Anda di halaman 1dari 2

Nama : Neng Meli

Kelas : AK20A

NIM : 20200070041

1. Apa yang dimaksud dengan ejaan?


Jawab :
Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan
huruf, Kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia dijelaskan, ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata,
kalimat) di dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda-tanda baca. Oleh
karena itu ejaan perlu dipahami dan dibahas untuk menegetahui bagaimana sebenarnya
ejaan yang disempurnakan itu, untuk diketahui dan diaplikasikan kedalam penulisan berbagai
karya tulis.

2. Sebutkan dan jelaskan satu persatu ejaan yang pernah berlaku di Indonesia!
Jawab :
1) Ejaan Van Ophuijsen
adalah jenis ejaan yang pernah digunakan untuk Bahasa Indonesia.
Ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-kata Melayu menurut model yang dimengerti oleh
orang Belanda, yaitu menggunakan huruf Latin dan bunyi yang mirip dengan tuturan Belanda,
antara lain:
· huruf ‘j’ untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang.
· huruf ‘oe’ untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer.
· tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata ma’moer,
‘akal, ta’, pa’, dinamaï.
Huruf hidup yang diberi titik dua diatasnya seperti ä, ë, ï dan ö, menandai bahwa huruf
tersebut dibaca sebagai satu suku kata, bukan diftong, sama seperti ejaan Bahasa Belanda
sampai saat ini.

2) Ejaan Republik (edjaan repoeblik)


adalah ketentuan ejaan dalam Bahasa Indonesia yang berlaku sejak 17 Maret 1947. Ejaan ini
kemudian juga disebut dengan nama edjaan Soewandi, diambil dari nama Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan kala itu. Ejaan ini mengganti ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan Van Ophuijsen
yang mulai berlaku sejak tahun 1901.
Perbedaan-perbedaan antara ejaan ini dengan ejaan Van Ophuijsen ialah:
· huruf ‘oe’ menjadi ‘u’, seperti pada goeroe → guru.
· bunyi hamzah dan bunyi sentak yang sebelumnya dinyatakan dengan (‘) ditulis dengan ‘k’,
seperti pada kata-kata tak, pak, maklum, rakjat.
· kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti ubur2, ber-main2, ke-barat2-an.
· awalan ‘di-’ dan kata depan ‘di’ kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya. Kata depan ‘di’ pada contoh dirumah, disawah, tidak dibedakan dengan
imbuhan ‘di-’ pada dibeli, dimakan.

3) Pembaruan Ejaan (Bahasa Inggris: spelling reform)


adalah tindakan untuk memperbaiki sistem ejaan dengan membuatnya lebih
menggambarkan fonem yang ada dalam suatu bahasa. Sejak awal abad ke-19, lebih dari 31
bahasa modern telah melakukan pembaruan ejaan yang kadang secara radikal. Indonesia
telah mengalami beberapa kali pembaruan ejaan dengan yang terakhir berupa pemberlakuan
Ejaan Yang Disempurnakan pada tahun 1972.

4) Ejaan Melindo
adalah sistem ejaan Latin yang termuat dalam Pengumuman Bersama Edjaan Bahasa Melaju-
Indonesia (Melindo) (1959) sebagai hasil usaha penyatuan sistem ejaan dengan huruf Latin di
Indonesia dan Persekutuan Tanah Melayu. Keputusan ini dilakukan dalam Perjanjian
Persahabatan Indonesia dan Malaysia pada tahun 1959. Sistem ini tidak pernah sampai
diterapkan.

5) Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)


adalah penyempurnaan dari ejaan – ejaan sebelumnya yang merupakan hasil kerja dari
panitia ejaan Bahasa Indonesia yang dibentuk oleh LBK (Lembaga Bahasa dan Kesusastraan)
pada 1966. Ejaan ini diresmikan dalam pidato kenegaraan memperingati HUT Kemerdekaan
RI ke 27, 17 Agustus 1972. Selanjutnya dikukuhkan dalam Surat Keputusan Presiden No. 57
tahun 1972.
Beberapa penyempurnaan itu diantaranya adalah :
1. Huruf J, DJ, NJ, CH, TJ, SJ pada Ejaan Soewandi diubah menjadi Y, J, NY, KH, C, SY
2. Kata ulang harus ditulis hanya dengan menggunakan tanda hubung. Penggunaan angka 2
diperkenankan hanya pada penulisan cepat atau notula.

Anda mungkin juga menyukai