkannya dekrit presiden
diadakan pemilihan umum lagi untuk ini diiringi dengan perubahan sistem
membentukan parlemen baru. pemerintahan dari parlementer ke
g) Pemerintah berhak atas kekuasaan presidensial.
pembentukan Undang-Undang Darurat,  Sistem Pemerintahan Periode 1959-
Undang-Undang Darurat mempunyai 1966 (Orde Lama)
kekuatan atas Undang-Undang Federasi. Pasca dikeluarkannya dekrit tersebut
 Sistem pemerintahan Periode 1950 – munculah Demokrasi Terpimpin. Salah satu
1959 (15 Agustus 1950 – 5 Juli 1959) isi dekrit adalah kembali berlakunya UUD
Undang-Undang Dasar Sementara 1945. Hal ini merupakan dampak positif
Republik Indonesia, atau dikenal dengan dengan adanya dekrit. Selain itu dekrit juga
UUDS 1950, adalah konstitusi yang berlaku mampu menyelamatkan negera dari
di negara Republik Indonesia sejak 17 perpecahan dan krisis politik yang berlarut-
Agustus 1950 hingga dikeluarkannya Dekret larut tidak kunjung selesai. Akan tetapi,
Presiden 5 Juli 1959. UUDS 1950 ditetapkan ternyata keluarnya dekrit juga menimbulkan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 dampak negatif antara lain memberikan
Tahun 1950 tentang Perubahan Konstitusi peluang bagi militer untuk terjun ke dunia
Sementara Republik Indonesia Serikat politik dan kekuasaan presiden menjadi
menjadi Undang-Undang Dasar Sementara semakin kuat, cenderung ke otoriter.
Republik Indonesia, dalam Sidang Pertama Pada masa Demokrasi Terpimpin
Babak ke-3 Rapat ke-71 DPR RIS tanggal (1959-1966), nampak sekali dominasi dari
14 Agustus 1950 di Jakarta. Konstitusi ini
19
dinamakan "sementara", karena hanya Laurensius Arliman S, Ilmu Perundang-
Undangan Yang Baik Untuk Negara Indonesia,
bersifat sementara, menunggu terpilihnya Deepublish, Yogyakarta, 2016, hlm. 45.

[83]
P-ISSN : 2528-651X
Muhakkamah Vol. 4 No. 2 November 2019 E-ISSN : 2598-8042

presiden. Presiden menafsirkan Demokrasi Demokrasi Terpimpin berganti dengan


Terpimpin, merupakan demokrasi yang Demokrasi Pancasila.
dipimpin oleh Presiden sendiri, maka  Sistem Pemerintahan Periode 1966-
muncul atribut Pemimpin Besar Revolusi. 20 1998 (Orde Baru)
Presiden menjabat berbagai jabatan penting, Orde Baru berlangsung dari tahun
antara lain ketua MPRS dan DPAS. Sistem 1966 hingga 1998. Pada 1968, MPR secara
pemerintahan menjadi sistem pemerintahan resmi melantik Soeharto untuk masa jabatan
presidensil. Pada akhirnya Demokrasi 5 tahun sebagai presiden, dan dia kemudian
Terpimpin harus berakhir sekaligus dilantik kembali secara berturut-turut pada
berakhinya kekuasaan presiden Soekarno tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan
dan berganti dengan Soeharto.21 Pangkal dari 1998. Sistem pemerintahan Presidensial,
itu adalah peristiwa pembunuhan para bentuk pemerintahan Republik dan UUD
Jenderal oleh anggota PKI. Semenjak itu 1945 sebagai dasar konstitusi atau undang-
wibawa presiden semakin merosot. Demo undang yang berlaku. Secara sistem,
hampir setiap hari dilakukan dan mencapai pemerintahan Orde Baru tidak memiliki
puncaknya pada tanggal 12 Januari 1966 perubahan berarti dari era sebelumnya.
ketika Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia Namun tetap ada beberapa perbedaan
(KAMI) dan Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar mendasar dilihat dari masa orde baru yang
Indonesia (KAPPI) yang tergabung dalam diubah karena dianggap sebagai
22
Front Pancasila, melakukan tiga tuntutan penyimpangan di masa orde lama.
rakyat. Tritura berisi pembubaran PKI dan Sistem pemerintahan masa Orde Baru
ormas-ormasnya, pembersihan kabinet mengubah tatanan kehidupan rakyat dan
Dwikora dari unsur PKI serta penurunan negara dengan berlandaskan kemurnian
harga. pelaksanaan Pancasila serta UUD 1945
Karena semakin terpojok, maka untuk setiap kebijakan pemerintah. Beberapa
presiden mengeluarkan surat perintah pokok sistem pemerintahan pada masa Orde
sebelas maret (Supersemar) kepada Soeharto Baru yang tercantum pada Penjelasan UUD
yang isinya memerintahkan kepada Letnan 1945 yaitu:
Soeharto agar mengambil tindakan untuk a) Kekuasaan negara tertinggi berada di
menjamin keamanan, ketenangan, dan tangan Majelis Permusyawaratan Rakyat
kestabilan jalannya pemerintahan, demi (MPR)
keutuhan bangsa dan negara Republik b) Presiden adalah penyelenggara
Indonesia. Sesuai ketetapan MPRS Np pemerintahan negara tertinggi dan berada
XIII/MPRS/1966, Letnan Soeharto diangkat di bawah Majelis Permusyawaratan
sebagai pengemban Supersemar pada Rakyat (MPR)
tanggal 25 Juli 1966 membentuk Kabinet c) Menteri adalah pembantu Presiden dan
Ampera. Hal ini menandakan bahwa tidak bertanggung jawab kepada Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR)
20
Laurensius Arliman S, Perlindungan d) Presiden tidak bertanggung jawab kepada
Hukum Bagi Anak dalam Perspektif Pancasila dan DPR
Bela Negara, Jurnal Unifikasi, Vol. 5, No. 1, 2018,
hlm. 67.
21 22
Laurensius Arliman S, Fungsi Badan Sayid Anshar, Konsep Negara Hukum
Kehormatan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota dalam Perspektif Hukum Islam, Soumatera Law
Padang, Jural Ilmiah Hukum De’Jure, Vol. 1, No. 2, Review, Volume 2, Nomor 2, 2019, 10.22216/soumla
2017, hlm. 78. w.v2i2.4136.

[84]
Laurensius Arliman S : Penyelenggaraan Sistem Presidensil………………………………………….........….…77-89

e) Kekuasaan yang dimiliki Kepala Negara  Sistem Pemerintahan Periode 1998 –


atau Presiden tidak tak terbatas. Amandemen ke-4 (Reformasi)
Pelaksanaan pemerintahan Orde Baru Salah satu ketentuan yang sangat
pada prakteknya menyimpang dari pokok- menandakan kuatnya sistem presidensil
pokok awalnya. Kekuasaan dipegang penuh dalam UUD 1945 tersirat dalam Pasal 7C,
oleh Presiden dan walaupun pada awalnya yang menyatakan Presiden tidak dapat
kehidupan demokrasi di Indonesia membekukan dan/atau membubarkan DPR.
menunjukkan kemajuan, tetapi dalam Beberapa kondisi lain yang
perkembangannya ternyata tidak jauh menandakan semakin kuatnya menganut
berbeda prakteknya dengan masa Demokrasi sistem presidensil di Indonesia, yaitu:
Terpimpin. Jika dulunya pemerintah a) Digunakannya istilah ‘Presiden’ sebagai
Indonesia pada masa Orde Baru berniat kepala pemerintahan sekaligus kepala
menjalankan Demokrasi Pancasila dan negara. Tidak dikenal adanya pemisahan
memutuskan sistem berdasarkan Trias dua fungsi tersebut, sebagaimana
Politika, tetapi hal tersebut juga tidak lazimnya dalam budaya demokrasi
berjalan dengan baik. 23 parlementer;
Hampir semua kewenangan Presiden b) Dianutnya prinsip pemisahan kekuasaan,
yang diatur menurut UUD 1945 dilakukan sebagaimana dilihat dalam Pasal 1 ayat
tanpa keterlibatan pertimbangan dan (2), kedaulatan berada di tangan rakyat
persetujuan DPR sebagai wakil rakyat. dan dilaksanakan menurut UUD. Hal ini
Sistem demikian bisa berdampak positif menandakan, tidak ada satu lembaga pun
dengan kendali di tangan Presiden maka yang lebih supreme dari lembaga lainnya.
seluruh penyelenggaraan pemerintahan bisa Semua lembaga negara yang termasuk
dikendalikan sehingga pemerintahan lebih main organ berada dalam kedudukan
solid, stabil dan tidak mudah digoyahkan. yang setara dengan fungi masing-masing;
Akan tetapi tanpa adanya pengawasan dan c) Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden
persetujuan DPR maka kewenangan dengan menggunakan sistem pemilih- an
Presiden menjadi mudah disalahgunakan. langsung oleh rakyat, sebagaimana diatur
dalam Pasal 6A. Format pemilihan umum
yang terpisah antara pemilu legislatif dan
Presiden dan Wapres turut menandakan
23
dianutnya sistem presidensil. Sebab, jika
Hal ini bisa dilihat dari beberapa
peraturan berikut yang membuat UUD 1945 menjadi pada pemilu legislatif salah satu partai
konstitusi yang sangat sakral yaitu: a) Ketetapan menguasai kursi parlemen (meskipun
MPR nomor I/MPR/1983 menyatakan bahwa MPR tidak mayoritas), tidak otomatis
telah menetapkan untuk mempertahankan UUD 1945
dan tidak akan merubahnya; b) Ketetapan MPR menjadikan pemimpin partai tersebut
nomor IV/MPR/1983 mengenai Referendum yang menjadi seorang kepala pemerintahan.
antara lain menyatakan bahwa apabila MPR hendak
mengubah UUD 1945 maka rakyat terlebih dulu
Sebagaimana lazimnya dalam budaya
harus dimintai pendapat melalui referendu; c) demokrasi parlementer;
Undang-undang Nomor 5 tahun 1985 mengenai d) Kewenangan Presiden dalam legislasi
Referendum yang menjadi suatu pelaksanaan dari Tap
MPR sebelumnya; serta d) Silakukan perampingan yang hanya menjadi pengusul sebuah
partai-partai politik sehingga hanya menjadi tiga RUU kepada DPR, sebagaimana diatur
partai, yaitu Golongan Karya (Golkar), Partai dalam Pasal 5 ayat (1). Hal ini berbeda
Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Perjuangan
Indonesia (PDI). dengan format kewenangan legislasi yang
[85]
P-ISSN : 2528-651X
Muhakkamah Vol. 4 No. 2 November 2019 E-ISSN : 2598-8042

sebelumnya diatur dalam UUD 1945 pra- murni. Tetapi, kebenaran konsep di atas
amandemen, di mana kekuasaan legislasi hendaknya perlu diuji dalam tataran politik
pada dasarnya berada di tangan Presiden; praktis, sebab demokrasi pada hakekatnya
e) Pengangkatan dan pemberhentian menteri adalah merupakan konteks budaya politik
merupakan hak prerogatif Presiden tanpa bukan hanya konteks penafsiran dan
perlu mekanisme per- setujuan dari DPR, pelaksanaan terhadap konsitusi. 24
sebagaimana diatur dalam Pasal 17 ayat Sebagaimana dikatakan oleh Richard
(2). Oleh karena itu, tanggung jawab Holder Williams bahwa, a constitution is a
pemerintahan sepenuhnya berada di legal document which contains “the rules of
tangan Presiden; the political game”. Selain itu, politik praktis
f) Penggunaan “fixed tenure of office” untuk Indonesia yang berubah secara signifikan
Presiden dan Wakil Presiden yaitu 5 salah satunya disebabkan oleh kemajuan dari
(lima) tahun. Hal ini dapat dilihat dalam pemahaman dan praktik konsitutisionalisme
Pasal 7; pasca amandemen UUD 1945. Hal ini
g) Lama jabatan tersebut ditegaskan pula sebagimana diutarakan oleh Rosen, the form
dalam Pasal 3 ayat (3), yang menyatakan in which the consitutition making process is
bahwa, MPR hanya dapat adopted may reveal the character of the
memberhentikan Presiden dan/atau Wakil future political configuration, particularly if
Presiden dalam masa jabatannya menurut the process takes place during a transition
UUD. Yang tidak lain adalah mekanisme from an authoritarian rule.25
impeachment, sebagaimana diatur pula Penerapan sistem presidensil di
dalam Pasal 7A. Indonesia, setidaknya ada dua hal yang
h) Presiden tidak bertanggung jawab kepada menyebabkan tidak bertajinya penerapan
lembaga politik tertentu tetapi langsung sistem teressbut, yaitu penegasan terhadap
kepada rakyat pemilihnya. Sebagai sistem presidensil yang turut diiringi dengan
konsekuensi legal dan politis dari penguatan peran dan wewenang parlemen
dianutnya sistem pemilihan secara dalam hubungannya dengan eksekutif, serta
langsung bagi Presiden dan Wakil sistem politik yang menggunakan sistem
Presiden. Meskipun secara praktek, multi partai.
Presiden pada setiap akhir tahun tetap Pelaksanaan sistem presidensil
membacakan laporan kinerja di hadapan Indonesia adalah dengan digunakannya
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). format multi partai dalam sistem politik
Namun hal tersebut bukan merupakan Indonesia. Dipandang dari sisi demokrasi,
suatu mekanisme pertanggungjawaban penggunaan sistem multi partai memang
sebagaimana pemerintahan (eksekutif) memberikan kesempatan yang luas kepada
bertanggung jawab kepada parlemen setiap orang untuk ambil bagian dalam
dalam sistem parlementer. pelaksa- naan hak-hak politiknya. Namun
2. Polemik Sistem Presidensil dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan di 24
Danel Aditia Situngkir, Asas Legalitas
Indonesia Dalam Hukum Pidana Nasional Dan Hukum Pidana
Internasional, Soumatera Law Review, Volume 1,
Dari beberapa kondisi di atas maka Nomor 1, 2018, 10.22216/soumlaw.v1i1.3398.
25
dapatlah dikatakan bahwa sistem Denny Indrayana, Indonesian
pemerintahan yang dianut oleh UUD 1945 Contitutional Reform 1999-2002 an Evaluation of
Constitution Making in Transition, Kompas, Jakarta,
pasca amandemen adalah sistem presidensil 2008, hlm. 29.

[86]
Laurensius Arliman S : Penyelenggaraan Sistem Presidensil………………………………………….........….…77-89

dipandang dari sisi efektifitas menggunakan jalur inkonstitusional untuk


penyelenggaraan pemerintahan, sistem ini mengganti pemerintahan.
malah memperlemah pelaksanaan sistem d) Akibat multi partai di Indonesia dapat
presidensil. Pertaruhan politik antara DPR kita rasakan bersama, yaitu sulitnya
dan Presiden kerap menyebabkan Presiden untuk membuat keputusan
pertentangan antara kedua lembaga negara berkaitan dengan masalah kehidupan
tersebut. Akibatnya, penyelenggaraan berbangsa dan negara yang strategis
pemerintahan lebih banyak diwarnai meliputi aspek: politik, ekonomi,
persoalan politik daripada realisasi kebijakan diplomasi dan militer. Bila kita
pemerintah terhadap masyarakat. mengamati secara fokus hubungan antara
Atas hal tersebut sistem presidensial Eksekutif dan Legislatif, Presiden
yang berdasarkan sistem multipartai, bila mengalamai resistansi karena peran
tidak ada partai politik yang meraih suara Legislatif lebih dominan dalam sistem
mayoritas di parlemen, koalisi merupakan multi partai.
suatu yang tidak bisa dihindari, karena itu e) Sebenarnya posisi Presiden sangat kuat
koalisi merupakan ”jalan penyelamat” bagi karena presiden dipilih langsung oleh
sistem pemerintahan presidensial yang rakyat bukan dipilh oleh DPR. Tetapi
menganut sistem multipartai. Koalisi dalam hal penerbitan dan pengesahan
pendukung presiden dalam sistem perundang-undangan presiden perlu
presidensialisme tidak stabil, dikarenakan: 26 dukungan DPR. DPR yang merupakan
a) Koalisi pemerintahan dan elektoral sering lembaga negara, justru menjadi resistansi
berbeda. Dalam koalisi pemerintahan, dalam sistem pemerintahan kita, karena
parpol tidak bertanggung jawab mereka bias dengan kepentingan
menaikkan presiden dalam pemilu primordial masing-masing. Menyamakan
sehingga parpol cenderung meninggalkan visi dan misi dari partai-partai, dengan
presiden yang tidak lagi populer. ideologi dan kepentingan yang sangat
b) Pemilu presiden selalu ada di depan mata mendasar perbedaannya akan sangat sulit
sehingga partai politik berusaha sebisa dicapai. Peran DPR, tak lebih sebagai
mungkin menjaga jarak dengan berbagai oposisi yang selalu menentang
kebijakan presiden, yang mungkin baik, pemerintah.
tetapi tidak populis. Perlunya perubahan UUD 1945
c) Alasan ketidakcocokan, kemungkinan mengenai penegasan sistem presidensial
akan menjatuhkan pemerintah secara supaya ada kejelasan dalam sistem
inkonstitusional. Besarnya peluang ketatanegaraan. Serta harus ada upaya
pergantian pemerintah secara membatasi jumlah partai peserta pemilu agar
inkonstitusional amat relatif karena dalam tidak terlampau banyak, sehingga sistem
sistem presidensialisme amat sulit check and balance menjadi terwujud atau
menurunkan presiden terpilih. Karena itu, menjadi jelas. Pemerintahan ada baiknya
pihak-pihak yang tidak puas dengan diisi beberapa wakil dari partai politik, tetapi
kinerja pemerintah cenderung tidak tergabung dalam koalisi yang
permanen. Tidak ada lagi kata koalisi
ataupun oposisi yang mantap, karena akan
26
Meima, Penerapan Sistem Presidensial berkibat, terhadap kebijakan pemerintah
Dalam Demokrasi Modern, Fakultas Hukum
Universitas Langlangbuana, Tidak Diterbitkan, 8-9.

[87]
P-ISSN : 2528-651X
Muhakkamah Vol. 4 No. 2 November 2019 E-ISSN : 2598-8042

acapkali ditolak oleh parpol yang notabene tetapi tidak populis. Alasan ketidak
punya wakil di kabinet. cocokan, kemungkinan akan menjatuhkan
D. PENUTUP pemerintah secara inkonstitusional.
Kesimpulan Besarnya peluang pergantian pemerintah
Sesuai dengan pokok permasalahan secara inkonstitusional amat relatif karena
yang dibahas pada bab sebelumnya, maka dalam sistem presidensialisme amat sulit
penulis menarik beberapa kesimpulan menurunkan presiden terpilih. Akibat
sebagai berikut: multi partai di Indonesia dapat kita
a) Sistem pemerintahan dalam lintasan rasakan bersama, yaitu sulitnya Presiden
konstitusi yang berlaku adalah sebanyak 5 untuk membuat keputusan berkaitan
kali, hal ini terbagi dari: 1) Periode tahun dengan masalah kehidupan berbangsa dan
1945-1949 dengan memakai sistem negara yang strategis. Sebenarnya posisi
presidensil dengan berlandasakan pada Presiden sangat kuat karena presiden
Undang-Undang Dasar Tahun 1945; 2) dipilih langsung oleh rakyat bukan dipilh
Periode tahun 1949-1959 dengan oleh DPR. Tetapi dalam hal penerbitan
memakai system Parlementer Semu dan pengesahan perundang-undangan
(Quasi Parlementer) berlandaskan pada presiden perlu dukungan DPR.
Konstitusi RIS; 3) Periode tahun 1950-
1959 dengan memakai sistem Parlementer Daftar Pustaka
berlandaskan pada Undang-Undang Dasar
Sementara 1950; 4) Periode tahun 1959- Arend Lijphart, Parliamentary versus
1998 dengan memakai sistem presidensil Presidential Government, Oxford
dengan berlandasakan pada Undang- University Press, New York, 2002.
Undang Dasar Tahun 1945 yang terbagi Arni Sabit, Perwakilan Politik Indonesia,
pada orde lama dan orde baru; dan 5) CV. Rajawali, Jakarta, 1985.
Periode tahun 1998-sekarang dengan Benny Bambang Irawan, Perkembangan
memakai sistem presidensil dengan Demokrasi di Negara Indonesia,
berlandasakan pada Undang-Undang Jurnal Hukum dan Dinamika
Dasar Tahun Negara Republik Indonesia Masyarakat, Vol. 5 No.1, 2007.
tahun 1945 yang telah diamandemen C. F. Strong, Konstitusi-Konstitusi Politik
sebanyak empat kali. Modern, Nuansa Nusa Media,
b) Polemik sistem Presidensil dalam Bandung, 2004.
penyelenggaraan pemerintahan di Danel Aditia Situngkir, Asas Legalitas
Republik Indonesia dilihat dari koalisi Dalam Hukum Pidana Nasional Dan
pemerintahan dan elektoral sering Hukum Pidana Internasional,
berbeda. Dalam koalisi pemerintahan, Soumatera Law Review, Volume 1,
parpol tidak bertanggung jawab Nomor 1, 2018, 10.22216/soumlaw.v
menaikkan presiden dalam pemilu 1i1.3398.
sehingga parpol cenderung meninggalkan Denny Indrayana, Indonesian Contitutional
presiden yang tidak lagi popular. Pemilu Reform 1999-2002 an Evaluation of
presiden selalu ada di depan mata Constitution Making in Transition,
sehingga partai politik berusaha sebisa Kompas, Jakarta, 2008.
mungkin menjaga jarak dengan berbagai Dinoroy Marganda Aritonang, Penerapan
kebijakan presiden, yang mungkin baik, Sistem Presidensil Di Indonesia
[88]
Laurensius Arliman S : Penyelenggaraan Sistem Presidensil………………………………………….........….…77-89

Pasca Amandemen UUD 1945, Miriam Budardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik,


Jurnal Mimbar Hukum, Volume 22, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
Nomor 2, 2010. 2009.
Inu Kencana Syafiie, Sistem Pemerintahan M Taufiqurahman, Peran Perancang
Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, Peraturan Perundang-Undangan
2002. Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Inu Kencana Syafiie dan Azhari, Sistem Manusia dalam Pengawasan Produk
Politik Indonesia, Refika Aditama, Hukum Daerah Melalui Executive
Bandung, 2005. Preview, Soumatera Law Review,
Jimly Asshiddiqie, Format Kelembagaan Volume 2, Nomor 2, 2019,
Negara dan Pergeseran Kekuasaan 10.22216/soumlaw.v2i2.4341.
dalam UUD 1945, FH UII Press, Rod Hague-et al, Comparative Government
Yogyakarta, 2005. and Politics, MacMillan Press,
Joeniarto, Demokrasi dan Sistem London, 1998.
Pemerintahan Negara, Bina Aksara, Sayid Anshar, Konsep Negara Hukum dalam
Yogyakarta, 1982. Perspektif Hukum Islam, Soumatera
Laurensius Arliman S, Ilmu Perundang- Law Review, Volume 2, Nomor 2,
Undangan Yang Baik Untuk Negara 2019, 10.22216/soumlaw.v2i2.4136.
Indonesia, Deepublish, Yogyakarta, Titik Triwulan Tutik, Pokok-Pokok Hukum
2016. Tata Negara Indonesia, Prestasi
Laurensius Arliman S, Keterbukaan Pustaka, Jakarta, 2006.
Keuangan Partai Politik Terhadap
Praktik Pencucian Uang Dari Hasil
Tindak Pidana Korupsi, Jurnal Cita
Hukum, Vol. 4, No. 2, 2016, doi:
10.15408/jch.v4i2.3433.
Laurensius Arliman S, Lembaga-Lembaga
Negara (Di Dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945), Deepublish,
Yogyakarta, 2016.
Laurensius Arliman S, Fungsi Badan
Kehormatan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Kota Padang, Jural
Ilmiah Hukum De’Jure, Vol. 1, No.
2, 2017
Laurensius Arliman S, Perlindungan Hukum
Bagi Anak dalam Perspektif
Pancasila dan Bela Negara, Jurnal
Unifikasi, Vol. 5, No. 1, 2018.
Meima, Penerapan Sistem Presidensial
Dalam Demokrasi Modern, Fakultas
Hukum Universitas Langlangbuana,
Tidak Diterbitkan.
[89]

Anda mungkin juga menyukai